Anda di halaman 1dari 25

PROGRAM IMPLEMENTASI

ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT


DI RSCM KIRANA

RSCM KIRANA
TAHUN 2015
0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM/RSCM Kirana)
adalah lembaga, merupakan bagian dari system Pelayanan Kesehatan, yang fungsinya
melaksanakan berbagai aspek pelayanan kesehatan :

a. Preventif (sosialisasi aspek-aspek pencegahan berbagai penyakit)


b. Kuratif ( berobat jalan, rawat inap, tindakan medis, penunjang medis)
c. Rehabilitatif
d. Promotif

RSCM/ RSCM Kirana sebagai pusat rujukan nasional dan rumah sakit pendidikan harus
mampu memberikan pelayanan yang aman, berkualitas dan menjunjung tinggi etika RS
sehingga pasien sembuh dan puas, bila terjadi masalah hukum dapat diselesaikan secara
terintegrasi dan bebas tuntutan hukum. Untuk mencapai hal tersebut maka dibentuklah
Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KEHRS) yang dapat diumpamakan sebagai pelumas
dalam seluruh tatanan organisasi RSCM/ RSCM Kirana sehingga semua kegiatan berjalan
dengan baik dan benar.

Unsur ketenagaan merupakan salah satu soko guru dalam menjalankan roda organisasi
sebuah rumah sakit. Semua kegiatan akan terlaksana secara optimal apabila Rumah Sakit
memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional, ber-etika dan ditunjang oleh
sarana dan prasarana serta sumber dana yang cukup.

RSCM sudah mempunyai dan menerapkan Panduan Etik Rumah Sakit sejak tahun 1991.
Sesuai dengan perkembangan ilmu dan dinamika pelayanan serta perundang-undangan,
maka dirasakan perlu untuk merevisi panduan tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai
panduan bagi segenap tenaga yang berkarya di RSCM.

1.2 Tujuan

1. Menegakkan dan meningkatkan kesadaran etik Rumah Sakit bagi seluruh pegawai
2. Mencegah timbulnya konflik internal dan eksternal
3. Melindungi seluruh pegawai Rumah Sakit terhadap permasalahan yang berpotensi
menjadi masalah hukum
4. Meminimalisir ketidakpuasan pelayanan kesehatan
5. Menciptakan iklim kerja yang harmonis sesuai budaya RSCM

1
1.3 Landasan Hukum

Pada zaman modern ini dapat dikatakan hampir tak ada bidang kehidupan masyarakat yang
tidak tersentuh oleh hukum. Demikian juga halnya dengan rumah sakit. Hal ini karena
masyarakat sudah memahami hak dan kewajibannya, pertambahan penduduk dan
perkembangan budaya yang pesat, perkembangan IPTEK di bidang medis, dan masuknya
kebudayaan asing yang memberikan dampak terhadap norma serta pandangan hidup
masyarakat.

Atas pertimbangan itu, pengelolaan rumah sakit tidak lagi hanya didasarkan pada norma-
norma etis dan moral, tetapi juga harus berpedoman pada peraturan yang lebih pasti, yaitu
Hukum Rumah Sakit (Hospital Law). Namun demikian, tidak berarti bahwa norma etik tidak
diperhatikan lagi, oleh karena norma hukum saja hanya akan membawa rumah sakit pada
tingkatan dasar etik (bottom line ethics), yang berada di bawah rumah sakit yang etis.

Menyadari hal tersebut diatas, masyarakat perumahsakitan di Indonesia telah


mengantisipasi dengan menyusun Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (Kodersi). Kodersi
memuat norma-norma etik yang wajib dijunjung tinggi oleh seluruh insan rumah sakit serta
institusinya. Kodersi juga memandatkan dibentuknya KEHRS di setiap rumah sakit agar
dapat memastikan terpatuhinya etika rumah sakit dan etika profesi di tingkat rumah sakit.

Masalah etika dihadapi oleh semua pihak yang ada di Rumah Sakit. Komite Etik Rumah
Sakit (KERS), selanjutnya menjadi Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KEHRS) berusaha
menyelesaikan masalah etika yang terjadi di dalam rumah sakit, dengan mengacu kepada
prinsip-prinsip Etika Kedokteran, Kode Etik Rumah Sakit Indonesia dan Kode Etik berbagai
Profesi yang terkait.

Komite Etik Hukum Rumah Sakit sendiri akan segera menyadari kenyataan bahwa
masalah-masalah etika dalam tata kerja adalah masalah pertama yang harus diselesaikan.

