PENDAHULUAN
Infeksi saluran nafas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang maupun yang sudah maju.
enam (SEAMIC Health Statistic, 2001). Penyakit infeksi saluran napas bagian
per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat
infeksi pada orang dewasa, dan angka kematiannya adalah 15% (PDPI, 2003)
negara maju.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pneumonia
2.1.1 Definisi
2014)
2.1.2 Epidemiologi
pneumonia komuniti adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan
1. Inokulasi langsung
-2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan
selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran
infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret
orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %) juga pada keadaan
sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat
atas sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada
(Soedarsono, 2010).
2.1.4 Klasifikasi
pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
infeksi influenza.
Chlamydia
c. Pneumonia virus
dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada
2.2.1 Definisi
2.2.2 Etiologi
disebabkan bakteri Gram positif dan dapat pula bakteri atipik. Akhir-akhir
Staphylococcus aureus 9%
Enterobacter 5,26%
komuniti ditegakkan jika pada foto toraks trdapat infiltrat baru atau infiltrat
Batuk-batuk bertambah
dan ronki
2. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila
Kriteria minor:
Kreatinin serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dI, pada penderita
(PDPI, 2003)
Updating dari British Thoracic Society (BTS) tahun 2004, membuat skor
Pressure, SBP < 90 mmHg or DBP 60 mmHg) dan usia (Age 65 years)
menjalani rawat jalan atau rawat inap. Apabila jumlah poin sebesar 0 penderita
rawat inap, sedangkan bila poin 3 atau 4 harus segera menjalani rawat inap.
septik) atau 2 dari 3 gejala minor tertentu (Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg,
foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan sistolik < 90
mmHg). Kriteria minor dan mayor yang lain bukan merupakan indikasi untuk
2.2.4 Penatalaksanaan
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan
klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati
di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya factor modifikasi yaitu keadaan yang
Pecandu alkohol
c. Pseudomonas aeruginosa
Bronkiektasis
Gizi kurang
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
dari 8 jam
jam
rawat biasa; bila terjadi respiratory distress maka penderita dirawat di Ruang
Rawat Intensif.
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan / memburuk maka
2003)
suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal ini untuk mengurangi biaya
perawatan dan mencegah infeksi nosokomial. Perubahan obat suntik ke oral harus
digunakan.
Perubahan ini dapat diberikan secara sequential (obat sama, potensi sama), switch
over (obat berbeda, potensi sama) dan step down (obat sama atau berbeda, potensi
lebih rendah).
Obat suntik dapat diberikan 2-3 hari, paling aman 3 hari, kemudian pada hari ke 4
Evaluasi pengobatan
Jika setelah diberikan pengobatan secara empiris selama 24 - 72 jam tidak ada
2.2.5 Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita, bakteri
penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang
baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang
penderita rawat jalan , sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit menjadi
pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan
kelas II 0,6% dan pada rawat inap kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas
pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998 adalah 13,8%, tahun 1999
BAB III
KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 54 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Tanggal MRS : 22 Januari 2016
Tanggal pemeriksaan : 22 Januari 2016
No. Rekam Medis : 029058
Riwayat psikososial:
Pasien merupakan seorang mantan perokok. Sebelum berhenti pasien
merokok 2 pak.
III.Pemeriksaan fisik
Status generalis
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : compos mentis
Keadaan gizi : cukup
Tensi : 130/80
Nadi : 85x/menit
RR : 52x/menit
Temperature : 38.7 C
Kepala leher : anemia (-), icterus (-), sianosis (-), dispneu (+),
pembesaran KGB (-), peningkatan tekanan vena
jugularis (-)
Thorax
Umum : tidak didapatkan kelainan
Bentuk : simetris
Pergerakan dada : simetris, retraksi (+)
ICS : tidak ada pelebaran maupun penyempitan
Kulit dada : tidak didapatkan kelainan
Kulit punggung : tidak didapatkan kelainan
Axilla : pembesaran KGB (-)
Skeleton : gibbus (-)
Paru-paru
Inspeksi
Jenis Depan Belakang
pemeriksaan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris
Pergerakan Simetris Simetris Simetris Simetris
Palpasi
Jenis Depan Belakang
pemeriksaan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Pergerakan Simetris Simetris Simetris Simetris
Fremitus Normal Normal Normal Normal
raba
Nyeri - - - -
Perkusi
Jenis Depan Belakang
pemeriksaan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Suara ketok Sonor Sonor Sonor Sonor
Nyeri ketok - - - -
Kronig Normal Normal Normal Normal
isthmus
Auskultasi
Jenis Depan Belakang
pemeriksaan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Suara nafas Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Suara Normal Normal Normal Normal
percakapan
Ronkhi + + + +
+ + + +
+ + + +
Wheezing - - - -
- - - -
Jantung dan system kardiovaskuler
Inspeksi
Iktus cordis : tidak tampak
Pulsasi jantung : tidak tampak
Palpasi
Iktus : teraba di garis ICS V MCL sinistra
Pulsasi jantung : teraba pada daerah iktus kordis
Suara yang teraba : tidak ada
Getaran ( thrill) : tidak ada
Perkusi
Batas kanan : parasternal line dextra ICS IV
Batas kiri : ICS V MCL sinistra
Auskultasi
Suara 1, suara 2 : tunggal, normal
Suara tambahan : murmur (-), gallop (-), ekstrasistole (-)
Abdomen
Inspeksi : supel, umbilicus tampak datar
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi
Nyeri tekan : tidak dirasakan
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Nyeri ketok ginjal : Tidak didapatkan
VII. FOLLOW UP
23 Januari 2016
S: Batuk (+), diare > 5x
O: RR: 30x/menit
Ronchi +/+, wh -/-
A: CAP dd Tuberculosis
P: Oralit tiap diare
Terapi tetap
24 Januari 2016
S: Batuk (+), keluhan lain (-)
O: RR: 20x/menit
Ronchi -/-, wh -/-
A: CAP dd Tuberculosis
P: KRS pasien APS