Anda di halaman 1dari 11

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Bioavailabilitas

1.1. Definisi bioavailabilitas

Seeara umum bioavailabilitas didefinisikan sebagai

besarnya kecepatan dan jumlah obat aktif terapetika yang

meneapai sirkulasi sistemik (1,2,7).

1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas

Produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rang

kaian proses. Proses tersebut meliputi (1 ) disintegrasi.

produk obat yang diikuti pelepasan obat; (2) pelarutan dalam

media aqueous; (3) absorpsi melewati membran sel menuju

sirkulasi sistemik. Di dalam proses disintegrasi obat,

pelarutan dan absorpsi, keeepatan obat meneapai sirkulasi

sistemik ditentukan oleh tahapan yang paling lambat dalam

rangkaian di atas.

Tahap yang paling lambat di dalam suatu rangkaian

proses kinetik, disabut tahap penentu keeepatan. Untuk obat

obat yang mempunyai kelarutan keeil dalam air, laju pela

rutan seringkali merupakan tahap yang paling lambat, olsh

karena itu mengakibatkan terjadinya efek penentu keeepatan

terhadap bioavailabilitas obat. Tetapi sebaliknya untuk obat

yang mempunyai kelarutan besar dalam air, laju pelarutannya

cepat sedangkan laju lintas atau tembus membran merupakan

tahap yang paling lambat atau merupakan tahap penentu kece

patan (1). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

Penelitian Bioavailabilitas ..... Suharjono


4

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

bioavailabilitas dari 5uatu 5ediaan (8),

a. Faktor fi5iologi5

Waktu pengosongan lambung

Pergerakan usus

Luas pe~mukaan salu~an cerna

b. Faktor bentuk sediaan dan cara pemakaian

Bentuk sediaan yang dipakai

Cara pemakaian

c. Faktor formulasi dan pabrikasi

Sifat fisika kimia bahan obat dan eksipien

Jumlah dan sifat eksipien

Ukuran partikel

1.3. Kegunaan pengukuran bioavailabilitas

Efektivitas suatu obat ditentukan oleh Kadar obat yang

mencapai sirkulasi sistemik. Obat akan memberikan efek bila

Kadar dalam sirkulasi sistemik sudah mencapai Kadar efektif

minimum (KEM). Dengan menganggap bahwa Kadar oba~ dalam

plasma berada dalam kesetimbangan dengan obat-obat dalam

jaringan, maka KEM mencerminkan Kadar obat yang diperlukBn

oleh reseptor untuk menghasilkan efek farmakologi yang

diinginkan. Intensitas farmakologi sebanding dengan jumlah

reseptor yang ditempati obat, yang dicerminkan dalam penga

matan dimana Kadar obat dalam plasma lebih tinggi mengha511

kan reapon farmakologi yang lebih besar sampai dicapai

respon yang maksimum. Sedangkan kadar toksik minimum merlYrl-

takan kadar obat yang diperlukan untuk mulai menghasill~r

su~tu efek toksik. Karerla itu untuk nlengtlirldari

hal-hal yang tidak diinginkan dalam suatu terapi, mak~ perlu

Penelitian 5

Bioavailabilitas ..... Suharjono


ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

diketahui jumlah obat yang mencapai sir-kulasi sistemik

(bioavailabilitas). Bioavailabilitas suatu obat dipengaruhi

oleh faktor--faktor- yang telah disebutkan di atas, misalnyd

for-mulasi dan pabr-ikasi. Dar-i faktor--faktor- ter-sebut maka

studi bioavailabilitas dapat diper-gunakan untuk pengujian

mutu pad a (1,9),

Obat dalam sediaan sama dar-i pabr-ik yang beda.

Dua atau lebih bentuk sedia~n obat yang sama~ deflgan

formulasi yang ber-beda.

Bentuk sediaan yang ber-Iainan, dar-i obat yang sama.

1.4. Metode penetapan bioavailabilltas

Ada beberapa metode untuk menetapkan bioavailabilitas,

baik secar-a langsung maupun tidak langsung yang dilakukan

secar-a in vivo (1,2). Untuk penentuan bioavailabilitas

sec:ar-a langsung dapat dilakukan dengan car-a:

a. Pengukur-an jumlah obat yang tidaf; ber-ubah atau

metabolitnya dalam dar-ah, sebagai fungsi ter-hadap

waktu.

b. PengLlkLIr-an jLlmlah obat yang tidak ber-ubah ati1L1

metabolitnya dalam ur-in, sebagai fungsi ter-l1adap

waf; tu .

Sedangkan penentuan bioavailabilitas secar-a tidak langsung

dapat dilakukan dengan car-a,

a. Pengamatan efek far-makologi yang ditimbulkan.

b. Per-cobaan klinis yang dapat menunjukkan keefektifan

dari obat.

