RSCM KIRANA
TAHUN 2015
0
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM/RSCM Kirana)
adalah lembaga, merupakan bagian dari system Pelayanan Kesehatan, yang fungsinya
melaksanakan berbagai aspek pelayanan kesehatan :
RSCM/ RSCM Kirana sebagai pusat rujukan nasional dan rumah sakit pendidikan harus
mampu memberikan pelayanan yang aman, berkualitas dan menjunjung tinggi etika RS
sehingga pasien sembuh dan puas, bila terjadi masalah hukum dapat diselesaikan secara
terintegrasi dan bebas tuntutan hukum. Untuk mencapai hal tersebut maka dibentuklah
Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KEHRS) yang dapat diumpamakan sebagai pelumas
dalam seluruh tatanan organisasi RSCM/ RSCM Kirana sehingga semua kegiatan berjalan
dengan baik dan benar.
Unsur ketenagaan merupakan salah satu soko guru dalam menjalankan roda organisasi
sebuah rumah sakit. Semua kegiatan akan terlaksana secara optimal apabila Rumah Sakit
memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional, ber-etika dan ditunjang oleh
sarana dan prasarana serta sumber dana yang cukup.
RSCM sudah mempunyai dan menerapkan Panduan Etik Rumah Sakit sejak tahun 1991.
Sesuai dengan perkembangan ilmu dan dinamika pelayanan serta perundang-undangan,
maka dirasakan perlu untuk merevisi panduan tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai
panduan bagi segenap tenaga yang berkarya di RSCM.
1.2 Tujuan
1. Menegakkan dan meningkatkan kesadaran etik Rumah Sakit bagi seluruh pegawai
2. Mencegah timbulnya konflik internal dan eksternal
3. Melindungi seluruh pegawai Rumah Sakit terhadap permasalahan yang berpotensi
menjadi masalah hukum
4. Meminimalisir ketidakpuasan pelayanan kesehatan
5. Menciptakan iklim kerja yang harmonis sesuai budaya RSCM
1
1.3 Landasan Hukum
Pada zaman modern ini dapat dikatakan hampir tak ada bidang kehidupan masyarakat yang
tidak tersentuh oleh hukum. Demikian juga halnya dengan rumah sakit. Hal ini karena
masyarakat sudah memahami hak dan kewajibannya, pertambahan penduduk dan
perkembangan budaya yang pesat, perkembangan IPTEK di bidang medis, dan masuknya
kebudayaan asing yang memberikan dampak terhadap norma serta pandangan hidup
masyarakat.
Atas pertimbangan itu, pengelolaan rumah sakit tidak lagi hanya didasarkan pada norma-
norma etis dan moral, tetapi juga harus berpedoman pada peraturan yang lebih pasti, yaitu
Hukum Rumah Sakit (Hospital Law). Namun demikian, tidak berarti bahwa norma etik tidak
diperhatikan lagi, oleh karena norma hukum saja hanya akan membawa rumah sakit pada
tingkatan dasar etik (bottom line ethics), yang berada di bawah rumah sakit yang etis.
Masalah etika dihadapi oleh semua pihak yang ada di Rumah Sakit. Komite Etik Rumah
Sakit (KERS), selanjutnya menjadi Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KEHRS) berusaha
menyelesaikan masalah etika yang terjadi di dalam rumah sakit, dengan mengacu kepada
prinsip-prinsip Etika Kedokteran, Kode Etik Rumah Sakit Indonesia dan Kode Etik berbagai
Profesi yang terkait.
Komite Etik Hukum Rumah Sakit sendiri akan segera menyadari kenyataan bahwa
masalah-masalah etika dalam tata kerja adalah masalah pertama yang harus diselesaikan.
