Anda di halaman 1dari 10

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSUP. DR.

WAHIDIN
SUDIROHUSODO PERIODE NOPEMBER 2011-JANUARI 2012
DAN MARET-MEI 2012

RATIONALITY OF THE USE OF ANTIBIOTICS IN DR. WAHIDIN


SUDIROHUSODO HOSPITAL PERIOD NOVEMBER 2011-JANUARY 2012
AND MARCH-MAY 2012

Sulastrianah 1, Fatmawaty Badaruddin2, Nasrum Massi3

1
Farmakologi Biomedik, Program Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin
2
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
3
Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi:
Sulastrianah
Program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin
Makassar, 90245
HP: 085242541601
Email: rinarhe.rr@gmail.com
ABSTRAK

Konsep penggunaan obat yang rasional dalam beberapa tahun belakangan telah menjadi topik dalam
pertemuan-pertemuan tingkat nasional maupun internasional. Berbagai penelitian yang dilakukan di
negara-negara berkembang mengenai keamanan dan keefektifan penggunaan obat menunjukkan
bahwa penggunaan obat yang tidak rasional merupakan fenomena global. Tujuan penelitian (1)
Mengetahui jumlah penggunaan antibiotik yang sesuai dengan hasil uji kepekaan di RSUP. DR.
Wahidin Sudirohusodo (2) mengetahui pengaruh kegiatan visitasi bersama terhadap rasionalitas
penggunaan antibiotik (3) mengetahui jenis antibiotik yang paling banyak mengalami resistensi dan
sensitif pada periode tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari rekam
medik pasien yang dirawat pada periode Nopember 2011-Januari 2012 dan Maret-Mei 2012 yang
melakukan uji kepekaan. Data yang diambil meliputi meliputi data umum (nama, usia, ruang
perawatan), jenis antibiotik yang digunakan sebelum dan setelah ada hasil uji kepekaan, data klinis
dan hasil laboratorium uji kepekaan. Uji yang digunakan adalah Chi-Square. Hasil penelitian
menunjukkan infeksi paling banyak disebabkan oleh E. Coli dan K. pneumoniae. Kesimpulan: (1)
penggunaan antibiotik yang sesuai dengan hasil uji kepekaan adalah 48,6% pada periode Nopember
2011-Januari 2012 dan 62,5% pada periode Maret-Mei 2012. (2) terdapat pengaruh visitasi bersama
walaupun hasilnya tidak signifikan secara statistik (p=0,238) (3) Antibiotik yang paling banyak
sensitif untuk E.coli adalah meropenem dan yang paling resisten adalah doxycycline. Untuk K.
Pneumoniae antibiotik yang paling sensitif adalah meropenem dan yang paling resisten adalah
aztreonam dan ciprofloxacin.

Kata kunci: Rasionalitas, Uji Kepekaan, Antibiotik, Sensitif, Resisten, Visitasi

ABSTRACT

The concept of rational drug use in recent years has been a topic at meetings of national and
international level. Various studies conducted in developing countries on the safety and effectiveness
of the drug showed that irrational use of medicines is a global phenomenon. The purposes of research
(1) Determine the amount of antibiotic use in accordance with the susceptibility test results in DR.
Wahidin Sudirohusodo hospital in period November 2011-January 2012 and March-May 2012 (2)
determine the effectvisitation with the rationality of the use of antibiotics (3) Determine the most
resistance and sensitive antibiotic. The research was conducted by collecting data from medical
records of patients who were treated in the period November 2011-January 2012 and March-May 2012
that have susceptibility test. Data taken include general data (name, age, treatment room), the type of
antibiotics used before and after susceptibility test, clinical data and laboratory results of
susceptibility test. Test used is the Chi-Square. The results showed most infections are caused by E.
Coli and K. pneumoniae.. Conclusions: (1) The use of antibiotics according to the susceptibility test
results was 48.6% in the period November 2011-January 2012 and 62.5% in the period March-May
2012. (2) there is the influence of visitation, although the results were not statistically significant (p =
0.238) (3) The most sensitive antibiotic to E. coli was meropenem and the most resistant is
doxycycline. The most sensitive antibiotic for K. Pneumoniae was meropenem and the most resistant is
aztreonam and ciprofloxacin.

