Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KELOMPOK : DOSEN PENGAMPU :

Manajemen Pemasaran Devi Noviyanti, SE, MM

SALURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN

RANTAI PASOKAN

DISUSUN OLEH :

NUR SHOFA JAMILAH (1501361781)

DINA ANDRIANI (1501360912)

MUHAMMAD KAMARUL IKHSAN (1501361793)

RISNA HIDAYATI (1501360920)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PRODI MANAJEMEN DAKWAH

TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
memberikan kita kekuatan iman dan Islam, membuka hati kita untuk terus mencari
keluasan samudera ilmu Allah SWT. yang telah dihamparkan di muka bumi ini, dan
semoga kita termasuk orang-orang yang diselamatkan oleh Allah SWT. Sholawat
serta salam tetaplah kita curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw. yang
telah menunjukkan kepada jalan yang terang dan mengurai kerumitan hidup menjadi
jalan yang amat indah berupa ajaran Agama Islam.
Penulis akhirnya merasa sangat lega karena telah menyelesaikan makalah
dengan judul Saluran Pemasaran dan Manajemen Rantai Pasokan ini sebagai salah
satu tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran yang diberikan oleh Devi Noviyanti,
SE, MM. Semoga karya ini akan mampu memberi manfaat kepada semua pihak yang
membutuhkan pengetahuan ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis
memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran
sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami dilain waktu.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Banjarmasin, 11 April 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Hlm
KATA PENGANTAR .................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan ....................................................................................... 4
BAB II Pembahasan ....................................................................................... 5
A. Saluran Pemasaran ............................................................................ 5
B. Manajemen Pemasaran ..................................................................... 10
BAB II KESIMPULAN DAN PENUTUP .................................................... 27
A. Kesimpulan ......................................................................................... 27
B. Saran .................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

Banyak produsen yang mampu menghasilkan suatu produk sendiri namun


tidak banyak dari mereka yang melakukan penjualan langsung ke konsumen akhir,
pertimbangan biaya biasanya menjadi faktor atau alasan terkuat mengapa para
produsen tidak langsung menjual produknya langsung ke konsumen akhir. Diantara
produsen dan konsumen perantara yang menyalurkan produk di antara mereka.
Perantara ini sering disebut saluran pemasaran. Saluran pemasaran adalah organisasi
yang saling tergantung dan tercakup dalam proses membuat produk dan jasa tersedia
untuk dipakai konsumen.
Sedangkan Manajemen rantai pasok merupakan integrasi aktivitas-aktivitas
yang berawal dari pengadaan barang dan jasa, mengubah bahan baku menjadi barang
dalam proses dan barang jadi, serta mengantarkan barang-barang tersebut kepada para
pelanggannya dengan cara yang efisien. Dalam definisi tersebut, secara umum
pemahaman rantai pasok akan mengandung makna terjadinya aliran material dari
awal sampai ke konsumen dengan memperhatikan faktor ketepatan waktu, biaya, dan
jumlah produknya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. SALURAN PEMASARAN (MARKETING CHANNELS)


Banyak produsen yang membuat suatu produk, tetapi tidak menjual secara
langsung produknya kepada konsumen akhir (end user), pertimbangan biaya
distribusi biasanya menjadi faktor utama perusahaan memilih tidak
mendistribusikan produknya sendiri ke konsumen akhir terutama untuk wilayah
pemasaran yang belum tercover oleh perusahaan.
Diantara produsen dan konsumen ada sekelompok perantara yang
menyalurkan produk diantara mereka. Perantara ini sering disebut dengan saluran
pemasaran. Saluran pemasaran adalah organisasi organisasi yang saling
tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk dan jasa menjadi
tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Perangkat ini yang
menjadi alur lintas produk dari produsen ke konsumen setelah diproduksi.
1. Saluran Pemasaran
Perantara pemasaran produk bermacam-macam dan biasanya
bertingkat. Untuk tingkat pertama biasanya di tempati perwakilan wilayah
yang biasanya ditangani oleh perusahaan sendiri. Kemudian ada agen tunggal
yang mencakup daerah pemasaran yang lebih kecil. Perlu diingat bahwa agen
juga merupakan perwakilan perusahaan yang bisa bertindak atas nama
perusahaan. Selanjutnya, disusul oleh pedagang biasa yang menjual tidak
hanya satu produk perusahaan. Di tingkat ini biasanya produk sudah sampai
ke konsumen akhir tetapi ada juga yang disalurkan ke tingkat yang lebih
kecil lagi seperti warungwarung yang kemudian bisa dipakai langsung oleh
konsumen akhir.
Selain perantara distribusi ada satu lagi perantara penting walaupun
tidak melakukan penjualan langsung, namun punya andil dalam
menyampaikan barang ke konsumen yaitu fasilitator seperti agen iklan,
distributor, bank dan lain lain.
Keputusan memilih saluran pemasaran adalah salah satu keputusan
penting dalam pemasaran. Saluran pemasaran adalah salah satu yang
menentukan keputusan pemasaran yang lainnya seperti dalam hal penetapan
5
harga produk (pricing). Ketika perusahaan memilih memasarkan produknya
secara terbatas, pasti harganya pun tinggi karena adanya nilai eksklusifitas.
Kondisinya berbeda ketika perusahaan memasarkan produknya secara massal
yang pastinya membuat harga produk lebih murah. Perlu diingat juga saluran
pemasaran tidak hanya melayani pasar tetapi juga menciptakan pasar.