Beberapa masalah yang akan segera tampak di atas permukaan adalah sebagai berikut :
1. Masalah etika sehari-hari yang dihadapi berkaitan dengan fungsi rumah sakit
pendidikan, rekam medis dengan sifat privasi, keamanan, dan kerahasiaannya,
komunikasi dengan pasien secara umum dan yang khusus berkaitan dengan
persetujuan tindakan medis (informed consent), sifat rumah sakit rujukan,komunikasi
antar tenaga kesehatan dalam rangka konsultasi, perawatan bagi masyarakat tidak
mampu dan berbagai masalah etika sehari-hari lainnya;
2. Masalah etika kedokteran dan keperawatan pada situasi klinik tertentu, seperti masalah
etika pada pasien anak, masalah reproduksi, masalah awal kehidupan, masalah
teknologi kedokteran, masalah pada pasien dalam stadium terminal, euthanasia,
onkologi dan orang dengan HIV/AIDS, dan lain-lain masalah etika klinis lainnya.
3. Beban penyelesaian masalah etis yang ada pada setiap insan rumah sakit dan Unit
Fungsional terkaitnya tidak seluruhnya dapat dialihkan kepada Komite Etik Rumah Sakit
2
(KEHRS) oleh karena sifat urgensinya yang membutuhkan keputusan segera. Persoalan
timbul harus beban penyelesaian etis yang mana yang dapat dan atau harus diteruskan
kepada Komite Etik Rumah Sakit (KEHRS) dan beban penyelesaian etis yang dapat
dan/atau harus diselesaikan di tingkat Unit Fungsionalnya.
Keputusan yang diambil terhadap masalah seorang pasien tertentu harus tetap
dilakukan dengan clinical dan ethical judgment petugas kesehatan yang
bertanggungjawab atas pasien tersebut dengan tetap menghargai prinsip
konfidensialitas.
3
BAB II
PENGORGANISASIAN KERANGKA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA
2.1 VISI
Terwujudnya RSCM sebagai Pusat Rujukan Nasional dan Rumah Sakit Pendidikan
yang mampu memberikan pelayanan yang aman, berkualitas, dan menjunjung tinggi
etika rumah sakit.
2.2 MISI
1. Membina penyelenggaraan pelayanan yang baik dan benar sesuai dengan Budaya
RSCM, Norma Etika dan Hukum yang melembaga
2. Membina penyelenggaraan pendidikan yang baik dan benar bagi pendidik dan
peserta didik sesuai dengan Budaya RSCM, Budaya FKUI, Norma Etika dan
Hukum yang melembaga
3. Membina penyelenggaraan penelitian baik dan benar bagi peneliti yang melembaga
4. Melembagakan Budaya RSCM, Budaya FKUI, Peraturan Internal Rumah Sakit,
norma Etika dan Hukum serta Undang-undang
2.3 NILAI
1. Profesionalisme
2. Integritas
3. Kepedulian
4. Penyempurnaan berkesinambungan
5. Belajar dan mendidik
2.4 TUJUAN
1. Menegakkan dan meningkatkan kesadaran etik Rumah Sakit bagi seluruh pegawai
2. Mencegah timbulnya konflik internal dan eksternal
3. Melindungi seluruh pegawai Rumah Sakit terhadap permasalahan yang berpotensi
menjadi masalah hukum
4. Meminimalisir ketidakpuasan pelayanan kesehatan
5. Menciptakan iklim kerja yang harmonis sesuai budaya kerja RSCM
4
2.5 KERANGKA KERJA
KEHRS di dalam organisasi rumah sakit dapat diumpamakan sebagai pelumas yang
akan memperlancar berjalannya organisasi sehingga semua kegiatan dapat berjalan
dengan baik dan benar.
