Makalah GGA
Makalah GGA
Dosen Pebimbing
DISUSUN OLEH :
Kelompok 9
2016
1
Anggota Kelompok 9
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu
dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi
berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, perasaan,
dan bahkan emosi seseorang sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara
penyampai pesan dan penerima pesan. Komunikasi verbal adalah jenis komunikasi yang
paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit.Komunikasi verbal
biasanya lebih akurat dan tepat waktu.Kata-kata adalah alat atau symbol yang dipakai untuk
mengekspresikan idea tau perasaan, membangkitkan respon emosional atau menguraikan
objek, observasi dan ingatan.Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespons secara langsung.Komunikasi nonverbal
adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi nonverbal merupakan
cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepadaorang lain (Purba, 2003).
3
bukannya kompetensi klinik.Dan keluhan yang paling sering ialah dokter tidak
mendengarkan mereka (Meryn, 1998).
Survei global terbaru yang dilakukan di tujuh negara yaitu Inggris, Jerman, Itali,
Korea, meksiki, Spanyol dan Finlandia mengungkapkan bahwa komunikasi efektif dokter
dengan pasien ialah kunci pada perawatan dan diagnose akurat danlebih awal untuk pasien
dengan neurotic pain. Sekali pasien berkonsultasi pada dokter tentang sakitnya, komunikasi
terbatas atau kurang efektif dapat lebih jauh menunda pengenalan dari rasa nyeri
(Anonimous, 2007).
Menurut kesimpulan yang dirangkum oleh American Society of Internal Medicine,
komunikasi yang baik ternyata berhasil menurunkan angka keluhan dan tuntutan hukum
terhadap dokter.Sebagian pasien mengeluhkan layanan dokter bukan karena kemampuan
dokter tersebut kurang, namun karena mereka merasa kurang diperhatikan.Dokter
hendaknya tak memperlihatkan sikap yang tergesa-gesa dan bersedia mendengarkan dengan
baik (Djauzi dan Supartondo, 2004).
Banyaknya kunjungan pasien di RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado,
mengharuskan pelayanan yang diberikan kepada pasien haruslah bersifat optimal.Salah satu
di antaranya adalah pelayanan berupa komunikasi dokter yang efektif. Dalam pengalaman
sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang paling sering dikemukakan dalam kaitannya dengan
sikap dan perilaku petugas rumah sakit antara lain:keterlambatan pelayanan dokter dan
perawat, dokter sulit ditemui, dokter yang kurang komunikatif dan informative, lamanya
proses masuk rawat, aspek pelayanan hotel di rumah sakit, serta ketertiban dan kebersihan
lingkungan rumah sakit. Sikap, perilaku, tutur kata, keacuhan, keramahan petugas, serta
kemudahan mendapatkaninformasi dan komunikasi menduduki peringkat yang tinggi dalam
persepsi kepuasan rumah sakit (Suryawati et al, 2006).
Komunikasi yang efektif merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien berdasarkan standar keselamatan pasien di rumah sakit. Komunikasi yang tidak
efektif adalah hal yang paling sering disebutkan sebagai penyebab dalam beberapa kasus
yang ada di rumah sakit. Komunkasi harus tepat pada waktunya, akurat, komplit tidak rancu
dan dimengerti oleh penerima. (JCI, 2007). Komunikasi yang efektif dapat diterapkan
menjadi prosedur berupa perintah yang disampaikan baik secara langsung (face to face)
maupun melalui telepon yaitu dengan menggunakan bahasa verbal maupun non verbal
4
melalui verifikasi dengan mengulang perintah ataupun hasil uji klinis yang diterima serta
harus dilakukan oleh orang yang menerima informasi tersebut. Rumah sakit harus
mengembangkan dan mensosialisasikan sistem dimana semua perintah maupun hasil uji
klinis yang diterima harus diverifikasi atau dibacakan ulang kepada pihak yang memberikan
perintah (istanti,2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014) menunjukan Pelatihan komunikasi
SABAR efektif dalam meningkatkan mutu operan jaga di bangsal Wardah RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, hal ini menunjukan bahwa komunikasi SBARefekif
melibatkan tenaga kesehatan, pasien dan keluarga disesuaikan kondisinya dapat membantu
dalam komunikasi, baik individu dengan tim yang akhirnya dapat mempengaruhi perubahan
dalam meningkatkan mutu operan jaga dan meningkatkan keselamatan pasien, sehingga ada
dampak positif dan terlihat ada perbaikan pada pelaporan insiden keselamatan pasien.
