Anda di halaman 1dari 6

Nomenclature to describe the transition from multiserial to

uniserial chamber arrangement in benthic foraminifera

Transisi yang berasal dari multiserial ke biserial dan masuk kedalam ruang
uniserial itu tidak akan terjadi secara tiba tiba didalam foraminifera benthos,
tahapanya sering dicirikan kedalam intermediate. Sifat seperti ini sering
dikategorigakn kedalam morfologi peralihan, sementara tahapan langkahnya
merubah ruang selama ontogeni, dari serial kedalam uniserial (Hottinger, 2006).

Loosely biserial mempunyai kecenderungan untuk kembali uniserial


maupun irregular uniserial, namun istilah tersebut tidak digunakan secara konsisten
dan juga tidak tertera dalam daftar istilah yang dikemukakan oleh Hottinger (2006)
Pengaturan crongga cangkang secara bolak balik merupakan bentukan foraminifera
yang memiliki pola meluas dan sangat dasar, pola tumbuh ruang pada biserial salah
satunya di contohkan pada kelas Rotaliata (Mikhalevich, 2000, 2005; Mikhalevich
& Debenay, 2001) bentuk tes multilokuler yaitu memiliki ruang yang rendah (
brevitalamus) biasanya berbentuk bulat, dengan rekatan dinding nya menjadi satu
dan juga biasanya terdapat rekatan kapur pada dinding tersebut. Dalam pengaturan
ruang tersebut habitat benthos maupun planktonya berbeda, akan tetapi dalam suatu
dokumentasi Darling 2009 mengemukakan bahwa benthos dan plankton
(tychophelagic) juga termasuk kedalam biserial. Model ini secara akurat
menghasilkan simulasi morfologi foraminiferal yang dapat ditemukan di alam.

Biserial

Pengaturan ruang trochospiral biasanya 180 derajat ( antara ruang yang


berkesinambungan, sehingga menghasilkan dua baris ruang (Hottinger, 2006).
Dalam artian susunan ruang bolak-balik mempunyai dua rangkaian ruang, dengan
persepsi bahwa definisi ini bertolak belakang dengan definisi yang dikemukakan
(Tyszka & Topa, 2005) yang menyatakan bahwa pengaturan trochospiral yang
disebabkan karena biserialitas akan menghasilkan ruang helicoidal yang tanpa
memiliki pola. Dalam bentuk biserial sempurna terdiri dari masing-masing jahitan
horizontal ataupun hampir sama, dua deretan membuat hahitan zigzag umum, yang
membisahkan kedua seri antar satu sama lain.

Loosely biserial

Kamarnya diatur dua baris yang bergantian, namun kamar dalam deretan
tersebut hampir tidak melakukan kontak dengan yang lain, dalam sudut pandang
lateral, dikatakan suture yang membagi pusat terminal melebar dingin arah miring
dari satu sisi ke sisi yang lain. Membentuk suture zigzag yang meluas, dan juga
hampir tidak memiliki suture horizontal diantara kamar-kamar denggan satu
rangkaian yang sama.

Fig. 1. Foraminiferal models illustrating the transition from biseriality to uniseriality (modied from abaj et
al., 2003). 12, biserial; 3, loosely biserial to lax-uniserial; 4, lax-uniserial to uniserial; 5, uniserial; 6,
planispiral to loosely biserial to lax-uniserial to uniserial; 7, biserial to loosely biserial to lax-uniserial; 8,
alternating uniserial with a twisted aspect; 9, alternating uniserial with a zig-zag pattern; 10, loosely uniserial.
Lax-uniserial

Pengaturan ruang benar-benar terlihat antara biserial dan uniserial, sehingga


kamar utama seperti terlihat hanya bersentuhan dengan kamar terakhir. Genus
Eobiginerina digambarkan oleh Cetean (2008) yang mengemukakan tahap lemah
uniserial antara tahap biseri awal dan terakhir.