Beberapa masalah yang akan segera tampak di atas permukaan adalah sebagai berikut :

1. Masalah etika sehari-hari yang dihadapi berkaitan dengan fungsi rumah sakit
pendidikan, rekam medis dengan sifat privasi, keamanan, dan kerahasiaannya,
komunikasi dengan pasien secara umum dan yang khusus berkaitan dengan
persetujuan tindakan medis (informed consent), sifat rumah sakit rujukan,komunikasi
antar tenaga kesehatan dalam rangka konsultasi, perawatan bagi masyarakat tidak
mampu dan berbagai masalah etika sehari-hari lainnya;
2. Masalah etika kedokteran dan keperawatan pada situasi klinik tertentu, seperti masalah
etika pada pasien anak, masalah reproduksi, masalah awal kehidupan, masalah
teknologi kedokteran, masalah pada pasien dalam stadium terminal, euthanasia,
onkologi dan orang dengan HIV/AIDS, dan lain-lain masalah etika klinis lainnya.
3. Beban penyelesaian masalah etis yang ada pada setiap insan rumah sakit dan Unit
Fungsional terkaitnya tidak seluruhnya dapat dialihkan kepada Komite Etik Rumah Sakit

2
(KEHRS) oleh karena sifat urgensinya yang membutuhkan keputusan segera. Persoalan
timbul harus beban penyelesaian etis yang mana yang dapat dan atau harus diteruskan
kepada Komite Etik Rumah Sakit (KEHRS) dan beban penyelesaian etis yang dapat
dan/atau harus diselesaikan di tingkat Unit Fungsionalnya.

Keputusan yang diambil terhadap masalah seorang pasien tertentu harus tetap
dilakukan dengan clinical dan ethical judgment petugas kesehatan yang
bertanggungjawab atas pasien tersebut dengan tetap menghargai prinsip
konfidensialitas.

KEHRS harus peka terhadap kenyataan bahwa usaha-usahanya dimaksudkan untuk


meringankan beban (dan bukan menambah beban) pihak-pihak lain, yaitu pasien,
dokter, perawat dan pengelola rumah sakit dalam menyelesaikan masalah-masalah
etika. KEHRS harus menyadari bahwa segala informasi yang didapat dari pasien ( dari
rekam medis) merupakan previlleged information yang harus dijaga kerahasiannya.

Mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1672/MENKES/PER.XII/2005


tentang Organisasi dan Komite Etik Rumah Sakit (KEHRS) haruslah dilandasi oleh
kerangka kerja Etis (ethical frame work). Tanpa acuan kerangka kerja yang jelas, Komite
Etik Rumah Sakit (KEHRS) tidak layak untk mulai melaksanakan tugasnya.

3
BAB II
PENGORGANISASIAN KERANGKA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA

2.1 VISI
Terwujudnya RSCM sebagai Pusat Rujukan Nasional dan Rumah Sakit Pendidikan
yang mampu memberikan pelayanan yang aman, berkualitas, dan menjunjung tinggi
etika rumah sakit.

2.2 MISI
1. Membina penyelenggaraan pelayanan yang baik dan benar sesuai dengan Budaya
RSCM, Norma Etika dan Hukum yang melembaga
2. Membina penyelenggaraan pendidikan yang baik dan benar bagi pendidik dan
peserta didik sesuai dengan Budaya RSCM, Budaya FKUI, Norma Etika dan
Hukum yang melembaga
3. Membina penyelenggaraan penelitian baik dan benar bagi peneliti yang melembaga
4. Melembagakan Budaya RSCM, Budaya FKUI, Peraturan Internal Rumah Sakit,
norma Etika dan Hukum serta Undang-undang

2.3 NILAI
1. Profesionalisme
2. Integritas
3. Kepedulian
4. Penyempurnaan berkesinambungan
5. Belajar dan mendidik

2.4 TUJUAN
1. Menegakkan dan meningkatkan kesadaran etik Rumah Sakit bagi seluruh pegawai
2. Mencegah timbulnya konflik internal dan eksternal
3. Melindungi seluruh pegawai Rumah Sakit terhadap permasalahan yang berpotensi
menjadi masalah hukum
4. Meminimalisir ketidakpuasan pelayanan kesehatan
5. Menciptakan iklim kerja yang harmonis sesuai budaya kerja RSCM

4
2.5 KERANGKA KERJA

1. Pasien sembuh dan Puas


2. Apresiasi Masyarakat
3. Terpuji (Citra)
4. Bebas Tuntutan Hukum
1.
2.

I. Pendidikan II. Pelayanan Baik dan III. Penelitian


Benar
1. Pendidikan 1. Penelitian
1. Norma Etik dan menopang
menopang
Hukum melembaga pelayanan dan
pelayanan 2. Sikap dan perilaku pendidikan
2. Pendidik dan peserta petugas pelayanan 2. Penelitian taat
didik taat pada kesehatan sesuai pada norma etik
norma etik, hukum, budaya RSCM dan hukum dan budaya
budaya RSCM budaya FKUI RSCM dan Budaya
FKUI

2.6 TATA HUBUNGAN KERJA

KEHRS di dalam organisasi rumah sakit dapat diumpamakan sebagai pelumas yang
akan memperlancar berjalannya organisasi sehingga semua kegiatan dapat berjalan
dengan baik dan benar.

