SPESIFIKASI TEKNIS
DATA PROYEK
INFORMASI UMUM
No URAIAN INFORMASI
5 Luas Lokasi : -
8 Jenis Konstruksi : -
PASAL 1
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
PASAL 2
SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN TEKNIS BAHAN
1. STANDAR BAHAN
Semua bahan bangunan adalah berkualitas baik, memenuhi segala persyaratan yang terdapat
dalam peraturan:
a. Standar Nasional Indonesia ( SNI ) yang berisi tentang peraturan standarisasi bahan bangunan
yang berlaku dalam wilayah Indonesia.
b. Standar Industri Indonesia ( SII )
c. Peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau Algemene Voorwaarden
voor de Uitvoerinhg biji Aaneming van Openbare Warken ( AV ) 1941.
d. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari Dewan
Teknik Pembangunan Indonesia ( DTPI ).
e. Baja tulangan beton ( SII 0136-84 ). Tata cara perencanaan struktur Beton untuk Bangunan
Gedung SK-SNI 03-1726-2002
f. Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
g. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik ( PUIL ) 1987 dan PLN setempat.
h. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Air Minum serta Instalasi Pembuangan
dan Perusahaan Air Minum
i. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI 1961 ).
j. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8
k. Mutu dan cara uji semen Prtland ( SII 0013-81 )
l. Mutu dan cara uji agregat beton ( SII 0052-80 )
m. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia ( PUBI 1982 )/NI-3
n. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983
o. Peraturan Pengecatan NI-12
p. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/ Instasi Pemerintah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
Semua bahan bangunan dan peralatan kerja untuk keperluan pekerjaan ini, seluruhnya ditanggung
dan disediakan oleh Kontraktor.
Konsultan Pengawas berwenang untuk minta keterangan mengenai asal dari bahan bangunan
dan lain-lain, serta sebelum digunakan HARUS melalui persetujuan konsultan pengawas.
a. AIR
Air yang dipakai harus air tawar yang bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, gula, bahan organik
basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak kekuatan struktur
turap. Tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang berlumpur atau air laut.
Harus dapat menjaga kemungkinan terbawanya material-material yang tidak diinginkan pada
tempat pengambilan air, sedikitnya ada jarak vertikal 0.5 meter dari permukaan atas air kesisi
tempat pengambilan tadi. Air yang digunakan untuk campuran spesi/mortar dan beton harus
memenuhi syarat sebagai bahan campuran beton sesuai ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang
terdapat didalam NI-2 , SNI-2847-2013 dan AASHTO T26. Apabila diperlukan, Direksi dapat
meminta kepada kontraktor untuk memeriksakan air yang akan digunakan kelaboratorium
pemeriksaan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor. Air yang diketahui dapat diminum dapat
digunakan tanpa pengujian.
b. PASIR URUG
Pasir untuk pengurugan, peninggian, dan lain-lain tujuan, harus bersih dan keras atau memenuhi
syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3, pasir laut untuk maksud-
maksud tersebut tidak dapat digunakan.
c. PASIR PASANG
a. Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen, harus memenuhi syarat-
syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PBI-1971/NI-2.
b. Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari.
c. Butiran butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi.
d. Pasir laut tidak boleh digunakan.
e. Untuk timbunan pasir harus bebas dari semua tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan lain yang
tidak dikehendaki, segala macam tanah dan pasir yang tidak dapat dipakai harus dibuang.
f. Penimbunan pasir harus diatur dan dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak mutu
pasir.
g. Pasir harus bersih dan bebas dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi
yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam substansi yang merugikan (tanah liat,
lumpur dll) tidak boleh lebih dari 5% (lima persen) berat pasir.
d) SNI 15-2049-1994
e) SII.0013-82, NI-8
2) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah tipe semen portland yang memenuhi
AASHTO M85, campuran yang mengandung gelembung udara tidak boleh digunakan.
3) Semen yang digunakan harus terdiri satu jenis merk dari mutu yang baik dan disetujui oleh
Direksi dan Konsultan Pengawas.
4) Semen yang dipakai Portland semen satu merk yang telah disyahkan/disetujui oleh yang
berwenang, dan
5) Bila mengunakan Portland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus diadakan pengujian
terlebih dahulu oleh laboratorium yang berkompeten.
6) Dalam pengangkutan Portland Cement (PC) ke tempat pekerjaan harus dijaga agar tidak
menjadi lembab, dan penempatannya harus ditempat yang kering.
7) Semen yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya tidak diperkenankan untuk digunakan.
Untukmenghindari terjadinya hal tersebut diatas Kontraktor harus memperhatikan syarat-
syarat penyimpanan semen yang baik.
8) Semua semen harus SemenPortland tipe I yang sesuai dengan persyaratan dalam Peraturan
9) Kantong-kantong semen yang rusak jahitannya dan robek-robek tidak diperkenankan
penggunaannya, kecuali untuk pekerjaan bukan beton.
10) Semen yang didatangkan kelokasi, harus disimpan pada gudang yang mempunyai ventilasi
cukup dan tidak terkena air, sehingga terjamin tidakakan rusak dan/atau tercampur bahan lain
yang dapat merusak mutu beton. Diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30
cm dari lantai, tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melebihi 2 m.
11) Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang tidak boleh
dilakukan diatas timbunan yang telah ada dan pemakaian semen harus dilakukan menurut
urutan pengirimannya.
e. PASIR PASANG
1) Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organik lumpur dan
sebagainya
2) Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.
3) Bahan agregat pasir harus didatangkan dari tempat-tempat yang telah disetujui mutunya oleh
Direksi Lapangan.
4) Pasir laut sama sekali tidak boleh dipergunakan
f. AGREGAT
1) STANDAR RUJUKAN
a) ASSHTO M 45
b) PBI 1971/NI-3
c) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari
dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara tulangan baja dengan acuan, atau
antara perbatasan lainnya.
g. BATU KALI
1) Batu harus bersih, keras, tidak berpori, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis
yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis
atau lemah.
2) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci bila
dipasang bersama-sama.
3) Batu kali harus bersih dari tanah, lumpur, alkali, bahan-bahan organis atau dari substansi yang
merusak dalam jumlah yang merugikan.
4) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki ketebalan yang
tidak kurang dari 150 mm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang
yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.
h. KAYU
1) Pada umumnya kayu bersifat baik dan sehat dengan ketentuan, bahwa segala akibat dari
kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaian tidak akan merusak atau
mengurangi nilai konstruksi, memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam
PPKKI-1961.
2) Mutu kayu ada 2 (dua) macam yaitu mutu A dan mutu B.
Yang dimaksud kayu mutu A adalah memenuhi syarat-syarat pelaksanaan sebagai berikut :
a) Harus kering udara (kadar lengas 5%).
b) Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 3,5 cm.
c) Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar dari 1/10 dari tinggi
balok..
d) Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi tebal kayu, dan retak-retak menurut lingkaran
tidak melebihi 1/5 tebal kayu.
Yang dimaksud dengan kayu mutu B, kayu yang tidak termasuk dalam mutu A, tetapi
memenuhi syarat-syarat Pelaksanaan sebagai berikut :
a) Kadar lengas kayu 30%.
b) Besar mata kayu tidak melebihi dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 5 cm.
c) Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu radial kayu yang lebih besar 1/10 dari
tinggi balok.
d) Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan retak-retak menurut
lingkaran tidak melebihi tebal kayu.
e) Miring arah serat (tangensial) tidak melebihi 1/7.
j. BESI BETON
1) Besi beton yang digunakan mutu U-24, dan seterusnya sesuai yang ditentukan, yang penting
harus dinyatakan oleh test laboratorium resmi dan sah.
2) Besi harus bersih dan tidak mengandung karat, minyak/lemak, asam, alkali dan bebas dari dari
cacat seperti serpi-serpi. Penampung besi harus bulat serta memenuhi per syaratan NI-2 (PBI-
1971)
3) Kualitas tulangan yang digunakan adalah sekualitas keluaran pabrikan baja setara krakatau
steel.
4) Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :
1) Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.
2) Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI-2.
4) Penyimpangan terbesar dari ukuran seperti tersebut di atas adalah panjang maksimal 3%, lebar
maksimal 4% tebal maksimal 5% dengan selisih maksimal ukuran antara bata terkecil.
5) Warna satu sama lain harus sama, dan apabila dipatahkan warna penampang harus sama
merata kemerah-merahan.
6) Bentuk Bidang-bidang harus rata atau rusuk-rusuknya harus siku atau bersudut 90 derajat.
Bidangnya tidak boleh retak-retak.
7) Berat satu sama lain harus sama, yang berarti ukuran, pembakaran dan pengadukan sama dan
sempurna.
8) Suara apabila dipukul oleh benda keras suaranya nyaring.
9) Batu bata tidak boleh retak diuji dengan memukulkan dua buah batu bata, suara yang nyaring
menunjukkan batu bata tidak retak.
10) Batu bata harus keras, tidak mudah tergores, dan padat (tidak banyak pori-pori)
l. KERAMIK
1) Proses pembakaran harus sedemikian rupa, sehingga tidak dapat hancur apabila direndam
dalam air.
2) Tahan terhadap zat asam dan alkasit serta zat kimia lainnya.
3) Warna harus merata, baik masing-masing maupun terhadap yang lain dan permukaannya
harus rata/licin tanpa cacat serta harus keras.