Penelitian 6
.....
Bioavailabilitas Suharjono
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

Parameter yang digunakan dalam pengukuran bioavailabilitds

dengan menggunakan data darah adalah sebagai berikut:


1. t ma ks

W~ktu kadar plaama mencapai puncak dapat disamakan dengan

waktu yang diperlukan untuk'mencapai kadar obat maksimum

setelah pemberian obat. Pad a t ma ks absorpsi obat adalah

terbesar, dan laju absorpsi sama dengan laju eliminasi

obat. Satuan dari t ma ks


adalah satuan waktu (misal:

jam, menit).

2. Cpmaks

Kadar plasma puneak menunjukkan kadar obat maksimum dalam

plasma setelah pemberian obat seeara oral. CPmaks memberi

suatu petunjuk bahwa obat cukup diabsorpsi secara siste

mik untuk memberi respon terapetika. Satuan CPmaks adalat,

satuan kadar (misal: meg/ml, mg/L).

3. AUC

Luas area bawah kurva dari kadar obat dalam plasma terha

dap waktu adalah suatu ukuran dari jumlah bioavailabili

tas suatu obat. AUC dapat ditentukan dengan suatu pross

dur integrasi nLlmerik~ metode rumLIS trapesium~ ataLI

seeara langsung dengan menggunakan planimeter.

dari AUC adalah kadar-waktu (misal: meg.jam/ml).

UntUk mendapatkan harga yang benar dari parameter tersBbut

maka data darah yang dipakai haruslah memenuhi syarat yang

ditentukan.

Adapun perByaratan dari data darah sebagai berikut (2):

- Pengambilan sampel darah haruslah kontinyu selama pa


Penelitian 7
Bioavailabilitas ..... Suharjono
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

ling sedikit tiga atau lebih baik lima kali dar! waktu

paruh biologiknya.

Waktu pengambilan sampel harus dapat menggambarkan ti

ga titik fase absorpsi, tiga titik pad~ fase puncak~

tiga titik pada fase distribusi (untuk kompartemen dual

serta tiga titik pad a fase eliminasi.

1.5. Penerapan studi bioavailabilitas .

Penerapan studi bioavailabilitas pada garis besarny~

dapat dibagi dalam dua hal, yaitu:

Bioavailabilitas absolut

Adalah perbandingan bioavailabilitas dari suatu sedi

aan yang diberikan secara ekstravaskular terhadap pem

berian secara intravena.

AUC/DosisCoral)
Bioavailabilitas = x 100%
absolut AUC/DosisCintravena)

Bioavailabilitas relatif

Adalah perbandingan bioavailabilitas dari suatu obat

Cproduk obat) terhadap bioavailabilitas produk obat

yang dianggap standar. Bioavailabilitas relatif dari

dua produk obat yang diberikan pada dosis dan rule

pemberian sama dapat diperoleh dengan persamaan beri

kut:

AUCCcuplikanl
Bioavailabilitas = x 100%
relatif AUC(standar)

Penelitian Bioavailabilitas ..... Suharjono


8

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

2. Bioekivalensi

Bioekivalensi dari 5LlatLI prodLlk obat di.d~tinisikan ~eba-

gai suatu sediaan yang laju dan jumlah absorpsinya tidd~

berbeda secara bermakna bila diberikan dalam dosis dan kOfllJISJ

percobaan yang sama (1). Adapun kriteria dari Food and Crud

Administrat.ion (FDA) Amerika Serikat menyebutkan bahwa suat.u

sediaan uji dinyatakan bioekivalen dengan sediaan pembandlng

apabila lebih dari 75% sukarelawan menghasilkan perbandingan

Aue tidak kurang dari 0,75 dan tidak lebih dari 1,25 (10).

3. Sulfametoksazol

3.1. Sifat fisika kimia

Rumus bangun

IIINVSOINII-t Jl .
' . . 0 errl .
Rumus molekul CI0HIIN303S (11)

Nama. kimia. N-(5-metil-3-isoksazoli)-sulfanilamida

Berat molekul 253,3 (11)

Pemerian Serbuk putih, tidak berbau (6)

Kelarutan 1:3400 dalam air, larut 1:50 dalam alko

hoI, 1:3 dalam aseton, 1:1000 dalam CHCl 3

dan eter, larut dalam larutan alkali hi

droksida (6,11).

Titik leleh 170 e.


3.2. Farmakologi

SL\lfametoksazol digolongkan dalam sulfonamida ydng

diabsorpsi dan diekskresi cepat, meskipun lebih lambat.

