Anda di halaman 1dari 13

TUGAS GAWAT DARURAT

Komunikasi verbal transfer pasien

Dosen Pebimbing

DISUSUN OLEH :

Kelompok 9

PROGRAM STUDI S1KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2016

1
Anggota Kelompok 9

Corry Anindya P (1211011008)

Dwi Harris Kurniati (1211011014)

Izza Hapsari (12110110)

Angga Juniantoro (1211011039)

Bagus Rifandani (12110110)

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu
dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi
berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, perasaan,
dan bahkan emosi seseorang sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara
penyampai pesan dan penerima pesan. Komunikasi verbal adalah jenis komunikasi yang
paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit.Komunikasi verbal
biasanya lebih akurat dan tepat waktu.Kata-kata adalah alat atau symbol yang dipakai untuk
mengekspresikan idea tau perasaan, membangkitkan respon emosional atau menguraikan
objek, observasi dan ingatan.Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespons secara langsung.Komunikasi nonverbal
adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi nonverbal merupakan
cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepadaorang lain (Purba, 2003).

Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien, perawat-perawat begitu juga


dengan anggota kesehatan lain nya merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai
dokter.Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian
masalah kesehatan pasien.Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan,
baik dalam pendidikan maupun dalam praktik

kedokteran. Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang


cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya.
Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan
diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut (Anonimous, 2006).
Dalam komunikasi global, kita diperhadapkan dengan terganggunya komunikasi
antara dokter dan pasien, meningkatnya ketidakpuasan pasien, munculnya banyak keluhan
dan tuntutan malpraktek, serta ditinggalkannya kedokteran konvensional dan digantikan
dengan alternatif yang seringkali tidak dapat dibuktikan.Keluhan yang paling sering
diajukan oleh pasien dan masyarakat mengenai dokter yaitu masalah komunikasi dan

3
bukannya kompetensi klinik.Dan keluhan yang paling sering ialah dokter tidak
mendengarkan mereka (Meryn, 1998).
Survei global terbaru yang dilakukan di tujuh negara yaitu Inggris, Jerman, Itali,
Korea, meksiki, Spanyol dan Finlandia mengungkapkan bahwa komunikasi efektif dokter
dengan pasien ialah kunci pada perawatan dan diagnose akurat danlebih awal untuk pasien
dengan neurotic pain. Sekali pasien berkonsultasi pada dokter tentang sakitnya, komunikasi
terbatas atau kurang efektif dapat lebih jauh menunda pengenalan dari rasa nyeri
(Anonimous, 2007).
Menurut kesimpulan yang dirangkum oleh American Society of Internal Medicine,
komunikasi yang baik ternyata berhasil menurunkan angka keluhan dan tuntutan hukum
terhadap dokter.Sebagian pasien mengeluhkan layanan dokter bukan karena kemampuan
dokter tersebut kurang, namun karena mereka merasa kurang diperhatikan.Dokter
hendaknya tak memperlihatkan sikap yang tergesa-gesa dan bersedia mendengarkan dengan
baik (Djauzi dan Supartondo, 2004).
Banyaknya kunjungan pasien di RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado,
mengharuskan pelayanan yang diberikan kepada pasien haruslah bersifat optimal.Salah satu
di antaranya adalah pelayanan berupa komunikasi dokter yang efektif. Dalam pengalaman
sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang paling sering dikemukakan dalam kaitannya dengan
sikap dan perilaku petugas rumah sakit antara lain:keterlambatan pelayanan dokter dan
perawat, dokter sulit ditemui, dokter yang kurang komunikatif dan informative, lamanya
proses masuk rawat, aspek pelayanan hotel di rumah sakit, serta ketertiban dan kebersihan
lingkungan rumah sakit. Sikap, perilaku, tutur kata, keacuhan, keramahan petugas, serta
kemudahan mendapatkaninformasi dan komunikasi menduduki peringkat yang tinggi dalam
persepsi kepuasan rumah sakit (Suryawati et al, 2006).
Komunikasi yang efektif merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien berdasarkan standar keselamatan pasien di rumah sakit. Komunikasi yang tidak
efektif adalah hal yang paling sering disebutkan sebagai penyebab dalam beberapa kasus
yang ada di rumah sakit. Komunkasi harus tepat pada waktunya, akurat, komplit tidak rancu
dan dimengerti oleh penerima. (JCI, 2007). Komunikasi yang efektif dapat diterapkan
menjadi prosedur berupa perintah yang disampaikan baik secara langsung (face to face)
maupun melalui telepon yaitu dengan menggunakan bahasa verbal maupun non verbal

4
melalui verifikasi dengan mengulang perintah ataupun hasil uji klinis yang diterima serta
harus dilakukan oleh orang yang menerima informasi tersebut. Rumah sakit harus
mengembangkan dan mensosialisasikan sistem dimana semua perintah maupun hasil uji
klinis yang diterima harus diverifikasi atau dibacakan ulang kepada pihak yang memberikan
perintah (istanti,2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014) menunjukan Pelatihan komunikasi
SABAR efektif dalam meningkatkan mutu operan jaga di bangsal Wardah RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, hal ini menunjukan bahwa komunikasi SBARefekif
melibatkan tenaga kesehatan, pasien dan keluarga disesuaikan kondisinya dapat membantu
dalam komunikasi, baik individu dengan tim yang akhirnya dapat mempengaruhi perubahan
dalam meningkatkan mutu operan jaga dan meningkatkan keselamatan pasien, sehingga ada
dampak positif dan terlihat ada perbaikan pada pelaporan insiden keselamatan pasien.
Penelitian lain tentang komunikasi SBAR adalah penelitian yang dilakukan oleh
Fitria (2013) tentang pelatihan Komunikasi SBAR dalam Meningkatkan Motivasi dan
Psikomotor perawat tujuan penelitian menganalisis efektifitas pelatihan komunikasi SBAR
dalam meningkatkan motivasi dan psikomotor perawat di ruang perawatan medikal bedah.
Pada penelitian ini dilaporkan adanya temuan baru bahwa komunikasi
SBAR dapat meningkatkan motivasi dan psikomotor perawat hal ini dapat
mempengaruhi kinerja perawat dan dapat meningkatkatkan budaya kerja perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien.
Menurut Erel Joffe, MS; James P. Turley, RN; Kevin O. Hwang, Todd R. Johnson,
Craig W. Johnson, Elmer V. Bernstam (2013) menunjukan bahwa komunikasi SBAR dapat
meningkatkan komunikasi lewat telepon antara perawat dan dokter dengan menggunakan
tool SBAR yang sudah terstruktur dan akurat sehingga masalah dapat dievaluasi dan
dikomunikasikan dengan jelas dan baik dan dapat meningkatkan keselamatan pasien

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-


simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
Komunikasi memiliki beberapa unsur dasarantara lain
1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan.
2. Pesan, yaitu pernyataan yang didukung lambang berupa bahasa, suara, gerak, warna.
3. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan.
4. Media, yakni sarana atau saluran dari komunikasi.
5. Respon atau umpan balik, yaitu reaksi komunikan sebagai pengaruh dari pesan yang
diterimanya.
Komunikasi dapat dikatakan sebagai kegiatan sentral dalam kehidupan manusia.
Hampir semua aktivitas manusia memerlukan komunikasi di dalamnya. Oleh karena itu,
kajian secara ilmiah mengenai gejala atau realitas komunikasi memiliki cakupan yang
sangat luas. Hal ini meliputi semua bentuk hubungan antarmanusia dan penggunaan
lambang-lambang, baik verbal maupun non verbal.
2.2 Kajian ilmiah Komunikasi
Secara lebih terinci, kajian ilmiah dalam komunikasi meliputi
1. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication).
Komunikasi antar pribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan interaktif antara
seorang individu dan individu lain, di mana lambang-lambang pesan secara efektif
digunakan, terutama lambang-lambang bahasa. Konsep jalinan hubungan atau
relationship sangat penting dalam kajian komunikasi antar pribadi. Jalinan hubungan
adalah seperangkat harapan yang ada pada partisipan yang dengan itu mereka
menunjukkan perilaku tertentu di dalam berkomunikasi.
2. Komunikasi kelompok (group communication)
Bidang kajian ini pada dasarnya mempelajari pola-pola interaksi antar individu dalam
suatu kelompok sosial (kelompok kecil), dengan titik berat tertentu, misalnya
pengambilan keputusan. Dalam komunikasi kelompok dan pengambilan keputusan,

6
istilah kepemimpinan (leadership) sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena
kepemimpinan memilki dua fungsi, yaitu mempertahankan kelangsungan kelompok dan
pencapaian tujuan.
3. Komunikasi organisasional/institusional (organizational/institutional communication)
Komunikasi organisasional atau instItusional berkenaan dengan komunikasi yang
berlangsung dalam jaringan kerjasama antar pribadi dan/atau antarkelompok dalam suatu
organisasi atau institusi.

4. Komunikasi massa (mass communication)

Merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalaya luas yang biasanya
menggunakan teknologi media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, da
internet.
5. Komunikasi budaya (cultural communication)
Bidang kajian komunikasi budaya mencakup bentuk-bentuk ekspresi simbolik baik yang
bersifat artefak, seperti lukisan, wayang, patung, gapura, candi, bangunan arsitektur, dan
museum maupun yang bersifat nonartefak, seperti, tarian, nyanyian, teater, drama,
musikdan puisi. Komunikasi kultural berkembang seiring dengan perkembangan yang
ada di masyarakat, atau lebih tepatnya budaya masyarakat.
2.3 Jenis-jenis Komunikasi
Menurut Yulisetyaningrum dkk, 2011 komunikasi dibagi menjadi beberapa yaitu :
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal.
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbolyang menggunakan satu kata atau
lebih.

2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakanpesan-pesan nonverbal.
Istilah nonverbal biasanya digunakan untukmelukiskan semua peristiwa komunikasi di
luar kata-kata terucap dan tertulis.
3. Komunikasi tatap muka
4. Komunikasi Barmedia

7
2.4 Jenis komunikasi dalam pelayanan

Jenis komunikasi dalam pelayanan

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilakudan memungkinkan


individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan
Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan
publik. Dalam hal ini, lebih difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995)
ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara
terapeutik.
a. Komunikasi verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanankeperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Kata kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk
mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau
menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti
yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal
dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara
langsung. Komunikasi verbal yang efektif harus:

1. Jelas dan ringkas


Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit
kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas.
2. Perbendaharaan kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat,klien dapat
menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien.
3. Arti Denotatif dan Konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat
8
dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati
kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan
keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat
harus hati-hati memilih kata-katasehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan,
terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi
klien.
4. Selaan dan Kesempatan Berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara
dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk
menekankan pada hal tertentu, member waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata.
5. Waktu dan Relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat
dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat.
6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane
(1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan
hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa
sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan
humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak
mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien

9
2.5 Transportasi pada pasien kritis
Transportasi pasien atau memindalikan pasien dan satu tempat ke tempat lain
seringkali diperlukan, namun perlu diingat bahwa pasien dengan sakit yang kritis tidak
mempunyai atau hanya mempunyai sedikit cadangan fisiologik. Sehingga pemindahan pasien
kritis dapat menimbulkan problem yang besar. Alasan itulah maka pemindahan pasien kritis
memerlukan perencanaan yang cermat serta pengawasan yang ketat.
a. Pedoman transportasi pasien
Pemindahan pasien kritis dengan aman didasarkan atas 5 pedoman, yaitu:
1. Perencanaan
2. sumber daya manusia
3. peralatan
4. Prosedur
5. lintasan.
b. Kategori transfer pasien
1. Transportasi intra mural (pemindahan dalam satu lingkup RS).
2. Transportasi ekstra mural (pemindahan di luar RS). Ada 3 jenis pemindahan:
a. Pre RS (primer)
Dan tempat kejadian ke RS.
b. Inter RS (sekunder)
Pemindahan dan RS ke RS lain.
c. International
Jarak Iebih dari 5.000 km.
3. Kategori Transportasi lainnya.
a. Transportasi Neonatus/anak.
b. Transportasi pada pasien yang mengalami kecelakaan sewaktu menyelam.
c. Transportasi pasien ICU pada saat kebakaran.
c. Transportasi Intra mural
Pemindahan pasien dalam lingkungan RS seringkali diperlukan, sebagai contoh
dan UGD, kamar operasi atau dan ruangan!zaal yang akan masuk ke ICU, ataupun untuk
keperluan diagnostik. Pemindahan pasien dalam lingkungan RS relative sederhana,
meskipun pada keadaan darurat tetap harus diperhatikan/diantisipasi. Keuntungan dan

