BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan sterilisasi alat dan bahan dengan pemanasan kering menggunakan oven.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Dekontaminasi merupakan proses menghilangkan atau membunuh
mikroorganisme sehingga objek aman untuk ditangani,tujuannya untuk melindungi
praktikan yang melakukan percobaan dengan bakteri atau semacamnya. Metode
umum dalam proses dekontaminasi yaitu sterilisasi, desinfeksi, dan sanitasi.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan, mematikan atau
menghancurkan semua bentuk mikroorganisme hidup baik yang patogen maupun
tidak, baik dalam bentuk vegetatif (spora) dari suatu objek atau bahan. Dengan
sterilisasi,maka akan diperoleh bahan yang steril. Pada umumnya suatu proses yang
dapat menghancurkan zat hidup juga menyebabkan beberapa kerusakan pada sediaan
yang disterilakan. Dengan alasan inilah maka kadang-kadang diperlukan energi
minimum, misalakn dalam bentuk panas,untuk memeperkecil kerusakan bahan tetapi
dalam jumlah yang cukup menjamin bahwa semua bentuk mikroorganisme telah
dihancurkan dari objek atau bahan tersebut . dalam pembuatan sediaan parenteral,
metode sterilisasi yang akan digunakan bergantung pada sifat-sifat fisika kimia bahan
obat dalam suatu larutan.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu mekanik, fisik,
dan kimiawi. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan berpori
sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45mikron)sehingga mikroba tertahan pada saringan.
sterilisasi kimia ditujukan untuk bahan yang peka panas misalnya protein dan enzim.
Sterilisasi fisik yaitu dengan panas atau penyinaran. Pemanasan dapat dilakukan
dengan pemijaran, pemanasan kering, menggunakan uap air panas, dan uap air yang
bertekanan.
a. Sterilisasi secara fisik
a.1. Pemanasan
air dan uap adalah media panas yang baik. Dalam waktu relatif singkat, alat yang
akan disterilisasi akan mencapai suhu yang diingkan. Udara adalah penyalur panas
yang kurang baik. Oleh karena itu, untuk mencapai suhu yang diinginkan akan
membutuhkan waktu yang cukup lama.
Metode ini merupakan pemanasan menggunakan air atau uap air. Dan
metode ini membunuh mikroba dengan cara koagulasi pada protein protoplasam dan
denaturasi enzim. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah selama 15 menit
pada suhu 151 derajat celsius.
Merendam dalam larutan tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan didihkan
slm 1 hari
Pencucian aluminium
Mendidihkan dengan aq. dest. 15 menit, kemudian bilas dengan aq. dest.
3kali
Pencucian karet
Merendam dalam HCl 2% selama 2 hari
Merendam dalam tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan didihkan slm 1 hari
Merendam dengan etanol 70% dan air (aa), bilas dan ulangi sampai
larutan jernih
E. HASIL PENGAMATAN
Waktu pengeringan :
Oven
1. Waktu Pemanasan : 26 menit
2. Waktu Kesetimbangan :0 menit
3. Waktuu Pembinasaan : 30 menit
4. Waktu Tambahan Jaminan Steril :0 menit
5. Waktu Pendinginan : 15 menit
Total Waktu : 71 menit
- Otoklaf
1. Waktu Pemanasan :8 menit
2. Waktu Pengeluaran Udara :9 menit
3. Waktu Menaik :2 menit
4. Waktu Kesetimbangan :0 menit
5. Waktu Pembinasaan : 20 menit
6. Waktu Tambahan Jaminan Steril :0 menit
7. Waktu Penurunan : 16 menit
8. Waktu Pendinginan :15 menit
9. Total Waktu : 70 menit
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan proses sterilisasi beberapa alat. Sterilisasi merupakan
suatu proses untuk menghilangkan, mematikan, atau menghancurkan semua bentuk
mikroorganisme hidup baik yang pathogen maupun tidak, bahkan dalam bentuk vegetatif
(spora) dari suatu objek atau bahan. Sterilisasi sangat penting dilakukan karena merupakan
salah satu elemen penting dalam suatu rangkaian proses pembuatan sediaan steril. Proses
sterilisasi dilakukan dengan dua metode yaitu sterilisasi panas kering dan sterilisasi panas
basah tergantung bahan yang ingin disterilisasikan. Alat-alat yang dilakukan proses sterilisasi
adalah alat-alat gelas, alumunium dan karet yaitu terdiri dari pinset, spatula, kaca arloji,
erlenmeyer, pipet tetes, dan lain lain. Sebelum dilakukan proses sterilisasi, alat-alat yang
akan disterilisasi dicuci terlebih dahulu. Untuk alat-alat gelas dilakukan pencucian
menggunakan HCl encer, larutan tepol 1% dan Na2CO3 0,5% dan dibilas dengan aquadest.