2. Strategi Saluran Pemasaran


Menurut Kottler (2006) dalam bukunya manajemen pemasaran
mengemukakan ada dua strategi yang sering digunakan perusahaan dalam
mengelola saluran pemasaran terutama dalam penciptaan saluran pemasaran
baru, yaitu strategi dorong (push strategy) dan strategi tarik (pull strategy).
Pemakaian strategi ini tergantung keputusan perusahaan terutama tergantung
popularitas produk perusahaan tersebut.
Strategi dorong dalam pelaksanaanya adalah mencoba membujuk
perantara agar mau memasarkan produknya dengan memberikan fasilitas-
fasilitas tertentu misal potongan yang tinggi dalam pembelian produk.
Strategi ini cocok dilakukan untuk produk yang loyalitas mereknya masih
rendah dan pilihan merek dilakukan ditoko. Strategi ini cocok untuk produk
baru yang mempunyai dana promosi terbatas, sehingga mencoba
menggunakan saluran pemasaran yang sudah berpengalaman dalam
memasarkan berbagai produk.
Strategi tarik dalam pelaksanaannya adalah dengan cara perusahaan
membangun positioning produk melalui promosi ke konsumen seperti iklan
media cetak, elektronik atau melalui events tertentu. Sehingga dengan fokus
kepada promosi akan membuat konsumen tertarik untuk mencoba.
Permintaan konsumen terhadap produk yang diiklankan biasanya menarik
banyak perusahaan ingin menjadi agen atau salah satu saluran pemasarannya.
Apabila sudah demikian perusahaan akan mempunyai daya tawar terhadap
perantara. Karena banyaknya calon agen yang mengajukan sebagai perantara
produk, membuat perusahaan bisa memilih calon agen yang mempunyai
cakupan wilayah pemasaran yang luas sehingga produk akan cepat
menyebar.

6
3. Peran Saluran Pemasaran
Ada beberapa hal yang mendorong perusahaan membuat keputusan
mendelegasikan sebagian tugas penjualanya kepada perantara. Namun
perusahaan mendapatkan keuntungan dari keputusan tersebut yakni:
a. Banyak produsen tidak memiliki sumberdaya keuangan untuk melakukan
pemasaran langsung sehingga hanya bisa fokus ke produksi;
b. Para produsen yang memang mendirikan salurannya sendiri sering dapat
memperoleh laba yang lebih besar dengan meningkatkan investasinya
dalam bisnis utamanya dari pada mengeluarkan biaya untuk pemasaran
produknya;
c. Dalam beberapa kasus pemasaran langsung sama sekali tidak dapat
dilakukan menjual secara eceran langsung ke konsumen.
4. Tingkat Saluran
Produsen dan konsumen memang bagian utama dari saluran
pemasaran. Namun kita perlu mengetahui jumlah perantara produk hingga
sampai ke konsumen sehingga dapat ditentukan tingkat saluranya. Menurut
kotler ada dua jenis saluran pemasaran dengan masing masing empat
tingkatan saluran yaitu :
a. Saluran Pemasaran Konsumen yang memiliki empat tingkatan yaitu
tingkat nol, tingkat satu, tingkat dua, tingkat tiga.
b. Saluran Pemasaran Industri yang memiliki empat tingkatan yaitu tingkat
nol, satu, dua dan tiga.

5. Strategi Distribusi
Distribusi adalah hal yang perlu dipikirkan secara tepat sesuai dengan tujuan
perushaan mengenai produknya. Apakah akan dijual eksklusif atau dijual
masal dengan harga rendah. Berikut tiga strategi distribusi yang sering
digunakan perusahaan dalam mendistribusikan produknya.
a. Distribusi Eksklusif
Strategi ini dalam prakteknya adalah dengan membatasi perantara
produk demi menjaga eksklusifitas produk dan menjaga harga produk
agar tetap tinggi. Biasanya ada perjanjian eksklusif antara produsen dan
perantara utama sebagai pemegang lisensi. Sistem penjualan nya pun
sangat menjaga citra produk agar harga produk tidak turun.
7
b. Distribusi Selektif
Strategi ini dengan menggunakan beberapa perantara yang mempunyai
jangkauan pemasaran luas sehingga perusahaan tidak perlu mendirikan
gerai dimana-mana karena akan berakibat tidak efisien dan akan
menurunkan harga.
c. Distribusi Intensif
Strategi ini menggunakan banyak perantara dalam pemasaran produk
dari produsen. Pendirian banyak gerai menjadi strategi utama dalam
meningkatkan penjualan produk. Konsekuensi bagi perusahaan yang
memakai strategi ini harus menerima resiko perang harga antar gerai
karena tiap gerai saling berkompetisi mendapatkan pelanggan dengan
produk yang sama.