Key word: Rationality, Susceptibility Test, Antibiotics, Sensitive, Resistance, Visitation


PENDAHULUAN
Antibiotik pertama kali mulai diperkenalkan untuk pengobatan pada manusia pada tahun
1940 dan sepanjang 60 tahun belakangan antibiotik telah banyak digunakan dan
disalahgunakan. Mulanya dikembangkan untuk mengobati penyakit infeksi pada manusia,
namun selanjutnya digunakan pula dalam bidang kedokteran hewan, pertanian dan budi daya
perairan. Penggunaannya yang luas mengakibatkan tekanan selektif yang kuat, dan secara
konsisten menyebabkan bakteri resisten bertahan dan menyebar (Barbosa dkk., 2000).
Antibiotik memiliki dua efek utama, secara terapeutik obat ini menyerang organisme
infeksius dan juga mengeliminasi bakteri lain yang bukan penyebab penyakit. Efek lainnya
adalah menyebabkan perubahan keseimbangan ekosistem antara strain yang peka dan
resisten. Konsekuensinya adalah gangguan ekologi mikrobial alami. Perubahan ini
menyebabkan munculnya jenis bakteri yang sangat berbeda atau varian resisten dari bakteri
yang sudah ada (Levy, 1997).
Banyaknya pemakaian antibiotik dan penggunaannya yang seringkali salah tidak
diragukan lagi merupakan penyebab utama tingginya jumlah patogen dan bakteri komensal
resisten di seluruh dunia (Barbosa dkk., 2000). Hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan
akan obat baru pada saat fase penemuan antibiotik menurun secara drastis. Mengurangi
penggunaan antibiotik yang tidak tepat dianggap sebagai cara terbaik dalam mengontrol
resistensi (Brunton dkk., 2008).
Meningkatnya perdagangan dan mobilitas manusia akibat globalisasi menyebabkan
terjadinya penyebaran agen infeksius secara cepat, termasuk bakteri resisten. Resistensi
bakteri terhadap antibiotik merupakan masalah global yang terjadi baik pada negara industri
maupun negara berkembang (Wax dkk., 2008).. Negara-negara kaya masih bisa
mengandalkan antibiotik terbaru untuk menangani infeksi akibat bakteri resisten tersebut.
Negara miskin kadang memiliki akses yang terbatas untuk memperoleh obat-obat ini, bahkan
sebagian besar tidak memiliki akses sama sekali. Selain itu, resistensi bakteri terhadap
antibiotik berpengaruh pada biaya perawatan kesehatan di seluruh dunia. Terapi yang tidak
efektif akibat resistensi dikaitkan dengan morbiditas, hilangnya produktifitas bahkan
mortalitas (WHO, 2001).
Konsep penggunaan obat yang rasional dalam beberapa tahun belakangan telah menjadi
topik dalam pertemuan-pertemuan tingkat nasional maupun internasional. Berbagai penelitian
yang dilakukan di negara-negara berkembang mengenai keamanan dan keefektifan
penggunaan obat menunjukkan bahwa penggunaan obat yang tidak rasional merupakan
fenomena global (Ambwani dkk., 2006).
Penggunaan obat yang rasional secara sederhana diartikan sebagai meresepkan obat
yang tepat, dalam dosis yang adekuat untuk durasi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan
klinis pasien, serta dengan harga yang paling rendah (Ambwani dkk., 2006). Menurut World
Health Organization (WHO) Global Strategy, penggunaan antibiotik yang tepat adalah
penggunaan antibiotik yang efektif dari segi biaya dengan peningkatkan efek terapeutik
klinis, meminimalkan toksisitas obat dan meminimalkan terjadinya resistensi (WHO, 2001).
Seleksi awal pemilihan terapi antibiotik hampir selalu bersifat empiris, dan kadang-
kadang pemberian antibiotik dilakukan sebelum organisme penyebab diidentifikasi. Secara
umum penyakit infeksi bersifat akut, dan penundaan terapi antibiotik dapat menyebabkan
morbiditas yang serius bahkan kematian. Oleh karena itu seleksi terapi antibiotik secara
empiris didasarkan pada informasi yang diperoleh dari riwayat pasien, pemeriksaan fisik dan
hasil pewarnaan gram atau tes yang dilakukan secara cepat pada spesimen dari derah infeksi.
Informasi ini, dikombinasi dengan pengetahuan mengenai organisme-organisme penyebab
utama dan pola suseptibilitas lokal akan menghasilkan seleksi antibiotik yang rasional untuk
merawat pasien (Di piro, dkk., 2008).
Visitasi bersama merupakan upaya yang dilakukan oleh RSUP. DR. Wahidin
Sudirohusodo untuk meningkatkan rasionalitas penggunaan antibiotik dan merupakan bagian