Langkah yang dilakukan yaitu mencuci dengan air dan HCl encer. Kemudian merendam
dalam larutan tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan mendidihkan selama 1 hari. Mengulangi
sampai larutan tetap jernih ( maksimal 3 kali). Selanjutnya membilas dengan aquadest
sebanyak 3 kali. Pada pencucian alumunium, langkah yang dilakukan yaitu mendidihkan
dalam tepol 1% selama 10 menit. Merendam dalam larutan Na2CO3 5 % selama 5 menit.
Membilas dengan aquadest anas mengalir . Kemudian mendidihkan dengan air 15 menit
selanjutnya membilas. Setelah itu, mendidihkan dengan aquadest 15 menit kemudian
membilas dengan aquadest 3 kali. Pada pencucian alumunium, tidak dilakukan pencucian
dengan menggunakan HCl karena HCl dapat mengakibatkan alumunium mengalami korosif.
Sedangkan untuk karet dilakukan sama dengan alat gelas namun HCl yang digunakan adalah
HCl 2% dan pada akhirnya dibilas dengan etanol 70%. HCl yang digunakan konsentrasinya
lebih besar karena pada karet lebih banyak basa yang dinetralkan serta perlu ditambah etanol
karena karet memiliki pori-pori yang dapat menyimpan partikel asing. Sehingga etanol dapat
membunuh partikel-partikel asing yang ada pada pori-pori. Pada pencucian digunakan HCl
karena HCl dapat menghilangkan noda yang bersifat basa pada karet dan gelas. Tepol
1% berfungsi sebagai surfaktan yang akan mengikat lemak pada gelas yang akan terikat pada
gugus lipofil dari surfaktan. Sedangkan gugus hidrofilnya yang membuat kotoran bisa
terbuang bersama air. Selain itu juga untuk membebaskan pirogen (depirogenasi) dan
disinfektan. Sementara Na karbonat 0,5% berfungsi untuk menetralkan sisa asam akibat HCl
encer.
Proses yang selanjutnya setelah pencucian alat yaitu dilakukan pengeringan alat
dimana alat dikeringkan dengan oven pada suhu 100oc selama 10 menit dengan posisi
terbalik untuk alat alat gelas. Namun untuk alat gelas yang tidak bisa diletakkan terbalik
diposisikan miring dalam peletakannya. Dalam sterilisasi ini perlu diperhatikan penyusunan
alat gelas dalam oven. sebaiknya alat gelas disusun agak renggang sehingga aliran udara
dapat menembus dan terdispersi ke seluruh permukaan gelas. Setelah alat-alat kering
selanjutnya dilakukan pembungkusan. Alat-alat dibungkus berdasarkan metode yang akan
digunakan untuk sterilisasi. Alat yang disterilkan dengan panas kering dibungkus dengan
menggunakan alumunium foil karena alumunium foil bersifat menghantarkan panas. Selain
itu agar panas dari oven tidak langsung mengenai alat yang dapat menyebabkan pecahnya
alat. Sedangkan alat yang disterilkan menggunakan panas basah dengan autoklaf dibungkus
dengan menggunakan kertas perkamen. Hal ini dikarenakan kertas perkamen memiliki pori-
pori yang lebih besar daripada alumunium foil sehingga dapat ditembus oleh uap panas.