6. Syarat dan Tanggung Jawab Anggota Saluran


Setiap perjanjian lisensi pasti ada persyaratan dan tanggung jawab
yang harus dipenuhi oleh pemegang lisensi jika ingin memasarkan produk
produsen. Elemen utama dalam bauran hubungan dagang adalah kebijakan
harga, syarat penjualan, hak teritorial, dan jasa-jasa tertentu yang harus
dilaksanakan kedua belah pihak.
a. Kebijakan harga dalam hal tingkatan diskon tiap perantara untuk
memberikan laba kepada perantara
b. Syarat penjualan untuk mempermudah perantara dalam menjual
produk seperti syarat pembayaran, diskon tunai dan retur produk
cacat
c. Hak teritorial untuk memberikan keleluasaan perantara memasarkan
produknya disuatu wilayah tanpa ada pesaing lain
d. Layanan dan tanggung jawab dimana saling mengikat kedua belah
pihak seperti perantara harus mengikuti standar pelayanan produsen,
memenuhi target dan sebaliknya produsen mendukung perantara
melalui even-even promosi

7. Keputusan Manajemen saluran

8
Setelah perusahaan memilih saluran produknya, selanjutnya
perusahaan harus memilih, melatih, memotivasi, dan mengevaluasi anggota
saluran yang menjadi perantaranya.
a. Memilih anggota saluran
Dalam menyeleksi anggota salurannya perusahaan harus menetapkan
kriteria-kriteria khusus yang membedakan perantara yang lebih baik.
Kriteria itu misalnya dalam hal cakupan pemasaran, keuangan, tempat,
pelayanan, dan lamanya berkecimpung di dunia bisnis.
b. Melatih anggota saluran
Sebelum perusahaan perantara memasarkan produk produsen
sebaiknya produsen memberikan pelatihan kepada perusahaan perantara
mengenai cara pemakaian, standar pelayanan, promosi, dan lain-lain.
Tujuannya untuk menjaga citra produk dimata konsumen.
c. Memotivasi anggota saluran
Untuk meningkatkan motivasi anggota saluran, produsen perlu
memberikan berbagai rangsangan dalam berbagai hal misalnya
memberikan diskon atas pencapaian target atau lewat dukungan promosi,
hadiah, dan lain-lain.
d. Mengevaluasi anggota saluran
Untuk menilai kinerja pemasaran apakah optimal atau tidak, harus
dilakukan evaluasi terhadap anggota saluran. Untuk evaluasinya sendiri,
produsen dapat membandingkan kinerja aktual anggota saluran dengan
standar-standar dari perusahaan seperti dalam hal pencapaian target
penjualan.
e. Mengubah susunan saluran
Hasil evaluasi perlu dianalisis lebih lanjut untuk membuat keputusan
diteruskan tidaknya saluran pemasaran yang dijalankan apabila kinerja
saluran pemasaran dinilai kurang optimal dalam hal ini pencapaian laba,
perusahaan perlu mempertimbangkan kembali.

8. Sistem dan Integrasi Saluran


Saluran ditribusi berkembang sangat pesat dengan berbgai sistem
pemasaran berbeda. Ada tiga sistem pemasaran yang dikenal saat ini yaitu :
a. Sistem pemasaran vertikal
9
Dalam praktiknya sistem ini merupakan sistem kesatuan usaha secara
vertikal dari mulai produsen, pedagang besar, dan pengecer dimana
semua anggota saluran menyatu untuk memasarkan produk dengan
kerjasama yang sangat rapih dari mulai produsen hingga barang sampai
ke konsumen.
b. Sistem pemasaran Horizontal
Sistem ini merupakan sistem gabungan perusahaan yang tidak
berhubungan yang melakukan kerjasama untuk memanfaatkan peluang
pasar. Misalnya kerjasama dengan bank dalam hal transaksi atau
pembayaran produk.
c. Sistem Pemasaran Multi Saluran
Sistem ini merupakan sistem yang melayani berbagai segmen
pelanggan. Perusahaan dikatakan memakai sistem ini apabila
menggunakan dua atau lebih saluran pemasaran untuk melayani berbagai
segmen pelanggan.

9. Konflik Kerjasama dan Persaingan


Dalam perjalanannya hubungan produsen dengan perantara tidak selalu
berjalan mulus. Konflik antara kedua belah pihak sering terjadi dalam
berbagai hal misalnya dalam hal ketidaksesuaian tujuan, peran dan hak yang
tidak jelas, perbedaan persepsi, harga, promosi, pencapaian target, dan lain-
lain. Dengan adanya risiko konflik seperti ini perusahaan harus bisa
mengelola konflik saluran agar tidak berujung negatif dan merugikan
perusahaan misalnya dengan mengadakan pertemuan kedua belah pihak
untuk saling memberikan masukan yang konstruktif.