4) Keramik - Penyimpangan maksimum pada panjang dan lebar yang disyaratkan + 1 mm.
5) Kualitas Keramik yang digunakan adalah KW 1
6) Tidak ada cacat pada keramik seperti pecah, coak dll
m. CAT
1) Semua bahan-bahan cat harus diperoleh dari agen resmi yang telah disetujui, yang jika
dikehendaki dapat memberikan seluk beluk keterangan mengenai bahan tersebut dan
prosesnya.
2) Semua cat harus dipergunakan dan dipulaskan betul-betul sesuai dengan instruksi
pabriknya. Juga plamir dan cat dasarnya harus dikeluarkan oleh pabrik yang sama untuk
masing-masing lapisan pemakaian. Kaleng yang diisi cat harus diaduk benar-benar sebelum
dituangkan ke ketel dan dipulaskan menurut aturan dari pabriknya. Jangan sekali-kali
mencampurkan bahan pengering atau bahan-bahan lain ke dalam cat, jika tidak disarankan
atau dikehendaki oleh pabrik cat tersebut. Kontraktor harus dapat membuktikan bahwa bahan
yang dipakai adalah asli, tidak palsu, dengan menunjukkan surat jaminan dari pabrik, sesuai
volume pekerjaan yang disupply.
3) Cat kayu, meni kayu, cat tembok set.Vinilex yang dipergunakan harus sesuai dengan
ketentuan dan berkualitas baik serta waktu tiba ditempat pekerjaan, harus masih tertutup
dalam kaleng aslinya.
4) Cat yang sudah siap dan segera dipakai tidak diperbolehkan mengandung endapan-endapan
yang sudah membatu dan sesudah diaduk dengan baik, harus menjadi homogen serta dapat
dicatkan dengan mudah.
5) Warna cat adalah asli dari kalengnya dan tidak boleh mengadakan campuran dari bermacam-
macam warna.Cat yang sudah disetujui warna dan merknya harus diberitahukan
kepada pemberi tugas, guna melaksanakan pemeliharaan dikemudian hari dan sebelum
dilaksanakan pekerjaan pengecatan Kontraktor harus menunjukkan contoh merk, maupun jenis
warnanya kepada Konsultan Pengawas.
6) Segala cat, bahan-bahan penunjang mix cat (,plamir,alkali, cat dasar dan lain- lain), cara
pengecatan harap dikerjakan sesuai BQ, ANALISA dan DAFTAR BAHAN.
7) Pemilihan warna
Semua warna harus setujui oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik dan Kontraktor harus
memasukkan dalam penawarannya biaya untuk mengadakan contoh warna-warna untuk
disetujui dalam penawarannya.
8) S t e g e r
Untuk pelaksanaan pekerjaan, steger-steger harus disediakan secukupnya, sesuai dengan
kebutuhan, sehingga pekerjaan dapat terlaksana dengan sempurna.
9) Keahlian
Pekerjaan mengecat hanya boleh dilakukan oleh tenaga yang sudah ahli dan berpengalaman
dalam bidang ini. Seorang mandor yang benar-benar cakap harus selalu mengawasi di tempat
tersebut selama pekerjaan dilaksanakan.
n. BAUT
Baut yang di pakai harus sesuai dengan SNI.
o. PAKU
Paku dibuat dengan kepala benam berbentuk bulat yang permukaan di atasnya berpetak-
petak dan bagian bawahnya miring, pada bagian luar diberi gurat-gurat sedang bagian ujung
yang runcing berbentuk tetra hendral yang konis..
p. GRC
Tidak ada cacat seperti pecah, coak dll
q. RANGKA ATAP
1) Kuda-kuda yang digunakan menggunakan rangka Baja ringan ,
Spesifikasi sebagai berikut :
Tinggi ( h) : 75 mm Zincalum atau Aluzinc Coated
Tebal (thickness) : 0.8 mm
Lebar min : 35 s/d 40 mm
Reng atau Purlin Roof Truss
2) Reng yang digunakan memakai baja ringan, dengan spesifikasi sebagai berikut :
Tinggi : 45mm
Lebar atas : 25 mm
Lebar bawah : 75 mm
Tebal ( thickness) : 0.55 mm
2) Talang
a) bahan Aluzinc atau sering disebut zincalume.
b) Ketebalan minimal 1 mm.
c) Tidak ada cacat seperti pecah, coak dll
s. ALUMUNIUM
1) Ketebalan yang digunakan minimal 1 mm.
2) kualitas alumunium yang digunakan adalah
a) Aluminium YKK
b) Kusen Aluminium Alexindo
t. KACA
1) Kaca yang dipakai harus bersih bebas dari kotoran
2) Tidak ada cacat pada keramik seperti pecah, coak dll
3) Kabel
a) Kabel yang digunakan harus sesuai dengan persyartan yang berlaku
b) Penghantar atau kabel yang sering digunakan untuk instalasi listrik penerangan umumnya
terbuat dari tembaga
b. Tempat penyimpanan bahan di lapangan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan sampah, bebas
dari genangan dan bila perlu permukaannya ditinggikan. Bahan yang ditempatkan di atas tanah
tidak diperkenankan untuk dipakai, kecuali hanya kalau permukaan tanah tersebut telah disiapkan
sebelumnya dan diberi lapis permukaan.
PASAL 3
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
3. PELAKSANAAN UKURAN-UKURAN.
a. Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan dalam rencana kerja dan syarat-syarat serta gambar-gambar kerja.
b. Kontraktor harus memberitahukan kepada Pengawas bila akan memulai suatu bagian pekerjaan,
sehingga Pengawas dapat memeriksa kebenaran ukurannya.
c. Kontraktor juga harus mencocokkan ukuran-ukuran satu dengan lainnya dan segera memberitahukan
pada Pengawas apabila terdapat perbedaan.
d. Tempat bangunan yang sebenarnya ditetapkan oleh Kontraktor dengan perestujuan Pengawas. Dalam
gambar uitzet Kontraktor harus mempergunakan alat ukur waterpass atau theodolith.
6. KESEJAHTERAAN PEKERJA
a. Kontraktor harus menyediakan obat-obatan / PPPK di tempat pekerjaan / lokasi proyek.
b. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kecelakaan yang mungkin terjadi serta atas
biaya pengobatannya dan jaminan sosial lainnya bagi para pekerja proyek tersebut.
c. Kontrakktor harus menyediakan air minum yang cukup dan membuat MCK darurat yang tertutup di
lokasi proyek untuk para pekerja.
8. PENGAMANAN
a. Setelah Kontraktor mendapatkan batas-batas daerah kerja dan lain-lain sebagaimana yang telah
diuraikan dalam pasal-pasal sebelumnya maka kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu
yang ada didaerahnya antara lain :
1) Kerusakan yang timbul akibat kelalaian / kecerobohan yang disengaja atau tidak sengaja.
2) Penggunaan sesuatu yang salah atau keliru (bahan alat-alat dll).
3) Komando Pengamanan Pelaksanaan Proyek Pembangunan Setempat disertai prasarana penunjang
antara lain penerangan malam dan lain sebagainya atas beban biaya sendiri
b. Terhadap segala kerusakan dan kehilangan sesuatu, harus dapat diselesaikan bersama-sama dengan
Pengawas dan Keamanan Proyek setempat.
c. Kontraktor juga bertanggung jawab atas kerusakan-kerusakan atau kehilangan-kehilangan yang timbul
akibat Overmacht (malapetaka alam atau tekanan-tekanan lain), yang nyata atau hasil pemeriksaan,
pengusutan dan penyelidikan dianggap sebagai Force Majeure.
9. PERSONALIA KONTRAKTOR
a. Kontraktor harus menyampaikan kepada Pengawas daftar dan susunan Organisasi Pelaksana
Kontraktor sebelum pelaksanaan dimulai
b. Kontraktor tidak diperkenankan memberikan pekerjaan lain di luar proyek ini kepada Wakil ataupun
Pelaksana Kontraktor yang ditempatkan di proyek ini.
c. Bilamana diketahui Pelaksana Kontraktor atau Wakilnya dan pembantunya berhalangan atau sakit
maka Kontraktor harus menunjuk dan menempatkan penggantinya sampai orang yang berhalangan
tersebut, masuk kerja kembali.
d. Tenaga Ahli bertanggung jawab penuh terhadap penyelenggaraan / pelaksanaan pekerjaan
pembangunan, dalam hal ini harus melakukan pengontrolan ke lapangan setiap hari, minimal menerima
laporan bila berhalangan datang.
1. mutual check 0% rapat awal pekerjaan akan dijelaskan konsultan tentang rincian pekerjaaan
beserta spesifikasi dan kuantitas pekerjaan sesuai dengan kontrak yang telah dibuat. Konsultan
Pengawas dan kontraktor sebelum mulai pekerjaan baru harus menjelaskan tata cara pelaksanaan
jadwal dan pengendalian mutu. Pelaksanaan rapat koordinasi ini harus dilaksanakan sebelum
pekerjaan baru dimulai.
2. mutual check memuat tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan pada awal pelaksanaan ,
menjelaskan tentang backup volume dan kesiapan tenaga kerja, material , alat dan metode
pelaksanaan yang akan dilaksanakan oleh pelaksana lapangan dan harus mendapat persetujuan
dari pengawas lapangan dan direksi.