Pada pembungkusan alat-alat yang telah dicuci dilakukan rangkap dua. Tujuan
dilakukannya pembungkusan rangkap dua ini yaitu untuk menghindari kontaminasi dari
ruangan kelas 3 ke ruangan kelas 2. Pencucian alat dilakukan di ruangan kelas 3 sedangkan
proses formulasi dilakukan di ruangan kelas 2. Sehingga saat dibawa ke ruangan kelas 2,
bungkus terluar diluar dilepas lalu disemprot dengan menggunakan alkohol. Sedangkan
bungkus terakhir dilepas ketika akan dilakukan formulasi. Setelah bungkusnya dilepas tidak
perlu disemprot dengan alkohol karena dapat menyebabkan kontaminasi pada formula yang
dibuat ( sediaan mengandung alkohol). Pada CPOB, ruangan industri farmasi diklasifikasikan
menjadi 4, yaitu ruang kelas 1, 2, 3 dan kelas 4. Kelas 1 atau disebut white area berarti bahwa
jumlah partikel (non pathogen) dengan diameter lebih dari 0,5 m maksimal berjumlah 100/ft
3. Kelas ini berada di bawah aliran udara laminar dan memiliki efisiensi saringan udara akhir
sebesar 99,995 %. Kelas 2 atau yang disebut clean area, jumlah partikel maksimal 10.000/ft3.
Kelas ini merupakan ruangan steril dan memiliki efisiensi saringan udara akhir sebesar
99,995%. Kelas 3 atau grey area, jumlah partikel maksimal berjumlah 100.000/ft3. Ruangan
ini merupakan ruangan bersih dan memiliki efisiensi saringan udara sebesar 99,95%. Yang
terakhir yaitu kelas 4 atau yang disebut dengan black area. Pada ruangan kelas ini, jumlah
partikel non pathogen berjumlah lebih besar dari 100.000/ft3 dengan ventilasi udara yang
memadai.
Setelah dibungkus, alat-alat yang ingin disterilisasi dimasukkan ke dalam oven dan
autoklaf tergantung alat yang akan disterilisasi. Alat yang diterilisasikan dengan oven adalah
alat-alat yang tahan panas dan bukan merupakan alat ukur (tidak memiliki skala) misalnya
kaca arloji besar, kaca arloji kecil, pinset, tutup alumunium, beaker glass, batang pengaduk,
erlenmeyer, dan spatula. Alat ukur seperti gelas ukur disterilkan dengan autoklaf karena
apabila disterilkan dengan oven akan terjadi pemuaian sehingga tanda (skala) tidak sesuai
yang sebenarnya. Alat- alat yang ketebalannya tipis seperti corong juga dimasukkan ke dalam
autoklaf karena apabila dimasukkan ke dalam oven akan mudah pecah. Selain itu, untuk alat-
alat yang terbuat dari karet juga disterilkan dengan autoklaf karena dapat meleleh apabila
disterilkan dengan oven.
Sterilisasi panas basah menggunakan autoklaf merupakan proses sterilisasi termal
menggunakan uap jenuh di bawah tekanan berlangsung di suatu bejana. Metode
ini paling banyak digunakan. Suatu siklus autoklaf yang ditetapkan dalam farmakope untuk
media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 121oC kecuali dinyatakan lain.
Autoklaf dapat mempertahankan suhu 121o C 2,0 oC dilengkapi dengan
termometer, pengukur tekanan, lubang ventilasi, rak yang cukup untuk menampung wadah
uji di atas permukaan air dan sistem pendingin air
yang akan mendinginkan wadah uji sampai suhu lebih kurang 20oC.
Prinsip dasar dari autoklaf adalah udara di dalam bejana sterilisasi diganti dengan uap
jenuh dan hal ini dicapai dengan menggunakan alat pembuka atau penutup khusus.