B. MANAJEMEN RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT)


Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management
merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para
supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai
kepada konsumen. Istilah supply chain management pertama kali dikemukakan
oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982. Supply chain adalah jaringan fisiknya,
yakni perusahaanperusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku,
memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, supply chain
10
management adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Definisi
Supply Chain Management juga diberikan oleh James A. dan Mona J.
Fitzsimmons, yang menyatakan bahwa supply chain management adalah sebuah
sistem pendekatan total untuk mengantarkan produk ke konsumen akhir dengan
menggunakan teknologi informasi untuk mengkoordinasikan semua elemen
supply chain dari mulai pemasok ke pengecer, lalu mencapai tingkat berikutnya
yang merupakan keunggulan kompetitif yang tidak tersedia di sistem logistik
tradisional. Sedangkan definisi Supply Chain Management menurut Chase,
Aquilano, Jacobs adalah sistem untuk menerapkan pendekatan secara total untuk
mengelola seluruh aliran informasi, bahan, dan jasa dari bahan baku melalui
pabrik dan gudang ke konsumen akhir. Oleh Robert J. Vokurka, Gail M. Zank
dan Carl M. Lund III supply chain management didefinisikan sebagai, all the
activities involved in delivering a product from raw material through the
customer including sourcing raw material and parts, manufacturing and assembly,
warehousing and inventory tracking, order entry and order management,
distribution across all channels, delivery to the customer, and the information
system necessary to monitor all of the activities . Stevenson mendefinisikan
supply chain management sebagai suatu koordinasi strategis dari rantai pasokan
dengan tujuan untuk mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan.
Russell dan Taylor mendefinisikan bahwa supply chain management adalah
mengelola arus informasi, produk dan pelayanan di seluruh jaringan baik itu
pelanggan, perusahaan hingga pemasok .
Dengan demikian, berdasarkan berbagai definisi supply chain management
sebagaimana telah disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa supply chain
management adalah semua kegiatan yang terkait dengan aliran material,
informasi dan uang di sepanjang supply chain. Lebih jauh cakupan supply chain
management akan meliputi hal-hal berikut:
Bagian Cakupan kegiatan antara lain
Pengembangan Melakukan riset pasar, merancang produk baru,
produk melibatkan supplier dalam perancangan produk baru
Pengadaan Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier,
melakukan pembelian bahan baku dan komponen,
memonitor supply risk, membina dan memelihara

11
hubungan dengan supplier

Perencanaan & Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan


Pengendalian kapasitas, perancanaan produksi dan persediaan
Operasi / Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Produksi
Pengiriman / Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan
Distribusi pengiriman, mencari dan memelihara hubungan
dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor
service level di tiap pusat distribusi
Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)

Hal penting yang menjadi dasar pemikiran pada konsep ini adalah
focus pada pengurangan kesia-siaan dan mengoptimalkan nilai pada rantai
pasokan yang berkaitan. Dengan demikian Manajemen Rantai Pasokan atau
Supply Chain Management dapat didefinisikan sebagai pengelolaan berbagai
kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan
transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi
produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui
sistim distribusi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian
secara tradisional dan berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan
dengan supplier dan distributor. Supply Chain Management meliputi
penetapan:
1. Pengangkutan.
2. pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)
3. supplier
4. distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank
5. Hutang maupun piutang
6. Pergudangan
7. Pemenuhan pesanan
8. Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian
persediaan.

12
a. Komponen Supply Chain Management
Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri
dari tiga komponen utama yaitu:
1) Upstream Supply Chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu
perusahaan manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat
manufacturers, assemblers, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka
kepada para penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para
penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal
material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam
upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2) Internal Supply Chain
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang
digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke
dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan ke
dalam organisasi. Di dalam internal supply chain, perhatian yang utama
adalah manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.
3) Downstream supply chain
Downstream (hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang
melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam
downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi,
pergudangan transportasi dan after-sale service.

b. Strategi Rantai Pasokan


Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan
pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut:
1) Banyak Pemasok (Many Supplier)
Strategi ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok
yang lainnya dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan
pembeli. Para pemasok saling bersaing secara agresif. Meskipun banyak
pendekatan negosiasi yang digunakan dalam strategi ini, tetapi hubungan
jangka panjang bukan menjadi tujuan. Dalam pendekatan ini, tanggung
jawab dibebankan pada pemasok untuk mempertahankan teknologi,
keahlian, kemampuan ramalan, biaya, kualitas dan pengiriman.
13
2) Sedikit Pemasok (Few Supplier)
Dalam strategi ini, perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang
dengan para pemasok yang komit. Karena dengan cara ini, pemasok
cenderung lebih memahami sasaran-sasaran luas dari perusahaan dan
konsumen akhir. Penggunaan hanya beberapa pemasok dapat menciptakan
nilai denganmemungkinkan pemasok mempunyai skala ekonomis dan
kurva belajar yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang
lebih rendah. Dengan sedikit pemasok maka biaya mengganti partner
besar, sehingga pemasok dan pembeli menghadapi resiko akan menjadi
tawanan yang lainnya. Kinerja pemasok yang buruk merupakan salah satu
resiko yang dihadapi pembeli sehingga pembeli harus memperhatikan
rahasia-rahasia dagang pemasok yang berbisnis di luar bisnis bersama.
3) Vertical Integration
Artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa
yang sebelumnya dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau
distributor. Integrasi vertical dapat berupa:
a) Integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti penguasaan
kepada sumber daya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi
Pabrik Baja.
b) Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan
kepada konsumennya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi
Dealer yang semula sebagai distributornya.
4) Kairetsu Network.
Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara
membeli dari sedikit pemasok dan integrasi vertical dengan cara misalnya
mendukung secara financial pemasok melalui kepemilikan atau
pinjaman. Pemasok kemudian menjadi bagian dari koalisi perusahaan
yang lebih dikenal dengan kairetsu. Keanggotaannya dalam hubungan
jangka panjang oleh sebab itu diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra,
menularkan keahlian tehnis dan kualitas produksi yang stabil kepada
perusahaan manufaktur. Para anggota kairetsu dapat beroperasi sebagai
subkontraktor rantai dari pemasok yang lebih kecil.