5
2.7 STRUKTUR ORGANISASI

DIREKTUR UTAMA

KETUA KOMITE

WAKIL KETUA KOMITE

SEKRETARIS KOMITE

ANGGOTA
ANGGOTA ANGGOTA
KEPALA DEPARTEMEN

PENANGGUNG JAWAB
PELAKSANAAN IMPLEMENTASI

KOORDINATOR LITBANG

STAFF PELAKSANA
PENGUMPULAN DATA

2.8 SUSUNAN STAF KOMITE ETIK DAN HUKUM

2.8.1 Susunan staf Komite Etik dan Hukum RSCM Kirana terdiri atas:
a. Ketua
b. Wakil Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
d. Penanggung Jawab Implementasi
e. Staff Pelaksana

2.8.2 Tugas Ketua


a. Ketua Komite Etik Dan Hukum adalah pimpinan Komite Etik dan Hukum RSUP
Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo- Jakarta berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Utama RS Dr. Cipto Mangunkusumo

6
b. Ketua Komite Etik dan Hukum mempunyai tugas mempelajari dan membahas
kasus pemberitaan Koran/media elektronika yang terkait pelayanan, melakukan
koordinasi dengan unit terkait, melakukan analisis kasus, memberikan saran dan
masukan kepada Direksi RSCM , melaksanakan pembinaan tentang penerapan
etika dan hukum di Rumah Sakit, membuat laporan kegiatan
c. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Komite Etik dan Hukum mempunyai
fungsi:
1) Menyelenggarakan kegiatan terkait dengan Tupoksi Komite Etik dan Hukum
2) Menyusun Rencana Strategis Komite Etik dan Hukum
3) Menyelenggarakan advokasi terhadap masalah etik dan hukum
4) Menyelenggarakan rapat rutin, rapat koordinasi serta rapat khusus
5) Menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan analisis kasus etika
dan hukum terkait dengan penerapan etika dan hukum
6) Memberikan saran/rekomendasi kepada Direktur
7) Menyelenggarakan pembinaan tentang medik yang ada di RSCM
berkoordinasi dengan Departemen Medik yang ada di RSCM

2.8.3 Tugas Wakil Ketua


a. Wakil Ketua Komite Etik dan Hukum adalah Wakil Ketua Komite Etik dan Hukum
RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo berada dibawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Ketua Komite Etik dan Hukum RS Dr. Cipto
Mangunkusumo
b. Wakil Ketua Komite Etik dan Hukum mempunyai tugas mempelajari dan
membahas kasus pemberitaan Koran/media elektronika yang terkait dalam
pelayanan, melakukan koordinasi dengan unit terkait, melakukan analisis kasus,
memberi saran dan masukan kepada atasan, Direksi RSCM, melaksanakan
pembinaan tentang penerapan etika dan hukum di rumah sakit, membuat laporan
kegiatan.
c. Dalam melaksanakan tugasnya, Wakil Ketua Komite Etik dan Hukum mempunyai
fungsi:
1) Menyelenggarakan kegiatan terkait dengan tugas pokok dan fungsi Komite
Etik dan Hukum
2) Menerima delegasi tugas untuk wakil ketua
3) Menjalin kerjasama dan koordinasi dengan Departemen Medik dan Unit
Pelayanan di RSCM
4) Menyelenggarakan advokasi tentang penerapan ketentuan perundang-
undangan yang terkait dengan bidang pelayanan kesehatan dan kedokteran
5) Memberikan rekomendasi kepada atasan
d. Menyelenggarakan monitoring dan evaluasi atas rekomendasi hasil bahasan
kasus

7
2.8.4 Tugas Sekretaris
a. Sekretaris Komite Etik dan Hukum adalah Staf Teknis Komite Etik dan Hukum
RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo berada dibawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Ketua Komite Etik dan Hukum RS Dr. Cipto
Mangunkusumo
b. Sekretaris Komite Etik dan Hukum mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
administrasi/ketatausahaan, membuat usulan rencana kegiatan dan anggaran
Komite Etik dan Hukum , melaporkan kepada Ketua tentang adanya pemberitaan
kasus di media cetak yang terkait dengan pelayanan, menyusun hasil
pembahasan kasus pemberitaan di media cetak yang terkait dengan pelayanan,
membantu melakukan koordinasi dengan unit terkait sehubungan dengan tugas
komite etik dan hukum, memberikan saran dan masukan kepada atasan,
membuat usulan penambahan dan pengurangan Staf Komite Etik dan Hukum,
membuat laporan kegiatan
c. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Komite Etik dan Hukum mempunyai
fungsi:
1. Menyelenggarakan tertib administrasi/ketatausahaan
2. Melakukan koordinasi dengan unit terkait sehubungan dengan tugas komite
etik dan hukum
3. Melaksanakan tugas monitoring , evaluasi dan tindak lanjutatas kegiatan di
lingkungan Komite Etik dan Hukum
4. Memfasilitasi terselenggaranya kegiatan rutin, rapat koordinasi serta rapat
khusus
5. Penyusunan laporan kegiatan

2.8.5 Tugas Anggota


a. Menghadiri kegiatan rapat Komite Etik dan Hukum
b. Membahas kasus/masalah yang terkait dengan penerapan etika profesi etika
pelayanan serta hukum
c. Melakukan tugas koordinasi dalam rangka penyelesaian masalah/kasus
d. Melaksanakan tugas pembinaan bersama Kepala Departemen Medik sesuai
tugas/ruang lingkup Komite Etik dan Hukum

