Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS JURNAL ILMIAH

IMBALAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN PENGARUHNYA


TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI BALAI
BESAR INDUSTRI HASIL PERTANIAN BOGOR
VOL. 01 NO. 01 TAHUN 2005
Dosen Pengampu Dra. Sandra Irawati, M.M.

Disusun Oleh:
Ika Risna
201510160311103
Manajemen IV B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MEI 2017
PENDAHULUAN
Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interlasi)
produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan
distribusi produk pertanian. Dari pandangan para pakar sosial ekonomi,
agroindustri (pengolahan hasil pertanian) merupakan bagian dari lima subsistem
agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan
peralatan usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan.
Balai Besar Industri Hasil Pertanian (BBIHP) adalah lembaga pemerintah
di bidang penelitian dan pengembangan di bawah Badan Pengkajian Kebijakan
Iklim dan Mutu Industri, Kementerian Perindustrian. BBIHP mempunyai tugas
pokok melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, standardisasi, pengujian,
sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri hasil perkebunan, dan
menyelenggarakan beberapa fungsi antara lain memberikan pelayanan jasa teknis
penelitian dan pengembangan industri hasil perkebunan; rancang bangun dan
perekayasaan, standardisasi; pengujian, kalibrasi, sertifikasi, konsultasi dan
pelatihan.
Beberapa hal yang dilakukan antara lain adalah untuk meningkatkan
kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang inovatif dan berorientasi
pada kebutuhan industri, meningkatkan pelayanan jasa teknis yang berkualitas dan
professional serta memperluas jejaring dengan industri dan lembaga terkait lainnya.
Dalam upaya mewujudkan misi ini, balai besar selaku perusahaan membutuhkan
loyalitas dan tenaga karyawan untuk berkontribusi didalamnya.
Perusahaan merupakan salah satu organisasi yang menghimpun orang-
orang yang biasa disebut dengan karyawan atau pegawai untuk menjalankan
kegiatan rumah tangga produksi perusahaan. Hampir di semua perusahaan
mempunyai tujuan yaitu memaksimalkan keuntungan dan nilai bagi perusahaan,
dan juga untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawan.
Karyawan atau pegawai merupakan unsur terpenting dalam menentukan
maju mundurnya suatu perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan diperlukan
karyawan yang sesuai dengan persyaratan dalam perusahaan, dan juga harus
mampu menjalankan tugas-tugas yang telah ditentukan oleh perusahaan. Setiap
perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawannya, dengan
harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai.
Keberhasilaan suatu perusahaan ditunjang oleh peran dari seorang
pemimpin dengan gaya kepemimpinan dalam mempengaruhi bawahannya. Untuk
mewujudkan gaya kepemimpinan yang efektif diperlukan pemimpin yang
berkualitas dan professional yang mampu memotivasi bawahan agar dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan tersebut. Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-
beda. Dimana gaya pemimpin yang otoriter akan menyebabkan kinerja karyawan
terganggu. Sehingga karyawan yang bekerja akan menjadi tertekan dan kurang
bersemangat untuk bekerja.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan adalah kepuasan
kerja karyawan. Motivasi utama seorang karyawan dalam pekerjaannya berupa
finansial yang dapat memenuhi kehidupan sehari-harinya, namun dapat juga
diperoleh motivasi secara non finansial seperti penghargaan, insentif, dan
sebagainya. Jika seorang karyawan tidak puas biasanya mempunyai motivasi yang
rendah. Akibatnya dalam bekerjapun mereka biasanya kurang bersemangat, malas,
lambat bahkan bisa banyak melakukan kesalahan dan lain-lain hal yang bersifat
negatif seperti kemangkiran, telat masuk kerja dan lai-lain.