14
5) Perusahaan Maya (Virtual Company)
Perusahan Maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk
memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya
mempunyai batasan organisasi yang tidak tetap dan bergerak sehingga
memungkinkan terciptanya perusahaan yang unik agar dapat memenuhi
permintaan pasar yang cenderung berubah. Hubungan yang terbentuk
dapat memberikan pelayanan jasa diantaranya meliputi pembayaran gaji,
pengangkatan karyawan, disain produk atau distribusinya. Hubungan bisa
bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, mitra sejati atau
kolaborasi, pemasok atau subkontraktor. Apapun bentuk hubungannya
diharapkan akan menghasilkan kinerja kelas dunia yang
ramping. Keuntungan yang bisa diperoleh diantaranya adalah: keahlian
manajemen yang terspesialisasi, investasi modal yang renadh, fleksibilitas
dan kecepatan. Hasil yang diharapkan adalah efisiensi.

c. Tujuan Strategis Supply Chain Managemen


Rantai pasokan bagaikan darah dari setiap organisasi bisnis karena
menghubungkan pemasok, produsen, dan pelanggan akhir di jaringan yang
sangat penting untuk penciptaan dan pengiriman barang dan jasa. Dalam
mengelola rantai pasokan memerlukan suatu proses yaitu, proses perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan. Tujuan manajemen
rantai pasokan adalah dengan menyelaraskan permintaan dan penawaran
seefektif dan seefisien mungkin. Masalah-masalah utama dalam rantai pasokan
terkait dengan (Stevenson, 2009):
1) Menentukan tingkat outsourcing yang tepat
2) Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3) Mengelola pemasok
4) Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5) Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6) Mengelola risiko

Sedangkan menurut I Nyoman Pujawan, supply chain memiliki tujuan


strategis yang perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau

15
setidaknya bertahan dalam persaingan. Untuk bisa memenangkan persaingan
pasar maka supply chain harus bisa menyediakan produk yang,
1) Murah
2) Berkualitas
3) Tepat waktu
4) Bervariasi

Menurut Hitt, Ireland dan Hoskisson (2001), semua tindakan yang diambil
oleh perusahaan ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan mencapai daya
saing strategisnya dan menghasilkan laba di atas rata-rata. Daya saing
strategis dicapai ketika sebuah perusahaan berhasil memformulasikan dan
menerapkan strategi penciptaan nilai.
Ketika perusahaan mengimplementasikan suatu strategi yang tidak dapat
ditiru oleh perusahaan lain atau terlalu mahal untuk menirunya, perusahaan
ini memiliki keunggulan persaingan bertahan atau dapat bertahan (sustained
atau sustainable competitive advantage, selanjutnya disebut sebagai
keunggulan persaingan). Setelah perusahaan mendapatkan daya saing
strategis dan sukses mengeksploitasi keunggulan persaingannya, suatu
perusahaan mampu mencapai tujuan utamanya: mendapatkan laba diatas rata-
rata, yaitu kelebihan penghasilan yang diharapkan oleh seorang investor dari
investasi.

d. Proses Supply Chain Management


Proses supply chain management adalah proses saat produk masih
berbahan mentah, produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan
dijual melalui berbagai fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus
produk dan material. Bila digambarkan dalam bentuk bagan akan nampak
sebagaio berikut:

16
Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)
Bagan di atas menunjukkan bahwa supply chain management adalah
koordinasi dari material, informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang
berpartisipasi.
1) Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen
melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan,
daur ulang dan pembuangan
2) Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan
status pesanan
3) Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal
pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman
Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan
menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara
jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan
efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit
dan Djokopranoto, 2003). Dengan tercapainya koordinasi dari rantai supply
perusahaan, maka tiap channel dari rantai supply perusahaan tidak akan
mengalami kekurangan barang juga tidak kelebihan barang terlalu banyak.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) dalam supply chain ada beberapa
pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai
kepentingan didalam arus barang, para pemain utama itu adalah:
1) Supplier
2) Manufacturer
3) Distributor / wholesaler
4) Retail outlets
5) Customers
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai
berikut:
Chain 1: Supplier
Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan
dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah,
bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang dan sebagainya.
Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk
17
juga suppliers suppliers atau sub-suppliers. Jumlah supplier bisa banyak atau
sedikit, tetapi suppliers suppliers biasanya berjumlah banyak sekali.
Chain 1 2: Supplier Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer
atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan
pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-assembling, merakit,
mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan
dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan
penghematan. Misalnya inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan
bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer dan tempat transit
merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar
40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata
rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya,
penghematan tersebut dapat diperoleh.
Chain 1 2 3: Supplier Manufactures Distributor
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai
disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk
menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan
ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik
melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau
pedagang dalam jumlah yang besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar
menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.
Chain 1 2 3 4: Supplier Manufacturer Distributor Retail Outlet
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau dapat
juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang
sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk
memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya gudang,
dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari
gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlet).
Chain 1 2 3 4 5: Supplier Manufacturer Distributor Retail Outlet
Customer
Dari rak-raknya, para pengecer atau retailer ini menawarkan barangnya
langsung kepada para pelanggan, pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang
termasuk outlet adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swayalan, atau
18
koperasi dimana konsumen melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat
dikatakan ini adalah mata rantai terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai
lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet) ke real customer dan
real user, karena pembeli belum tentu pengguna akhir. Mata rantai supply baru
benar-benar berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di real customers
dan real user.

