Anda di halaman 1dari 11

Artikel asli

HUBUNGAN KADAR INTERLEUKIN 6 DENGAN KADAR BESI SERUM


PENDERITA ANEMIA PADA PENYAKIT KRONIK

I Putu Budi Wibawa, I Made Bakta

Bagian / SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud / RS Sanglah Denpasar, Bali

ABSTRACT
CORRELATION OF IL-6 WITH SERUM IRON IN ANAEMIA
OF CHRONIC DISEASE

Anaemia of chronic disease is the second most prevalence after iron deficiency anaemia. It is a common
problem faced because it decreasing the life quality. The pathofisiology of anaemia of chronic disease is same in
malignancy, chronic infection and chronic inflammation. There is immune driven pathway. Released
proinflammation cytokine cause hypoferemia and hyperferitinaemia which the result is anaemia. The Objective
is to determine the correlation of IL-6 with serum iron and haemoglobin in anaemia of chronic disease patien at
Sanglah General Hospital, Denpasar Bali. The Cross sectional analytic study performed to search the
correlation of IL-6 with serum iron and haemoglobin. Descriptive statistical test performed to descript the
sample characteristic and the distribution frequency of many variable. Spearman correlation used with p < 0.05
is significant. From 25 samples, there are 12 man (48%) and 13 woman (52%). The mean of samples age is
49.20 17.95 years old. The most prevalence diagnosis is lung TB, 8 samples (32%). The mean of IL-6 is 39.32
48.66 pg/mL. The mean of serum iron is 42.48 22.09 ug/mL. The mean of hemoglobin is 10.49 1.47 g/dL.
The mean of feritin is 607.62 841,01 ng/mL. The mean of monocyte count is 0,91 0,95 cell/mm3. The
correlation of IL-6 with serum iron is not significant (r -0.05, p 0325). The correlation of IL-6 with
haemoglobin is not significant too (r -0.027, p=0.898). There are possibility cause, first, the gradation of
malignancy, chronic infection, chronic inflammation is not performed. Second, other inflammation cytokine is
not checked. Comorbid disease also may take a place. We conclude the correlation of IL-6 with serum iron and
haemoglobin is not significant.

Keywords: IL-6, serum iron, haemoglobin

PENDAHULUAN khas ditandai oleh gangguan metabolisme besi


yaitu adanya hipoferemia sehingga menyebabkan
Anemia pada penyakit kronik adalah anemia berkurangnya penyediaan besi yang dibutuhkan
yang dijumpai pada penyakit kronik tertentu yang