dari Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA). Oleh karena itu, penelitian ini
ingin mengetahui bagaimana rasionalitas penggunaan antibiotik di RSUP DR. Wahidin
Sudurohusodo dengan menilai kesesuaian penggunaan antibiotik dengan hasil uji kepekaan
dan bagaimana pengaruh visitasi bersama terhadap rasionalitas penggunaan antibiotik.
.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Pengambilan data dilakukan di Pusat Rekam Medik RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo.
Rancangan penelitian ini adalah longitudinal, dengan melihat kesesuaian penggunaan
antibiotik dengan hasil uji kepekaan.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah peresepan antibiotik RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo.
Sampel penelitian adalah peresepan antibiotik untuk pasien yang melakukan uji kepekaan
yang dirawat pada bulan Nopember 2011-Januari 2012 dan Maret - Mei 2012.
Data diambil melalui rekam medik pasien yang melakukan uji kepekaan yang dirawat
pada bulan Nopember 2011-Januari 2012 dan Maret - Mei 2012. Data yang diperoleh
dianalisis dengan uji Chi-Square.
HASIL
Berdasarkan data yang diperoleh dari SIRS, Jumlah pasien RSUP. DR. Wahidin
Sudirohusodo yang melakukan uji kepekaan pada periode Nopember 2011-Januari 2012
berjumlah 554 pasien dan pada periode Maret-Mei 2012 berjumlah 636 pasien. Total jumlah
pasien adalah 1190. Rekam medik pasien periode pertama yang memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi berjumlah 70 dan pada periode kedua berjumlah 24 rekam medik. Total sampel
yang diperoleh pada penelitian ini adalah 94 rekam medik. Data hasil penelitian yang
meliputi kelompok pasien, ruangan, bahan pemeriksaan, jenis bakteri, antibiotik yang
digunakan sebelum dan setelah uji kepekaan.
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penggunaan antibiotik yang sesuai dengan
hasil uji kepekaan pada periode pertama adalah 48,6% dan pada periode kedua adalah 62,5%,
sisanya merupakan jumlah pemberian antibiotik yang tidak sesuai dengan hasil uji.
Pada periode pertama, bakteri penyebab yang paling banyak ditemukan adalah E. Coli
yang terdapat pada 15 sampel, diikuti Proteus mirabilis pada 8 sampel, Klebsiella
pneumoniae pada 7 sampel, Acinetobacter calcoaceticus dan Staphylococcus aureus masing-
masing pada 6 sampel, Pseudomonas aeroginosa pada 5 sampel, Alkaligenus faecalis dan
Enterobacter agglomerans masing-masing pada 4 sampel, Providencia alcalifaciens dan
Staphylococcus epidermidis masing-masing pada 3 sampel, Burkholderia cepacia,
Enterobacter aerogenosa, Staphylococcus saprofiticus masing-masing pada 2 sampel dan
Enterobacter cloacae, Proteus vulgaris serta Streptococcus spp masing-masing pada 1
sampel . Pada periode kedua, bakteri penyebab yang paling banyak ditemukan juga adalah E.
Coli pada 6 sampel, diikuti Klebsiella pneumoniae pada 4 sampel, Staphylococcus
saprofiticus pada 3 sampel, Alkaligenus faecalis dan Staphylococcus aureus masing-masing
pada 2 sampel, Enterobacter aerogenosa, Enterobacter cloacae, Klebsiella oxytoca, Proteus
mirabilis, Providencia stuartii, Pseudomonas aeroginosa, dan Staphylococcus epidermidis
masing-masing pada 1 sampel. Bakteri penyebab yang paling banyak ditemukan pada kedua
periode adalah E. coli dan yang kedua adalah K. pneumoniae (Tabel 2).
Tabel 3 menunjukkan penggunaan antibiotik untuk 21 sampel dengan bakteri
penyebab E.coli. Diagnosis paling banyak berhubungan dengan infeksi pada traktus urinarius,
dua sampel hipertropi prostat, satu sampel ulkus decubitus dan satu sampel post operasi
sistokel dan retrokel.
Tabel 4 menunjiukkan infeksi oleh K. Pneumoniae terjadi pada sampel dengan lokasi
infeksi yang berbeda-beda.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menemukan bahwa terjadi peningkatan penggunaan antibiotik yang
sesuai dengan hasil uji kepekaan dari periode Nopember 2011-Januari 2012 ke periode
Maret-Mei 2012. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rasionalitas penggunaan
antibiotik di RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo pada periode tersebut. Peningkatan ini juga