e. Model Supply Chain Management


Indrajit dan Djokopranoto (2002) menjelaskan mengenai pelaku utama
yang mempunyai kepentingan didalam arus barang dapat dikembangkan suatu
model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata
rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang
terhubung satu dengan yang lain. Suppliers suppliers telah dimasukkan untuk
menunjukan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi
yang bersama-sama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan
mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor
kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur
informasi yang bergerak secara mudah dan akurat antara jaringan atau mata
rantai tersebut dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang
menghasilkan kepuasan maksimal. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai
berikut:

Sumber: Indrajit dan Djokopranoto (2002)

Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), bentuk


fisik dari suatu barang dalam supply chain dapat dilihat sebagai tahapan
jaringan nilai tambah bahan pengolahan yang masing-masing didefinisikan
dengan pasokan input, transformasi material dan output permintaan. Berikut
diberikan bagan Supply chain untuk produk barang

19
Sumber: James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006)

Supplier, manufacturing, distribution, retailing, dan


recycling/remanufacturing yang terhubung dengan tanda panah
menggambarkan aliran material dengan saham persediaan antara tiap tahap.
Pengiriman informasi ke arah yang berlawanan ditampilkan sebagai garis
putus-putus dan termasuk kegiatan yang dilakukan oleh supplier, proses desain
produk, dan layanan pelanggan. Tahap pada manufacturing mewakili operasi
tradisional yang dimana bahan baku tiba dari pemasok eksternal; material
berubah dalam beberapa cara untuk menambah nilai, menciptakan persediaan
barang jadi. Tahap pada bagian hilir lainnya seperti distribusi dan ritel juga
menambah suatu nilai terhadap material.

f. Tantangan Dalam Mengelola Supply Chain Management


Menurut I Nyoman Pujawan (2005), terdapat tantangan yang harus
dihadapi dalam mengelola suppy chain, yaitu:
1) Kompleksitas struktur supply chain
a) Melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda
b) Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan
2) Ketidakpastiaan
a) Ketidakpastian permintaan
b) Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas
bahan baku, dll.
c) Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak
sempurna, ketidakpastian kualitas produksi dll.

20
Gambaran mengenai ketidak pastian dalam supply chain adalah sebagai berikut:

Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)


Untuk menghadapi masalah ketidakpastian pemesanan dalam rantai
pasokan atau bullwhip effect, diperlukan sharing informasi di sepanjang rantai
pasokan, optimalisasi tingkat persediaan, penciptaan tim rantai pasokan,
pengukuran kinerja rantai pasokan, maupun membangun koordinasi dan
kolaborasi di antara mitra bisnis sehingga proses pengiriman produk dari
pemasok ke perusahaan dan ke konsumen dapat berjalan lancar dan
memungkinkan perusahaan untuk mencapai biaya persediaan yang rendah.
Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), tantangan
dalam supply chain management adalah untuk menyeimbangkan kebutuhan
pengiriman pelanggan secara tepat dengan mendorong biaya produksi dan
biaya persediaan. Pemodelan rantai supply chain management memungkinkan
manajer untuk mengevaluasi pilihan yang akan memberikan peningkatan
terbesar dalam kepuasan pelanggan dengan biaya yang terjangkau.

g. Mengukur Performa Supply Chain Management


Dikatakan oleh Schroeder bahwa mengukur performa supply chain
adalah langkah pertama menuju perbaikan. Sebuah tahapan awal yang perlu
ditetapkan dan ditentukan untuk dapat mencapai tujuan perbaikan tersebut.
Schroeder mengemukakan bahwa pada umumnya ada lima poin penting yang
dapat diukur dalam performa supply chain management, yaitu (Shcroeder,
2007):
1) Pengiriman
Mengacu pada ketepatan waktu pengiriman: persentase pesanan
dikirimkan secara lengkap dan tidak melewati pada tanggal yang diminta
oleh pelanggan.