5
2.7 STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTUR UTAMA
KETUA KOMITE
SEKRETARIS KOMITE
ANGGOTA
ANGGOTA ANGGOTA
KEPALA DEPARTEMEN
PENANGGUNG JAWAB
PELAKSANAAN IMPLEMENTASI
KOORDINATOR LITBANG
STAFF PELAKSANA
PENGUMPULAN DATA
2.8.1 Susunan staf Komite Etik dan Hukum RSCM Kirana terdiri atas:
a. Ketua
b. Wakil Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
d. Penanggung Jawab Implementasi
e. Staff Pelaksana
6
b. Ketua Komite Etik dan Hukum mempunyai tugas mempelajari dan membahas
kasus pemberitaan Koran/media elektronika yang terkait pelayanan, melakukan
koordinasi dengan unit terkait, melakukan analisis kasus, memberikan saran dan
masukan kepada Direksi RSCM , melaksanakan pembinaan tentang penerapan
etika dan hukum di Rumah Sakit, membuat laporan kegiatan
c. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Komite Etik dan Hukum mempunyai
fungsi:
1) Menyelenggarakan kegiatan terkait dengan Tupoksi Komite Etik dan Hukum
2) Menyusun Rencana Strategis Komite Etik dan Hukum
3) Menyelenggarakan advokasi terhadap masalah etik dan hukum
4) Menyelenggarakan rapat rutin, rapat koordinasi serta rapat khusus
5) Menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan analisis kasus etika
dan hukum terkait dengan penerapan etika dan hukum
6) Memberikan saran/rekomendasi kepada Direktur
7) Menyelenggarakan pembinaan tentang medik yang ada di RSCM
berkoordinasi dengan Departemen Medik yang ada di RSCM
7
2.8.4 Tugas Sekretaris
a. Sekretaris Komite Etik dan Hukum adalah Staf Teknis Komite Etik dan Hukum
RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo berada dibawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Ketua Komite Etik dan Hukum RS Dr. Cipto
Mangunkusumo
b. Sekretaris Komite Etik dan Hukum mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
administrasi/ketatausahaan, membuat usulan rencana kegiatan dan anggaran
Komite Etik dan Hukum , melaporkan kepada Ketua tentang adanya pemberitaan
kasus di media cetak yang terkait dengan pelayanan, menyusun hasil
pembahasan kasus pemberitaan di media cetak yang terkait dengan pelayanan,
membantu melakukan koordinasi dengan unit terkait sehubungan dengan tugas
komite etik dan hukum, memberikan saran dan masukan kepada atasan,
membuat usulan penambahan dan pengurangan Staf Komite Etik dan Hukum,
membuat laporan kegiatan
c. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Komite Etik dan Hukum mempunyai
fungsi:
1. Menyelenggarakan tertib administrasi/ketatausahaan
2. Melakukan koordinasi dengan unit terkait sehubungan dengan tugas komite
etik dan hukum
3. Melaksanakan tugas monitoring , evaluasi dan tindak lanjutatas kegiatan di
lingkungan Komite Etik dan Hukum
4. Memfasilitasi terselenggaranya kegiatan rutin, rapat koordinasi serta rapat
khusus
5. Penyusunan laporan kegiatan
8
e) Penyelesaian pelanggaran terhadap kode etik pelayanan rumah sakit,
pemeliharaan etika rumah sakit, kebijakan yang terkait dengan Hospital by
Laws serta medical Staff by Laws berupa :
Melakukan upaya pencegahan masalah etikdan hukum melalui kegiatan
Road Show ke departemen Medik secara berkala
Mengadakan kegiatan pelatihan orientasi dan sertifikasi etikomedikolegal
bagi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS)
Menyusun konsep
Kemitraan dokter-perawat
DPJP kaitannya dengan pendidikan
Sinkronisasi DPJP dengan pendidikan kedokteran
Perlindungan etik dan hukum bagi staf dan pegawai
Pendidikan mahasiswa dan spesialis secara etik dan hukum
Tata laksana penelitian
Penyelesaian masalah etik dan hukum
2. Memberikan bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di
rumah sakit
2.9 Manfaat
Manfaat Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KEHRS) adalah sebagai berikut:
a. KEHRS merupaakn sumber informasi yang relevan untuk penyelesaian masalah
etika di Rumah Sakit
b. Masalah-masalah etika dapat diidentifikasi sehingga KEHRS sekaligus pula dapat
memberikan gambaran tentang penyelesaiannya
c. KEHRS memberikan masukan kepada Direksi ruamh sakit untuk meneruskan atau
tidak meneruskan penyelewengan masalah etika melalui pengadilan
d. Manajemen pelayanan menjadi lebih baik, lancer dan berdaya guna sesuai dengan
visi dan misi Rumah Sakit
2.10 Pedoman Etik bagi Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit
9
BAB III
PROGRAM PELAKSANAAN ETIK DAN HUKUM
DI RSCM KIRANA
3.1 SASARAN
Adapun sasaran program pelaksanaan etik dan hokum di RSCM Kirana adalah sebagai
berikut :
a. % Kepuasan Pasien
b. % Kesembuhan Pasien
c. % Citra baik RSCM Kirana di Masyarakat
d. Bebas tuntutan hukum
Syarat Pelayanan RSCM Kirana sebagai rujukan Nasional dan Rumah Sakit
Pendidikan:
a. SDM Profesional dan berkualitas
Adalah Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), peserta program pendidikan
spesialis tahap mandiri, tenaga keperawatan yang sudah mengikuti 17 kompetensi
dasar, dokter dan dokter lulusan luar negeri yang mengikuti adaptasi sebleum
bekerja di RSCM mempunyai sertifikas hukum RSCM.