3. mutual check 100% , memuat tentang evaluasi hasil pekerjaan dalam keseluruhan , Dalam rapat
ini dibahas pula tentang pekerjaan yang sudah selesai / dengan volume rencana pekerjaan dan
sesuai dengan buku kontrak. Sehingga menjadi pekerjaan finishing dari keseluruhan bentuk
volume pekerjaan dan gambar yang dituangkan dalam berita acara pekerjaan MC 100% dan
Seluruh bentuk keputusan hasil rapat dituangkan dalam berita acara dan disahkan bersama oleh
direksi dan konsultan pengawas.
4. mutual check, dilaksanakan apabila ada ketidaksesuaian pelaksanaan dengan gambar kerja dan
spesifikasi serta kuantitas analisa biaya atau ada kejadian luar biasa. Seluruh bentuk keputusan
hasil rapat dituangkan dalam berita acara dan disahkan bersama.
kemajuan pekerjaaan (rencana dan realisasinya) diajukan kepada Pengawas untuk mendapatkan
persetujuannya.
c. Rencana Kerja dan Jadwal pelaksanaan tersebut di atas kertas HVS / Kalkir ukuran A3, rapih, dan jelas
ditanda tangani oleh Direktur / Manager Proyek dan dicap perusahaan dan disetujui oleh Pengawas dan
Pengguna Mata Anggaran.
d. Kontraktor diwajibkan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja dan jadwal, yang
telah ditentukan di atas dan tetap mengikat dan tidak berubah kecuali adanya Force Majeure.
Keterlambatan penyerahan kebutuhan (bahan, alat atau penentuannya) proyek pembangunan, harus
diajukan secara resmi / tertulis kepada Pengawas untuk dapat menyetujuinya.
e. Rencana Kerja dan jadwal waktu pekerjaan proyek harus selalu berada di Kantor Kerja Proyek (Direksi
Keet).
f. Seluruh masalah-masalah yang timbul selama berlangsungnya proyek (kemacetan-kemacetan,
keterlambatan dll) serta realisasi kemajuan pekerjaan, harus dicatat dalam jadwal pelaksanaan tersebut.
pelaksanaan pekerjaan.
j. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena permasalahan yang
berhubungan dengan Spesifikasi Teknis, Gambar Disain, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja dimana
tidak ada keputusan yang pasti dari Konsultan Supervisi dan Owner lebih dari 3 hari kerja harus
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
k. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan yang disebabkan oleh hal-hal
yang tidak ada dalam perjanjian, tidak boleh diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
l. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan kepada Kontraktor
Pelaksana di tentukan melalui rapat pembahasan addendum.
c. Konsultan Supervisi dapat menunda atau membatalkan Progress Payment Kontraktor Pelaksana jika
berdasarkan pengamatan sendiri atau laporan/rekomendasi Konsultan Supervisi tentang adanya
pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity.
d. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh Owner jika telah disetujui secara
tertulis oleh Konsultan Supervisi.
d. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan Pekerjaan untuk
ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner.
e. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar Pekerjaan Cacat menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana memperbaikinya dengan biaya sendiri.
f. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dikarenakan
kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol terhadap pekerja sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki dengan biaya sendiri.
g. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena lemahnya
pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar perintah tertulis dari Konsultan
Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya.
h. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain tanpa ada unsur-unsur
kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja.
i. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki
kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat pada masa pelaksanaan.
j. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
3) Antisipasi Cuaca
Pada proyek berdurasi pendek mendapatkan tantangan lebih apalagi dalam periode pelaksanaannya
berada pada musim hujan.Kontraktor harus bekerja ekstra dalam mengatasi rendahnya produktifitas
akibat hujan. Beberapa antisipasi yang menjadi pengalaman adalah sebagai berikut :
a) Persiapan mantel hujan untuk pekerja
b) Tenda khusus
c) Penggunaan terpal untuk melindungi bagian pekerjaan yang dikhawatirkan berbahaya atau
rusak akibat hujan.
PASAL 4
PELAPORAN, DOKUMENTASI, SHOP DRAWING dan AS BUILT DRAWING
1. UMUM
Pelaporan dan dokumentasi merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh kontraktor pada setiap tahap
pekerjaan.Laporan dibuat setiap harinya dan dicek oleh konsultan pengawas yang selanjutnya diteruskan
pada Direksi sehingga dapat diketahui kemjuan pekerjaan setiap harinya dan permasalahan yang terjadi
pada lokasi pekerjaan.Laporan tersebut dilampirkan foto dokumentasi sebagai lampiran.
As built drawing dibuat oleh kontraktor yang merupakan gambar terlaksananya seuatu pekerjaan, jika
terdapat perubahan dari gambar rencana, kontraktor segera melapor kepada Konsultan pengawas/Direksi
untuk ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2. PELAKSANAAN
a. Laporan Harian
1) Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.
2) Di dalam Laporan Harian harus tercantum keadaan cuaca, bahan yang masuk, jumlah
pekerja/pegawai/karyawan, catatan-catatan tentang perintah-perintah dari Pemberi Tugas / Direksi
atau wakilnya dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
3) Jumlah pekerja setiap hari dicatat menurut golongan dan upah. Daftar pekerja ini setiap waktu
dapat diperiksa oleh Pemberi Tugas, dan ia berhak mengadakan penelitian tentang produktivitas
pekerjaan tersebut.
4) Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus memberikan data-data
yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
Adalah laporan yang diisi hari demi hari kerja yang memuat perincian tentang :
1) Kapasitas / banyaknya tenaga kerja
2) Pemasukan bahan bangunan
3) Kegiatan pelaksanaan pada hari ini
4) Catatan kejadian lainnya (curah hujan dan lain-lain)
5) Catatan maupun peringatan dari Pengawas
b. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan Adalah laporan berkala mingguan yang berisikan garis-garis besar dari apa saja
yang telah dicatat / dilaporkan dalam laporan harian, misal jumlah atau persentasi pekerjaan yang telah
dikerjakan maupun rencana kerja minggu berikutnya.
Laporan Mingguan dibuat oleh Kontraktor dengan persetujuan Pengawas. Laporan berkala bulanan
dibuat oleh Pengawas yang ditujukan untuk Pemberi Tugas.Setiap akhir pekan Pemborong harus
menyampaikan Laporan Mingguan kepada Pemberi Tugas tentang kemajuan pekerjaan dalam minggu
yang bersangkutan, meliputi persediaan bahan di tempat proyek, penambahan, pengurangan atau
perubahan pekerjaan, jumlah/macam dan harga satuan bahan-bahan yang masuk dan kejadian-kejadian
penting lainnya yang terjadi dalam proyek yang mempengaruhi pelaksanaan proyek.
Kontraktor diharuskan mengadakan pengambilan foto di lapangan, yang berkenaan dengan kemajuan
tahap pekerjaan, detail-detail yang akan ditutup, adanya bencana dan sebagainya. foto-foto
dokumentasi dibuat sebelum pekerjaan di mulai (0%) sampai pekerjaan selesai, foto dokumentasi harus
selalu diambil pada posisi yang sama untuk setiap kemajuan (tampak depan, samping dan belakang)
dan setiap tahapan bagian pekerjaan yang penting. Foto-foto tersebut dimasukan kedalam album dan
diserahkan kepada Pemimpin Bagian Proyek (Konsultan pengawas/Direksi) sebanyak 5 (lima)set.
c. Laporan Bulanan
Setiap akhir bulan, Pemborong harus melaporkan kemajuan pekerjaan secara terperinci dan besarnya
persentase terhadap keseluruhan/bagian, disamping dokumentasi foto berwarna ukuran postcard yang
menunjukkan kemajuan pekerjaan beserta peralatan yang dipakai dan lain-lain foto ditempel pada
album dengan keterangan-keterangan serta tanggal gambar-gambar diambil. Pemborong harus
mengirimkannya kepada Pemberi Tugas sebanyak 5 ( lima) set album atas biaya kontraktor.
d. Dokumentasi
Untuk melengkapi laporan maupun dokumentasi secara visual, maka Kontraktor harus mengadakan
pemotretan bagian-bagian pekerjaan / bangunan yang sedang dalam pelaksanaan.
Kuantitas dan arah pemotretan serat berapa set foto tersebut harus dicetak (minimal 5 set) ditentukan
kemudian berdasarkan kebutuhan maupun tahapan pada angsuran pembayaran. Foto / gambar harus
dicetak di atas kertas bromida mengkilap dan berwarna ukuran 3 R.
e. Shop Drawing
Kontraktor bekerja sama dengan Konsultan Pengawas membuat gambar Shop Drawing yang dibuat
sebelum memulai suatu item pekerjaan, sebagai acuan pelaksanaan suatu pekerjaan. Secara Umum,
shop drawing adalah gambar yang siap untuk diimplementasikan di lapangan. Sering Terjadi perbedaan
antara gambar kontrak, dan RKS/spesifikasi teknis, baik menyangkut item pekerjaan maupun volume
pekerjaannya. Untuk itu shop drawing dapat berfungsi untuk memperjelas, mana yang akan dipakai.
Hal ini tentunya melalui forum rapat koordinasi dengan pihak Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis,
sehingga dicapai kesepahaman atas adanya perbedaan tersebut, yang tentunya mengacu pada
tercapainya sistem yang optimal. Pekerjaan yang terlaksana tanpa adanya shop drawing dapat tidak
diterima oleh Konsultan pengawas/direksi teknis dan dapat dihitung sebagai pekerjaan yang tidak
selesai.
