Anda di halaman 1dari 5

Sprain dan Strains

Ligamen menghubungkan tulang-tulang anda. Sprain terjadi saat ada ligamen yang tertarik diluar
batas fleksibilitasnya atau bahkan tertarik sampai terobek. Sprain dapat terjadi di saat persendian
anda terpaksa bergeser dari posisi normalnya karena anda terjatuh, terpukul atau terkilir. Gejala
umum Sprain adalah rasa nyeri, bengkak dan memar di sekitar area yang terganggu, juga
berkurangnya kemampuan gerak persendian tersebut. Mata kaki terkilir (ankle sprain) adalah tipe
luka dalam Sprain yang paling umum.

Sedangkan Strain terjadi saat ada otot (muscle) atau urat (tendon) yang tertarik diluar batas
fleksibilitasnya atau bahkan terobek. Keseriusan kondisi Strain tergantung dari apakah luka
dalamnya hanyalah urat yang tertarik, atau terobek sebagian, atau terobek seluruhnya. Strain ini
dapat terjadi dalam seketika atau secara perlahan dalam jangka waktu tertentu. Luka dalam pada
bagian paha atau punggung adalah yang paling umum terjadi. Strain akut (rasa nyeri lebih tajam
dan intens, terasa nyeri pada posisi tertentu dan tenggang waktunya relatif pendek) biasanya
disebabkan karena mengangkat beban yang terlampau berat atau otot-otot mendapat tekanan
yang berlebihan. Strain kronis (rasa nyeri lebih menyebar dan tenggang waktunya relatif
panjang, terasa nyeri terus-menerus) biasanya disebabkan karena gerakan berulang yang
dilakukan oleh otot atau urat sehingga otot atau urat tersebut terluka. Gejala umum Strain adalah
rasa nyeri, gemetar dan rasa lemah pada bagian tubuh sekitar otot atau urat yang terluka,
bengkak dan kram.

Terapi Untuk Sprain dan Strain

Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament
(jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan
stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan
ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada
beberapa kasus, ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa
melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.

Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous
(otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada persambungan antara
otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada
pelari atau pelompat. Tipe cidera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada
hamstringnya. Beberapa kali cidera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam melangkah
penuh. Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan,
dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala
oleh karena penggunaan berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis
(peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkan tendonitis pada
bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis yang berulang-ulang.
Therapist mengkategorikan sprain dan strain berdasarkan berat ringannya cidera. Derajat I
(ringan) berupa beberapa stretching atau kerobekan ringan pada otot atau ligament. Derajat II
(sedang) berupa kerobekan parsial tetapi masih menyambung. Derajat III (berat) berupa
kerobekan penuh pada otot dan ligament, yang menghasilkan ketidakstabilan sendi.

Terapi

Cidera derajat I biasanya sembuh dengan cepat dengan pemberian istirahat, es, kompresi dan
elevasi (RICE). Terapi latihan dapat membantu mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas.
Cidera derajat II terapinya sama hanya saja ditambah dengan immobilisasi pada daerah yang
cidera. Dan derajat III biasanya dilakukan immobilisasi dan kemungkinan pembedahan unutk
mengembalikan fungsinya. Kunci pemulihan adalah evaluasi awal oleh seorang profesional
medis. Setelah cedera telah ditentukan, rencana perawatan dapat dikembangkan. Dengan
perawatan yang tepat, kebanyakan terkilir dan strain akan sembuh tanpa efek samping jangka
panjang.

Sprain dan Strain


Posted by Falzart Plain on Sabtu, 4 Juni 2011 @ 10:50 PM

Posted in: Umum. Tinggalkan sebuah Komentar

Sprain dan strain merupakan bentuk cedera pada sistem musculoskeletal. Meskipun ini
merupakan dua kata yang dapat dipertukarkan dalam penggunaannya, sprain dan strain
merupakan dua tipe cedera yang berbeda.

Sprain

Sprain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang
menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi.
Kerusakan parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada
sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus terjadi
ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup
gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.

Strain

Strain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous
(otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada persambungan antara
otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada
pelari atau pelompat. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada otot-
otot hamstring-nya. Beberapa kali cedera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam langkah
penuh. Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan,
dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cedera yang terjadi secara berkala
oleh karena penggunaan berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis
(peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkan tendonitis pada
bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis yang berulang-ulang.

Derajat sprain dan strain


Therapist mengkategorikan sprain dan strain berdasarkan berat ringannya cidera. Derajat I
(ringan) berupa beberapa stretching atau kerobekan ringan pada otot atau ligament. Derajat II
(sedang) berupa kerobekan parsial tetapi masih menyambung. Derajat III (berat) berupa
kerobekan penuh pada otot dan ligament, yang menghasilkan ketidakstabilan sendi.

