Anda di halaman 1dari 9

38

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat

Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot

menurun, gangguan tidur dan istirahat.

Tanda : Tacikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau

dengan aktivitas, letargi/disorientasi, koma, penurunan

kekuatan otot.

2. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat hipertensi, klaudikasi, kebas, dan

kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki dan

penyembuhan lama.

Tanda : takikardia, perubahan tekanan darah postural,

hipertensi,

nadi yang menurun, disritmia.

3. Integritas Ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah financial

yang

berhubungan dengan kondisi.

Tanda : ansietas, peka rangsang.


39

4. Eliminasi

Gejala : bahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa

nyeri/terbakar, kesulitan berkemih.

Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, urin

berkabut, abdomen keras, adanya asites, bising usus

lemah dan hiperaktif.

5. Makanan/cairan

Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, penurunan berat

badan, haus.

Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi

abdomen, muntah, pembesaran tiroid.

6. Neurosensori

Gejala : pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas

kelemahan pada otot, parastesia, gangguan

penglihatan.

Tanda : disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, kacau

mental, aktivitas kejang.

7. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : abdomen yang tegang.

Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat

berhati- hati.

8. Pernafasan

Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau


40

tanpa sputum purulen.

Tanda : lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen.

9. Keamanan

Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi,

menurunnya kekuatan umum, parastesia/paralis

otot-otot pernafasan.

10. Seksualitas

Gejala : rabas vagina (cenderung infeksi), masalah

impotent pada pria, kesulitan orgasme pada

wanita.

11. Penyuluhan dan pembelajaran.

Gejala : factor resiko keluarga, Diabetes Mellitus, penyakit

jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang

lambat. Rencana pemulangan : Membutuhkan

bantuan pada perawatan diri, ambulasi, transportasi,

dan perawatan.

B. Diagnosis

Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa

polifagia, poliurea, polidipsia, dan berat badan turun. Gejala lain mungkin

dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi

pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.


41

Dalam menetapkan diagnosis DM bagi pasien biasanya dilakukan

dengan pemeriksaan kadar glukosa darahnya. Pemeriksaan kadar glukosa

dalam darah pasien yang umum dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan kadar glukosa darah setelah puasa.

Kadar glukosa darah normal setelah puasa berkisar antara 70-110

mg/dl. Seseorang didiagnosa DM bila kadar glukosa darah pada

pemeriksaan darah arteri lebih dari 126 mg/dl dan lebih dari 140

mg/dl jika darah yang diperiksa diambil dari pembuluh vena.

2. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu.

Jika kadar glukosa darah berkisar antara 110-199 mg/dl, maka

harus dilakukan test lanjut. Pasien didiagnosis DM bila kadar glukosa

darah pada pemeriksaan darah arteri ataupun vena lebih dari 200

mg/dl.

3. Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO).

Test ini merupakan test yang lebih lanjut dalam pendiagnosaan

DM. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut dengan nilai normalnya :

0,5 jam < 115 mg/dl, 1 jam < 200 mg/dl, dan 2 jam < 140 mg/dl.

Selain pemeriksaan kadar gula darah, dapat juga dilakukan

pemeriksaan HbA1C atau glycosylated haemoglobin. Glycosylated

haemoglobin adalah protein yang terbentuk dari perpaduan antara gula dan

haemoglobin dalam sel darah merah. Nilai yang dianjurkan oleh

PERKENI untuk HbA1C normal (terkontrol) 4 % - 5,9 %.17 Semakin

tinggi kadar HbA1C maka semakin tinggi pula resiko timbulnya


42

komplikasi. Oleh karena itu pada penderita DM kadar HbA1C ditargetkan

kurang dari 7 %.

Ketika kadar glukosa dalam darah tidak terkontrol (kadar gula darah

tinggi) maka gula darah akan berikatan dengan hemoglobin (terglikasi).

Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara

mengukur kadar HbA1C. bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa

minggu maka kadar HbA1C akan tinggi juga. Ikatan HbA1C yang

terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai

dengan umur eritrosit). Kadar HbA1C akan menggambarkan rata-rata

kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.19

Jadi walaupun pada saat pemeriksaan kadar gula darah pada saat puasa dan

2 jam sesudah makan baik, namun kadar HbA1C tinggi, berarti kadar

glukosa darah tetap tidak terkontrol dengan baik

C. Pencegahan

1. Lakukan lebih banyak aktivitas fisik

Ada banyak manfaat berolahraga secara teratur. Latihan olahraga

dapat membantu meningkatkan sensitivitas tubuh Anda terhadap

insulin, yang membantu menjaga kadar gula darah dalam kisaran

normal. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada pria yang

diikuti selama 10 tahun, untuk setiap 500 kkal yang dibakar per minggu

melalui latihan, ada penurunan 6% risiko relatif untuk pengembangan

diabetes. Penelitian itu juga mencatat manfaat yang lebih besar pada

pria yang lebih gemuk.


