Anda di halaman 1dari 7

FISIOLOGI

Blok 8 : K A R D I O V A S K U L A R - 1
(Pengukuran Tekanan Darah Arteri)

Kelompok C 1

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
Juni, 2009
Kelompok C1:
Ketua : William (10.2008.94)
Anggota :

Rocky Giamto (10.2007.202)

Yunny Faustine (10.2008.48)

Aina Safina (10.2008.65)

Ferry Afero Tanama (10.2008.83)

Happy Angelia (10.2008.104)

Susi Sulastri (10.2008.124)

Andrea Susanti (10.2008.172)

Nor Asyikin Binti Moh. Raza (10.2008.247)

Fatehah Binti Malik (10.2008.302)


PRAKTIKUM
PENGUKURAN SECARA TIDAK LANGSUNG
TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG

TUJUAN
1. Mengukur tekanan darah A. Brachialis dengan cara auskultasi dengan penilaian
menurut metode lama dan metode baru The American Heart Association
(A.H.A)
2. Mengukur tekanan darah A. Brachialis dengan cara palpasi
3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dengan cara palpasi
4. Membandingkan hasil pengukuran takanan darah A. Brachialis pada sikap
berbaring, duduk, berdiri
5. Menguraikan pelbagai factor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah
pada ketiga sikap tersebut diatas
6. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot
7. Menjelaskan pelbagai factor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah
sebelum dan sesudah verja otot.

ALAT YANG DIPERLUKAN


1. Sfigmomanometer
2. Stetoskop

I. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS PADA SIKAP


BERBARING, DUDUK, DAN BERDIRI
Sikap Telentang
1. Suruhlah OP telentang dengan tenang selama 10 menit
2. Selama menunggu, pasanglah manset sigmomanometer pada lengan kanan OP
3. Carilah palpasi denyut A. Brachialis pada fossa cubiti dan denyut A. radialis pada
pergelangan tangan kanan OP
4. Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkan kelima fase Korokraff dalam pengukuran
tekanan darah OP tersebut
5. ulangilah pengukuran sub. 4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata
dan catatlah hasilnya

Duduk
6. Tanpa melepaskan manset, OP disuruh duduk.
Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah A. brachialisnya dengan cara
yang sama. Ulangilah penguluran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-
rata dan catatlah hasilnya.

Berdiri
7. Tanpa melepaskan manset, OP disuruh berdiri.
Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah A. brachialisnya dengan cara
yang sama. Ulangilah penguluran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-
rata dan catatlah hasilnya.
8. Bandingkan hasil pengukuran tekanan darah OP pada ketiga sikap berbeda diatas.

II. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SESUDAH KERJA OTOT


1. Ukurlah tekanan darah A. Brachialis OP dengan penilaian menurut metode baru
pada sikap duduk (OP tak perlu yang sama pada sub. I)
2. Tanpa melepaskan manset suruhlah OP berlari ditempat dengan frekuensi 120
loncatan / menit selama 2 menit. Segara setelah selesai, OP disuruh duduk dan
ukurlah tekanan darahnya.
3. Ulangilah pengukuran darah ini setiap menit sampai tekanan darahnya kembali
seperti semula.
Catat hasil pengukuran tersebut.

III. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS DENGAN


CARA PALPASI
1. Ukurlah tekanan darah A. Brachialis OP pada sikap duduk dengan cara auskultasi.
2. Ukurlah tekanan darah A. Brachialis OP pada sikap yang sama dengan cara
palpasi.

HASIL

I. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS PADA SIKAP


BERBARING, DUDUK, DAN BERDIRI

Tekanan darah OP pada sikap berbaring

Keterangan OP (William)
Rata-rata
1 2 3
Fase 1 120 120 110 120
Fase 2 - - - -
Fase 3 100 110 90 100
Fase 4 80 90 80 80
Fase 5 60 60 70 60

Tekanan darah OP pada sikap duduk

Keterangan OP (William)
Rata-rata
1 2 3
Fase 1 120 130 130 130
Fase 2 - - - -
Fase 3 100 100 100 100
Fase 4 80 80 80 80
Fase 5 70 70 70 70

Tekanan darah OP pada sikap berdiri


Keterangan OP (William)
Rata-rata
1 2 3
Fase 1 110 110 120 110
Fase 2 - - -
Fase 3 90 90 100 90
Fase 4 80 80 90 80
Fase 5 70 70 80 70

II. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SESUDAH KERJA OTOT

Keterangan OP (William) Rata-rata


Sebelum Sesudah sesudah
Fase 1 120 150 140 120 130
Fase 2 - - - - -
Fase 3 100 120 120 100 120
Fase 4 80 80 80 80 80
Fase 5 70 70 70 70 70

III. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS DENGAN


CARA PALPASI

Keterangan OP (William)
Auskultasi Palpasi
Fase 1 120 120
Fase 2 - -
Fase 3 100 -
Fase 4 80 -
Fase 5 70 -

PEMBAHASAN
Dasar Teori (Lauralee Sherrwood):
Tekanan darah, gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh,
bergantung pada volumen darah yang terkandung di dalam pembuluh dan compliance
atau daya regang (distensibility), dinding pembuluh yang bersangkutan. Tekanan sistol
adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam
pembuluh tersebut selama sistol ventrikel, rata-rata adalah 120 mmHg. Tekanan diastolik
adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke luar ke
pembuluh-pembuluh di hilir sewaktu diastol ventrikel, rata-rata adalah 80 mmHg.
Tekanan (denyut) nadi (pulse pressure) adalah perbedaan antara tekanan sistol dan
diastol. Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul kontraksi jantung
berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar.