3. DASAR PEMBAYARAN
Pelaporan dan dokumentasi serta Pembuatasn Asbuilt Drawing dibayar dengan cara lumpsum (LS),
pembayaran tersebut sudah termasuk penyediaan dan pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja,
bahan, perkakas, dan biaya lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
PASAL 5
PAPAN NAMA PROYEK
1. UMUM
Papan nama proyek berfungsi sebagai identitas suatu proyek yang sedang berjalan dan di pasang pada
bagian depan lokasi proyek.
2. PELAKSANAAN
Kontraktor harus membuat dan memasang papan nama proyek dengan ukuran 1.20x0.75 m (dapat di baca
dengan jelas dari jarak 5 meter) dengan konstruksi tiang dari kayu ukuran 8/12 cm dan papan tebal 2 cm
atau multiplek 12 mm, yang isinya sesuai format dibawah ini atau dengan petunjuk direksi dilapangan.
KEGIATAN : ..
PEKERJAAN : ..
NO KONTRAK : ..
WAKTU PELAKSAAAN : ..
SUMBER DANA / NILAI KONTRAK : ..
KONTRAKTOR PELAKSANA : ..
KONSULTAN PENGAWAS : ..
3. DASAR PEMBAYARAN
Papan nama proyek harus dibayar dengan cara lumpsum (LS), pembayaran tersebut sudah termasuk
penyediaan dan pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja, bahan, perkakas, dan biaya lainnya
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
PASAL 6
PENGUJIAN LABORATORIUM
1. UMUM
Didalam pelaksanaan Kabupaten Serang, maka pengujian bahan dapat dilaksanakan. Pengujian ini
diperlukan guna mendapatkan bahan yang sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan.
2. FASILITAS LABORATORIUM
Kontraktor harus memberikan informasi ke pengguna jasa, konsultan pengawas mengenai tempat pengujian
untuk memenuhi ketentuan pengendalian mutu dari spesifikasi bahan yang digunakan
3. PELAKSANAAN PENGUJIAN
a. Personil
Personil yang bertugas pada pengujian bahan-bahan, harus tenaga yang telah mempunyai pengalaman
cukup dan telah biasa menghadapi pengujian bahan sesuai kebutuhan.
b. Pemberitahuan
Pihak Kontraktor harus memberitahu pihak Konsultan Pengawas mengenai rencana waktu pelaksanaan
pengujian sejam sebelum pengujian dilaksanakan, sehingga dengan demikian memberi waktu
Konsultan Pengawas menyaksikan setiap pengujian rutin bahan yang diinginkan.
c. Distribusi
Hasil pengujian harus segera diolah dan diinformasikan, sehingga kemungkinan untuk pelaksanaan
pengujian ulang atau penggantian bahan dari bahan-bahan dapat dilaksanakan secepatnya dengan
demikian mengurangi keterlambatan penanganan pekerjaan.
PASAL 7
PEKERJAAN BETON
1. UMUM
a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam seksi ini harus mencakup pembuatan seluruh struktur beton,
termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai dengan persyaratan dan sesuai dengan garis elevasi,
ketinggian, dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana diperlukan oleh Konsultan
Pengawas.
b. Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja dimana pekerjaan beton akan di tempatkan,
termasuk pembongkaran dari tiap struktur yang harus dibongkar, galian pondasi, penyiapan dan
pemeliharaan dari pondasi, pengadaan penutup beton, pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap kering, dan urugan kembali disekeliling struktur dengan urugan
tanah yang dipadatkan.
c. Mutu dari beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam kontrak
haruslah menggunakan mutu beton K.175 Sitemix untuk semua kolom, balok, plat dan sloof berikut
juga kolom praktis dan balok lintle menggunakan mutu beton K 175 Sitemix.
d. Syarat dari PBI tahun 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton yang
dilaksanakan dalam kontrak ini,
2. TOLERANSI
a. Toleransi dimensi :
1) Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m 5 mm
2) Panjang keseluruhan lebih dari 6 m 15 mm
3) Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara tembok kepala - 0 dan 10 mm
b. Toleransi bentuk :
1) Siku (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm
2) Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang dimaksud) untuk panjang s/d 3 m 12
mm
3) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m 15 mm
4) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m 20 mm
c. Toleransi kedudukan (dari titik patokan):
1) Kedudukan permukaan horizontal dari rencana 10 mm
2) Kedudukan permukaan vertikal dari rencana 20 mm
d. Toleransi kedudukan tegak :
1) Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding 10 mm
e. Toleransi ketinggian (elevasi)
Puncak beton penutup di bawah pondasi 10 mm
f. Toleransi kedudukan mendatar : 10 mm dalam 4 m panjang mendatar.
g. Toleransi untuk penutup/selimut beton tulangan :
3. SUMBER STANDAR
PBI 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2
AASHTO M85-75 Semen Portland
AASHTO M2 13-74 Pengisi sambungan yang dibentuk untuk lapisan beton dan konstruksi struktur.
AASHTO Tll-78 Jumlah material yang lebih halus dari ayakan 0.075 mm dalam agregat.
AASHTO M2 13-74 Pengisi sambungan yang dibentuk untuk lapisan beton dan konstruksi struktur.
AASHTO T ll-78 Jumlah material yang lebih halus dari ayakan 0.075 mm dalam agregat.
AASHTO T 21-78 Ketidak murnian organis dalam pasir untuk beton.
AASHTO T 26-72 Mutu air yang akan digunakan dalam beton
AASHTO T 96 -77 Abrasi dari agregat kasar dengan menggunakan mesin Los Angeles.
AASHTO T 104-77 Penentuan mutu agregat dengan menggunakan sodium sulfat.
AASHTO T 112-78 Gumpalan lempung dan partikel yang dapat pecah dalam agregat.
AASHTO T 126-76 Pembuatan dan perawatan contoh untuk pengujian beton di laboratorium.
AASHTO T141-74 Pengambilan contoh beton segar
7. BAHAN BAHAN
1. Semen
2. Agregat Halus
3. Agregat Kasar
4. Air
5. Baja Tulangan
Seluruh bahan diatas dipersyaratkan yang tertuang pada Pasal Bahan/Material.
kedua hasil pengujian 3 hari dan 7 hari, dan segera memerintahkan penerapan dari tindakan
perbaikan apapun yang dipandang perlu.
5) Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak memuaskan yang melibatkan pembongkaran menyeluruh
dan penggantian beton tidak boleh didasarkan pada hasil pengujian kuat tekan 3 hari saja,
terkecuali kontraktor dan Konsultan Pengawas keduanya sepakat pada perbaikan tersebut.
9. PENGUKURAN AGREGAT
a. Seluruh beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen kantongan, kuantitas penakaran
harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah sama dengan satu atau kebulatan
dari jumlah kantung semen.
b. Agregat harus diukur secara terpisah beratnya. Ukuran masing-masing takaran tidak boleh melebihi
seluruh penakaran, agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar
yang mendekati keadaan jenuh kering permukaan, dengan secara berkala menyiram timbunan agregat
dengan air.
10. PENCAMPURAN
a. Beton harus dicampur dalam mesin yang dioperasikan secara mekanikal dari tipe dan ukuran yang
disetujui dan yang akan menjamin distribusi yang rnerata dari material.
b. Pencampur harus dilengkapi dengan penampung air yang cukup dan peralatan untuk mengukur dan
mengendalikan jumlah air yang digunakan secara teliti dalam masing-masing penakaran.
c. Alat pencampur pertama-tama harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar, dan selanjutnya
pencampuran dimulai sebelum air ditambahkan.
d. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran material kering.
Seluruh air pencampur harus dimasukkan sebelum seperempat waktu pencampuran telah berlalu.
Waktu pencampuran untuk mesin dengan kapasitas m3 atau kurang haruslah 1.5 menit, untuk mesin
yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap tambahan 0.5 m3 dalam ukuran.
e. Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Konsultan Pengawas dapat menyetujui
pencampuran beton dengan tenaga manusia, sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan
pencampuran dengan tenaga manusia harus dibatasi pada beton non struktural.
11. PENGECORAN
a. Penyiapan tempat kerja
1) Kontraktor harus membongkar, struktur yang ada yang akan diganti dengan pekerjaan beton yang
baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang
baru.
2) Kontraktor harus menggali atau mengurug pondasi atau formasi untuk pekerjaan beton hingga
garis yang ditunjukkan dalam Gambar, dan harus membersihkan dan menggaru tempat yang cukup
disekeliling dari pekerjaan beton tersebut untuk menjamin dapat dicapainya seluruh sudut
pekerjaan. Jalan kerja yang kokoh juga harus disediakan juga perlu untuk menjamin bahwa seluruh
sudut pekerjaan dapat diamati dengan mudah dan aman.
3) Seluruh landasan pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dipertahankan kering dan beton
tidak boleh di cor di atas tanah yang berlumpur atau bersampah atau dalam air.
4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus
dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau saluran) harus sudah di tempatkan dan diikat kuat
sehingga tidak bergeser sewaktu pengecoran.
b. Cetakan
1) Cetakan dari tanah, bila disetujui oleh Konsultan Pengawas, harus dibentuk dengan galian, dan
sisi serta dasarnya harus dipotong dengan tangan sesuai ukuran yang diperlukan. Seluruh kotoran
tanah lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
2) Cetakan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap terhadap aduk dan
cukup kokoh untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan
perawatan.