menunjukkan bahwa visitasi bersama memiliki pengaruh terhadap rasionalitas penggunaan
antibiotik, meskipun hasil tersebut tidak signifikan secara statistik (p=0,238).
Meskipun terdapat peningkatan, jumlah penggunaan antibiotik yang sesuai dengan
hasil uji kepekaan baik pada pada periode pertama dan periode kedua masih cukup rendah
(Tabel 1). Pemberian antibiotik yang tidak sesuai dengan hasil uji kepekaan mungkin terjadi
karena dokter tidak mempercayai hasil uji kepekaan, dokter menggunakan antibiotik
berdasarkan ketentuan asuransi kesehatan tertentu, adanya pesan sponsor dan lain-lain.
Tabel 2 menunjukkan bahwa E.coli merupakan bakteri terbanyak yang ditemukan
pada periode pertama. Bakteri ini merupakan flora normal saluran cerna manusia yang non
patogenik. Namun E.coli dapat keluar melalui feses dan menyebabkan penyakit. Meskipun
berada di luar saluran cerna, bakteri ini dapat hidup normal dalam air dan dapat bertahan
hidup. Bila terdeteksi dalam air atau makanan atau dimanapun ditemukan (Todar,K. 2008)
berarti telah terjadi kontaminasi oleh E. Coli dan menunjukkan sanitasi yang buruk
(Wiwanitkit, V. 2011). Tabel 3 menunjukkan semua lokasi infeksi berada dekat dengan
saluran pencernaan dan infeksi E.coli sukar dicegah. Infeksi bakteri ini pada satu sampel
ulkus decubitus dan satu sampel dekompresi kordis menunjukkan kurangnya higiene.
Berdasarkan hasil uji kepekaan, meropenem merupakan antibiotik yang sensitif pada 21
sampel tersebut dan doxycycline merupakan antibiotik yang paling banyak resisten yaitu
pada 18 dari 21 sampel.
Infeksi oleh K. Pneumoniae terjadi pada sampel dengan lokasi infeksi yang berbeda-
beda. Bakteri ini merupakan penyebab utama terjadinya infeksi saluran pernafasan seperti
pneumonia, rhinoscleroma, ozaena, sinusitis dan otitis, selain itu dapat pula menyebabkan
infeksi saluran pencernaan seperti enteritis, appendicitis dan cholycystitis. Klebsiella
seringkali dikaitkan dengan infeksi saluran kemih, traktus genitalia dan mata (Sikarwar dan
Batra, 2011). Berdasarkan hasil uji kepekaan, sampel yang terinfeksi bakteri ini paling
banyak sensitif terhadap meropenem, yaitu pada 11 pasien dan paling banyak resisten
terhadap aztreonam dan ciprofloxacin, yaitu pada 10 dari 11 pasien (Tabel 4).
Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Kegiatan visitasi bersama yang
dilakukan pihak rumah sakit tidak diketahui kualitasnya oleh peneliti. Jumlah sampel yang
diperoleh juga terbatas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Jumlah penggunaan antibiotik yang sesuai dengan hasil uji kepekaan sebesar 48,6%
pada periode Nopember 2011-Januari 2012 dan 62,5% pada periode Maret-Mei 2012. Hal ini
menunjukkan rasionalitas penggunaan antibiotik mengalami peningkatan dari periode
pertama hingga kedua yang berarti bahwa visitasi bersama memiliki pengaruh terhadap
rasionalitas penggunaan antibiotiksensitif untuk E. coli adalah meropenem dan yang paling
resisten adalah doxycycline. Sedangkan antibiotik yang paling sensitif untuk K. Pneumoniae
adalah meropenem dan yang paling resisten adalah aztreonam dan ciprofloxacin.
Berdasarkan hasil penelitian ini, usaha untuk mendorong penggunaan antibiotik yang
rasional di RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo perlu ditingkatkan lagi dan perlu dilakukan
penelitian lanjutan dengan sampel pasien yang setelah dilakukan kultur bakteri, memiliki
jenis bakteri yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Ambwani, S., Mathur, A.K. (2006). Rational Drug Use. Health Administrator. XIX: 1: 5-7.
Barbosa, T.M., Levy, S.B. (2000). The Impact of Antibiotic Use on Resistance Development
and Persitence. Drug Resistance Updates (2000) 3, 303311.
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., Buxton, I (Ed). (2008). Goodman & Gilmans
Manual of Pharmacology and Therapeutics. McGraw-Hill Companies: USA.
Di Piro, T.J., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke, G.R., wells, B.G., Posoy, L.M., (2008).
Pharmacotherapy, A Pathophysiologyc Approach, Seventh Edition, Mc Graw Hill
Companies, USA
Levy, S.B. (1997). Antibiotic Resistance: an Ecological Imbalance. Ciba Foundation
Symposium 207, p 1-14. Chichester.

