OLEH :
ULIYANTI
NIM. S531508049
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran yang dapat diambil :
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pada orang lanjut usia
(LANSIA).
b. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik terhadap Frailty Syndrome pada orang
LANSIA.
c. Untuk mengetahui hubungan asupan gizi dalam mencegah terjadinya Frailty pada orang
LANSIA.
3. PEMBAHASAN
Proporsi orang berusia lebih dari 60 tahun di hampir seluruh dunia meningkat lebih
cepat dibandingkan populasi kelompok umur lainnya. Jumlah penduduk usia lanjut
Indonesia mencapai peringkat lima terbanyak di dunia, yakni 19 juta jiwa pada tahun 2010
dengan usia harapan hidup 69,8 tahun, menjadi sekitar 29 juta jiwa (11,11% dari total
populasi) pada tahun 2020 dengan proporsi perempuan berusia lanjut (11,43%) lebih
banyak dibandingkan laki-laki (10,78%), dan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 36
juta jiwa dengan usia harapan hidup 73,6 tahun. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu usia pertengahan (middle age) 45 -59
tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 90 tahun, dan usia sangat
tua (very old) diatas 90 tahun (Kris Pranarka, 2006).
Seiring bertambahnya usia, fungsi fisiologis dari tubuh akan mengalami penurunan
akibat proses degeneratif (penuaan). Menua (menjadi tua atau aging) atau proses penuaan
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Dalam artikel Kris Pranarka (2006) Menua didefiniskan sebagai
proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang rapuh dengan
berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan
terhadap berbagai penyakit seiring dengan bertambahnya usia. Terjadi berbagai perubahan
fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap
fungsi dan tanggapan pada kehidupan sehari-hari Kesehatan usia lanjut juga sangat
dipengaruhi oleh faktor psikis, sosial dan ekonomi.
Penyakit dan kesehatan pada usia lanjut tidaklah sama dengan penyakit dan
kesehatan pada golongan populasi usia lainnya, yaitu dalam hal:
(i) Penyakit pada usia lanjut cenderung bersifat multipel, merupakan gabungan antara
penurunan fisiologik/alamiah dan berbagai proses patologik/penyakit;
(ii) Penyakit biasanya berjalan kronis, menimbulkan kecacatan dan secara lambat laun
akan menyebabkan kematian;
(iii) Usia lanjut juga sangat rentan terhadap berbagai penyakit akut, serta diperberat
dengan kondisi daya tahan yang menurun;
(iv) Kesehatan usia lanjut juga sangat dipengaruhi oleh faktor psikis, sosial dan ekonomi,
dan
(v) Pada usia lanjut seringkali didapat penyakit iatrogenik (akibat banyak obat-obatan
yang dikonsumsi).
Penyakit pada usia lanjut cenderung bersifat multi aspek, merupakan gabungan
antara penurunan fisiologik/alamiah dan berbagai proses patologik/penyakit. Menurut The
National Old Peoples Council di Inggris, penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada
12 macam yaitu depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada
tungkai atau sikap berjalan, gangguan pada koksa atau sendi panggul, anemia, gangguan
penglihatan, ansietas atau kecemasan, dekompensasi kordis, diabetes melitus,
osteomalasia, dan hipotiroidisme, serta gangguan defekasi (Kris Pranarka, 2006).
Hasil studi-studi terbaru membuktikan bahwa nutrisi dan gaya hidup adalah faktor
determinan utama dalam lingkungan karena memiliki peran penting dalam kerusakan
genom dan selular yang menjadi penyebab fundamental berkurangnya fungsi dan
meningkatnya kecenderungan untuk menjadi renta (frailty) yang menjadi karakteristik
penuaan (Gessal, J dan Utari, W., 2013).