3) Kayu yang tidak dihaluskan dapat digunakan untuk permukaan yang tidak akan tampak pada
struktur akhir, tetapi kayu yang dihaluskan dengan tebal yang merata harus digunakan untuk
permukaan beton yang tampak. Cetakan harus menyediakan pembulatan pada seluruh sudut-sudut
tajam.
4) Cetakan harus dibangun sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
c. Pelaksanaan pengecoran
1) Kontraktor harus memberitahukan Konsultan Pengawas secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bila operasi telah ditunda
untuk lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi dari pekerjaan, macam pekerjaan,
kelas dari beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
2) Direksi Teknik akan memberi tanda terima dari pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa
cetakan dan tulangan dan dapat mengeluarkan atau tidak mengeluarkan persetujuan secara tertulis
untuk pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boieh melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas untuk memulai.
3) Tidak bertentangan dengan pengeluaran atau persetujuan untuk memulai, tidak ada beton yang
boleh dicor bila Konsultan Pengawas atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi
pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
4) Sesaat sebelum beton dicor, cetakan harus dibasahi dengan air atau disebelah dalamnya dilapisi
dengan minyak mineral yang tak akan membekas.
5) Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor dalam posisi akhir dalam cetakan dalam
waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu sesuai petunjuk Konsultan Pengawas
berdasarkan atas pengamatan sifat-sifat mengerasnya semen yang digunakan.
6) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi yang
telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
7) Beton harus dicor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi (pemisahan) partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin ke tempat pengecoran
8) Bila dicor ke dalam struktur yang memiliki cetakan yang sulit dan tulangan yang rapat, beton harus
dicor dalam lapis-lapis horizontal yang tak lebih dari 15 cm tebalnya.
9) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga beton yang telah berada di
tempat masih plastis sehingga dapat menyatu dengan beton segar.
10) Air tidak diperbolehkan dialirkan ke atas atau dinaikkan kepermukaan pekerjaan beton dalam
waktu kurang dari 24 jam setelah pengecoran.
13. KONSOLIDASI
a. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam atau dari luar yang
telah disetujui. Bila diperlukan, dan apabila disetujui oleh Konsultan Pengawas, penggetaran harus
ditambah dengan penusukan batang penusuk dengan tangan dengan alat yang cocok untuk menjamin
pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tak boleh digunakan untuk memindahkan campuran
beton dari satu titik ke titik lain dalam cetakan.
b. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa semua sudut dan
diantara dan disekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan
setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.
c. Penggetar harus dibatasi lama penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang diperlukan
tanpa menyebabkan segregasi (pemisahan) dari agregat.
d. Setiap alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dimasukkan tegak ke dalam beton
basah supaya tembus kedasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh ke
dalaman seksi itu. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada
posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar harus tidak berada lebih dari 30 detik pada
satu lokasi, tidak boleh digunakan untuk menggeser campuran beton kelokasi lain dan tidak boleh
menyentuh tulangan beton.
1) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan dari beton harus dikerjakan segera setelah
pembongkaran cetakan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang digunakan untuk memegang
cetakan di tempat, dan cetakan yang melewati struktur beton, harus dibuang atau dipotong ke
sebelah dalam paling sedikit 2.5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan dan ketidak rataan beton
lainnya yang disebabkan oleh cetakan harus dibuang.
2) Direksi Teknik harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran cetakan dan dapat
memerintahkan penambalan ketidak sempurnaan kecil yang tidak akan mempengaruhi struktur
atau fungsi lainnya dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil
dan lekukan dengan aduk.
c. Permukaan (Pekerjaan akhir khusus)
1) Permukaan yang tampak harus diberikan pekerjaan akhir selanjutnya atau seperti yang
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas
2) Permukaan yang tidak horizontal yang tampak telah ditambal atau yang kasar harus digosok
dengan batu gurinda kasar, dengan menempatkan sedikit adukan pada permukaannya. Adukan
harus terdiri dari semen dan pasir halus dalam takaran yang digunakan untuk beton tersebut.
Penggosokan harus dilanjutkan hingga seluruh tanda bekas cetakan, ketidak rataan, tonjolan
menjadi hilang, serta seluruh rongga terisi dan permukaan yang merata telah diperoleh.
15. PERAWATAN
a. Sejak permulaan segera setelah pengecoran. Beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur
yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dipertahankan dengan kehilangan kelembaban
yang minimal dan dengan temperatur yang relatif tetap untuk suatu perioda waktu yang disyaratkan
untuk menjamin hidrasi yang baik dari semen dan pengerasan betonnya.
b. Beton harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimuti memakai lembaran yang
menyerap air yang harus selalu basah untuk waktu paling sedikit 3 hari. Seluruh lembaran atau selimut
untuk merawat beton harus cukup diberati atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan terbuka
terhadap aliran udara. Bila cetakan kayu digunakan, cetakan tersebut harus dipertahankan basah pada
setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan dan pengeringan beton.
b. Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian luar dari
baja tulangan sesuai dengan gambar.
c. Penyimpanan dan Penanganan
a. Kontraktor harus mengangkut tulangan ketempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan ditandai
dengan label metal yang menunjukkan ukuran, panjang batang dan informasi lainnya
b. Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian untuk mencegah
pengotoran, korosi, atau kerusakan.
d. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari pekerjaan yang tak memuaskan
1) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak boleh digunakan dalam pekerjaan :
3) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi pembuatan yang
disyaratkan dalam ACI 315
4) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukan pada gambar atau gambar kerja akhir
5) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau oleh sebab lain.
2) Dalam hal kekeliruan dalam pembuatan bentuk tulangan. Barang yang telah dibengkokan tidak
boleh dibengkokan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Konsultan Pengawas.
Pembengkokan kembali dari batang harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain
oleh Konsultan Pengawas. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokan kembali
lebih dari satu kali pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada pekerjaan. Kekeliruan
yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali, atau bila pembengkokan kembali tidak
disetujui oleh Konsultan Pengawas, harus diperbaiki dengan mengganti menggunakan batang
yang baru yang dibengkokan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang disyaratkan.
3) Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan dan pambengkokan
tulangan, dan harus menyediakan stok yang cukup dari batang lurus di tempat, untuk
pembengkokan yang dibutuhkan dan untuk memperbaiki kekeliruan atau penggantian.
e. Penggantian ukuran tulang
Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas disahkan oleh Konsultan
Pengawas.
f. Material
1) Baja tulangan
Baja tulangan yang digunakan adalah Baja Polos U 24 untuk baja tulangan dengan diameter lebih
kecil atau sama dengan 12 mm. Sedangkan untuk baja tulangan dengan diameter lebih besar dari
12 mm menggunakan Baja Ulir U 37.
2) Pengikat untuk tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja
g. Pembengkokan
1) Terkecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, seluruh tulangan harus dibengkokan dalam
keadaan dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315 menggunakan batang yang pada awalnya
lurus dan bebas dari tekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila penggunaan panas untuk
pembengkokan di lapangan disetujui oleh Konsultan Pengawas, tindakan pengamanan harus
diambil untuk menjamin bahwa sifat dari baja tidak terlalu banyak berubah.
2) Batang dari diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok.
h. Penempatan dan pengikatan
1) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran, lumpur,
oli, cat, karat dan kerak, percikan aduk atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak
pelekatan dengan beton.
2) Tulangan harus secara tepat ditempatkan sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan selimut
penutup minimum yang disyaratkan
3) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak
tergeser sewaktu operasi pengecoran. Pengelasan dari batang melintang atau pengikat terhadap
baja tarik utama tidak diperkenankan.
4) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang keseluruhan yang ditunjukkan pada
gambar. Penyambungan (splicing) dari batang, terkecuali ditunjukkan pada gambar, tidak akan
diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
5) Bila sambungan (splice) yang menumpang disetujui maka panjang yang menumpang haruslah 40
diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
6) Pengelasan dari baja tulangan tidak akan diijinkan terkecuali diperinci dalam gambar atau secara
khusus diijinkan oleh Konsultan Pengawas secara tertulis. Bila Direksi menyetujui pengelasan dan
penyambung, maka sambungan dalam hal ini adalah las tumpu ujung yang menembus penuh.
Pendinginan benda las dengan air tidak diijinkan.
7) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan meninggalkan permukaan beton sehingga tidak akan
tampak dari luar.
PASAL 8
ADUKAN SEMEN
1. URAIAN
Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan dan pemasangan adukan untuk penggunaan dalam beberapa
pekerjaan dan sebagai pekerjaan akhir permukaan pada pasangan batu atau struktur lain sesuai dengan
spesifikasi ini.
2. STANDAR RUJUKAN
a. AASHTO M 45 70 Agregat untuk adukan pasangan
b. AASHTO M 85 75 Semen portland
c. ASTM C476 Adukan dan Bahan pengisi untuk penguatan pasangan
3. MATERIAL CAMPURAN
a. Material
1) Semen harus sesuai persyaratan dalam AASHTO M 45
2) Agregat halus harus memenuhi persyaratan dalam AASHTO M 45
b. Campuran
Adukan yang digunakan untuk pekerjaan ini, harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur
dalam proporsi yang telah ditentugan dalam Gambar kerja. Adukan yang disiapkan harus memiliki kuat
tekan yang memenuhi persyaratan yang diperlukan.