Penelitian lain tentang komunikasi SBAR adalah penelitian yang dilakukan oleh
Fitria (2013) tentang pelatihan Komunikasi SBAR dalam Meningkatkan Motivasi dan
Psikomotor perawat tujuan penelitian menganalisis efektifitas pelatihan komunikasi SBAR
dalam meningkatkan motivasi dan psikomotor perawat di ruang perawatan medikal bedah.
Pada penelitian ini dilaporkan adanya temuan baru bahwa komunikasi
SBAR dapat meningkatkan motivasi dan psikomotor perawat hal ini dapat
mempengaruhi kinerja perawat dan dapat meningkatkatkan budaya kerja perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien.
Menurut Erel Joffe, MS; James P. Turley, RN; Kevin O. Hwang, Todd R. Johnson,
Craig W. Johnson, Elmer V. Bernstam (2013) menunjukan bahwa komunikasi SBAR dapat
meningkatkan komunikasi lewat telepon antara perawat dan dokter dengan menggunakan
tool SBAR yang sudah terstruktur dan akurat sehingga masalah dapat dievaluasi dan
dikomunikasikan dengan jelas dan baik dan dapat meningkatkan keselamatan pasien
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
istilah kepemimpinan (leadership) sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena
kepemimpinan memilki dua fungsi, yaitu mempertahankan kelangsungan kelompok dan
pencapaian tujuan.
3. Komunikasi organisasional/institusional (organizational/institutional communication)
Komunikasi organisasional atau instItusional berkenaan dengan komunikasi yang
berlangsung dalam jaringan kerjasama antar pribadi dan/atau antarkelompok dalam suatu
organisasi atau institusi.
Merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalaya luas yang biasanya
menggunakan teknologi media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, da
internet.
5. Komunikasi budaya (cultural communication)
Bidang kajian komunikasi budaya mencakup bentuk-bentuk ekspresi simbolik baik yang
bersifat artefak, seperti lukisan, wayang, patung, gapura, candi, bangunan arsitektur, dan
museum maupun yang bersifat nonartefak, seperti, tarian, nyanyian, teater, drama,
musikdan puisi. Komunikasi kultural berkembang seiring dengan perkembangan yang
ada di masyarakat, atau lebih tepatnya budaya masyarakat.
2.3 Jenis-jenis Komunikasi
Menurut Yulisetyaningrum dkk, 2011 komunikasi dibagi menjadi beberapa yaitu :
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal.
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbolyang menggunakan satu kata atau
lebih.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakanpesan-pesan nonverbal.
Istilah nonverbal biasanya digunakan untukmelukiskan semua peristiwa komunikasi di
luar kata-kata terucap dan tertulis.
3. Komunikasi tatap muka
4. Komunikasi Barmedia
7
2.4 Jenis komunikasi dalam pelayanan
9
2.5 Transportasi pada pasien kritis
Transportasi pasien atau memindalikan pasien dan satu tempat ke tempat lain
seringkali diperlukan, namun perlu diingat bahwa pasien dengan sakit yang kritis tidak
mempunyai atau hanya mempunyai sedikit cadangan fisiologik. Sehingga pemindahan pasien
kritis dapat menimbulkan problem yang besar. Alasan itulah maka pemindahan pasien kritis
memerlukan perencanaan yang cermat serta pengawasan yang ketat.
a. Pedoman transportasi pasien
Pemindahan pasien kritis dengan aman didasarkan atas 5 pedoman, yaitu:
1. Perencanaan
2. sumber daya manusia
3. peralatan
4. Prosedur
5. lintasan.
b. Kategori transfer pasien
1. Transportasi intra mural (pemindahan dalam satu lingkup RS).
2. Transportasi ekstra mural (pemindahan di luar RS). Ada 3 jenis pemindahan:
a. Pre RS (primer)
Dan tempat kejadian ke RS.
b. Inter RS (sekunder)
Pemindahan dan RS ke RS lain.
c. International
Jarak Iebih dari 5.000 km.
3. Kategori Transportasi lainnya.
a. Transportasi Neonatus/anak.
b. Transportasi pada pasien yang mengalami kecelakaan sewaktu menyelam.
c. Transportasi pasien ICU pada saat kebakaran.
c. Transportasi Intra mural
Pemindahan pasien dalam lingkungan RS seringkali diperlukan, sebagai contoh
dan UGD, kamar operasi atau dan ruangan!zaal yang akan masuk ke ICU, ataupun untuk
keperluan diagnostik. Pemindahan pasien dalam lingkungan RS relative sederhana,
meskipun pada keadaan darurat tetap harus diperhatikan/diantisipasi. Keuntungan dan
10
intervensi pemindahan pasien harus mempertimbangkan resiko dan pemindahan tersebut,
lebth-lebih pada pasien kritis. Langkah-langkah pemindahan pasien harus ditata dengan
baik, sehingga dapat terhindar dan bahaya baru atau resiko lain.