Setiap pasien mendapatkan general consent:
1. Dijelaskan hak dan kewajiban pasien
2. Persetujuan dilakukan pelayanan medik, penunjang medic dan keperawatan
3. Persetujuan diperiksa oleh dokter dalam pendidikan dan penelitian
b. Sarana dan prasarana
Best practice eye hospital
c. Sistem rujukan terpadu
d. RBA yang memadai secara professional
Pantauan:
1. Kinerja DPJP
2. Pemberian Edukasi General Consent di Customer Service
3. Pantauan kesiapan alat medis bulanan
4. Pantauan Ketepatan Rujukan
10
3.2.2 Etika yang berhubungan dengan data pasien dan rekam medis
Pantauan :
1. Close Review Rekam Medis
Setiap tindakan medis terhadap pasien harus memperoleh persetujuan pasien terlebih
dahulu dari pasien sendiri dan atau keluarga terdekat
Pantauan:
1. Kelengkapan Informed Consent
Perawatan pasien di Rumah Sakit dapat dilakukan oleh dokter, perawat, bidan, teknisi
penunjang ataupun juga oleh petugas teknis kesehatan lainnya. Semua tenaga
kesehatan di atas melakukan perawatan kesehatan pasien wajib memenuhi etika profesi
masing-masing dan memenuhi standar pelayanan, standar prosedur operasional yang
berlaku di RSCM Kirana.
Pantauan:
1. QA Asuhan Keperawatan
2. Audit Medik
11
b. Keberadaan penunggu pasien
c. Kebersihan
d. Lingkungan
1. Tenaga pengajar Khusus yang masih ASI harus mendapat kiriman ASI dari
ibunya
2. Disediakan sarana bermain
3. Suasana yang mendukung kejiwaan anak
Pantauan:
1. Edukasi terpadu rekam medis pasien anak
Pantauan:
1. Produktivitas RSCM Kirana
Pantauan :
1. Jumlah Konsultasi dan Jawaban Konsultasi
3.2.8 Pantauan etik rumah sakit tentang perawatan kasus medik sulit
1. Kriteria kasus medic sulit:
a. Skor Sistem Klasifikasi Beratnya Penyakit (APACHE II)30
b. Menggunakan life support apparatus
c. Diagnosis etiologi belum dapat ditegakkan dalam waktu lebih dari 7 hari
d. Melibatkan Tim Interdisiplin 3
e. Re atau do operasi
f. LOS (karena masalah medic) 10 hari
g. Periode End of Life
12
b. Masalah Sosial
c. Hambatan Sarana dan Prasarana
d. Masalah Finansial
e. Pasien terlantar
f. Pasien tidak bertuan
g. Kasus yang menjadi perhatian public (misalnya : pejabat, guru besar )
Pantauan :
1. Jumlah Kasus medik Sulit
13
Pantauan:
1. Pantauan PCI (patient control Of Infenction):
a. Hand Hygiene
b. Etika Batuk
c. Pemakaian APD
d. Surveilans Infeksi Rumah Sakit
e. Tertusuk Jarum
f. Pembuangan sampah dan limbah
g. 5 R
Pantauan :
1. General Consent
Pantauan :
1. Kinerja DPJP
3.2.13 Pantauan Etik dan Hukum pelayanan Admisi , transfer dan pemulangan Pasien
a. Pengertian
1. Registrasi pasien adalah mekanisme pelayanan pasien rawat jalan, pelayanan
penunjang dan pelayanan Diagnostik
2. Admisi pasien adalah mekanisme pelayanan rawat inap pasien
3. Perpindahan pasien Rawat Inap
Adalah proses yang dilakukan ketika pasien rawat inap di suatu instalasi oleh
karena sesuatu sebab atau hal lainnya memerlukan perawatan inap di intalasi
lain sehingga harus dipindahkan.