36 J Peny Dalam, Volume 9 Nomor 1 Bulan Januari 2008


untuk sintesis hemoglobin tetapi cadangan besi proliferasi sel progenitor eritroid, produksi
sumsum tulang masih cukup.1 eritropoietin oleh ginjal, berkurangnya umur
Penyebab anemia pada penyakit kronik belum eritrosit, yang semuanya berkontribusi pada
diketahui dengan pasti. Secara garis besar, penyakit patogenesis terjadinya anemia pada penyakit
2
yang mendasari (underlying disease) timbulnya kronik. Karena dipengaruhi berbagai penyakit
anemia pada penyakit kronik adalah infeksi kronik, dasar maka menjadi sulit untuk menentukan salah
inflamasi kronik dan neoplasma ganas.1,2 satu mekanisme yang paling bertanggung jawab
Anemia pada penyakit kronik adalah anemia dalam terjadinya anemia pada penyakit kronik.7,8
paling sering nomor dua setelah anemia defisiensi Anemia pada penyakit kronik adalah bagian dari
besi. Tidak ada data epidemiologis mengenai semua sindrom stres hematologi yang diinduksi oleh
kondisi penyakit dasar yang berhubungan dengan lepasnya berbagai macam sitokin sebagai respon
anemia pada penyakit kronik. Prevalensi dan injuri seluler yang disebabkan oleh nyeri, keganasan
beratnya anemia berhubungan dengan stage dan peradangan.9,10
penyakit dan kondisi penyakit dasar.3 Prevalensi Berbagai studi in vitro dan in vivo
anemia pada pasien kanker dipengaruhi prosedur menunjukkan pelepasan sitokin proinflamasi
terapi dan umur. Suatu studi melaporkan prevalensi kedalam darah akan berkontribusi dalam timbulnya
tinggi yaitu 77% laki laki tua dan 68% perempuan anemia.11 Mediator inflamasi terutama sitokin IL-6,
tua dengan kanker menderita anemia.4 Studi lain IL-1 dan TNF diketahui berperanan penting
menunjukkan anemia terjadi pada 41% pasien tumor dalam menginduksi anoreksia, mual muntah,
solid.5 Di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, penyebab katabolisme energi yang berat yang terjadi pada
tersering anemia pada penyakit kronik adalah pasien penyakit kronik. Inflamasi pada pasien
tuberkulosis paru.6 Belum banyak data kanker berperanan pada perubahan fisiologi yang
epidemiologis anemia pada penyakit kronik berat yang menyebabkan kakeksia dan anemia.12
dipublikasikan di Indonesia. Mikroorganisme patogen, sel-sel ganas
Ciri khas anemia pada penyakit kronik yang sedang tumbuh, dan disregulasi autoimun,
adalah gangguan hemostasis besi yaitu akan mengaktivasi mekanisme efektor imun yaitu
meningkatnya uptake dan retensi besi dalam sel sel sel monosit dan limfosit T CD3+ yang melepaskan
retikuloendotelial. Ini menimbulkan perpindahan berbagai sitokin proinflamasi yaitu IL-6, IL-1, TNF
besi dari sirkulasi kedalam tempat penyimpanan , interferon . Interleukin 6 meningkatkan feritin
besi tubuh didalam sistem retikuloendotelial dalam sel sel makrofag dan menginduksi pelepasan
sehingga penyediaan besi untuk sel progenitor hepsidin yaitu suatu peptida protein fase akut yang
eritroid di sumsum tulang dalam proses eritropoisis dihasilkan hepatosit yang bekerja mengatur
akan berkurang dan terjadi eritropoisis dengan absorbsi besi usus halus, menghambat eritropoisis
restriksi besi.1,2 pada sumsum tulang dan menurunkan feroportin 1
Anemia pada penyakit kronik adalah immune yaitu protein eksporter besi pada membran sel
driven, dimana sitokin dan sel- sel retikuloendotelial makrofag. Interleukin 1, TNF , Interferon
menginduksi perubahan homeostasis besi, bekerja secara simultan meningkatkan feritin dalam