Sikarwar, A.S, Batra, H.V. 2011. Challenge to Healthcare: Multidrug Resistance in


Klebsiella pneumoniae. IPCBEE vol.9 (2011).
Todar, K. (2008). Todars Online Textbook of Bacteriology, (Online),
http://www.textbookofbacteriology.net/e.coli.html, diakses 1 Nopember 2012.

Wax, R.G., Lewis, K., Salyers, AA., Taber, H (Ed). (2008). Bacterial Resistance to
Antimicrobial, 2 nd Ed. CRC Press: Boca Raton.
Wiwanitkit, V. (2011). Escherichia coli Infections, (Online),
(http://filepost.com/files/45a4f978/1466256990Escherichia_coli_infectionsB.pdf/),
diakses 1 Nopember 2012.
World Health Organization.( 2001). WHO Global Strategy for Containment of Antimicrobial
Resistance. Switzerland: World Health Organization.

Tabel 1. Rasionalitas penggunaan antibiotik berdasarkan hasil uji kepekaan

Rasionalitas Periode I (%) Periode II (%) p


Sesuai 34 (48,6) 15 (62,5)
0,238
Tidak sesuai 36 (51,4) 9 (37,5)
Total 70 (100) 24 (100)

Tabel 2. Distribusi jenis bakteri penyebab berdasarkan hasil kultur

No. bakteri Periode I Periode II Total


1. Acinetobacter calcoaceticus 6 - 6
2. Alkaligenus faecalis 4 2 6
3. Burkholderia cepacia 2 - 2
4. E.Coli 15 6 21
5. Enterobacter aerogenosa 2 1 3
6. Enterobacter agglomerans 4 - 4
7. Enterobacter cloacae 1 1 2
8. Klebsiella oxytoca - 1 1
9. Klebsiella pneumoniae 7 4 11
10. Proteus mirabilis 8 1 9
11. Providencia stuartii - 1 1
12. Proteus vulgaris 1 - 1
13. Providencia alcalifaciens 3 - 3
14. Pseudomonas aeroginosa 5 1 6
15. Staphylococcus aureus 6 2 8
16. Staphylococcus epidermidis 3 1 4
17. Staphylococcus saprofiticus 2 3 5
18. Streptococcus spp 1 - 1
Total 70 24 94