Perencanaan
Perencanaan harus ditetapkan sebagai protokol dan dibuat sejelas mungkin. Perawatan
selama pemindahan harus sebanding dengan perawatan selama di ruangan. Waktu
pemindahan harus ditetapkan. Termasuk rute perjalanan yang akan dilewati. Komunikasi
antar petugas untuk koordinasi mempunyai peranan penting. Perencanaan yang salah
akan menyebabkan memefektifitas dan memperpanjang atau memperlama perjalanan
pemindahan.
Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga, ketrarnpilan/skill petugas harus dipertimbangkan sesuai dengan kondisi
pasien yang dipindahkan. Tim transportasi merupakan kombinasi dan dokter, perawat
clan profesi lain yang terkait. Setiap anggota tim harus familiar terhadap peralatan yang
digunakan, mempunyai kemampuan serta berpengalaman mengenali dan mengatasi
masalah, seperti kemampuan untuk pembebasan jalan nafas, ventilasi, resusitasi ataupun
tindakan kedaruratan lain. Di dalam tim harus ada pembagian tugas yang jelas, sehingga
memudahkan prosedur.
Peralatan
Peralatan selama pemindahan harus tetap berfungsi sampai tempat tujuan. Peralatan harus
mudah penggunaannya, dan tidak dibenarkan peralatan diletakkan pada pasien atau
dibawa oleh petugas. Peralatan yang dibawa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
pasien. Monitor EKG, denyut nadi dan tensi diperlukan oleh setiap pasien (kecuali pada
pemindahan pasien dalam proses penyembuhan ke bangsal perawatan biasa). Monitor
respirasi, oksi metri, alat defebrilasi dan suction harus disediakan pada pasien yang
tergantung pada ventilator atau pasien yang unstabil. Ventilator portable akan
memberikan ventilasi yang lebih konsisten dibandingkan dengan kantong Resusilator
manual. Monitor tekanan darah otomatis non invasif dan pompa imfus sangat dibutuhkan.
Kotak emergency kit jangan berisi obat-obat emergency analgetik, seclatif, pelumpuh
otot dan intubasi set sangat membantu untuk meigatasi masalahmasalah darurat yang
11
mungkin terjadi selama tindakan transportasi pasien. Peralatan yang menggunakan ants
listrik harus tetap berfungsi. Selama perjalanan, bila perlu membawa baterai cadangan.
Peralatan yang terpasang pada pasien seperti dramage, USD, mfus line atau cup line,
catheter harus dipastikan dalam keadaan aman selama perjalanan. Semua peralatan
tersebut harus siap pakai dan diperiksa secara teratur.
Prosedur
Tim transport harus terbebas dan tugas lain. Petugas penerima telah siap sebelum
pemindahan dimulai, waktu kedatangan diketahui dengan jelas. Sebelum berangkat alat-
alat siap, perbaikan pasien dapat dilakukan mis, pemberian sedatif, mengganti cairan
infus, transfusi yang habis, memastikan obat-obat motorik telah masuk ke dalam infus,
dan sebagainya. Pemberian trnasport tidak boleh mengabaikan pengobatan dan perawatan
dasar pasien.
Lintasan
Tempat tidur/brancard, peralatan dan petugas dengan aman dapat melewati seluruh rute
perjalanan. Jika tempat tidur tidak dapat melewati rate mis pintu/lift gunakan brancard.
(Kelemahan brancard tidak cukup membawa alat yang dibutuhkan). Hindari trauma pada
pasien atau petugas selama memindahkan pasien. Lift barus digunakan selain
pengunjung/wartawan sebelum memindahkan pasien sehingga tidak menghambat
perjalanan. Gerakan dan getaran yang kasar harus dimmimalkan. Status pasien dipenksa
setiap interval tertentu. Segala perubahan keadaan pasien atau konclisi kritis yang
mungkin terjadi dicatat. Pemindahan pasien dapat menggunakan temapat tidur dengan
catatan tempat tidur beserta petugas dapat masuk lift dan dengan aman dapat melewati
seluruh rute.
12
DAFTAR PUSTAKA
Istanti, Sukesih. 2015. Peningkatan Patient Safety Dengan Komunikasi Sbar. Program
Pascasarjana , Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Te Oh, 1990, Sydney London Boston Singapore Toronto Wellington, Intensive Caremanual,
Third Edision.
Yulisetyaningrum Dkk, 2011. Hubungan Komunikasi Teraupetik Verbal Dan Non Verbal
Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Di Instalansi Perawat Intensif
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus.
13