2.8.6 Tugas Komite Etik dan Hukum

1. Memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal :


a) Menyusun dan merumuskan medikoetikolegal dan etik pelayanan rumah
sakit, berupa membahas pemecahan masalah dalam pelayanan, penelitian
dan pendidikan serta perencanaan dan evaluasi
b) Penyelesaian masalah etik kedokteran dan etik pelayanan Rumah sakit
c) Membuat fatwa dalam dilema etik
d) Pelaksanaan panduan etik Rumah Sakit

8
e) Penyelesaian pelanggaran terhadap kode etik pelayanan rumah sakit,
pemeliharaan etika rumah sakit, kebijakan yang terkait dengan Hospital by
Laws serta medical Staff by Laws berupa :
Melakukan upaya pencegahan masalah etikdan hukum melalui kegiatan
Road Show ke departemen Medik secara berkala
Mengadakan kegiatan pelatihan orientasi dan sertifikasi etikomedikolegal
bagi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS)
Menyusun konsep
Kemitraan dokter-perawat
DPJP kaitannya dengan pendidikan
Sinkronisasi DPJP dengan pendidikan kedokteran
Perlindungan etik dan hukum bagi staf dan pegawai
Pendidikan mahasiswa dan spesialis secara etik dan hukum
Tata laksana penelitian
Penyelesaian masalah etik dan hukum
2. Memberikan bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di
rumah sakit

2.8.7 Tugas Penanggung Jawab Implementasi


a. Bertanggung jawab atas implementasi dan penyelesaian masalah etik dan hukum
b. Monitoring program etik dan hukum

2.9 Manfaat

Manfaat Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KEHRS) adalah sebagai berikut:
a. KEHRS merupaakn sumber informasi yang relevan untuk penyelesaian masalah
etika di Rumah Sakit
b. Masalah-masalah etika dapat diidentifikasi sehingga KEHRS sekaligus pula dapat
memberikan gambaran tentang penyelesaiannya
c. KEHRS memberikan masukan kepada Direksi ruamh sakit untuk meneruskan atau
tidak meneruskan penyelewengan masalah etika melalui pengadilan
d. Manajemen pelayanan menjadi lebih baik, lancer dan berdaya guna sesuai dengan
visi dan misi Rumah Sakit

2.10 Pedoman Etik bagi Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit

Ada tiga prinsip etis dalam cara kerja KEHRS yaitu :


a. Adanya kerangka etis yang telah disepakati sebelumnya
b. Legitimasi keberadaan KEHRS di dalam lingkungan Rumah Sakit
c. Adanya jaminan tidak akan timbul konflik-konflik kepentingan para anggotanya yang
dapat menghambat pengambilan keputusan

9
BAB III
PROGRAM PELAKSANAAN ETIK DAN HUKUM
DI RSCM KIRANA

3.1 SASARAN
Adapun sasaran program pelaksanaan etik dan hokum di RSCM Kirana adalah sebagai
berikut :

a. % Kepuasan Pasien
b. % Kesembuhan Pasien
c. % Citra baik RSCM Kirana di Masyarakat
d. Bebas tuntutan hukum

3.2 KEGIATAN PROGRAM ETIK DAN HUKUM RSCM KIRANA

3.2.1 Pemantauan aspek etik dan hukum pelayanan di RSCM Kirana

Syarat Pelayanan RSCM Kirana sebagai rujukan Nasional dan Rumah Sakit
Pendidikan:
a. SDM Profesional dan berkualitas
Adalah Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), peserta program pendidikan
spesialis tahap mandiri, tenaga keperawatan yang sudah mengikuti 17 kompetensi
dasar, dokter dan dokter lulusan luar negeri yang mengikuti adaptasi sebleum
bekerja di RSCM mempunyai sertifikas hukum RSCM.
Setiap pasien mendapatkan general consent:
1. Dijelaskan hak dan kewajiban pasien
2. Persetujuan dilakukan pelayanan medik, penunjang medic dan keperawatan
3. Persetujuan diperiksa oleh dokter dalam pendidikan dan penelitian
b. Sarana dan prasarana
Best practice eye hospital
c. Sistem rujukan terpadu
d. RBA yang memadai secara professional

Pantauan:
1. Kinerja DPJP
2. Pemberian Edukasi General Consent di Customer Service
3. Pantauan kesiapan alat medis bulanan
4. Pantauan Ketepatan Rujukan

10
3.2.2 Etika yang berhubungan dengan data pasien dan rekam medis

Yang dipantau adalah :


a. Kepemilikan data pasien rekam medis di suatu rumah sakit
b. Berkas rekam medis adalah milik RSCM Kirana
c. Isi rekam medis adalah milik pasien
d. Penyimpanan rekam medis pasien sekurang-kurangnya jangka waktu 5 tahun dari
tanggal pasien terakhir berobat/ dipulangkan, setelah 5 tahun rekam medis dapat
dimusnahkan kecuali resume, informed consent dan laporan operasi yang bisa
disimpan untuk jangka waktu sepuluh tahun terhitung dari tanggal dibuat ringkasan
tersebut.
e. Resume medis diberikan pada saat pasien pulang.
f. Semua informasi dijaga kerahasiaannya
g. Untuk penelitian, pendidikan dan rekam medik tidak menyebutkan identitas pasien

Pantauan :
1. Close Review Rekam Medis

3.2.3 Pantauan etika dalam memperoleh persetujuan tindakan kedokteran (Informed


Consent)

Setiap tindakan medis terhadap pasien harus memperoleh persetujuan pasien terlebih
dahulu dari pasien sendiri dan atau keluarga terdekat

Pantauan:
1. Kelengkapan Informed Consent

3.2.4 Pantauan Etika perawatan Pasien

Perawatan pasien di Rumah Sakit dapat dilakukan oleh dokter, perawat, bidan, teknisi
penunjang ataupun juga oleh petugas teknis kesehatan lainnya. Semua tenaga
kesehatan di atas melakukan perawatan kesehatan pasien wajib memenuhi etika profesi
masing-masing dan memenuhi standar pelayanan, standar prosedur operasional yang
berlaku di RSCM Kirana.