PASAL 9
PEKERJAAN PLESTERAN, ACIAN DAN PASANGAN BATA
1. BAHAN
a. Pasir Pasang - Minimal seperti yang dipersyaratkan di Pasal Bahan
b. Semen - Minimal seperti yang dipersyaratkan di Pasal Bahan
c. Batu bata - Minimal seperti yang dipersyaratkan di Pasal Bahan
d. Agregat Kasar dan Agregat Halus- Minimal seperti yang dipersyaratkan di Pasal Bahan
e. Air - Minimal seperti yang dipersyaratkan di Pasal Bahan
f. Adukan
1) Adukan yang digunakan untuk plesteran adalah : campuran 1 PC : 4 Pasir .
2) Cara dan alat yang dipakai untuk mencampur haruslah sedemikan rupa sehingga jumlah dari setiap
bahan adukan bisa dikontrol dan ditentukan secara tepat sesuai persetujuan Konsultan
Pengawas/Direksi. Buat adukan dalam jumlah yang dapat dipakai habis dalam waktu 45 menit.
Adukan/Plesteran dapat dipakai sampai batas adukan/plesteran tidak dapat lagi diolah (lebih
kurang 90 menit setelah adukan jadi). Pemakaian kembali adukan tersebut tidak diperkenankan.
Kotak untuk mengaduk harus dibersihkan setiap akhir dari hari kerja.
2. STANDAR
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran). Atau Produk
Lokal yang telah memenuhi standar uji material.
b. Pt T-03-2000-C ( Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran Dinding ).
c. SK SNI S-04-1989-F ( Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam).
d. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan Plesteran Dengan
Bahan Dasar Semen )
3. PELAKSANAAN
a. Pekerjaan Plesteran
1) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas
2) Untuk pekerjaan plesteran dinding bata biasa dipergunakan adukan 1 pc : 4 ps, sedangkan untuk
plesteran dinding trasraam 1pc : 3 ps.
3) Untuk plesteran beton dipergunakan 1 pc : 3 ps, setelah dipermukaan beton yang akan diplester
dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.Persiapkan dan bersihkan permukaan-
permukaan yang akan diplester dari kotoran-kotoran dan bahan bahan lain yang dapat merusak
plesteran.
4) Tukang- tukang plester yang dinilai tidak cakap, karena pekerjaan yang buruk harus diganti
dengan yang baik.
5) Adukan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis ini harus disingkirkan dari pekerjaan.
6) Sebelum diplester bidang dinding harus dibasahi terlebih dahulu sampai jenuh, agar adukan dapat
melekat dengan baik.
7) Untuk bidang beton yang akan diplester harus diketrek/scrath terlebih dahulu dan bidang tembok
yang akan difinish dengan cat harus diberi acian diatas permukaannya.
8) Kelembaban plesteran harus dijaga dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat
kering dan melindungi dari panas matahari langsung dan jika terjadi keretakan harus dibongkar
dan diperbaiki. Penyiraman harus dilakukan selama 7 hari setelah selesai pengacian dan tiap hari
disiram 2 kali dengan memperhitungkan tenggang waktu untuk menjaga kondisi jenuh tersebut.
Plesteran yang diminta adalah termasuk acian.
9) Semua pekerjaan plesteran dikerjakan dengan teknik sempurna, bidang-bidangnya rata, tegak
lurus/siku terhadap bidang lainnya kemudian diaci atau dihaluskan permukaannya dengan digosok
sampai licin. Agar didapat bidang plesteran yang rata permukaannya maka dalam pelaksanaanya
pemborong harus menginstruksikan kepada tukang batu agar membuat kepala-kepala plesteran
setiap bidangnya.
b. Pekerjaan Pasangan Batu bata
1) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
2) Semua dinding bangunan dipasang (setengah bata) yang diperkuat dengan kolom struktur dan
kolom praktis 12/12 cm beton bertulang, yang jarak peletakannya sesuai dengan gambar kerja.
3) Untuk pasangan dinding bata biasa dipakai adukan 1 pc : 4 ps, sedangkan untuk pasangan bata
mulai dari sloof beton bertulang sampai setinggi 30 cm diatas rencana lantai dipasang dinding
trasraam dengan adukan 1 pc : 3 ps.
4) Pasangan dinding bata trasraam dengan adukan 1 pc : 3 ps, juga dipakai untuk memperkuat
pasangan saluran air hujan dan pasangan pondasi rollag batu kali.
5) Batu bata yang digunakan adalah batu bata merah dengan kualitas terbaik yang disetujui Direksi
Lapangan.
6) Pasangan batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu.
7) Bidang dinding batu bata yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambah kolom praktis.
8) Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
9) Penyedia Jasa konstruksi harus memeriksa detil-detil denah ,ketinggian dinding, dikoordinasikan
dengan gambar pekerjaanpekerjaan Mekanikal dan Elektrikal.
10) Bata harus dibersihkan dan direndam terlebih dahulu hingga buihnya habis dan jenuh air agar tidak
menyerap air dari campuran.
11) Penyedia Jasa konstruksi harus menjamin pasangan bata horizontal dengan alat bantu profil kayu
lot pengukur ketegakan pasangan dan benang.
12) Ketebalan spesi diusahakan sama pada arah vertikal dan horizontal.
13) Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 24 lapis setiap
harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
c. Acian
1) Acian dapat dilaksanakan setelah permukaan plesteran sudah kering (cukup umur).
2) Permukaan plesteran sebelum di aci telebih dahulu disiram air. Untuk memperoleh hasil acian
yang halus, setelah plesteran diberi lapisan acian semen, permukaan acian sebelum mengering
digosok dengan menggunakan kertas gosok.
PASAL 10
PEKERJAAN LANTAI
1. UMUM
Papan nama proyek berfungsi sebagai identitas suatu proyek yang sedang berjalan dan di pasang pada
bagian depan lokasi proyek.
2. PELAKSANAAN
a. Pekerjaan Keramik
1) Bahan-bahan
Untuk lantai ruangan dan teras dipergunakan jenis keramik ukuran 40x40 cm setara Roman dan
untuk keramik dinding dipergunakan jenis keramik ukuran 20x25 cm KW I setara ROMAN.
2) Sebelum pemasangan lantai keramik di lantai dasar dimulai, kontraktor wajib memeriksa lapisan
dasarnya terutama pemadatan tanah.
3) Untuk semua pasangan lantai menggunakan adukan 1 pc : 4.
4) Pada saat penyerahan pertama pekerjaan semua permukaan lantai dalam keadaan bersih dari
kotoran yang menempel pada muka lantai.
5) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
6) Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi harus
menyiapkan rencana kerja pekerjaan keramik meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan
alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai untuk
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas disertai gambar shop drawing.
7) Keramik yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar sesuai dengan ukuran, bentuk dan warna yang
telah ditentukan. Dus keramik harus dalam keadaan tersegel dengan spesifikasi yang ditentukan.
Warna, ukuran, tekstur, dan bentuk harus seragam. Keramik yang tidak sesuai dengan spesifikasi
tidak boleh dipasang.
8) Pemasangan keramik boleh dilakukan bila Instalasi Mekanikal dan Elektrikal pada lantai sudah
selesai.
9) Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang tercantum pada gambar
adalah level finish lantai, karenanya screeding dasar harus diatur hingga memungkinkan pada
keramik dengan ketebalan yang berbeda permukaan finishnya terpasang rata.
10) Header/kepalaan keramik harus dibuat pada dua arah dengan bantuan alat ukur (theodolit atau
waterpass)
11) Adukan untuk Keramik dinding dibuat dengan pebandingan 1 pc : 2 pasir.
Adukan untuk Keramik lantai dibuat dengan pebandingan 1 pc : 4 pasir.
12) Lantai harus benar-benar terpasang rata, baik yang ditentukan datar maupun yang ditentukan
mempunyai kemiringan.
13) Kemiringan tidak boleh kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet. Sedangkan untuk
area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m. Kemiringan harus lurus hingga air bisa
mengalir semua tanpa meninggalkan genangan.
14) Pemotongan keramik harus menggunakan alat yang sesuai agar menghasilkan hasil potongan yang
rata, tidak bergerigi.
15) Keramik harus dilindungi dari pergerakan selama 48 jam setelah pemasangan dengan
menempatkan rambu atau tanda.
16) Pasangan keramik harus diperiksa jarak dan kelurusan nat-nya, tidak kosong aciannya, tidak retak
dan gores, beda tinggi keramik (plint) maksimal 1 mm.
17) Pengecoran nat nat lantai dilaksanakan dengan adukan semen encer (putih), pembersihan sisa
sisa pengecoran harus segera dilakukan, sebelum adukan semen tersebut menjadi kering.
18) Ketidaksesuaian pemasangan dengan spesifikasi yang telah di uraikan menjadi tanggung jawab
kontraktor, dibongkar dan di perbaiki sesuai dengan spesifikasi yang diminta.
3. DASAR PEMBAYARAN
Pemasangan Keramik harus dibayar dengan caraMeter Persegi (M2),sedangkan pembayaran Rabat Floor
Beton Harus dibayar dengan cara Meter Kubik (M3) ,pembayaran tersebut sudah termasuk penyediaan dan
pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja, bahan, perkakas, dan biaya lainnya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan.