Hubungan Kadar Interleukin 6 dengan Kadar Besi Serum Penderita Anemia pada Penyakit Kronik 37
I Putu Budi Wibawa, I Made Bakta
sel makrofag, menghambat produksi eritropoietin di hanya IL-6 yang menjadi faktor independen yang
ginjal, meningkatkan fagositosis eritrosit yang menentukan kadar hemoglobin.12,16,17 Kadar IL-6
sudah tua oleh sel makrofag, menghambat berhubungan negatif bermakna dengan kadar Hb
eritropoisis dalam sumsum tulang, meningkatkan penderita lupus eritematosus sistemik.18
kerja Divalent Metal Transporter (DMT) 1 yaitu Berdasarkan penelitian-penelitian diatas,
protein pada membran sel makrofag sebagai sebagian besar peneliti menyimpulkan peningkatan
importer besi dari sirkulasi ke dalam sel makrofag. sitokin proinflamasi dalam darah akan menurunkan
Gangguan hemostasis besi akan menyebabkan ketersediaan besi sumsum tulang untuk eritropoisis
hipoferemia tetapi cadangan besi tubuh akan sehingga menimbulkan anemia. Penelitian tentang
normal atau meningkat.2,13 hubungan kadar IL-6 dengan kadar besi serum
Sebagai nutrien yang esensial, besi sangat belum ada. Hubungan kadar IL-6 dengan kadar besi
dibutuhkan makhluk hidup dalam berbagai proses serum perlu diteliti sebab penurunan kadar
metabolisme seperti transport oksigen, sintesis hemoglobin ditentukan oleh penurunan kadar besi
DNA dan transport elektron. Selain itu besi juga serum sesuai dengan patogenesis anemia pada
penting sebagai kofaktor energi pada respirasi penyakit kronik. Sebagian besar penelitian
mitokondria, proliferasi dan aktivasi sel limfosit T, dilakukan secara invitro pada binatang coba atau
limfosit B, sel natural killer.2,14 manusia, oleh karena itu diperlukan suatu penelitian
Evaluasi anemia pada penyakit kronik in vivo pada manusia untuk mengetahui hubungan
harus memasukkan penentuan status besi tubuh kadar IL-6 dengan kadar besi serum pada penderita
dalam usaha menyingkirkan keadaan anemia anemia pada penyakit kronik.
defisiensi besi yang biasanya juga mempunyai
gambaran hipokromik mikrositer. Lebih dari dua BAHAN DAN CARA
pertiga besi tubuh dalam bentuk hemoglobin
sehingga anemia adalah gejala utama defisiensi Penelitian ini merupakan studi potong lintang
besi. Laju eritropoisis biasanya dibatasi oleh analitik, kriteria inklusi penelitian adalah penderita
saturasi tranferin yang jatuh dibawah 16%. Eritrosit anemia pada penyakit kronik, laki atau wanita yang
akan mikrositosis dan hipokromik yaitu terjadi berumur lebih atau sama dengan 13 tahun dan
pada 30-40% anemia pada penyakit kronik.7,10,11 penderita yang bersedia ikut dalam penelitian
Karakter biologik dan hematologik anemia sedangkan kriteria ekslusi adalah penderita yang
yang berhubungan dengan kanker adalah sama sedang mengalami perdarahan akut saluran cerna,
dengan anemia pada penyakit kronik.12,15 Kadar saluran nafas, saluran urogenital. Penderita anemia
hemoglobin berhubungan bermakna dengan defisiensi besi, penderita yang mendapat terapi
konsentrasi berbagai marker inflamasi kronik. imunosupresan, penderita yang mendapat
Kadar hemoglobin terendah berada pada kemoterapi untuk suatu keganasan. Besar sampel
konsentrasi tertinggi marker inflamasi yaitu sitokin adalah 25 orang.
proinflamasi, (IL-6, IL-1, TNF ) dan CRP. Tetapi Anemia pada penyakit kronik adalah
dengan analisa statistik didapatkan kesimpulan anemia yang memenuhi kriteria Anemia ringan

38 J Peny Dalam, Volume 9 Nomor 1 Bulan Januari 2008


sampai sedang dengan penyakit dasar yang sesuai. tahun dengan umur termuda adalah 15 tahun dan
Anemia hipokromik mikrositer ringan atau tertua adalah 80 tahun.
normokromik normositer, Besi serum menurun,
TIBC menurun, feritin serum normal sampai Tabel 1. Karakteristik sampel
meningkat. Penyakit kronik adalah beberapa Min Max Rerata
Umur (tahun) 15 80 49,20 17,95
penyakit yang menjadi penyakit dasar yaitu TB IL-6 (pg/mL) 3,11 162,3 39,32 48,66
paru, bronkiektasis, keganasan paru dan kolorektal, Besi serum (ug/dL) 10,00 100,00 42,4822,09
SLE, osteomielitis. Kadar IL-6 adalah adalah kadar Hemoglobin (g/dL) 7,70 12,80 10,49 1,47
Feritin (ng/mL) 32,40 4139,00 607,62 841,01
IL-6 serum yang diukur dengan metode Sel monosit 0,09 5,20 0,91 0,95
immuneassay solid phase dengan satuan ng/ml. (sel/mm3)
Jumlah sel monosit dihitung dan ditampilkan dalam
hasil pemeriksaan darah lengkap yang diukur Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan diagnosis
dengan alat Sysmex -3000 nomor seri A 2325 Diagnosis Jumlah Persentase
dengan satuan 103/uL. Besi serum diukur dengan TB Paru 8 32,00
alat CX 7 Beckman Coulter dengan prinsip Bronkiektasis 7 28,00
pemeriksaan spektrofotometri dengan satuan mg%. Ca kolorektal 4 16,00
Feritin serum diukur dengan alat Immulite 2000 Osteomielitis 4 16,00
yang metode kerjanya dengan cara Ca Paru 1 4,00
SLE 1 4,00
immunochemilunescent dengan satuannya ng/ml.
Total 25 100
Kadar hemoglobin diukur dengan alat S-
3000 dengan nomor seri A 2325. Disebut anemia
apabila Hb laki dewasa < 13 g/dl, wanita dewasa Berdasarkan uji normalitas Kosmogorov-
tak hamil < 12 g/dl, wanita hamil < 11 g/dl. Smirnov, distribusi data IL-6 adalah berdistribusi
Diagnosis anemia defisiensi besi berdasarkan tidak normal. Sedangkan kadar besi serum dan
kriteria Kerlin et al. yang dimodifikasi. Uji statistik hemoglobin berdistribusi normal.
deskriptif untuk menggambarkan karakteristik 100.00

penderita dan distribusi frekuensi berbagai variabel.


Analisa korelasi Pearson atau Spearman yang 75.00

digunakan untuk menilai hubungan antara variabel


BesiSerum

tergantung dengan variabel bebas.


50.00

HASIL
25.00

Dari 25 orang sampel dalam penelitian ini


terdiri atas 12 (48%) orang wanita dan 13 (52%) 0.00 50.00 100.00 150.00

Interleukin6
orang laki-laki. Rerata usia adalah 49,20 17,95
Gambar 1. Diagram hubungan antara IL-6 dengan
kadar besi serum

Hubungan Kadar Interleukin 6 dengan Kadar Besi Serum Penderita Anemia pada Penyakit Kronik 39
I Putu Budi Wibawa, I Made Bakta
Berdasarkan gambar di atas tidak terdapat epidemiologis mengenai semua kondisi penyakit
kecenderungan peningkatan atau penurunan IL-6 dasar yang berhubungan dengan anemia pada
diikuti dengan peningkatan atau penurunan kadar penyakit kronik. Prevalensi dan beratnya anemia
besi serum. Koefesien korelasinya berdasarkan uji berhubungan dengan stage penyakit dan kondisi
Spearman adalah - 0,205. Sedangkan tingkat penyakit dasar.3 Suatu studi melaporkan prevalensi
kemaknaannya adalah 0,325. Secara statistik tinggi yaitu 77% laki laki tua dan 68% perempuan
hubungan antara IL-6 dengan kadar besi serum tua dengan kanker menderita anemia.4 Studi lain
adalah tidak bermakna. menunjukkan anemia terjadi pada 41% pasien tumor
solid.5 Di Rumah Sakit Sanglah Denpasar,
13.00
penyebab tersering anemia pada penyakit kronik
12.00
adalah tuberkulosis paru.6 Belum banyak data
epidemiologis anemia pada penyakit kronik
11.00
dipublikasikan di Indonesia. Pada penelitian ini
Hemoglobin