Pantauan:
1. QA Asuhan Keperawatan
2. Audit Medik

3.2.5 Pantauan Etika dalam pelayanan Pasien Anak

Etik yang dipantau adalah :


a. Komunikasi

11
b. Keberadaan penunggu pasien
c. Kebersihan
d. Lingkungan
1. Tenaga pengajar Khusus yang masih ASI harus mendapat kiriman ASI dari
ibunya
2. Disediakan sarana bermain
3. Suasana yang mendukung kejiwaan anak

Pantauan:
1. Edukasi terpadu rekam medis pasien anak

3.2.6 Pantauan etik dalam pelayanan mata


Pelayanan di Departemen Mata adalah
1. Pelayanan kesehatan kepada pasien penyakit mata
2. Penyuluhan untuk peningkatan kesehatan mata
3. Rehabilitasi dengan pendekatan psikologi
4. Fasilitas Rujukan penyakit Mata
5. Pendidikan Tenaga Medis dan Non Medis
6. Penelitian

Pantauan:
1. Produktivitas RSCM Kirana

3.2.7 Pantauan penerapan etik Rumah sakit antar Departemen


1. Komunikasi
2. Konsultasi antar departemen
a. Pembuatan surat konsultasi
b. Pembuatan jawaban

Pantauan :
1. Jumlah Konsultasi dan Jawaban Konsultasi

3.2.8 Pantauan etik rumah sakit tentang perawatan kasus medik sulit
1. Kriteria kasus medic sulit:
a. Skor Sistem Klasifikasi Beratnya Penyakit (APACHE II)30
b. Menggunakan life support apparatus
c. Diagnosis etiologi belum dapat ditegakkan dalam waktu lebih dari 7 hari
d. Melibatkan Tim Interdisiplin 3
e. Re atau do operasi
f. LOS (karena masalah medic) 10 hari
g. Periode End of Life

2. Kriteria non Medis


a. Resiko Medikolegal

12
b. Masalah Sosial
c. Hambatan Sarana dan Prasarana
d. Masalah Finansial
e. Pasien terlantar
f. Pasien tidak bertuan
g. Kasus yang menjadi perhatian public (misalnya : pejabat, guru besar )

Dalam perawatan kasus sulit dan kompleks dibentuk Tim.

Pantauan :
1. Jumlah Kasus medik Sulit

3.2.9 Kerjasama antar Profesi dan hubungan dengan pasien


a. Lingkungan sehat dan aman di Rumah Sakit
1. Pengendalian infeksi nosokomial
2. Kebijakan layanan sterilisasi
3. Trans Infection controlness
4. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
5. Petunjuk pelaksanaan Penentuan Mati dan penghentian resusitasi darurat
6. Kebijakan pelayanan Laundry
7. Panduan pelayanan Transfusi darah

b. Kemitraan dalam pelayanan pasien di Rumah Sakit


Dalam melaksanakan tugas tersebut, hubungan antar pasien dan tenaga kesehatan
harus berdasarkan kaidah dasar etika biomedik yaitu :

1. Mendapatkan kebenaran dari permasalahan pasien.


2. Berhak memilih dan melaksanakan keputusannya, berguna dalam mencegah taua
menghilangkan derita serta selalu berbuat baik, tidak menyebabkan penderitaan,
menjaga kerahasiaan, jujur adail dalam melaksanakan tugasnya, semua tugas
dilaksanakan berdasarakan moral sesuai fungsi social rumah sakit dan bukti ilmiah
yang dianut oleh profesi kedokteran.

c. Pelayanan terhadap pasien harus dilakukan dengan:


1. Pelayanan bermutu tinggi,
2. Lingkungan bersih dan aman ,
3. Keterlibatan pasien dalam penetapan kebijakan kesehatan,
4. Melindungi privasi ,
5. Persiapan sebelum meninggalkan rumah sakit
6. Kriteria Double Effect artinya manfaat lebih besar dari resiko, pilihan harus baik atau
netral secara moral. Efek yang tidak baik hanya merupakan resiko ikutan terhadap
tindakan medis

13
Pantauan:
1. Pantauan PCI (patient control Of Infenction):
a. Hand Hygiene
b. Etika Batuk
c. Pemakaian APD
d. Surveilans Infeksi Rumah Sakit
e. Tertusuk Jarum
f. Pembuangan sampah dan limbah
g. 5 R