Tabel 3. Uji kepekaan untuk infeksi E. coli

No Diagnosis ABSensitif* AB Resisten*


Post extended
1 28
pieloitotomi 2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,16,19,25,26,27,30,33,34
Post op sistokel
2 28
dan retrokel 2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,18,19,25,26,30,33,34
Sindrom nefritis
3 3,4,5,6,7,9,11,13,16,19,25,26,28,30
akut 2,12,16,19,33,34
Paraplegi ec
4 fraktur dekompresi 12,19,23,28
femur 2,4,5,6,7,9,10,11,13,16,25,26,27,30
Dekompresi kordis
5 28
kanan 2,4,5,6,7,10,11,12,13,16,19,23,26,27,30
6 Post sachse uretra 10,13,25,26,28,30 4,5,6,7,9,11,12,16,19,23,27
DM tipe II, ulcus
7 23,28
decubitus 2,4,5,6,7,9,11,12,13,16,19,25,26,27,30
8 Hidronefrosis 4,5,7,9,10,11,12,28 2,3,6,13,16,25,27,30,34
TB intestinal, B20,
9 12,19,28
tumor caecum 2,4,5,6,7,9,10,11,16,23,25,26,27,30
Glomerulonefritis
10 23,28
akut 2,5,7,9,10,11,12,13,16,19,25,26,27,30
11 Sindrom nefrotik 28 2,4,5,6,7,9,10,11,12,13,16,19,23,25,26,27
Overflow
12 inkontinensia 4,6,7,9,10,11,19,28
urine 2,5,12,13,16,23,25,26,27,30
CKD ec nefropati
13 10,13,19,23,25,26,28,30
obstruktif 2,4,5,6,7,9,11,12,16,27
Striktur uretra,
14 19,23,28
vesikulolitiasis 2,4,5,6,7,9,10,11,12,13,16,25,26,27,29,30
15 CKD 23,28 2,4,6,9,10,11,12,13, 16,19,25,26,27, 30
16 Nefrolitiasis 4,6,7,11,16,19,27,28 3,5,13,17,23,25,26,30
Post op
17 4,5,7,11,12,19,23,28
pyelolitotomi 3,13,16,25,26,27,30
18 Ca prostat 1,12,28 3,4,5,6,7,9,10,11,16,19,25,26,31,
CKD, nefropati
19 12,16,28,31
obstruktif 2,3,4,5,6,7,9,10,11,13,19,23,25,26,30
20 Hipertropi prostat 1,12,18,19,28 2,3,4,7,9,13,16,25,30,31
Batu pyelum
21 multipel, 28
hidronefrosis 2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,16,19,25,26,27,30,33,34
*Keterangan

Tabel 4. Uji kepekaan untuk infeksi K. Pneumoniae

No Diagnosis AB sensitif* AB Resisten*


Efusi pleura, abses 2,3,4,5,6,9,11,12,13,16,19,25,26,27,3
1 7,28,34
hepar 0,33
3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,16,19,25,26,
2 Hipertropi prostat 2,19
27,28,30,33,34
3 Tumor buli-buli 16,27,28,34 2,3,4,6,7,9,10,11,13,23,25,30
TCB GCS 10, SDH
4 12,28,30 3,4,6,7,9,10,11,13,16,23,25,27
temporal
2,4,5,6,7,9,10,11,12,13,16,23,25,26,3
5 Batu pyelum 19,28
0
6 Nefrolitiasis 28 3,4,5,6,7,11,12,13,16,19,23,25,26,27
7 Ca prostat 3,5,6,9,11,28 2,4,7,10,12,13,16,25,27,30,33,34
8 Post chest tube ec 28 3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,16,19,23,25,2
efusi pleura 6,27,30
Abses punggung, DM
9 12,16,25,26,27,28,30 3,4,5,6,7,11,13,23
tipe II
3,4,5,6,7,11,12,13,16,19,23,25,26,27,
10 Crush injuri femur 28
30
1,2,3,4,5,9,10,11,13,16,19,23,26,30,3
11 IBD chronn's disease 12,18,28
1
*keterangan
1 Amikacin 11 Ceftriaxone 21 Meticillin 31 Sulfamethoxazole
32 Sulfamethoxazole-
2 Amoxicillin 12 Chloramphenicol 22 Novobiocin Trimetoprim
3 Ampicillin/Sulbactam 13 Ciprofloxacin 23 Neomycin 33 Tetracyclin
4 Aztreonam 14 Clindamycin 24 Nitrofurantoin 34 Trimetoprim
5 Cefuroxime 15 Dibekacin 25 Norfloxacin 35 Tobramycin
6 Cefazolin 16 Doxycycline 26 Ofloxacin 36 Vancomycin
7 Cefepime 17 Eritromicin 27 Oxytetracyclin 37 Imipenem
8 Cefoperazon 18 Fosfomycin 28 Meropenem 38 Bacitracin
9 Cefotaxim 19 Gentamicin 29 Sulbactam/Cefoperazone 39 Cefadroxyl
10 ceftazidime 20 Gatifloxacin 30 Levofloxacin 40 Claritromycin
41 Cefixime

Anda mungkin juga menyukai