PASAL 11
PEKERJAAN KUSEN PINTU/JENDELA ALUMINIUM
I. PERSYARATAN BAHAN
i. Pekerjaan daun pintu dibuat dengan kaca tempered dan rangka alumunium, tidak ada cacat-cacat,
minimal SETARA BUATAN ASAHIMAS.
ii. Ukuran daun pintukaca dan rangka alumunium sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen
gambar.
iii. Pemasangan daun pintu kaca tempered dan rangka alumuniumyang dibuat sesuai dengan gambar
bestek/ detail-detail ukurannya, serta dibuat dengan peralatan yang memadai atau dengan mesin,
sehingga didapat hasil yang baik dengan ukuran-ukuran yang seragam.
iv. Rangka/framealuminium jenis aluminium extrusi, profil disesuaikan dengan shop drawing yang
telah disetujui.
v. Bahan yang akan difabrikasi harus diseleksi dahulu sesuai dengan bentuk, toleransi, ukuran,
ketebalan, kesikuan, kelengkungan, pewarnaan yang disyaratkan.
vi. Finishing untuk bagian rangka aluminium yang tampak dari luar dengan anodized 13 mikron.
vii. Bahan finishing daun pintu kalau tidak ditentukan lain difinish powder coating, warna akan
ditentukan kemudian oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
II. PELAKSANAAN
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan Pelaksana diwajibkan untuk meneliti gambar-gambar yang ada dan
kondisi di lapangan (ukuran dan lubang) termasuk mempelajari bentuk, pola layout/ penempatan, cara
pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
2. Pelaksana diwajibkan membuat shop drawing sesuai ukuran/ bentuk/ mekanisme kerja yang disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, dan telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
3. Sebelum pemasangan, penimbunan aluminium, dan material lainnya ditempat pekerjaan harus diletakan
pada ruang/ tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari
kerusakan.
4. Desain dan produksi dari sistem daun pintu harus dapat persetujuan pemasangan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi sesuai gambar.
5. Pemasangan daun pintu tidak boleh menyimpang dari ketentuan pemasangan yang dikeluarkan oleh
pabrik.
6. Ukuran dan cara kerja harus mengikuti persyaratan dari pabrik pembuatnya.
7. Semua rangka harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam gambar dan lurus (tidak melebihi
batas toleransi kemiringan yang diizinkan dari masing-masing bahan yang digunakan). Bilamana tidak
ada kejelasan dalam gambar, Pelaksana wajib menanyakan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
8. Semua daun pintu yang terpasang sesuai dengan gambar, dalam hal ini type dan lay out. Setelah
pemasangan Pelaksana wajib memberikan perlindungan terhadap benturan-benturan, benda-benda lain
dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab
Pelaksana sampai pekerjaan selesai.
PASAL 12
PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN KUNCI DAN KACA
2. PEKERJAAN KACA
a. Jenis kaca polos yang dipergunakan disesuaikan dengan gambar perencanaan yang semutu dengan
merk Asahi dengan ketebalan 5 mm.
b. Kontraktor harus memberikan contoh bahan, brosur serta data teknis kepada Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
c. Semua list kaca dipasang dengan kuat dan kokoh, pada sponning agar diberi dempul.
d. Mengingat sifat kaca akan memuai pada saat terkena sinar matahari, maka dalam pelaksanaan
pemasangan agar diberi jarak antara list dengan kaca beberapa milimeter.
e. Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas
3. DASAR PEMBAYARAN
Pembayaran sudah termasuk penyediaan dan pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja, bahan,
perkakas, dan biaya lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
PASAL 13
PEKERJAAN ATAP DAN PLAFOND
1. PELAKSANAAN
a. Rangka Atap Dan Penutup Atap
1) Kontraktor Harus meneliti gambar sebelum melaksanakan Proses Perakitan, apabila ada hal yang
tidak wajar dan membahayakan, maka kontraktor harus segera melapor ke pengawas lapangan.
2) Ukuran kemiringan kuda-kuda disesuaikan dengan gambar dan melalui persetujuan konsultan
pengawas.
3) Seluruh Material pada pekerjaan ini adalah Bahan Baja ringan baru, tidak diijinkan menggunakan
bahan bekas atau bahan yang telah lama masa produksinya.
4) Perakitan Rangka kuda kuda dilaksanakan di lokasi kegiatan, agar kualitas bisa diperiksa oleh
pengawas lapangan secara intensif untuk menghindari kesalahan dan penurunan kualitas perakitan.
5) Pekerjaan Baja ringan Meliputi Pengadaan dan Pemasangan Konstruksi Baja ringan untuk struktur
sesuai gambar yang direncanakan .
6) Semua material baja ringan harus baru dan disetujui.
7) Semua material untuk kontruksi baja ringan harus memenuhi persyaratan teknik yang berlaku.
8) Semua bagian baja ringan sebelum dan ssetelah difabrikasikan harus lurus dan tidak dan tidak ada
tekukan dan ukuran disesuaikan dengan gambar. Sebelum semua pekerjaan fabrikasi dimulai pelat-
pelat baja harus rata dan tidak boleh tertekuk dan bengkok.
9) Kekurangtetapan pasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan,atau diganti dengan yang
baru atas biaya kontraktor.
10) Semua pekerjaan baja ringan yang harus disimpan rapi dan dalam kondisi bersih.
11) Penyimpanan material baja ringan harus diletakan diatas papan atau balok kayu untuk menghindari
kontak langsung dengan tanah dan tempat kering, sehingga tidak merusak material.
12) Untuk pemotongan baja harus menggunakan gergaji baja atau guntung baja, sehingga hasil
pemotongan bersih dan rata.
13) Sebelum erection dimulai, kontraktor harus memeriksa kembali kedudukan angker-angker baja dan
memberitahukan kepada pemilik proyek metode dan urutan pelaksanana erection.
14) Ketinggian dasar kolom yang telah ditentukan oleh ketinggian daerah yang lainnya diukur dengan
theodolite oleh kontraktor.
15) Perhatian khusus dalam pemasangan angker-angker untuk kolom dimana jarak-jarak/ kedudukan
angker-angker harus tetap dan akurat untuk mencegah ketidak cocokan dalam erection.
16) Erection komponen-komponen baja harus menggunakan alat mekanis ( crane ) dan alat pengikat
dan penarik yang dipakai pada waktu erection harus dikawat baja .
17) Untuk pekerjaan erection dilapangan, kontraktor,harus menyediakan tenaga ahli yang harus
senantiasa mengawasi dan bertanggung jawab atas pekerjaan erection.
18) Kegagalan dalam erection ini menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya oleh sebab itu
kontraktor diminta untuk memberikan perhatian khusus pada masalah erection ini.
19) Rangka kuda-kuda harus dilaksanakan sesuai aturan-aturan sebagaimana lajimnya digunakan
dalam teknik bangunan.
20) Bubungan menggunakan Bubungan Metal roof
Ketebalan bubungan yang digunakan 0.22 mm dengan toleransi panjang lebih kurang 1mms/d 5
mm, lebar antara 5 mm sampai 10 mm,ketebalan 0.01 mm sampai dengan 0.03 mm,Finishing atap
menggunakan jenis pasir anti panas dan Silau.
21) Talang menggunakan talang yang berbahan Seng alumunium
22) Kuda-kuda yang digunakan menggunakan rangka Baja ringan ,
Spesifikasi sebagai berikut
a. Tinggi ( h) : 75 mm Zincalum atau Aluzinc Coated
b. Tebal (thickness) : 0.8 mm
c. Lebar min : 35 s/d 40 mm
23) Reng atau Purlin Roof Truss
Reng yang digunakan memakai baja ringan, dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Tinggi : 45mm
b. Lebar atas : 25 mm
c. Lebar bawah : 75 mm
d. Tebal ( thickness) : 0.55 mm
Ukuran / jarak reng harus diperhitungkan sebelum pemasangan Atap Metal Roof Berpasir
24) Semua material yang digunakan harus mendapat persetujuan dan tidak diperkenankan merubah
material tanpa persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi.
25) Aksesoris Atap
Aksesoris Atap yang digunakan menggunakan bahan Rangka Aluminium dan Genteng metal,cara
pemasangannya Rangka Aluminium dihubungkan dengan cara di bor ke Rangka Atap Baja ringan,
pemasangan Aksesoris Atap atau Momolo bahan dan cara pemasangannya harus mendapat
persetujuan dari pengawas Lapangan.
4) Bahan penutup atap yang digunakan harus dalam kondisi baru dan tidak rusak permukaannya atau
cacat cacat lainnya.
5) Kontraktor harus memberikan contoh bahan, brosur serta data teknis kepada Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
6) Penyimpanan semua bahan atap harus memperhatikan cara-cara sedemikian rupa sehingga bahan
atap tetap utuh selama penyimpanan.
7) Kontraktor harus menyerahkan shop drawing kepada Pengawas untuk persetujuan tertulis bagi
pemasangan.
8) Sebelum pemasangan penutup atap semua pekerjaan yang mendahuluinya telah disetujui oleh
Pengawas, diantaranya rangka atap dll.
9) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
d. Pekerjaan Plafond
1) Pada bagian dalam dan penutup Plafond menggunakan GRC board 120x240 t=4 mm dan list
kayu4 cm pada bagian sisi yang berhubungan dengan dinding dan Pada bagian sisi luar dipasang
GRC Board 3/25 cm.
2) List plafond yang digunakan pada ruangan adalah list berbahan kayu dan dalam kondisi baik. Bila
diperlukan kontraktor diminta menyerahkan contoh material atau brosur dan spesifikasi teknis list
plafond yang akan dipergunakan.