3.2.10 Pelayanan terhadap pasien harus dilaksanakan dengan lingkungan bersih,


pelayanan bermutu tinggi dan keterlibatan pasien
Pantauan :
1. 5R
2. Audit Bebas Merokok

3.2.11 Pemantauan etik dan hukum tentang hak pasien


Penjelasan tentang hak dan kewajiban pasien (20)

Pantauan :
1. General Consent

3.2.12 Pantauan etik dan hukum pasien rawat jalan


Pengertian :
1. Pelayanan yang diberikan kepada sdetiap pasien rawat jalan IGD, pelayanan
penunjang dan diagnostic.
2. DPJP adalah dokter penanggung jawab pelayanan di Rawat Jalan, IGD, pelayanan
penunjang dan pelayanan diagnostic sesuai ketentuan yang berlaku
3. PPDS dapat memberikan pelayanan dengan tanggung jawab DPJP

Pantauan :
1. Kinerja DPJP

3.2.13 Pantauan Etik dan Hukum pelayanan Admisi , transfer dan pemulangan Pasien
a. Pengertian
1. Registrasi pasien adalah mekanisme pelayanan pasien rawat jalan, pelayanan
penunjang dan pelayanan Diagnostik
2. Admisi pasien adalah mekanisme pelayanan rawat inap pasien
3. Perpindahan pasien Rawat Inap
Adalah proses yang dilakukan ketika pasien rawat inap di suatu instalasi oleh
karena sesuatu sebab atau hal lainnya memerlukan perawatan inap di intalasi
lain sehingga harus dipindahkan.
4. Petugas MOD adalah petugas yang bertanggung jawab terhadap seluruh
perpindahan pasien pada hari yang bersangkutan

14
Pantauan:
1. Kecepatan Registrasi Pasien Rawat Jalan dan Pasien Rawat Inap

3.2.14 Pantauan Etik dan Hukum transfer pasien keluar RSCM


Adalah pemindahan pasien dari RSCM ke rumah sakit lain bisa karena permintaan
pasien sendiri, tempat rawat penuh atau tidak tersedianya fasilitas tertentu.
Transportasi pasien yang dituju menggunakan ambulance dan harus didampingi
petugas dan terintegrasi dengan baik

Pantauan:
1. Kelengkapan Format Transfer Pasien Internal dan Eksternal

3.2.15 Pantauan Etik dan Hukum Pemulangan Pasien


Pasien pulang adalah pasien yang telah menjalani perawatan rawat inap dan dinyatakan
dapat dipulangkan karena kondisinya sehat atau membaik. Obat yang tidak dibutuhkan
lagi oleh pasien dapat di retur ke instalasi Farmasi

Pantauan:
1. Kelengkapan discharge planning

3.2.16 Pantauan Etik dan Hukum pemulangan Pasien Sehat


Pasien Sehat adalah Pasien yang telah menjalani perawatan inap dan dinyatakan dapat
dipulangkan dalam kondisi sehat oleh DPJP

Pantauan :
1. Kelengkapan Discharge Planning

3.2.17 Pantauan Etik dan Hukum pemulangan pasien terlantar


Pasien terlantar adalah Pasien yang telah menjalani perawatan inap dan dinyatakan
dapat dipulangkan dalam kondisi sehat oleh DPJP namun tidak mempunyai keluarga
atau tempat tujuan pulang
DPJP menginformasikan kepada Direktur Medik dan keperawatan dan Bagian Humas
untuk ditindaklanjuti

Pantauan:
1. Monitoring jumlah pasien terlantar

3.2.18 Pantauan Etik dan Hukum pemulangan paksa pasien


Adalah pasien yang secara medis dan administrastif sudah boleh pulang akan tetapi
pasien tidak mau pulang atau tidak ada yang menjemput
DPJP menginformasikan kepada Direktur Medik dan keperawatan dan Bagian Humas
untuk ditindaklanjuti.

15
Pantauan :
1. Monitoring jumlah pasien yang dipulangkan paksa

3.2.19 Pantauan Etik dan Hukum pasien pulang paksa atas permintaan sendiri
Adalah pasien yang pulang atas permintaan sendiri dan atau keluarga sebelum ada
indikasi untuk dipulangkan
Persyaratan:
1. Dokumentasi edukasi pasien pulang paksa yang dilakukan oleh DPJP dan PPDS
harus secara jelas didokumentasikan dalam rekam medis dan pasien membuat
pernyataan tertulis pulang paksa atas permintaan sendiri

Pantauan:
1. Monitoring jumlah pasien pulang paksa

3.2.20 Pantauan Etik dan Hukum pengisian rekam medis


Adalah tata cara pengisian rekam medis dengan baik dan benar
Setiap dokter wajib membuat rekam medis dengan lengkap. Tulisan dalam rekam medis
harus jelas dan bisa dibaca. Semua komunikasi dengan pasien atau keluarganya harus
dicatat dalam rekam medis. Resume medis dibuat sebelum pasien pulang
Resume medis diserahkan pada pasien saat pasien pulang
Penyerahan resume medis perlu dibuatkan tanda terima.