Sterilisasi tekanan uap sederhana dan kecil umumnya berdinding tunggal. Air yang
berada di bagian bawah dipisahkan dari ruang sterilisassi oleh sebuah lempeng ayakan yang
sekaligus menjadi bidang dasar bahan yang disterilkan. Campuran uap-udara yang terbentuk,
yang mula-mula melintasi kamar sterilisassi kemudian dibiarkan keluar melalui ventil yang
terpasang di bagian atas sampai 2 menit lamanya aliran uap air muncul lebih kuat. Dengan
demikian dapat diperhitungkan adanya pengusiran udara selanjutnya. Setelah itu ventil baru
ditutup, dimana tekanan dan suhu akan meninggi. Uap panas yang jenuh akan menembus
membran mikroba/dinding sel mikroba yang mengakibatkan koagulasi atau mendenaturasi
protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba tersebut. Pada sterilisasi
panas kering mikroba akan mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya mikroba akan
teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikroba tejadi kematian.
Keuntungan menggunakan metode sterilisasi panas keringadalah alat-alat yang
disterilkan akan tetap kering. Secara keseluruhan, metode panas basah lebih efektif
dibandingkan panas kering. Kelebihan panas basah dibanding panas kering yaitu uap
air mempunyai daya bakterisida yang lebih besar daripada panas kering sehingga sterilisasi
dapat dilakukan pada suhu yang lebih rendah dan waktu yang lebih singkat. Kapasitas kalor
uap air lebih besar dibandingkan kapasitas kalor udara kering,sehingga pemindahan kalor
dapat terjadi dengan lebih Selain itu, uap air dapat menempati seluruh ruangan dengan
merata.
Terdapat beberapa waktu pada proses sterilisasi, terdapat beberapa jenis waktu, antara
lain :
1. Waktu pemanasan: waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang diinginkan
2. Waktu kesetimbangan: waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang sama antara di
luar dan di dalam alat
3. Waktu pembinasaan: waktu yang dibutuhkan untuk membunuh seluruh mikroba.
4. Waktu tambahan jaminan sterilisasi: waktu yang ditambahkan untuk mengantisipasi
adanya ketidaksesuaian waktu kesetimbangan. Jumlahnya adalah setengah dari waktu
kesetimbangan.
5. Waktu pendinginan: waktu yang dibutuhkan untuk mendinginkan alat
6. Waktu pengeluaran udara: waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara dalam
autoklaf agar suhunya dapat ditingkatkan.
7. Waktu menaik: waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi.
8. Waktu penurunan: waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu dan tekanan di dalam
autoklaf agar autoklaf dapat dibuka.
Pada sterilisasi menggunakan oven pada praktikum ini, waktu pemanasan yang
dibutuhkan sebesar 26 menit, waktu kesetimbangan sebesar 0 menit sebab tidak terdapat
bahan didalam alat, waktu pembinasaan sebesar 30 menit, waktu tambahan jaminan sterilisasi
sebesar 0 menit, waktu pendinginan sebesar 15 menit.
Sedangkan untuk sterilisasi menggunakan autoklaf, waktu pemanasan yang
dibutuhkan sebesar 8 menit, waktu pengeluaran udara sebesar 9 menit, waktu menaik sebesar
2 menit, waktu kesetimbangan sebesar 0 menit, waktu pembinasaan sebesar 20 menit, waktu
tambahan jaminan sterilisasi sebesar 0 menit, waktu penurunan sebesar 16 dan waktu
pendinginan sebesar 15 menit. Sehingga total waktu yang dibutuhkan dalam proses sterilisasi
menggunakan oven yaitu sebesar 71 menit dimulai pukul 14.49 dan berakhir pada pukul
16.00 Sedangkan total waktu yang dibutuhkan dalam proses sterilisasi menggunakan
autoklaf yaitu sebesar 70 menit dimulai pukul 14.55 sampai dengan 16.05 Selanjutnya alat-
alat yang telah disterilkan dengan menggunakan autoklaf maupun oven siap untuk digunakan
dalam formulasi sediaan steril.
DAFTAR PUSTAKA
Adryanta.2008. Kaca Sebagai Struktur pada Bangunan. Jakarta. Universitas
Indonesia.
Agalloco ,James. 2008. Validation of Pharmaceutical Processes (Elektronik Version)
USA: Informe Health Care Inc.
Ansel , H. C . 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta VI Press.
Lay , B dan Hastowo.1982. Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali Press.
Lukar ,S.2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Penerbit Andi.