Penelitian Bioavailabilitas ..... Suharjono


9

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

jenis sulfa lainnya dapat diabsorpsi melalui lambung. Sul

fametoksazol sendiri seeara cepat diabsorpsi dari saluran

cerna.Kadar dalam darah setelah pemberian secara oral BOO mg

kadar puncak dalam serum sekitar 20-40 fncg/ml untuk nonase

tilasi sulfonamida dan sekitar 80 meg/ml untuk total obat

dan metabolit terlihat setelah 2-4 jam dan diperfahankan

lebih dari 7 jam (11,12).

8ulf$metok~azcl terd1stribusi sec~ra luas ke SellJrLlt,

j aringan tl.lbuh. Dapat dideteksi dalam urin, kt.:!ringat cl ..:.. n

empedu, air liur, peritoneal, okular dan cairan SinOYlal.

Dapat melewati plasenta dan disekresi dalam susu juga air

l Lur-, Sekitar 60X berikatan dengan protein plasma (6,11).

Waktu paruh sulfametoksazol pada usia dewasa sekitar

6-12 jam (13).

Metabolisme 6ulfametoksazol dalam tubuh

asetilasi dan oksidasi yang terutama terjadi di dalam hati.

Hasil oksidasi inilah yang sering menyebabkan reaksi toks~k

sistemik 'sedang hasil asetilasi menyebabkan hilangnya akti

vitas obat (13). Sulfametoksazol mengalami konjugasi teruta

mOl dalam hati umumnya dalam bentuk derivat asetil N4 yang

inaktif (6). Metabolit ini mewakili sekitar 15Y. dar~ total

sulfametoksazol dalam darah. Bentuk terasetilasi ini lebih

sukar larut dalam air sehingga sering menyebabkan kristaJu

r-ia atau komplikasi ginjal yang lain (6,13 . 15).

Sekitar 60X dari dosis diekskresi dalam urin dalam

2 hari, dan bahan yang diekskresi sekitar 50X sebagai N4

asetil metabolit dan lebih kurang 17X sebagai obat yang

Penelitian 11

Bioavailabilitas ..... Suharjono


ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

tidak berubah. Metabolit asetil ini relatit tidak larut

menyebabkan kristaluria. Sultametoksazol d,".e':.-,_,S-'


_ to: , -= C.j c;\ 1 dill

empedu dapat meneapai 101. dalam darah. Ekskresi ur-innya

meningkat bila urin dalam keadaan alkalis (11).

4. Trimetoprim

4.1. Sifat fisika kimia

Rumus bang un

r"t<l y
II.N.... N II ~II.
t<I~ 1:11.-C(-ClCII.
. . nell,
Rumus molekul

Nama kimia 2,4-diamino-5-(3,4,5-trimetoksiben:il) pi

r-imidina

Berat molekul 200,3

Pemer-ian Serbuk putih atau putih kekuningan, tidak

berbau, rasa pahit (6,11).

Kelarutan Sangat sukar larut air, sukar larut dal.m

alkohol dan aseton, larut 1:55 dalam kloro

torm, larut dalam ben:ilalkohol,

tidak larut dalam karbon tetraklorida (6).

Titik leleh 290,3 DC.

4.2. Farmakologi

Trimetoprim termasuk senyawa 9010ngan diaminopirimidin

yang merupakan antagonis asam folat, senyawa ini dahulu

dipakai sebagai antimalaria. Dari golongan ini kernud i eri

dikembangkan beberapa obat kemoterapetika yang pen ting

an tara lain trimetoprim. Zat ini lebih kuat khasiatnya

terhadap en:im bakteri daripada terhadap en:im plasmo

Penelitian Bioavailabilitas ..... Suharjono - ----~.


12
PE7(~:'jg~~ ;:,,%'._i\.A}~: ,
I ....-NffERrL"i~~ $"',).i< ,;. .n.. i"'f"-};.;'
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

dium (12).

Mekanisme kerja trimetopriol se~agai antibakteri ialah

dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase, sehingga

mencegah terjadinya tetrahidro as am folat dari dihidrc aSrlm

folat. Tahap ini sangat penting pad a sintesis dari as am

amino, purin, timidin dan DNA yang terjadi dalam bakteri.

Trimetoprim dapat bertindak sebagai bakterisid atau bakteri

ostatik tergantung pada keadaan, contoh nanah dapat mengham

bat aksl dari trimetoprim karena adanya timin dan timicl.n

(13).

4.3. Farmakokinetika

Pada penggunaan trimetoprim secara oral akan diabsorpsi

dengan cepat dan baik dalam cerna. Kadar puncak dalam sirku

lasi terjadi sekitar 1-4 jam setelah pemberian obat. Kadar

puncak dalam plasma sekitar 1 mcg/ml setelah pemberian dosis

tunggal 100 mg (6).