Pantauan:
1. Pantauan Close Review Rekam Medis

3.2.21 Pantauan Etik dan Hukum pelayanan pasien rawat inap


Adalah tata cara dokter dan atau perawat menerima pasien di Ruang Rawat Inap/
bangsal dan melakukan follow up atau pemeriksaan harian di ruang rawat inap

Pantauan :
1. Asuhan Keperawatan dan follow Up
2. Pengkajian Medis dan follow Up

3.2.22 Pantauan Etik dan Hukum pelayanan pada pasien yang mengalami
kegawatdaruratan
Pelayanan Kegawatdaruratan adalah Tindakan medis yang ditujukan kepada pasien
dalam upaya untuk menyelamatkan jiwa pasien atau mencegah kecacatan.
Diberikan selama 24 jam oleh Tim Medis Reaksi Cepat (TMRC)

Pantauan :
1. Jumlah kasus Code Blue Tiap Bulan

16
3.2.23 Pantauan Etik dan Hukum pada pasien fase terminal
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani

Pantauan :
1. Monitoring asuhan keperawatan fase terminal

3.2.24 Pantauan Etik dan Hukum penatalaksanaan pasien meninggal


Adalah tata cara penalaksanaan pasien yang meninggal dunia

Pantauan:
1. Monitoring jumlah pasien meninggal per bulan

3.2.25 Pantauan Etik dan Hukum transplantasi organ


Adalah tindakan medis pemindahan organ atau jaringan tubuh donor ke penerima donor
Tindakan transplantasi dilakukan oleh dokter yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.

Pantauan:
1. Jumlah kasus transplantasi per bulan

3.2.26 Pantauan Etik dan Hukum komunikasi dokter dengan pasien dan keluarganya
Pemberian keterangan oleh DPJP atau dokter yang ditunjuk kepada pasien dan atau
keluarga tentang kedaan perkembangan dan penalaksanaan pasien

Pantauan:
1. Pantauan Persentase Edukasi terpadu Rawat Jalan dan Rawat Inap

3.2.27 Pantauan Etik dan Hukum penyampaian berita buruk pada pasien dan keluarga
Berita buruk adalah informasi tentang kelainan/ masalah/diagnose/prognosa yang buruk
tentang kelainan/ masalah/diagnose/prognosa yang tidak diharapkan oleh pasien dan
keluarganya

Pantauan :
1. Jumlah second opinion per bulan

3.2.28 Pantauan Etik dan Hukum penyelesaian kepada pasien dan keluarga oleh tim
medik untuk kasus sulit dan kompleks
Pengertian:
1. Penyelesaian kepada pasien dan keluarga adalah Suatu proses bagaimana
memberikan keterangan yang baik dan benar kepada pasien dan keluarga oleh tim
medik

17
2. Kasus medik sulit dan kompleks adalah keadaan yang mengancam jiwa atau kondisi
buruk dan menetap baik aspek medik dan non medik yang memerlukan penanganan
interdisiplin untuk mendapatkan hasil terbaik.
Kasus medik sulit dan kompleks memerlukan penanganan oleh tim yang terdiri atas
minimal 3 atau lebih disiplin ilmu sesuai dengan SK Direksi

Pantauan:
1. Jumlah kasus sulit dan kompleks

3.2.29 Pantauan Etik dan Hukum menghadapi keluarga pasien yang tidak puas atau
marah
Keluarga pasien yang tidak puas atau marah adalah keluarga yang tidak puas akan
pelayanan yang diberikan oleh RSCM Kirana

Caranya mendengarkan dengan seksama sambil mencatat yang perlu tetapi jangan
dijawab, petugas hanya mempersilakan kepada pasien dan keluarganya untuk
menjelaskan hal-hal yang menjadi kekecewaan keluarga pasien

Pantauan:
1. Jumlah penanganan komplain per bulan

3.2.30 Pantauan Etik dan Hukum penyelesaian pelayanan pasien dengan masalah
finansial
Adalah pelayanan kepada pasien yang sesuai dengan kemampuan pasien dan rumah
sakit agar pasien mendapatkan pelayanan sesuai pelayanan medik dan keperawatan
dengan biaya yang tersedia dapat dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan pasien

Pantauan:
1. Pemantauan pasien yang tidak mampu membayar administrasi keuangan pasien

3.2.31 Pantauan Etik dan Hukum kepada wartawan TV


Pengertian
Tata cara menghadapi media elektronik yang menyiapkan gambar untuk ketertiban
dalam penyiaran, perlindungan terhdap pegawai dan perlindungan terhadap privasi
pasien

Pantauan:
1. Jumlah penyiaran TV di rumah sakit

3.2.32 Pantauan Etik dan Hukum pasien public figure


Public Figure adalah seseorang yang sudah dieknal secara luas oleh masyarakat atau
dihormati
Pantauan :
1. Jumlah pasien public figure

18
3.2.33 Pantauan Etik dan Hukum aspek pendidikan
Suatu kegiatan pendidikan mahasiswa atau dokter spesialis di RSCM yang harus
memberikan informasi kepada pasien dan mensosialisasikan kepada masyarakat
bahwa RSCM adalah rumah Sakit pendidikan.

Mahasiswa yang dalam proses pendidikan harus senantiasa mengingat dan


memegang teguh janji kepanitraan.