Terapi
Cedera derajat I biasanya sembuh dengan cepat dengan pemberian istirahat, es, kompresi, dan
elevasi (RICE). Terapi latihan dapat membantu mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas.
Cedera derajat II terapinya sama hanya saja ditambah dengan immobilisasi pada daerah yang
cidera. Dan derajat III biasanya dilakukan immobilisasi dan kemungkinan pembedahan untuk
mengembalikan fungsinya.

STRAIN

Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Pada cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi
cedera, terlebih jika otot berkontraksi

Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada
bagian otot yang mengaku. Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan
terbentuk benjolan.

Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak. Setelah 24 jam,
pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda perdarahan pada otot yang sobek,
dan otot mengalami kekejangan.

Strain adalah kondisi yang sering ditemukan pada cedera olahraga. Keseleo adalah jenis
cedera yang paling sering dialami oleh para pemain sepak bola. Keseleo yang dialami mulai dari
bagian pergelangan kaki, kaki bagian bawah, hingga lutut merupakan bagian-bagian yang paling
sering terjadi di sepak bola, terutama bagian pergelangan dan medial collateral ligament
(semacam pengikat sendi tulang). Untuk menghindari keseleo, diperlukan pemanasan yang
cukup dan stretching yang tepat bisa mencegah terjadinya cedera tersebut. Straing adalah
menyangkut cedera otot atau tendon. Strain dapat dibagi menjadi 3 tingkat yaitu:

- Tingkat Ringan

- Tingkat Sedang

- Tingkat Berat

Cedera tersebut dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1. First degree Strain (strain/sprain derajat 1)

Yaitu cedera yang paling ringan, dimana cedera yang terjadi hanya mengenai beberapa
serabut otot/tendo, atau ligament yang robek dan tidak memerlukan pengobatan, disertai sdikit
pembengkakan dan sedikit rasa nyeri. Dengan istirahat saja dapat sembuh dengan sendirinya.

2. Second Degree Strain/Sprain (Strain/Sprain derajat 2)

Cedera yang terjadi adalah robeknya sebagian besar serabut otot/tendo serta ligament, dapat
sampai setengah jumlah serabut otot yang robek.

3. Third Degreee Strain/Sprain (Strain/Sprain derajat 3)

Kadang disebut Complete Rupture (robek total), yaitu cedera yang terjadi dimana serabut
otot/tendo ataupun ligament sudah putus (robek total) atau hampir putus, lebih dari setengah
jumlah serabut otot yang robek.

Cara menguji otot/tendo atau ligament yang cedera :

Untuk Strain memakai metode tahanan dan palpasi (perabaan)

Yang dimaksud dengan metode tahanan ialah yang menahan kontraksi satu/sekelompok otot,
yaitu dengan cara menahan bagian yang dekat dengan sersio otot-otot tersebut.
Bila pada waktu kontraksi otot kita tahan, maka si penderita akan merasa nyeri ditempat yang
cedera. Secara obyektif kita juga dapat memeriksa yaitu dengan cara palpasi (meraba) bagian
yang dicurigai. Bila kita tekan pada suatu tempat si penderita mengatakan nyeri/sakit, maka
tempat inilah yang mengalami cedera.

Biasanya tempat yang ditekan terasa nyeri, sesuai dengan tempat yang dikatakan nyeri
oleh si penderita bila kita lakukan metode tahanan. Bila pada perabaan terasa cekungan yang
dalam, berarti ada robekan otot yang besar, dapat berkisar dari derajat II sanpai III. Contoh :
menguji otot bisep brachii yang robek. Si penderita disuruh mengetulkan sendi sikunya, pada
waktu otot sudah terkontraksi lebih kurang separuhnya, lengan bawah penderita kita
pegang/ditahan, maka penderita akan merasa nyeri pada tempat dimana ototnya robek.

Pertolongan pertama pada cedera strain dan sprain :

- Strain/sprain tingkat satu (first degree) ; tidak perlu pertolongan/pengobatan, cedera pada
tingkat ini cukup diberikan istirahat saja, karena akan sembuh sendiri.

- Strain/sprain tingkat dua (second degree) ; kita harus memberi pertolongan metode RICE,
disamping itu kita harus memberikan istirahat yang lebih sempurna, yaitu denagn
tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar nagian yang cedera tidak dapat
digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gips. Biasanya istirahat selama 3
sampai 6 minggu.

- Strain/sprain tingkat tiga (third degree) ; kita tetap melakukan metode RICE,sesuai dengan
urutannya, lalu dikirim ke rumah sakit untuk dijahit/disambung kembali.

Anda mungkin juga menyukai