21
2) Kualitas
Ukuran langsung dari kualitas adalah kepuasan pelanggan dan dapat
diukur melalui beberapa cara. Salah satunya, dapat diukur terhadap apa
yang pelanggan harapkan. Pengukuran ini erat kaitannya dengan loyalitas
pelanggan.
3) Waktu
Waktu pengisian total dapat dihitung langsung dari tingkat persediaan.
Jika kita mengasumsikan ada tingkat penggunaan konstan dari persediaan,
maka waktu dalam persediaan hanya tingkat persediaan dibagi dengan
tingkat penggunaan.
4) Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah volume atau
bauran produk dengan persentase tertentu atau jumlah.
5) Biaya
Ada dua cara untuk mengukur biaya. Pertama, perusahaan dapat
mengukur total biaya pengiriman, termasuk manufacture, distribusi, biaya
persediaan tercatat, dan biaya rekening membawa piutang.

h. Penggerak Supply Chain


Supply chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh terhadap
performa supply chain itu sendiri. Menurut Chopra dan Meindl (2004)
penggerak supply chain adalah sebagai berikut:
a) Inventory adalah semua bahan mentah, dalam proses dan barang-barang
yang telah diselesaikan. Inventory merupakan salah satu penggerak supply
chain yang penting karena perubahan kebijakan inventory dapat
mengubah secara drastis tingkat responsivitas dan efisiensi supply chain.
Komponen dari keputusan mengenai inventory adalah (Chopra dan
Meindl, 2004):
a) Cycle inventory
Cycle inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang
digunakan untuk memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misalnya
dalam sebulan memerlukan 10 buah truk bahan baku, perusahaan bisa
saja memesan 10 truk bahan baku dalam sekali pesan atau bisa
memesan 1 truk bahan baku yang dipesan tiap 3 hari. Ini tergantung
22
dari strategi supply chain apa yang mereka terapkan (responsif atau
efisiensi) dengan memperhitungkan ordering cost (biaya pesan) dan
holding cost (biaya penyimpanan).
b) Safety Inventory
Safety inventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga
terhadap perkiraan akan kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk
mengatasi ketidakpastian atas permintaan yang tinggi.
c) Seasonal Inventory
Seasonal inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi
keragaman yang dapat diprediksi dalam permintaan. Perusahaan yang
menggunakan seasonal inventory akan membangun persediaan
mereka pada periode permintaan barang rendah dan menyimpannya
untuk periode permintaan barang menjadi tinggi, dimana pada saat
permintaan tinggi mereka tidak dapat memproduksi semua barang
untuk memenuhi permintaan.
b) Transportation
Transportasi adalah memindahkan persediaan dari titik ke titik dalam
supply chain. Transportasi terdiri atas banyak kombinasi dari model dan
bentuk yang memiliki keunggulan masing-masing. Pemilihan transportasi
juga mempunyai dampak besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi
supply chain. Komponen dari keputusan mengenai transportasi menurut
Chopra dan Meindl (2004) adalah sebagai berikut :
a) Modes of transportation
Modes of transportation adalah cara-cara dimana sebuah produk
dipindahkan dari saru lokasi dalam jaringan supply chain ke tempat
lainnya. Terdapat 5 cara dasar transportasi yang dapat dipilih yaitu:
Pesawat Udara. Udara merupakan cara transportasi yang paling
cepat, tetapi memiliki biaya yang mahal.
Truk . Truk adalah cara yang relatif cepat dan murah dengan
fleksibilitas tinggi.
Kereta. Kereta cara yang mudah yang digunakan untuk jumlah
barang yang besar.

23
Kapal laut. Kapal cara yang paling lambat tetapi sering menjadi
pilihan yang paling ekonomis untuk pengiriman dalam jumlah
yang besar ke luar negeri.
Pipa saluran. Pipa saluran biasanya digunakan untuk
menyalurkan minyak dan gas.
b) Route and network selection
Route adalah jalur jalan dimana sebuah produk dikirimkan dan
network adalah sebuah kumpulan lokasi dan rute kemana produk
dapat dikirimkan. Perusahaan membuat beberapa keputusan
mengenai rute pada tahap desain supply chain.

c) In house or outsource
Secara tradisional, banyak fungsi transportasi dilakukan oleh
perusahaan sendiri, namun pada saat ini banyak yang telah
dilimpahkan ke perusahaan lain (outsourced).
c) Fasilitas
Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana
inventory disimpan, dirakit, atau diproduksi. Dua jenis umum dari fasilitas
adalah tempat produksi dan tempat penyimpanan. Bila perusahaan
memilih tingkat efisiensi tinggi, maka memiliki lebih sedikit gudang. Jadi
penentuan fasilitas mempunyai dampak yang besar dalam tingkat
responsifitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan
mengenai fasilitas menurut Chopra dan Meindl (2004, p55-56) adalah
sebagai berikut :
a) Location
Penentuan keputusan dimana suatu perusahaan menentukan lokasi
fasilitasnya merupakan bagian yang sangat besar dalam langkah
desain supply chain. Penentuan lokasi secara ekonomis, sedangkan
penentuan lokasi secara desentralisasi akan menjadi lebih responsif
dalam permintaan konsumen.
b) Capacity
Perusahaan juga harus menentukan seberapa kapasitas dari fasilitas
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sejumlah besar kapasitas