Alternating uniserial

Mempunyai sumbu pertumbuhan dengan bentuk zigzag, akan tetapi setiap


antar segmennya (tepatnya pada bagian bujur sangkarnya) bentuk zigzag tersebut
terdiri dari dua ruang atau lebih.

Loosely uniserial

Kamarnya tersusun dalam satu baris yang salam sepanjang sumbunya lurus
dan hanya berkelok sedikit, suture antar kamarnya tidak selalu orthogonal terhadap
pertumbuhanya. Apabila bentuknya terlihat seperti melonggar maka akan
mengakibatkan antar ruang yang tidak beraturan, seperti contoh pada genus
Subreophax

Uniserial

Menurut (Hottinger 2006) kamar diatur dalam dalam satu baris. Memiliki
sumbu aperture seperti bujursangkar dan suture antar kamarnya horizontal atau
ortogonal ke arah sumbu pertumbuhan.
Fig. 2. Drawings of the genus Pseudoreophax Geroch, 1961, illustrating the cryptotrochospiral chamber
arrangement of the pseudouniserial portion of the test. reveal that the pseudouniserial chambers continue to
rotate from one chamber to the next, thus preserving the trochospiral coiling (modied from Geroch, 1961).

Pseudouniserial

Kamar externalnya diatur dalam satu baris dan juga suture antar kamarnya
pun horizontal maupun subhorizontal, contohnya seperti genus Gryvalvulina, yang
kamarnya terpaku oleh gulungan spiral yang melonggar, hampir dari setiap kamar
memiliki ruang yang memanjang lebih dari separuh jarak sekitar pengujian namun
tidak sepenuhnya bentuk tersebut tidak beraturan.

Cryptobiserial, cryptotriserial, cryptotrochospiral

Pada hakikatnya terlihat sama yaitu kamarnya diatur secara ekternal dalam
satu baris dan suture antar kamarnya horizontal, tetapi dalam struktur internalnya
tersebut menggambarkan bahwa sudut melingkarnya masih terdapat , seperti posisi
bukaan atau sambungan internal antar kamarnya bergantian. Secara umum sifa
spiral dari bentuk cryptobiserial atau cryptotriserial ini dapat dilihat hanya dengan
mengamati struktur internalnya saja baik tes atau asimetri apertuernya.

DISCUSSION AND CONCLUSION

Selain transisi yang sederhana dari biserial kedalam pengaturan ruang


trimorphik yang tidak berenergi, terdapat juga bentuk kompleks yang terdapat pada
pola biserial ke uniserial , transisi ontogenetik juga menghasilkan pemodelan
foraminifera yang menunjukan biserial secara morfogen memiliki sangkut paut
dengan uniserial dan juga planispiral ( Tyzzka 2006). Morfogenetik transisi dari
biserial ke pola ruang uniserial dilihat dari keterkaitan transisi antar lubang.

Dengan morfotipe biserial melintang sederhana, membentuk klade


monofiletik berdasarkan bukti molekuler, termasuk juga genus Bolivina dan
Brizalina yang mempunyai keterkaitan erat, serta cassidulinid ( Schweizer, 2008)

Kelebihan

Untuk mendefininisikan dengan tepat istilah morfologi ini agar memastikan


penggunanya konsisten dan dapat dipahami dengan mudah oleh peneliti
foraminifera tersebut.

Kekurangan

Bahasa yang terlalu kompleks dan juga terlalu berlebihan dalam


penggunaan penemu tanpa mengembangkan aspek pembicaraan secara meluas dan
merata sehingga dapat membinggungkan pembaca atas tujuan dasar pembuatan
paper ini.
DAFTAR PUSTAKA

Kaminski A Michael, Cetean G Claudia and Tyszka Jaroslaw.2011.


Nomenclature to describe the transition from multiserial to uniserial chamber
arrangement in benthic foraminifera. University College London.The
Micropalaeontological Society.Earth science departement.30: 7-10

Anda mungkin juga menyukai