Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia dengan jumlah pulau
sekitar 17.500 pulau dan memiliki garis panjang pantai terpanjang kedua di dunia setelah
Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan wilayah lautan. Hal ini membuat
Indonesia memiliki potensi ekonomi di sektor kelautan dan perikanan dan tentu saja potensi
tersebut dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat maritim. Sektor maritim dan
kelautan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat maritim dan
kelautan, hal ini disebabkan karena nelayan dan masyarakat pesisir memiliki kearifan lokal
dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya laut, sehingga keberlanjutan sumber
kehidupan mereka tetap terjamin.
Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) Food Outlook pada tahun 2015,
dapat dilihat bahwa Indonesia menempati peringkat ke-2 produsen perikanan dunia setelah
Cina. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat produksi budidaya dan hasil
laut yang melimpah akan tetapi nilai ekspor produksi perikanan Indonesia masih menempati
peringkat ke-4 dunia, di bawah Vietnam dan Thailand. Hal ini menunjukkan Indonesia belum
cukup kompetitif di tingkat dunia yang disebabkan, antara lain (1). produk yang diekspor
adalah produk perikanan dengan nilai ekonomi yang rendah; (2). produk yang diekspor masih
dalam bentuk bahan baku; (3) adanya proteksi harga; serta (4). kualitas produk ekspor yang
masih rendah.
Tabel 1. Tabel Produksi Perikanan Budidaya dan Hasil Laut Dunia
Negara 2010 2011 2012 2013
Total 78.112.615 82.857.018 90.280.291 97.201.872
China 47.829.610 50.173.140 53.942.924 57.113.175
Indonesia 6.277.924 7.937.072 9.599.765 13.113.175
India 3.790.021 3.677.584 4.213.980 4.554.109
Vietnam 2.706.800 3.052.500 3.320.100 3.294.480
Filipina 2.545.967 2.608.120 2.541.965 2.373.386
Banglades 1.308.515 1.523.759 1.726.055 1.859.808
Korea Selatan 1.377.233 1.499.335 1.509.226 1.533.446
Norwegia 1.019.802 1.148.893 1.321.119 1.247.865
Mesir 919.585 986.820 1.017.738 1.097.544
Thailand 1.286.122 1.201.555 1.272.100 1.056.944
Sumber: Kementrian Perikanan, 2015

Indonesia memiliki potensi dalam sumberdaya perikanan, salah satu daerah yang memiliki
potensi perikanan yang cukup besar adalah Kalimantan Selatan yang memiliki potensi
sumber daya pada wilayah pesisir dan laut karena berada di posisi yang strategis dan
memiliki potensi bahari yang melimpah serta memiliki berbagai jenis biota laut yang bernilai
ekonomi tinggi. Sektor perikanan dan kelautan menjadi salah satu sektor unggulan dengan
hasil perikanan tangkap laut mencapai 52 persen dari total produksi, sisanya berasal dari
sektor produksi perikanan lain. Dengan Jumlah nelayan laut di perairan umum, pembudaya
ikan di tambak, kolam, dan keramba serta budidaya ikan lainnya mencapai 166.330 orang.

Tangkap laut
19% Jaring Apung
1%
Keramba
7% Kolam
52%
11% Tambak

8% Budidaya laut
2% Perairan Umum

Gambar 1. Produksi Perikanan (Ton) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013


Sumber: Sumber: BPS, 2013

Kalimantan memilliki Kotabaru nmerupakan salah satu daerah di Kalimantan Selatan yang
memiliki potensi besar dalam pengembangan sektor maritim dan kelautan. Dengan perairan
yang luas menjadikan daerah ini kaya akan sumberdaya kelautan. Akan tetapi Keadaan sosial
ekonomi masyarakat penangkap dan pembudidaya ikan di kotabaru sama nasibnya dengan
kebanyakan nelayan di wilayah pesisir pantai indonesia. Kehidupan nelayan dan
pembudidaya ikan umumnya masih berada dalam pola-pola kemiskinan dan ketidakpastian
ekonomi karena kesulitan hidup yang dihadapi nelayan dan pembudidaya termasuk
keluargannya (Kusnad, 2000;Pretty, et. al., 2003 ; Widodo, 2011). Nelayan masih
menggantungkan hidupnya dari hasil melaut, mereka kemudian menjual ke pasar atau para
pengepul ikan dengan harga yang murah dan selanjutnya , sehingga nelayan di daerah ini
rentan terhadap permasalahan yang dapat mengakibatkan kemiskinan, hal ini dikarenakan
kurangnya permodalan dan pengetahuan yang dimiliki oleh nelayan. Selain itu ikan
mempunyai kelemahan yaitu sangat mudah rusak, dan akhirnya mudah mengalami
pembusukan. Proses kerusakan dan pebusukan ikan harus dihambat atau setidaknya
diperlambat. Berdasarkan kebiasaan masyarakat sekitar serta potensi yang dimiliki desa
rampa maka dibutuhkan sebuah wadah untuk nelayan mengolah serta tempat untuk melatih
nelayan mengelola hasil laut.
Kotabaru sudah memiliki banyak pengolahan dari hasil perikanan, namun sebagian besar
berupa industri rumahan. Rata-rata proses pengolahan dalam industri rumahan ini masih
menggunakan alat, pengetahuan, cara, dan teknologi yang masih seadanya serta kurang
memperhatikan sanitasi dan kehigienisan, akibatnya produk yang dihasilkan memiliki harga
jual rendah. Selain itu system pemasaranya juga masih kurang optimal karena hanya
dipasarkan dalam lingkup daerah setempat saja.Industri rumahan ini dalam proses
pengolahannyapun kurang memeperhatikan efek negatif dari limbah yang dihasilkan terhadap
lingkungan sekitar, sehingga mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan. Salah satu
alternative solusi adalah dengan disentrakan, yaitu dengan memusatkan pengolahan-
pengolahan tersebut dalam satu kawasan yang teroganisir dan terpadu dari manajemen,
pengelolaan limbah hingga pemasaran, maka akan lebih efisien dan optimal dari segi
produksi maupun penjualan. Melalui pembuatan sentra pengolahan hasil laut ini dapat
meningkatkan pengetahuan penduduk tentang bagaimana mengelola hasil tangkap mereka
sehingga meningkatka kualitas dan kuantitas hasil produksi demi menunjang perekonomian
masyarakat desa rampa. Hasil produksi yang dimaksud adalah ikan dan hasil laut dibuat
dalam kemasan ikan dan hasil laut beku, yang mana peluang pasar domestik maupun
internasional masih terbuka lebar. Selain itu ikan juga diolah menjadi produk-produk
lanjutan.
Sentra pengolahan hasil laut khususnya ikan merupakan industri yang sangat potensial
untuk dikembangkan dimasa yang akan datang. Pengembangan sentra pengolahan hasil laut
dengan pendekatan arsitektur ekologi memerlukan jaringan yang saling mendukung dan
menguntungkan antara nelayan dan pemerintah Kota Kotabaru.
Untuk dapat merancang sebuah sentra pengolahan hasil laut yang baik diperlukan tempat
yang mendukung bangunan tersebut. Daerah Rampa dipilih karena lokasinya yang berbatasan
langsung dengan laut sebagai ekosistem alami ikan. Derah Rampa juga merupakan daerah
yang didominasi oleh para nelayan di Kotabaru. Dalam penentuan site sentra pengolahan
hasil laut terdapat beberapa kriteria sebagai tolak ukur penilaian site yang mendukung
perancangan, salah satunya adalah site harus dekat dengan sumberdaya yang mendukung
berlangsungnya kegiatan pengolahan hasil laut.

Anda mungkin juga menyukai