3) Sambungan list kayu dipasang terlihat rapih.
4) Ketinggian langit-langit dan penempatannya, harus mengikuti gambar kerja, dan sebelum
permukaan bawah rangka langit-langit rata dan lurus, maka pemasangan penutup langit-langit
tidak boleh dipasang terlebih dahulu, dan baru boleh dipasang setelah mendapat persetujuan dari
pihak pengawas dan monitoring proyek (direksi).
5) Hasil Pekerjaan yang tidak rata/bergelombang, harus dibongkar dan diperbaiki kembali atas biaya
pemborong
2. DASAR PEMBAYARAN
Pembayaran sudah termasuk penyediaan dan pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja, bahan,
perkakas, dan biaya lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
PASAL 14
PEKERJAAN PENGECATAN
1. LINGKUP PEKERJAAN.
a. Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan.
c. Pengecatan semua perlengkapan dan area yang ada pada gambar bila tidak disebutkan secara khusus,
dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Pengawas.
2. PELAKSANAAN
a. Pengerjaan (Mock Up)
1) Sebelum pengecatan keseluruhan yang dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu
bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan.
2) Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara pengerjaan.
Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock up ini akan ditentukan oleh Pengawas.
3) Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Pengawas dan bidang-bidang ini akan
dipakai sebagai standar minimal bagi keseluruhan pekerjaan pengecatan.
b. Contoh Dan Bahan Untuk Perawatan.
1) Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-bidang
transparan ukuran 30 x 30 cm2.
2) Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Pengawas. Jika contoh-contoh tersebut
telah disetujui secara tertulis oleh Pengawas, Kontraktor melanjutkan dengan pembuatan mock up
seperti tercantum di atas.
3) Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas, untuk kemudian akan diteruskan kepada pemberi
tugas, minimal 5 gallon tiap warna dan jenis cat yang dipakai.
4) Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencatat dengan jelas identitas cat yang ada
didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan oleh Pemberi Tugas.
c. Pekerjaan Cat Kayu
1) Yang termasuk dalam pekerjaan cat kayu adalah daun pintu panil papan seluruh bagian kayu yang
terlihat, dan atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar, kecuali ditentukan lain.
2) Permukaan kayu yang akan dicat harus diamplas kemudian diplamur bila terdapat retak, celah atau
lubang. Kemudian permukaan kayu yang telah diplamur diratakan
3) Permukaan kayu/besi yang kecil harus diberi lapisan plamur yang tipis
4) Setelah 7 (tujuh) hari, bidang plamur diampelas besi halus dan dibersihkan dari debu kemudian
dicat sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali dengan menggunakan kuas.
5) Bidang permukaan pengecatan harus diratakan/dihaluskan dengan bahan/alat amplas yang bermutu
baik, sampai permukaannya halus dan licin, segala persiapan pengecatan telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
6) Pada bidang permukaan kayu harus dihindarkan adanya celah/pori-pori kayu pada permukaan
pengecatan
7) Semua permukaan kayu yang berhubungan dengan plesteran diberi dasar meni.
8) Semua pekerjaan yang telah dicat meni, baru boleh dicat kilap setelah terlebih dahulu dibersihkan
dari kotoran yang menempel. Pengecatan menggunakan dengan Cat Kayu setara glotex atau setara
minimum 2 (dua) kali
9) Tata Cara pencampuran pengencer dan aplikasi pengecatan mengikuti tata cara dari produsen dan
SNI.
10) Pekerjaan pengecatan dengan kwas untuk bidang kecil dan semprot untuk bidang luas
11) Pengecatan yang dilakukan diatur ketika keadaan mendung dan hujan tidak diperkenankan.
12) Hasil pengecatan harus mulus, tidak menggelembung, utuh, rata, tidak ada bintik-bintik atau
gelembung udara dan bidang cat dijaga terhadap pengotoran atau cacat-cacat lainnya
13) Seluruh kusen, jendela, bouvenlight, listplank serta kayu yang tampak (exposed) seluruhnya dicat
14) Pasangan diluar pengecatan harus dilindungi dari dampak proses pekerjaan ini.
3) Untuk dinding-dinding dalam (interior walls) bangunan digunakan cat jenis Emulsi Acrylic
produksi , produksi Vinilex atau setara.
4) Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak ada retakretak dan
Kontraktor meminta persetujuan kepada Pengawas.
5) Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan lapisan plamur dibuat
setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
6) 7 hari plamur terpasang dan percobaan warna besi kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai
bersih betul. Selanjutnya di dinding dicat dengan menggunakan Roller.
7) Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 lapis alkali resistance sealer yang dilanjutkan
dengan 3 lapis acrylic emulsion dengan kekentalan cat sebagai berikut :
Lapisan I encer (tambahan 20 % air).
Lapisan II kental.
Lapisan III encer.
8) Untuk warna-warna yang sejenis, Kontraktor diharuskan menggunakan kaleng-kaleng dengan
nomor percampuran (batch number) yang sama.
9) Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin, tidak ada
bagian yang belang dan terhadap bidang dinding harus dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
10) Standar bahan cat ditentukan pabrik pembuat cat dan kontrak tidak
dibenarkan merubah standar dengan jalan mencampur dan mencairkan yang tidak sesuai dengan
instruksi pabrik atau tanpa ijin dari Konsultan Pengawas.
11) Pada bagian-bagian di mana banyak reaksi dengan alkali dan rembesan air harus diberi lapisan wall
sealer.
12) Pengecatan kedua harus menutupi semua permukaan secara merata baik warna maupun kualitas
pengecatan.
3. DASAR PEMBAYARAN
Pekerjaan Pengecatan dengan cara per Meter Persegi (M2), pembayaran tersebut sudah termasuk
penyediaan dan pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja, bahan, perkakas, dan biaya lainnya
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
PASAL 15
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK DAN ARMATUR
1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Pemasangan kabel toevoer
b. Pemasangan box panel dengan sistem MCB lengkap dengan grounding
c. Pemasangan instalasi titik cahaya serta stop kontak.
5. PERSYARATAN LAIN
Seluruh pekerjaan Elektrikal ini harus dikerjakan oleh Instalatur yang ahli dan berpengalaman serta
memiliki SERTIFIKAT dari PLN setempat yang masih berlaku.
6. DASAR PEMBAYARAN
Pembayaran sudah termasuk penyediaan dan pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja, bahan,
perkakas, dan biaya lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
PASAL 16
PERAPIHAN SISA BONGKARAN
1. UMUM
Pekerjaan ini mencakup pembersihan hasil pembongkaran, danpembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-
puing didalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang
harus dipindahkan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi.Pekerjaan ini mencakup pula
perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari
kerusakan atau cacat.
2. PELAKSANAAN
Pekerjaan Pembersihan sisa material dan perapihan adalah :
1. Pembersihan sisa material sisa pakai, seperti potongan potongan besi, kantong semen dll. Semua
barang tersebut harus dibuang ke luar lokasi selama kegiatan ini berjalan.
2. Pembersihan material bawaan dari lokasi kegiatan, seperti tumpahan pasir / adukan yang mengganggu
fasilitas umum yang diakibatkan adanya kegiatan ini.
3. Pembersihan Akhir, antara lain : Pembersihan sisa-sisa material pada lokasi kegiatan, permbersihan
kotoran pada konstruksi terpasang, perapihan minor pekerjaan, dll.
3. DASAR PEMBAYARAN
Perapihan sisa bongkaran harus dibayar dengan cara lumpsum (LS), pembayaran tersebut sudah termasuk
penyediaan dan pemasangan semua peralatan, untuk semua pekerja, bahan, perkakas, dan biaya lainnya
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
PASAL 17
KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN
1. Seluruh hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,Kontraktor harus menjamin
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu Kontraktor harus mengikutkan pekerja sebagai
peserta Jaminan Sosial
2. Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
3. Pada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, maka kontraktor harus menyediakan
sabuk pengaman pada pekerjaan tersebut.
4. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), makaKontraktor harus menyediakan
sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya yang siap dipakai apabila diperlukan.
5. Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang serius, maka
Kontraktor harus segera membawa korban ke Rumah Sakit yang terdekat dan segera melaporkan
kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
6. Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi
semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung jawabnya maupun yang berada dibawah
pihak ketiga.
61
Spesifikasi Teknis
PASAL 18
PENYERAHAN PEKERJAAN
1. Kontraktor harus menyelesaikan semua bagian pekerjaan yang tertera dalam kontrak, Gambar-gambar
dan Syarat-syarat pada Dokumen Pengadaan (Pelelangan) ataupun perubahan yang terdapat dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing), sehingga pekerjaan dapat diterima dengan baik oleh
Konsultan Pengawas dan Pihak Direksi.
2. Pada saat pekerjaan akan diserah-terimakan untuk pertama kalinya (Provisional Hand Over - PHO),
Kontraktor harus menyerahkan :
Gambar-gambar yang sebenarnya (As Built Drawings) yang telah disetujui.
Foto-foto pelaksanaan pekerjaan.
3. Bersama-sama dengan Konsultan Pengawas, kontraktor harus meneliti, mencatat dan menyetujui,
bagian-bagian pekerjaan yang belum sempurna, untuk dibuatkan daftar (Check List) pekerjaan-
pekerjaan yang akan diperbaiki dalam masa pemeliharaan.
62