Kriteria diagnosis sindrom frailty menurut The Frailty Task Force dari American
Geriatric Society adalah bila terdapat tiga dari lima gejala berikut: penurunan berat badan
yang tidak diinginkan (4-5 kg dalam 1 tahun); kelelahan yang disadari sendiri; kelemahan
(kekuatan genggam tangan <20% pada tangan dominan); kecepatan berjalan yang kurang;
dan penurunan aktivitas fisik (<20% pengeluaran kalori) (Setiati, S., 2013).
Prevalensi frailty menurut The Cardiovascular Health Study mencapai 7% pada usia
lanjut di masyarakat berusia 65 tahun ke atas dan mencapai 30% pada usia lanjut 80 tahun
atau lebih. Peneltian yang dilakukan Setiati, S., dkk (2013) mendapatkan prevalensi sindrom
frailty pada 270 pasien usia lanjut rawat jalan yakni kondisi pre-frail sebesar 71,1 %
sedangkan frailty sebesar 27,4%. Seseorang dengan kondisi pre-frail dapat berubah menjadi
kondisi frailty atau bahkan membaik menjadi tidak frail. Menurut Jaroch dan Kornatowska
(2014) Aktivitas fisik yang teratur, gaya hidup, asupan protein, mikronutrisi dan vitamin D
dapat mencegah Frailty Syndrome.
a. Faktor penyebab penyakit pada usia lanjut cenderung bersifat multi aspek yang
merupakan gabungan antara penurunan fisiologik/alamiah dan berbagai proses
patologik/penyakit, serta sosial ekonomi.
b. Aktivitas fisik menjadi modalitas utama dalam pencegahan sarkopenia dan frailty.
c. Asupan Nutrisi terutama protein dan vitamin D serta makronutrient pada usia lanjut
berperan efektif dalam mencegah terjadinya Frailty.
5. DAFTAR PUSTAKA:
Gessal, J. dan Utari, W., 2013. Latihan Fisik Pada Frailty Syndrome. Jurnal Biomedik (JBM),
Volume 5, Nomor 3, November 2013, hlm. 133-141.
Jaroch A., and Kornatowska, K., 2014. Nutritional status frail elderly. Progress Health
Science Journal, Volume 4, No. 2 pp. 144-149.
Kris Pranarka, 2006. Penerapan Geriatrik Kedokteran Menuju Usia Lanjut Yang Sehat.
Universa Medicina. Volume 25 [4] Oktober-Desember. pp. 187-197.
Messaurina, 2007. Pengaruh Senam lansia Terhadap Fleksibilitas Sendi dan Kekuatan Otot
pada Wanita Lanjut Usia. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.Yogyakarta
Setiati S, Harimurti K, Dewiasty E, Istanti R, Sari W, Verdinawati T., 2013. Prevalensi
geriatric giant dan kualitas hidup pada pasien usia lanjut yang dirawat di
Indonesia: penelitian multisenter. In Rizka A (editor). Comprehensive prevention &
management for the elderly: interprofessional geriatric care. Jakarta: Perhimpunan
Gerontologi Medik Indonesia; 2013:183
Setiati S, Oemardi M, Sutrisna B, Supartondo. The role of ultraviolet-B from sun exposure
on 25(OH)D and parathyroid hormone level in elderly women in Indonesia. Asian J
Gerontol Geriatr. 2007;2:15-22.
Setiati, S., 2013. Geriatric Medicine, Sarkopenia, Frailty dan Kualitas Hidup Pasien
Usia Lanjut: Tantangan Masa Depan Pendidikan, Penelitian dan
Pelayanan Kedokteran di Indonesia. eJKI. Volume 1, No. 3, Desember 2013.
Tantri, N., Sri Sunarti, Gadis Nurlaila, Djoko Wahono S., 2014. Sarkopenia, Latihan, dan
Kejadian Jatuh (Falls) pada Populasi Lanjut Usia. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol.
28, No. 1, Februari 2014.
6. LAMPIRAN
Lampiran 1. Artikel 1
Lampiran 2. Artikel 2