10
intervensi pemindahan pasien harus mempertimbangkan resiko dan pemindahan tersebut,
lebth-lebih pada pasien kritis. Langkah-langkah pemindahan pasien harus ditata dengan
baik, sehingga dapat terhindar dan bahaya baru atau resiko lain.
Perencanaan
Perencanaan harus ditetapkan sebagai protokol dan dibuat sejelas mungkin. Perawatan
selama pemindahan harus sebanding dengan perawatan selama di ruangan. Waktu
pemindahan harus ditetapkan. Termasuk rute perjalanan yang akan dilewati. Komunikasi
antar petugas untuk koordinasi mempunyai peranan penting. Perencanaan yang salah
akan menyebabkan memefektifitas dan memperpanjang atau memperlama perjalanan
pemindahan.
Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga, ketrarnpilan/skill petugas harus dipertimbangkan sesuai dengan kondisi
pasien yang dipindahkan. Tim transportasi merupakan kombinasi dan dokter, perawat
clan profesi lain yang terkait. Setiap anggota tim harus familiar terhadap peralatan yang
digunakan, mempunyai kemampuan serta berpengalaman mengenali dan mengatasi
masalah, seperti kemampuan untuk pembebasan jalan nafas, ventilasi, resusitasi ataupun
tindakan kedaruratan lain. Di dalam tim harus ada pembagian tugas yang jelas, sehingga
memudahkan prosedur.
Peralatan
Peralatan selama pemindahan harus tetap berfungsi sampai tempat tujuan. Peralatan harus
mudah penggunaannya, dan tidak dibenarkan peralatan diletakkan pada pasien atau
dibawa oleh petugas. Peralatan yang dibawa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
pasien. Monitor EKG, denyut nadi dan tensi diperlukan oleh setiap pasien (kecuali pada
pemindahan pasien dalam proses penyembuhan ke bangsal perawatan biasa). Monitor
respirasi, oksi metri, alat defebrilasi dan suction harus disediakan pada pasien yang
tergantung pada ventilator atau pasien yang unstabil. Ventilator portable akan
memberikan ventilasi yang lebih konsisten dibandingkan dengan kantong Resusilator
manual. Monitor tekanan darah otomatis non invasif dan pompa imfus sangat dibutuhkan.
Kotak emergency kit jangan berisi obat-obat emergency analgetik, seclatif, pelumpuh
otot dan intubasi set sangat membantu untuk meigatasi masalahmasalah darurat yang

11
mungkin terjadi selama tindakan transportasi pasien. Peralatan yang menggunakan ants
listrik harus tetap berfungsi. Selama perjalanan, bila perlu membawa baterai cadangan.
Peralatan yang terpasang pada pasien seperti dramage, USD, mfus line atau cup line,
catheter harus dipastikan dalam keadaan aman selama perjalanan. Semua peralatan
tersebut harus siap pakai dan diperiksa secara teratur.

Prosedur
Tim transport harus terbebas dan tugas lain. Petugas penerima telah siap sebelum
pemindahan dimulai, waktu kedatangan diketahui dengan jelas. Sebelum berangkat alat-
alat siap, perbaikan pasien dapat dilakukan mis, pemberian sedatif, mengganti cairan
infus, transfusi yang habis, memastikan obat-obat motorik telah masuk ke dalam infus,
dan sebagainya. Pemberian trnasport tidak boleh mengabaikan pengobatan dan perawatan
dasar pasien.
Lintasan
Tempat tidur/brancard, peralatan dan petugas dengan aman dapat melewati seluruh rute
perjalanan. Jika tempat tidur tidak dapat melewati rate mis pintu/lift gunakan brancard.
(Kelemahan brancard tidak cukup membawa alat yang dibutuhkan). Hindari trauma pada
pasien atau petugas selama memindahkan pasien. Lift barus digunakan selain
pengunjung/wartawan sebelum memindahkan pasien sehingga tidak menghambat
perjalanan. Gerakan dan getaran yang kasar harus dimmimalkan. Status pasien dipenksa
setiap interval tertentu. Segala perubahan keadaan pasien atau konclisi kritis yang
mungkin terjadi dicatat. Pemindahan pasien dapat menggunakan temapat tidur dengan
catatan tempat tidur beserta petugas dapat masuk lift dan dengan aman dapat melewati
seluruh rute.

12
DAFTAR PUSTAKA

Istanti, Sukesih. 2015. Peningkatan Patient Safety Dengan Komunikasi Sbar. Program
Pascasarjana , Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Te Oh, 1990, Sydney London Boston Singapore Toronto Wellington, Intensive Caremanual,
Third Edision.
Yulisetyaningrum Dkk, 2011. Hubungan Komunikasi Teraupetik Verbal Dan Non Verbal
Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Di Instalansi Perawat Intensif
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus.

13

Anda mungkin juga menyukai