Cara menetapkan tekanan darah dengan cara auskultasi adalah dengan mendengarkan
bunyi pembuluh di arteri brachialis, yaitu bunyi-bunyi fase korotkow. Bunyi tersebut
terdapat 5 fase, yaitu;
Fase 1: Bunyi pembuluh seperti bunyi jantung 1, yaitu bunyi pertama kali ketika
manset dikendorkan, bunyi ini merupakan sistol.
Fase 2: Seperti fase 1 ditambah bunyi bising, terkadang bunyi ini sulit ditangkap
Fase 3: Suara bising hilang, dan terdengar kembali seperti fase 1, namun paling
keras.
Fase 4: Bunyi paling lemah
Fase 5: Bunyi sudah mulai tidak terdengar, ini merupakan diastol.
Denyut yang dapat diraba di sebuah arteri yang berada dekat dengan permukaan kulit
ditimbulkan oleh perbedaan antara tekanan kulit ditimbulkan oleh perbedaan antara
tekanan sistolik dan diastolik. Perbedaan tekanan ini dikenal sebagai tekanan nadi (pulse
pressure). Sebagai contoh, apabila tekanan darah adalah 120/80 mmHg, tekanan nadi
adalah 40 mmHg (120 mmHg-80mmHg).

Berbagai faktor dapat mempengaruhi tingkat aktivitas kontraktil otot polos


arteriol, sehingga, pada dasarnya, resistensi terhadap aliran di pembuluh ini juga
terpengaruh. Faktor-faktor ini dikelompokkan ke dalam kedua kategori; control local
(intrinsik), yang penting untuk menyesuaikan aliran darah dengan kebutuhan metabolik
jaringan tempat pembuluh tersebut berada, dan control ekstrinsik, yang penting untuk
mengatur tekanan darah.

Pada percobaan pertama, yaitu pengukuran tekanan darah pada arteri brachialis
pada sikap tidur telentang, duduk, dan berdiri didapatkan hasil pengukuran rata-rata
tekanan darah yang berbeda pada setiap posisi tersebut. Ini terlihat pada hasil rata-rata
yang didapatkan. Pada saat tidur terlentang, tekanan darah relatif lebih rendah. Namun
ketika berganti posisi menjadi duduk dan berdiri, tekanan itu terlihat sedikit naik dari
sebelumnya. Hal ini semua dapat terjadi karena salah satu faktor yang mempengaruhi
tekanan darah seseorang adalah gravitasi. Dimana ketika posisi tidur terlentang, Gaya
gravitasi tidak terlalu berat mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh. Namun ketika
duduk dan berdiri, gaya gravitasi itu bekerja lebih besar pada tubuh. Sehingga jantung
harus bekerja lebih, agar darah dapat sampai ke bagian-bagian tubuh, terutama bagian
tubuh yang letaknya lebih diatas jantung. Namun pada pengukuran diatas, posisi duduk
agak lebih tinggi tekanan darahnya dari pada posisi berdiri. Hal ini mungkin lebih
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain yang sudah ditulis diatas.

Pada percobaan kedua, yaitu pengukuran tekanan darah pada saat selesai
melakukan kerja otot. Didapatkan hasil bahwa tekanan darah meningkat dari keadaan
normal sebelumnya. Karena selama olah raga, tidak saja terjadi peningkatan curah
jantung, tetapi distribusi curah jantung disesuaikan untuk menunjang peningkatan
aktivitas fisik tersebut. Persentase curah jantung yang mengalir ke otot rangka dan
jantung meningkat, sehingga lebih banyak O2 dan nutrien yang disalurkan untuk
menunjang peningkatan kecepatan konsumsi ATP di kedua jaringan tersebut. Persentase
curah jantung yang mengalir ke kulit meningkat sebagai cara untuk menyalurkan
kelebihan panas yang dihasilkan oleh otot ke permukaan tubuh untuk dieliminasi.
Peningkatan persentase aliran darah ke otot rangka dan jantung diimbangi oleh
penurunan persentase curah jantung ke organ lain. Hanya besar aliran darah ke otak yang
tidak berubah pada saat terjadi penyesuaian distribusi curah jantung ketika berolahraga.
Hal itu semua mempengaruhi kerja jantung, sehingga tekanan jantung meningkat.

Pada percobaan ketiga, ketika melakukan perbandingan antara cara pengukuran


palpasi dan auskultasi. Pada pengukuran secara palpasi hanya dapat meraba denyut pada
saat sistol. Tetapi pada pengukuran cara auskultasi, dapat didengar fase korotkow dari
fase 1 sampai 5, kecuali pada fase 2 yang sangat sulit didengar. Oleh sebab itu,
pengukuran cara auskultasi lebih efektif dari pada cara palpasi.

KESIMPULAN
1. Kerja jantung sangat berkaitan sekali dengan tekanan darah yang diukur. Makin
tinggi kerja jantung, maka makin tinggi pula tekanan darah yang diukur. Dan
sebaliknya
2. Peningkatan atau penurunan tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai factor dari
dalam maupun luar tubuh. Salah satu pengaruh dari luar tubuh ialah gaya gravitasi.
3. Ketika olah raga, tekanan darah meningkat. Hal ini dikarenakan jantung bekerja lebih
keras memompa darah, agar organ-organ tubuh yang terlibat olah raga, mendapat
suplai O2 yang cukup untuk menghasilkan energy.
4. Pengukuran tekanan darah cara auskultasi lebih efektif dibandingkan cara palpasi.

Anda mungkin juga menyukai