Metode pendidikan yang langsung kepada pasien harus dibuat sedemikian rupa
sehingga pasien tidak merasa menjadi bahan pembelajaran.

Level Kompetensi : Dokter peserta PPDS yang menangani kasus terdiri dari 3 tahap :
tahap pembekalan, tahap magang, dan tahap mandiri
Tugas Konsulen : membimbing PPDS dalam melakukan analisa kasus yang sedang
dihadapi agar mencapai diagnosis yang tepat

Pantauan:
1. Jumlah mahasiswa./PPDS sesuai level kompetensi

3.2.34 Pantauan Etik dan Hukum pada aspek penelitian


Pengertian :
Penelitian adalah suatu kegiatan pengumpulan informasi/ data yang diperlukan untuk
rencana kegiatan medis, medis klinis atau medis social atau pengembangan ilmu
kedokteran di RSCM Kirana

Pantauan:
1. Jumlah penelitian yang dilakukan dengan ethical clearance

3.2.35 Pantauan Etik dan Hukum penerbitan Surat Keterangan Dokter berbadan sehat
Adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter untuk tujuan tertentu tentang
kesehatan seseorang

Pantauan:
1. Jumlah surat keterangan sehat

3.2.36 Pantauan Etik dan Hukum penerbitan surat keterangan sakit


Adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter disertai istirahat atau pembebasan
tertentu untuk waktu tertentu

Pantuan :
1. Jumlah surat keterangan sakit

19
3.2.37 Pantauan Etik dan Hukum perlindungan hukum terhadap pegawai rumah sakit
Adalah pemberian jaminan kepastian dari pimpinan RS terhadap pegawai yang
mendapatkan cedera psikis maupun fisik dari pasien/ keluarga/pengunjung RS,
pegawai non kesehatan /kesehatan dalam melaksanakan tugas rumah sakit baik di
dalam maupun di luar rumah sakit

Pantauan:
1. Jumlah kecelakaan kerja yang ditindaklanjuti

3.3 EVALUASI DAN MONITORING


1. Monitoring Sasaran
2. Monitoring Pantauan Etik Bulanan, Tri Wulan, Semester dan Tahunan
3. Laporan Bulanan, semester dan Tahunan

20
3.4 PENJADWALAN KEGIATAN

No Jenis Kegiatan Bulan ke -


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pantauan Etik

1 Kinerja DPJP

2 Pemberian Edukasi General Consent di


Customer Service

3 Pantauan kesiapan alat medis bulanan

4 Pantauan Ketepatan Rujukan

5 Close Review Rekam Medis

6 Kelengkapan Informed Consent

7 QA Asuhan Keperawatan

8 Audit Medik

9 Edukasi terpadu rekam medis pasien anak

10 Produktivitas RSCM Kirana

11 Jumlah Konsultasi dan Jawaban Konsultasi

12 Jumlah Kasus medik Sulit

13 Pantauan PCI (patient control Of


Infenction):
Hand Hygiene
Etika Batuk

Pemakaian APD

Surveilans Infeksi Rumah Sakit

Tertusuk Jarum

Pembuangan sampah dan limbah

5R

14 Audit Bebas Merokok

21
15 General Consent

16 Kecepatan Registrasi Pasien Rawat Jalan


dan Pasien Rawat Inap

17 Kelengkapan Format Transfer Pasien Internal


dan Eksternal

18 Kelengkapan discharge planning

19 Monitoring jumlah pasien terlantar

20 Monitoring jumlah pasien yang dipulangkan


paksa

21 Monitoring jumlah pasien pulang paksa

23 Asuhan Keperawatan dan follow Up

24 Pengkajian Medis dan follow Up

25 Jumlah kasus Code Blue Tiap Bulan

26 Monitoring asuhan keperawatan fase terminal

27 Monitoring jumlah pasien meninggal per bulan

28 Jumlah kasus transplantasi per bulan

29 Pantauan Persentase Edukasi terpadu Rawat


Jalan dan Rawat Inap

30 Jumlah second opinion per bulan

31 Jumlah kasus sulit dan kompleks

32 Jumlah penanganan komplain per bulan

33 Pemantauan pasien yang tidak mampu


membayar administrasi keuangan pasien

34 Jumlah penyiaran TV di rumah sakit

35 Jumlah pasien public figure

36 Jumlah mahasiswa/PPDS sesuai level

22
kompetensi

37 Jumlah penelitian yang dilakukan dengan


ethical clearance

38 Jumlah surat keterangan sehat

39 Jumlah surat keterangan sakit

40 Jumlah kecelakaan kerja yang ditindaklanjuti

Monitoring Sasaran
1 Survey Kepuasan Pasien

2 Survey Citra Baik RSCM Kirana

3 Analisa Kesembuhan Pasien

4 Pantauan Kasus Medikolegal /Komplaian level


A (Bebas Tuntutan Hukum)

Jakarta
Mengetahui,
Kepala Departemen Mata Koordinator Penelitian dan Pengembangan
RSCM Kirana RSCM Kirana

Dr. dr. Widya Artini, SpM (K) dr. Made Susiyanti, SpM (K)
NIP. 195502271984032002 NIP. 196806072009122002

23
LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai