Disusun Oleh:
Ika Risna
201510160311103
Manajemen IV B
MASALAH
Pegawai yang bekerja didalam perusahaan memiliki banyak indicator untuk
memperoleh kepuasan kerja (job satisfaction). Banyak faktor yang mempengaruhi
ketidakpuasan karyawan dalam pekerjaannya misalnya seperti sistem imbalan atau
reward yang dianggap tidak adil. Persepsi dari kedua pihak bisa saja berbeda
sekalipun pembagian imbalan menurut perusahaan sudah adil bagi karyawannya.
Selain sistem imbalan, beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap
ketidakpuasan kerja adalah sistem karir yang tidak jelas, tidak adanya penghargaan
atas pengalaman dan keahlian serta promosi yang tidak dirancang dengan benar
sehingga dapat menimbulkan sikap apatis dalam bekerja serta tidak memberikan
harapan yang lebih baik di masa depan, serta faktor dari konteks pekerjaan atau
lingkungan pekerjaan seperti, gaya kepemimpinan penyelia, hubungan dengan
rekan kerja, dan lain-lain.
Adapun masalah yang ditemukan dan dibahas dalam jurnal ini adalah untuk
mengetahui:
1. Imbalan yang diterima pegawai BBIHP terhadap kepuasan kerjanya.
2. Gaya kepemimpinan atasan terhadap kepuasan kerja para pegawainya.
3. Hubungan sistem imbalan dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama
terhadap kepuasan kerja pegawai BBIHP.
BUKTI MASALAH
Dalam penulisan jurnal ini, permasalahan dibuktikan dengan adanya
penjelasan mengenai beberapa indicator yang menjadi dasar kepuasan atau
ketidakpuasan kerja pegawai yang diperlihatkan pada aspek-aspek berikut.
a. Jumlah kehadiran pegawai atau jumlah kemangkiran.
b. Perasaan senang atau tidak senang dalam melaksanakan pekerjaan.
c. Perasaan adil atau tidak adil dalam menerima imbalan.
d. Suka atau tidak suka dengan jabatan yang dipegangnya.
e. Sikap menolak pekerjaan atau menerima dengan penuh tanggung jawab.
f. Tingkat motivasi para pegawai yang tercermin dalam perilaku pekerjaan.
g. Reaksi positif atau negatif terhadap kebijakan organisasi.
h. Unjuk rasa atau perilaku destruktif lainnya.
SEBAB MASALAH
1. Setiap pegawai akan selalu membandingkan antara rasio hasil dengan input
dirinya terhadap rasio hasil dengan input dari orang lain. Sumber
ketidakpuasan ini dapat berasal dari perlakuan sistem reward maupun
punishment yang tidak sesuai.
2. Perbedaan persepsi pegawai terhadap gaya kepemimpinan atasan dengan
berbagai jenis gaya kepemimpinan.
3. Kurangnya pengetahuan pimpinan mengenai korelasi antara sistem imbalan
dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja
pegawai BBIHP.
AKIBAT MASALAH
1. Setiap pegawai akan memiliki rasa ketidakadilan berdasarkan imbalan yang
diberikan perusahaan pada dirinya terhadap rekan kerja lain yang dapat
menurunkan kepuasan kerja.
2. Gaya kepemimpinan yang tidak disesuaikan dengan situasi dan kondisi
mengakibatkan tingginya tingkat absensi dan perpindahan pegawai.
3. Kurangnya pengetahuan pimpinan mengenai korelasi antara sistem imbalan
dan gaya kepemimpinan yang dilihat dari sudut pandang pegawai akan
mengakibatkan pegawai merasa terdapat gap kepada atasan untuk mengadu
ketidapuasan kerja dan menunjukkan kinerja yang tidak baik.
KAJIAN TEORITIS
Teori Kepuasan
Teori kepuasan ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor
kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak serta
berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-
faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan
menghentikan perilakunya. Teori ini mencoba menjawab pertanyaan kebutuhan apa
yang memuaskan seseorang dan apa yang mendorong semangat bekerja seseorang.
Hal yang memotivasi semangat kerja seseorang adalah untuk memenuhi
kebutuhan serta kepuasan baik materiil maupun non materiil yang diperolehnya
sebagai imbalan atau balas jasa dari jasa yang diberikannya kepada perusahaan.
Bila kompensasi materiil dan non materiil yang diterimanya semakin memuaskan,
maka semangat bekerja seseorang, komitmen, dan prestasi kerja karyawan semakin
meningkat. (David J. Cherington, 1995: 402).
Robbins (2001:148) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah sebagai
suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut
interaksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan
organisasi, memenuhi standar kinerja, hidup pada kondisi kerja yang sering kurang
dari ideal, dan hal serupa lainnya. Ini berarti penilaian (assesment) seorang
karyawan terhadap puas atau tidak puasnya dia terhadap pekerjaan merupakan
penjumlahan yang runit dari sejumlah unsur pekerjaan yang diskrit (terbedakan dan
terpisahkan satu sama lain).
Menurut Psikolog Terkenal yang bernama Kurt Lewin, terdapat tiga gaya
kepemimpinan utama dalam menangani permasalahan dan pengambilan keputusan,
Ketiga gaya kepemimpinan utama tersebut diantaranya sebagai berikut.
a. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin atau Manajer Otokratis tidak memberikan wewenang
pengambilan keputusan kepada bawahan, tidak melakukan konsultasi atau
mendengarkan gagasan dari bawahan terlebih dahulu. Dampak negatifnya
adalah anggota akan merasa tidak dihargai sehingga berkurangnya motivasi
kerja dan mengakibatkan tingginya tingkat absensi dan pertukaran
karyawan.
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin atau Manajer biasanya meminta pendapat atau nasehat dari
anggota tim atau bawahannya sebelum mengambil keputusan, mereka
didorong untuk lebih kreatif dan diberi kesempatan untuk menyampaikan
saran atau gagasan mereka meskipun keputusan terakhir masih berada di
tangan manajer. Dampak negatifnya adalah akan kurang efektif jika
dihadapi dengan permasalahan atau situasi yang mengharuskan pemimpin
atau manajernya mengambil keputusan yang cepat.
c. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire atau bebas kendali
Pemimpin akan memberikan bawahan kebebasan penuh dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan tugas yang dikerjakannya dan tentunya
dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh manajer mereka. Dampak
negatifnya adalah bawahan yang tidak dapat mengatur waktunya dengan
baik dan bagi mereka yang tidak memiliki keahlian serta pengetahuan yang
cukup dalam mengerjakan tugasnya.
PEMECAHAN MASALAH
KESIMPULAN
SARAN