MASALAH
Pegawai yang bekerja didalam perusahaan memiliki banyak indicator untuk
memperoleh kepuasan kerja (job satisfaction). Banyak faktor yang mempengaruhi
ketidakpuasan karyawan dalam pekerjaannya misalnya seperti sistem imbalan atau
reward yang dianggap tidak adil. Persepsi dari kedua pihak bisa saja berbeda
sekalipun pembagian imbalan menurut perusahaan sudah adil bagi karyawannya.
Selain sistem imbalan, beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap
ketidakpuasan kerja adalah sistem karir yang tidak jelas, tidak adanya penghargaan
atas pengalaman dan keahlian serta promosi yang tidak dirancang dengan benar
sehingga dapat menimbulkan sikap apatis dalam bekerja serta tidak memberikan
harapan yang lebih baik di masa depan, serta faktor dari konteks pekerjaan atau
lingkungan pekerjaan seperti, gaya kepemimpinan penyelia, hubungan dengan
rekan kerja, dan lain-lain.
Adapun masalah yang ditemukan dan dibahas dalam jurnal ini adalah untuk
mengetahui:
1. Imbalan yang diterima pegawai BBIHP terhadap kepuasan kerjanya.
2. Gaya kepemimpinan atasan terhadap kepuasan kerja para pegawainya.
3. Hubungan sistem imbalan dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama
terhadap kepuasan kerja pegawai BBIHP.

BUKTI MASALAH
Dalam penulisan jurnal ini, permasalahan dibuktikan dengan adanya
penjelasan mengenai beberapa indicator yang menjadi dasar kepuasan atau
ketidakpuasan kerja pegawai yang diperlihatkan pada aspek-aspek berikut.
a. Jumlah kehadiran pegawai atau jumlah kemangkiran.
b. Perasaan senang atau tidak senang dalam melaksanakan pekerjaan.
c. Perasaan adil atau tidak adil dalam menerima imbalan.
d. Suka atau tidak suka dengan jabatan yang dipegangnya.
e. Sikap menolak pekerjaan atau menerima dengan penuh tanggung jawab.
f. Tingkat motivasi para pegawai yang tercermin dalam perilaku pekerjaan.
g. Reaksi positif atau negatif terhadap kebijakan organisasi.
h. Unjuk rasa atau perilaku destruktif lainnya.

SEBAB MASALAH
1. Setiap pegawai akan selalu membandingkan antara rasio hasil dengan input
dirinya terhadap rasio hasil dengan input dari orang lain. Sumber
ketidakpuasan ini dapat berasal dari perlakuan sistem reward maupun
punishment yang tidak sesuai.
2. Perbedaan persepsi pegawai terhadap gaya kepemimpinan atasan dengan
berbagai jenis gaya kepemimpinan.
3. Kurangnya pengetahuan pimpinan mengenai korelasi antara sistem imbalan
dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja
pegawai BBIHP.
AKIBAT MASALAH
1. Setiap pegawai akan memiliki rasa ketidakadilan berdasarkan imbalan yang
diberikan perusahaan pada dirinya terhadap rekan kerja lain yang dapat
menurunkan kepuasan kerja.
2. Gaya kepemimpinan yang tidak disesuaikan dengan situasi dan kondisi
mengakibatkan tingginya tingkat absensi dan perpindahan pegawai.
3. Kurangnya pengetahuan pimpinan mengenai korelasi antara sistem imbalan
dan gaya kepemimpinan yang dilihat dari sudut pandang pegawai akan
mengakibatkan pegawai merasa terdapat gap kepada atasan untuk mengadu
ketidapuasan kerja dan menunjukkan kinerja yang tidak baik.

KAJIAN TEORITIS
Teori Kepuasan
Teori kepuasan ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor
kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak serta
berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-
faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan
menghentikan perilakunya. Teori ini mencoba menjawab pertanyaan kebutuhan apa
yang memuaskan seseorang dan apa yang mendorong semangat bekerja seseorang.
Hal yang memotivasi semangat kerja seseorang adalah untuk memenuhi
kebutuhan serta kepuasan baik materiil maupun non materiil yang diperolehnya
sebagai imbalan atau balas jasa dari jasa yang diberikannya kepada perusahaan.
Bila kompensasi materiil dan non materiil yang diterimanya semakin memuaskan,
maka semangat bekerja seseorang, komitmen, dan prestasi kerja karyawan semakin
meningkat. (David J. Cherington, 1995: 402).
Robbins (2001:148) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah sebagai
suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut
interaksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan
organisasi, memenuhi standar kinerja, hidup pada kondisi kerja yang sering kurang
dari ideal, dan hal serupa lainnya. Ini berarti penilaian (assesment) seorang
karyawan terhadap puas atau tidak puasnya dia terhadap pekerjaan merupakan
penjumlahan yang runit dari sejumlah unsur pekerjaan yang diskrit (terbedakan dan
terpisahkan satu sama lain).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja seorang pegawai dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-