24
akan menjadikan perusahaan tersebut menjadi lebih responsif,
demikian pula sebaliknya.
c) Operation methodology
Disini digambarkan bagaimana metode perusahaan dalam
memproduksi barang, apakah mesin yang dipakai untuk membuat
produk itu bersifat fleksibel maksudnya adalah mesin tersebut juga
dapat pula digunakan untuk membuat produk lain yang biasanya
mesin itu relatif mahal atau menggunakan mesin yang dapat membuat
satu macam produk saja (efisien).
d) Warehouse methodology
Stock Keeping Unit (SKU) Storage. Gudang tradisional yang
menyimpan segala macam produk dalam suatu tempat.
Job Lot Storage. Yaitu suatu metode penyimpanan persediaan
dimana semua produk-produk yang berbeda dibutuhkan untuk
suatu pekerjaan khusus atau memuaskan konsumen tipe khusus,
disimpan bersama-sama.
Crossdocking. Yaitu sebuah metode, dimana barang sebenarnya
tidak disimpan dalam fasilitas (gudang) perusahaan. Truk dari
pemasok barang, tiap-tiap hari truk tersebut membawa jenis-jenis
yang berbeda dari barang yang dipesan diangkut menuju fasilitas
perusahan, kemudian dari sana dipecah menjadi bagian-bagian
kecil dan dengan cepat diangkut ke retailer menggunakan truk-
truk yang berisi barang-barang yang beragam dari truk-truk
sebelumnya.
d) Information
Informasi terdiri dari data dan analisis yang berkaitan dengan inventory,
transportasi, fasilitas dan pelanggan diseluruh supply chain. Informasi
menyajikan pihak manajemen kesempatan untuk membuat supply chain
lebih responsif dan efisien. Informasi secara potensial adalah penggerak
terbesar performa supply chain. Komponen dari keputusan mengenai
informasi adalah (Chopra dan Meindl, 2004):
a) Push versus Pull
Sistem push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal produksi,
jadwal kepada pemasoknya untuk menentukan kapan, jenis dan
25
banyak barang yang dikirimkan ke perusahaan, sedangkan tipe pull
menggunakan informasi atas permintaan aktual konsumen, sehingga
perusahaan dapat dengan tepat memenuhi permintaan tersebut.
b) Cordinating and Information sharing
Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan dari
supply chain bekerja menuju tujuan yang memaksimalkan
keuntungan total supply chain dibandingkan dengan bekerja sendiri-
sendiri. Kekurangan koordinasi berpengaruh pada kerugian yang
besar atau keuntungan supply chain. Ini bisa dilakukan dengan
pertukaran data antara tiap-tiap bagian dalam supply chain itu sendiri.
c) Forecasting and Aggregate Planning
Peramalan adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat rencana
mengenai kebutuhan masa depan dan kondisinya. Peramalan
digunakan dalam pengambilan keputusan. Setelah menciptakan
peramalan, maka perusahaan mengubah menjadi rencana aktivitas
untuk memenuhi permintaan yang telah diperhitungkan.
d) Enabling Technologies
Untuk mencapai komunikasi yang terintregasi dalam supply chain,
maka terdapat teknologi-teknologi yang digunakan yaitu:
Electronic Data Interchange (EDI). EDI memungkinkan
perusahaan menjadi lebih efisien, juga menurunkan waktu yang
dibutuhkan produk untuk sampai ke konsumen, transaksi menjadi
lebih akurat dan lebih cepat dibandingkan tanpa EDI.
Internet. Internet sendiri mendukung penggunaan EDI. Dengan
internet maka akan menjadi sebuah faktor penting dalam supply
chain.
Entreprise Resources Planning (ERP). Sistem ERP ini
menyediakan pelacakan transaksi dan kemampuan melihat secara
keseluruhan atas informasi dari tiap-tiap bagian perusahaan dan
memungkinkan supply chain membuat keputusan yang cerdas.
Supply Chain Management (SCM) Software. Yaitu program
yang menyediakan dukungan terhadap analisis keputusan dalam
penambahan kemampuan melihat secara keseluruhan terhadap
informasi.
26
BAB III
KASIMPULAN DAN PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diantara produsen dan konsumen ada sekelompok perantara yang
menyalurkan produk diantara mereka. Perantara ini sering disebut dengan saluran
pemasaran. Saluran pemasaran adalah organisasi organisasi yang saling
tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk dan jasa menjadi
tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen
Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management
merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para
supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai
kepada konsumen. Kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan
uang di sepanjang supply chain.

B. PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun. Penulis menyadari dalam makalah ini
masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dan kontruktif sangat di harapkan demi
kesempurnaan karya ilmiah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat di jadikan
sumber referensi dan bermanfaat bagi pembaca yang budiman, Aamiin.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://marketing-internet-management.blogspot.co.id/2012/11/saluran-manajemen-
pemasaran.html

https://aisgyfterdotcom.wordpress.com/manajemen-rantai-pemasok-supply-chain-
management/

blogsiffahartas.blogspot.com/2011/05/saluran-pemasaran-dan-manajemen-rantai.html
pendahuluan saluran pemasaran dan manajemen rantai pasokan

bambangkharisma94.blogspot.com/2015/12/makalah-manajemen-rantai-pasokan.html
pendahuluan makalah saluran pemasaran dan manajemen rantai pasokan

28

Anda mungkin juga menyukai