4. Petugas MOD adalah petugas yang bertanggung jawab terhadap seluruh
perpindahan pasien pada hari yang bersangkutan
14
Pantauan:
1. Kecepatan Registrasi Pasien Rawat Jalan dan Pasien Rawat Inap
Pantauan:
1. Kelengkapan Format Transfer Pasien Internal dan Eksternal
Pantauan:
1. Kelengkapan discharge planning
Pantauan :
1. Kelengkapan Discharge Planning
Pantauan:
1. Monitoring jumlah pasien terlantar
15
Pantauan :
1. Monitoring jumlah pasien yang dipulangkan paksa
3.2.19 Pantauan Etik dan Hukum pasien pulang paksa atas permintaan sendiri
Adalah pasien yang pulang atas permintaan sendiri dan atau keluarga sebelum ada
indikasi untuk dipulangkan
Persyaratan:
1. Dokumentasi edukasi pasien pulang paksa yang dilakukan oleh DPJP dan PPDS
harus secara jelas didokumentasikan dalam rekam medis dan pasien membuat
pernyataan tertulis pulang paksa atas permintaan sendiri
Pantauan:
1. Monitoring jumlah pasien pulang paksa
Pantauan:
1. Pantauan Close Review Rekam Medis
Pantauan :
1. Asuhan Keperawatan dan follow Up
2. Pengkajian Medis dan follow Up
3.2.22 Pantauan Etik dan Hukum pelayanan pada pasien yang mengalami
kegawatdaruratan
Pelayanan Kegawatdaruratan adalah Tindakan medis yang ditujukan kepada pasien
dalam upaya untuk menyelamatkan jiwa pasien atau mencegah kecacatan.
Diberikan selama 24 jam oleh Tim Medis Reaksi Cepat (TMRC)
Pantauan :
1. Jumlah kasus Code Blue Tiap Bulan
16
3.2.23 Pantauan Etik dan Hukum pada pasien fase terminal
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani
Pantauan :
1. Monitoring asuhan keperawatan fase terminal
Pantauan:
1. Monitoring jumlah pasien meninggal per bulan
Pantauan:
1. Jumlah kasus transplantasi per bulan
3.2.26 Pantauan Etik dan Hukum komunikasi dokter dengan pasien dan keluarganya
Pemberian keterangan oleh DPJP atau dokter yang ditunjuk kepada pasien dan atau
keluarga tentang kedaan perkembangan dan penalaksanaan pasien
Pantauan:
1. Pantauan Persentase Edukasi terpadu Rawat Jalan dan Rawat Inap
3.2.27 Pantauan Etik dan Hukum penyampaian berita buruk pada pasien dan keluarga
Berita buruk adalah informasi tentang kelainan/ masalah/diagnose/prognosa yang buruk
tentang kelainan/ masalah/diagnose/prognosa yang tidak diharapkan oleh pasien dan
keluarganya
Pantauan :
1. Jumlah second opinion per bulan
3.2.28 Pantauan Etik dan Hukum penyelesaian kepada pasien dan keluarga oleh tim
medik untuk kasus sulit dan kompleks
Pengertian:
1. Penyelesaian kepada pasien dan keluarga adalah Suatu proses bagaimana
memberikan keterangan yang baik dan benar kepada pasien dan keluarga oleh tim
medik
17
2. Kasus medik sulit dan kompleks adalah keadaan yang mengancam jiwa atau kondisi
buruk dan menetap baik aspek medik dan non medik yang memerlukan penanganan
interdisiplin untuk mendapatkan hasil terbaik.