faktor tersebut berkaitan dengan beberapa aspek diantaranya dijelaskan oleh
Marihot T. E Hariandja (2006:291)
1. Gaji, yaitu jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dari
pelaksanaan kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil.
2. Pekerjaan itu sendiri, yaitu pekerjaan yang dilakukan seseorang apakah
memilki elemen yang memuaskan.
3. Rekan kerja, yaitu teman-teman kepada siapa seseorang senantiasa
berinteraksi dalam pelaksanaan pekerjaan. Seseorang dapat merasakan
rekan kerjanya sangat menyenangkan atau tidak menyenangkan.
4. Atasan, yaitu seseorang yang senantiasa memberi perintah atau petunjuk
dalam pelaksanaan pekerjaan. Cara-cara atasan dapat tidak menyenangkan
bagi seseorang/menyenangkan dan hal ini mempengaruhi kepuasan kerja.
5. Promosi, kemungkinan seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan
yang besar untuk naik jabatan/tidak, proses kenaikkan jabatan kurang
terbuka/terbuka. Ini dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang.
6. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan fisik dan psikologi.

Kepuasan Terhadap Sistem Imbalan

Kompensasi bukan merupakan satu-satunya faktor yang berpengaruh


terhadap kepuasan karyawan, akan tetapi diyakini bahwa kompensasi merupakan
salah satu faktor penentu dalam menimbulkan kepuasan karyawan yang tentu saja
akan memotivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja mereka. Jika
karyawan merasa bahwa usahanya akan dihargai dan jika perusahaan menerapkan
sistem kompensasi yang dikaitkan dengan evaluasi pekerjaan, maka perusahaaan
telah mengoptimalkan motivasi.
Kondisi-kondisi tersebut akan meminimalkan ketidakpuasan di antara para
karyawan, mengurangi penundaan pekerjaan, dan meningkatkan komitmen
organisasi. Jika pekerja merasa bahwa usahanya tidak dihargai, maka prestasi
karyawan akan sangat di bawah kapabilitasnya (Robbin,1993 : 647).
Ada beberapa penyebab dari kepuasan dan ketidakpuasan karyawan atas
kompensasi yang mereka terima, yaitu:
1. Kepuasan individu terhadap kompensasi berkaitan dengan harapan dan
kenyataan terhadap sistem kompensasi. Kompensasi yang diterima tidak
sesuai dengan yang diharapkan, apabila kompensasi yang diterima terlalu
kecil jika dibandingkan dengan harapannya.
2. Kepuasan dan ketidakpuasan karyawan akan kompensasi juga timbul
karena karyawan membandingkan dengan karyawan lain di bidang
pekerjaan dan organisaasi sejenis. Rasa ketidakpuasan akan semakin
muncul manakala atasan mereka bersifat tidak adil dalam memperlakukan
bawahan serta memberikan wewenang yang berbeda untuk karyawan
dengan level jabatan yang sama.
3. Karyawan sering salah persepsi terhadap sistem kompensasi yang
diterapkan perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak
mengkomunikasikan informasi yang akurat mengenai kompensasi dan tidak
mengetahui jenis kompensasi yang dibutuhkan oleh karyawan.
4. Kepuasan dan ketidakpuasan akan kompensasi juga tergantung pada variasi
dari kompensasi itu sendiri. Kompensasi tersebut mempunyai fungsi yang
berbeda sehingga kombinasi variasi kompensasi yang baik akan memenuhi
kebutuhan dan kepuasan karyawan.
Teori Gaya Kepemimpinan