Trimetoprim terdistribusi secara luas ke selurLlh

tubuh, diekskresi dalam cairan tubuh, seperti air liur dan

cairan vagina, dan melewati plasenta. Kadar pada jaringsn

lebih tinggi dibanding dalam plasma. Kadar dari cairan

serebrospinalis sekitar 50% dibanding dalam plasma. Kurang

lebih 30-70% trimetoprim berikatan dengan plasma protein.

Waktu pare dari trimetoprim cukup panjang yaitu 11 sampal

17 jam (11).

Metabolisme umumnya terjadi di hati, sekitar 10 sampai

20% dari trimetoprim mengalami metabolisme di hati (6).

Sedang 40-75% dari dosis diekskresi dalam urin dalam

Penelitian 13

Bioavailabilitas ..... Suharjono


ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

jangka ~,aktu 24 jam. Bahan yang cf Le ke kr-e ssI c')leh ur-Ln ~ ':;1) .... (.]'-,".:.

tr'j fT)(::.'1..rJpr-l,I))

te..-gantung pada pH, dan akdll menillgkat parla

Pada dosis yang sama diekskresi ~alanl enlpedu dan

kecil dalam air susu (11).

5. Kombinasi sulfametoksazol dengan t..-imetop..-im

S.Ld fametoksazol yang di k ombi ne ei. dengan

be ke r j a pad a dua t.ahap yang bo r ur u tan p a d a rn.i. J..; ro ba ~ ~.:;~2~\il ICI'eli.!

kCJmbinasi sinergis

Kf.:~un tuno,an kornbi ni;;\~;,i. .iri.i I .. ' ; ~~ i

antj.fllikr-oba yang lebitl paten, ser-ta timbulnyd.

yang lebih lambat dibandingkan komponen-komponennya

d.i r I , hal ini kar-ena be k t e r I yang t e l ah r-esisten untuk sd.1dll

satu komponen, masih dapat dimusnahkan oleh yang lain.

Skema fnekanisme ker-ja dar-i sulfametoksazol k om tJ ina ':~. i.

t..-imetop..-im dapat dilihat sebagai berikut:

Asarn p-afninobenzoat (1)

t Bulfametoksazol (berkompetis1 dengan PABA)

Asam dihidrofolat (2)

Tr-imetopr-im (merlgikdt. enzim cJj t,icllr-'.-,fl.J] ":Ii.


r-edtlk tasS')
Asam tetrahidrofolat (3)

t
PLII-in (4)

t
DN{\/I:~NI\ (5)

terlihat pada skema, sulfonamida

pr-oses ini antar-a langkah 1 dan 2 dengan j a l an pe 1"'7.;.::1.1 n 'J '.:if)

Penelitian Bioavailabilitas
.1 Ii ..... Suharjono
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

substrat, sedangkan trimetoprim mengganggu antara langkah ~

dan 3 dengan merintangi enzim dihidrofolat reduktase yang


mereduksi asam dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat.
Akibatnnya sintesis asam falat dihentikan, yang merupakan

bahan untuk sintesis purin dan DNA/RNA, dan pembelahan 5el

bakteri dihentikan (3,12,16).

Kotrimoksazol kini ban yak digunakan sebagai disinfektan

kemih terutama terhadap coli dan enterobakteri, begitu pUla

untuk mengobati gonorea dan infeksi saluran pernafasan.

Terhadap tifus hampir sama efektifnya dengan ampisilina.

Berhubung efek sampingnya terhadap sel-sel darah, penggu

naannya lebih lama dari dua minggu hendaknya disertai penga

wasan darah, kemungkinan kristaluria dapat dihindarkan

dengan banyak minum air, lebih kurang 1,5 L sehari (12).

6. Analisis Kadar sul1ametoksazol dalam' cuplikan biologik

Penentuan Kadar sulfametoksazol dalam cuplikan biologik

dapat dilakukan dengan cara kolorimetri yaitu secara spek

trofotometri dengan menggunakan metode Bratton-

Marshall (17,18).

Adapun metode Bratton-Marshall adalah sebagai

berikut (17),

Cuplikan darah y~ng telah diencerkan dengan air, ditam

bah larutan asam trikloro asetat (TCA) 15% untuk mengendap

kan proteinnya. Sejumlah tertentu (4 ml) filtrat direaksikan

dengan asam nitrit. Oi sini akan terjadi pembentukan garam

diazonium dari sulfonamida yang bebas, kelebihan dari asam

nitrit dapat dihilangkan dengan amonium sulfamat. Pada

gBr~m diazonium tereebut ditambahkBn pereakei kPp~l

Penelitian 15

Bioavailabilitas ..... Suharjono

Anda mungkin juga menyukai