Kasus medik sulit dan kompleks memerlukan penanganan oleh tim yang terdiri atas
minimal 3 atau lebih disiplin ilmu sesuai dengan SK Direksi
Pantauan:
1. Jumlah kasus sulit dan kompleks
3.2.29 Pantauan Etik dan Hukum menghadapi keluarga pasien yang tidak puas atau
marah
Keluarga pasien yang tidak puas atau marah adalah keluarga yang tidak puas akan
pelayanan yang diberikan oleh RSCM Kirana
Caranya mendengarkan dengan seksama sambil mencatat yang perlu tetapi jangan
dijawab, petugas hanya mempersilakan kepada pasien dan keluarganya untuk
menjelaskan hal-hal yang menjadi kekecewaan keluarga pasien
Pantauan:
1. Jumlah penanganan komplain per bulan
3.2.30 Pantauan Etik dan Hukum penyelesaian pelayanan pasien dengan masalah
finansial
Adalah pelayanan kepada pasien yang sesuai dengan kemampuan pasien dan rumah
sakit agar pasien mendapatkan pelayanan sesuai pelayanan medik dan keperawatan
dengan biaya yang tersedia dapat dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan pasien
Pantauan:
1. Pemantauan pasien yang tidak mampu membayar administrasi keuangan pasien
Pantauan:
1. Jumlah penyiaran TV di rumah sakit
18
3.2.33 Pantauan Etik dan Hukum aspek pendidikan
Suatu kegiatan pendidikan mahasiswa atau dokter spesialis di RSCM yang harus
memberikan informasi kepada pasien dan mensosialisasikan kepada masyarakat
bahwa RSCM adalah rumah Sakit pendidikan.
Metode pendidikan yang langsung kepada pasien harus dibuat sedemikian rupa
sehingga pasien tidak merasa menjadi bahan pembelajaran.
Level Kompetensi : Dokter peserta PPDS yang menangani kasus terdiri dari 3 tahap :
tahap pembekalan, tahap magang, dan tahap mandiri
Tugas Konsulen : membimbing PPDS dalam melakukan analisa kasus yang sedang
dihadapi agar mencapai diagnosis yang tepat
Pantauan:
1. Jumlah mahasiswa./PPDS sesuai level kompetensi
Pantauan:
1. Jumlah penelitian yang dilakukan dengan ethical clearance
3.2.35 Pantauan Etik dan Hukum penerbitan Surat Keterangan Dokter berbadan sehat
Adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter untuk tujuan tertentu tentang
kesehatan seseorang
Pantauan:
1. Jumlah surat keterangan sehat
Pantuan :
1. Jumlah surat keterangan sakit
19
3.2.37 Pantauan Etik dan Hukum perlindungan hukum terhadap pegawai rumah sakit
Adalah pemberian jaminan kepastian dari pimpinan RS terhadap pegawai yang
mendapatkan cedera psikis maupun fisik dari pasien/ keluarga/pengunjung RS,
pegawai non kesehatan /kesehatan dalam melaksanakan tugas rumah sakit baik di
dalam maupun di luar rumah sakit
Pantauan:
1. Jumlah kecelakaan kerja yang ditindaklanjuti
20
3.4 PENJADWALAN KEGIATAN
1 Kinerja DPJP
7 QA Asuhan Keperawatan
8 Audit Medik
Pemakaian APD
Tertusuk Jarum
5R
21
15 General Consent
22
kompetensi
Monitoring Sasaran
1 Survey Kepuasan Pasien
Jakarta
Mengetahui,
Kepala Departemen Mata Koordinator Penelitian dan Pengembangan
RSCM Kirana RSCM Kirana
Dr. dr. Widya Artini, SpM (K) dr. Made Susiyanti, SpM (K)
NIP. 195502271984032002 NIP. 196806072009122002
23
LAMPIRAN
24