Paul Hersey dan Kenneth Blanchard, dalam Stonner (1996:171)


mengatakan bahwa Gaya kepemimpinan yang paling efektif bervariasi dengan
kesiapan karyawan. Hersey dan Blanchard mendifenisikan kesiapan sebagai
keinginan untuk berpretasi, kemauan untuk menerima tanggung jawab, dan
kemampuan yang berhubungan dengan tugas, keterampilan dan pengalaman.
Sasaran dan pengetahuan dari pengikut merupakan variabel penting dalam
menentukan gaya kepemimpinan yang efektif.
Fiedler dalam Wahjosumidjo, (1994:97) mengindentifikasikan tiga macam
situasi kepemimpinan atau variabel yang membantu menentukan gaya
kepemimpinan yang efektif yaitu:
a. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (leader-member relations).
Maksudnya bagaimana tingkat kualitas hubungan yang terjadi antara atasan
dengan bawahan. Sikap bawahan terhadap kepribadian,watak dan
kecakapan atasan.
b. Struktur tugas (task structure). Maksudnya di dalam situasi kerja apakah
tugas-tugas telah disusun ke dalam suatu pola-pola yang jelas atau
sebaliknya.
c. Kewibawaan kedudukan pemimpin (leaders position power). Bagaimana
kewibawaan formal pemimpin dilaksanakan terhadap bawahan.

Tiga Gaya Kepemimpinan Utama Menurut Kurt Lewin

Menurut Psikolog Terkenal yang bernama Kurt Lewin, terdapat tiga gaya
kepemimpinan utama dalam menangani permasalahan dan pengambilan keputusan,
Ketiga gaya kepemimpinan utama tersebut diantaranya sebagai berikut.
a. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin atau Manajer Otokratis tidak memberikan wewenang
pengambilan keputusan kepada bawahan, tidak melakukan konsultasi atau
mendengarkan gagasan dari bawahan terlebih dahulu. Dampak negatifnya
adalah anggota akan merasa tidak dihargai sehingga berkurangnya motivasi
kerja dan mengakibatkan tingginya tingkat absensi dan pertukaran
karyawan.
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin atau Manajer biasanya meminta pendapat atau nasehat dari
anggota tim atau bawahannya sebelum mengambil keputusan, mereka
didorong untuk lebih kreatif dan diberi kesempatan untuk menyampaikan
saran atau gagasan mereka meskipun keputusan terakhir masih berada di
tangan manajer. Dampak negatifnya adalah akan kurang efektif jika
dihadapi dengan permasalahan atau situasi yang mengharuskan pemimpin
atau manajernya mengambil keputusan yang cepat.
c. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire atau bebas kendali
Pemimpin akan memberikan bawahan kebebasan penuh dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan tugas yang dikerjakannya dan tentunya
dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh manajer mereka. Dampak
negatifnya adalah bawahan yang tidak dapat mengatur waktunya dengan
baik dan bagi mereka yang tidak memiliki keahlian serta pengetahuan yang
cukup dalam mengerjakan tugasnya.

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


1. Mengumpulkan data imbalan yang diberikan perusahaan dan melakukan
pengamatan secara tidak langsung terhadap karyawan.
2. Melakukan survey dengan klasifikasi sampel dan memberikan kuisioner
berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan.
3. Melakukan pengumpulan data secara kuantitatif berdasarkan opini setiap
pegawai BBIHP.
4. Melakukan casewise diagnostic pada setiap perhitungan variabel kepuasan
kerja.
5. Melakukan serta menganalisa uji validitas dan uji reliabilitas terhadap
jawaban dari kuisioner yang diisi oleh karyawan.
6. Mengimplementasikan teori yang ada mengenai korelasi antara sistem
imbalan dan gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pegawai BBIHP

PEMECAHAN MASALAH

Adapun pemecahan masalah yang dipilih dari beberapa alternatif


pemecahan adalah sebagai berikut.
1. Melakukan survey dengan klasifikasi sampel dan memberikan kuisioner
berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan. Karena, observasi
merupakan sudut pandang yang dilihat berdasarkan satu persepsi sehingga
bukan langkah yang tepat untuk mengambil keputusan.
2. Melakukan casewise diagnostic pada setiap perhitungan variabel kepuasan
kerja. Hal ini diperlukan untuk memeriksa kenormalan data dan untuk
mengetahui ada tidaknya kolinearitas antarvariabel bebas.
3. Melakukan serta menganalisa uji validitas dan uji reliabilitas terhadap
jawaban dari kuisioner yang diisi oleh karyawan. Untuk mengetahui
ketepatan alat ukur kuesioner yang cukup akurat, stabil dan konsisten dalam
mengukur suatu obyek.

KESIMPULAN
SARAN

Anda mungkin juga menyukai