43

Dengan meningkatkan olahraga, tubuh menggunakan insulin lebih

efisien sampai 70 jam setelah latihan. Jadi, berolahraga 3-4 kali

seminggu akan bermanfaat pada kebanyakan orang. Penelitian

menunjukkan bahwa baik latihan aerobik dan latihan ketahanan dapat

membantu mengendalikan diabetes, tapi manfaat terbesar berasal dari

program fitness yang meliputi keduanya. Perlu dicatat bahwa banyak

manfaat olahraga yang independen terhadap penurunan berat badan.

Namun, bila dikombinasikan dengan penurunan berat badan,

keuntungannya meningkat secara substansial.

2. Dapatkan banyak serat dalam makanan

Makanan berserat tidak hanya mengurangi risiko diabetes dengan

meningkatkan kontrol gula darah tetapi juga menurunkan resiko

penyakit jantung dan menjaga berat badan ideal dengan membantu

Anda merasa kenyang. Makanan tinggi serat antara lain buah-buahan,

sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-umbian. Salah satu

makanan tinggi serat yang terbukti dapat mengendalikan diabetes

adalah dedak padi atau bekatul,

3. Makanlah kacang-kacangan dan biji-bijian

Meskipun tidak jelas mengapa, biji-bijian dapat mengurangi risiko

diabetes dan membantu menjaga kadar gula darah. Dalam sebuah studi

pada lebih dari 83.000 perempuan, konsumsi kacang-kacangan (dan

selai kacang) tampaknya menunjukkan beberapa efek perlindungan

terhadap pengembangan diabetes. Wanita yang mengonsumsi lebih dari


44

lima porsi satu ounce kacang per minggu menurunkan resiko terkena

diabetes dibandingkan wanita yang tidak mengonsumsi kacang sama

sekali,

4. Turunkan berat badan

Sekitar 80% penderita diabetes kegemukan dan kelebihan berat

badan. Jika Anda kelebihan berat badan, pencegahan diabetes dapat

bergantung pada penurunan berat badan. Setiap kg Anda kehilangan

berat badan dapat meningkatkan kesehatan Anda. Dalam sebuah

penelitian, orang dewasa yang kegemukan mengurangi risiko diabetes

mereka sebesar 16 persen untuk setiap kilogram berat badan yang

hilang. Juga, mereka yang kehilangan sejumlah berat setidaknya 5

sampai 10 persen berat badan awal dan berolahraga secara teratur

mengurangi risiko diabetes hampir 60 persen dalam tiga tahun,

5. Perbanyak minum produk susu rendah lemak

Data mengenai produk susu rendah lemak tampaknya berbeda-beda,

tergantung apakah Anda gemuk atau tidak. Pada penderita obesitas,

semakin banyak susu rendah lemak yang dikonsumsi, semakin rendah

risiko sindrom metabolik. Secara khusus, mereka yang mengonsumsi

lebih dari 35 porsi produk susu tersebut seminggu memiliki risiko jauh

lebih rendah dibandingkan mereka yang mengonsumsi kurang dari 10

porsi seminggu. Menariknya, hubungan ini tidak begitu kuat pada orang

yang ramping,

6. Kurangi lemak hewani,


45

Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 42.000 orang, diet tinggi

daging merah, daging olahan, produk susu tinggi lemak, dan permen,

dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes hampir dua kali dari

mereka yang makan diet sehat. Hal ini independen terhadap berat badan

dan faktor-faktor lain,

7. Kurangi konsumsi gula,

Konsumsi gula saja tidak terkait dengan pengembangan diabetes

tipe 2. Namun, setelah disesuaikan dengan berat badan dan variabel

lainnya, tampaknya ada hubungan antara minum minuman sarat gula

dan pengembangan diabetes tipe 2. Wanita yang selalu minum satu atau

lebih minuman bergula sehari memiliki hampir dua kali lipat risiko

terkena diabetes daripada wanita yang hanya kadang-kadang atau tidak

minum minuman bergula,

8. Berhenti merokok,

Merokok tidak hanya berkontribusi pada penyakit jantung dan

menyebabkan kanker paru-paru tetapi juga terkait dengan

pengembangan diabetes. Merokok lebih dari 20 batang sehari dapat

meningkatkan risiko diabetes lebih dari tiga kali lipat dibandingkan

orang yang tidak merokok. Penyebab pasti untuk hal ini belum

diketahui dengan baik. Kemungkinan merokok secara langsung

menurunkan kemampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin. Selain itu,

ada hubungan antara merokok dan distribusi lemak tubuh. Merokok


46

cenderung mendorong bentuk tubuh apel yang merupakan faktor

risiko untuk diabetes,

9. Hindari lemak trans.

Hindari mengonsumsi lemak trans (minyak sayur terhidrogenasi)

yang banyak digunakan pada produk olahan dan makanan cepat saji.

Minyak tersebut berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit jantung

dan diabetes tipe- 2.

Anda mungkin juga menyukai