didapatkan anemia pada penyakit kronik pada jenis


10.00

kelamin laki laki sebanyak 12 orang (48 %), pada


9.00 jenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (52 %).
Rerata umur penderita anemia pada penyakit kronik
8.00
adalah 49,20 17,95 tahun.
0.00 50.00 100.00 150.00
Penyebab anemia pada penyakit kronik
Interleukin6
belum diketahui dengan pasti. Secara garis besar,
Gambar 2. Diagram hubungan antara kadar IL-6 penyakit yang mendasari (underlying disease)
dengan kadar hemoglobin timbulnya anemia pada penyakit kronik adalah
infeksi kronik, inflamasi kronik dan neoplasma
Berdasarkan gambar di atas tidak terdapat ganas.1,2 Pada penelitian ini penyakit dasar anemia
kecenderungan peningkatan atau penurunan kadar pada penyakit kronik terbanyak adalah TB paru
IL-6 diikuti dengan peningkatan atau penurunan sebanyak 8 orang (32 %).
hemoglobin. Koefisien korelasinya berdasarkan uji Yang merupakan ciri khas anemia pada
Spearman adalah -0,027. Sedangkan tingkat penyakit kronik adalah gangguan hemostasis besi
kemaknaannya adalah 0,898. Secara statistik yaitu meningkatnya uptake dan retensi besi dalam
hubungan antara kadar IL-6 dengan kadar sel retikuloendotelial. Ini menimbulkan perpindahan
hemoglobin adalah tidak bermakna. besi dari sirkulasi kedalam tempat penyimpanan
besi tubuh didalam sistem retikuloendotelial
PEMBAHASAN sehingga penyediaan besi untuk sel progenitor
eritroid di sumsum tulang dalam proses eritropoisis
Anemia pada penyakit kronik adalah akan berkurang dan terjadi eritropoisis dengan
anemia paling sering nomor dua prevalensinya restriksi besi.1,2
setelah anemia defisiensi besi. Tidak ada data

40 J Peny Dalam, Volume 9 Nomor 1 Bulan Januari 2008


Sitokin pro inflamasi menginduksi menginduksi mekanisme efektor imun
perubahan homeostasis besi, proliferasi sel memproduksi sitokin pro inflamasi seperti IL-6.
progenitor eritroid, produksi eritropoietin oleh Makrofag yang teraktivasi akan memfagositosis
ginjal, berkurangnya umur eritrosit, yang semuanya dan mendegradasi sel eritrosit yang tua untuk daur
berkontribusi pada patogenesis terjadinya anemia ulang besi, melalui rusaknya membran eritrosit dan
pada penyakit kronik.2 Sulit untuk menentukan stimulasi pagositosis, menghambat eksport besi dari
salah satu mekanisme yang paling bertanggung makrofag dan menstimulasi penyimpanan atau
jawab dalam terjadinya anemia pada penyakit retensi besi dalam sel makrofag. Secara umum,
kronik karena dipengaruhi berbagai penyakit mekanisme ini berujung pada penurunan
dasar.7,8 Lepasnya berbagai macam sitokin sebagai konsentrasi besi dalam sirkulasi sehingga
respon injuri seluler yang disebabkan oleh nyeri, ketersediaan besi bagi sel eritroid terbatas dan
keganasan dan peradangan menginduksi anemia menjadi anemia.2
pada penyakit kronik yang merupakan bagian dari Rerata besi serum pada penelitian ini adalah
sindrom stres hematologi.9,10 42,4822,09 ug/dL yaitu mengalami penurunan
Besi sangat dibutuhkan makhluk hidup dibandingkan nilai normalnya yaitu 65 sampai
dalam berbagai proses metabolisme seperti dengan 175 ug/dL. Turunnya besi serum ini
transport oksigen, sintesis DNA dan transport disebabkan sitokin proinflamasi menginduksi
elektron sebagai nutrien yang esensial. Selain itu ekspresi feritin dan menstimulasi penyimpanan
besi juga penting sebagai kofaktor energi pada atau retensi besi dalam sel-sel makrofag sehingga
respirasi mitokondria, proliferasi dan aktivasi sel terjadi penurunan konsentrasi besi dalam sirkulasi
limfosit T, limfosit B, sel natural killer. 14,16 selanjutnya terjadi keterbatasan persediaan besi
Penentuan status besi tubuh dalam usaha bagi sel eritroid dengan hasil akhir adalah anemia.2
menyingkirkan keadaan anemia defisiensi besi yang Anemia pada penyakit kronik adalah bagian
biasanya juga mempunyai gambaran hipokromik dari sistem pertahanan tubuh (nutritional immunity)
mikrositer harus dimasukkan dalam evaluasi anemia terhadap berbagai keadaan karena gangguan
pada penyakit kronik. Lebih dari dua pertiga besi hemostasis besi akan menimbulkan hipoferemia,
tubuh dalam bentuk hemoglobin sehingga anemia sebuah keadaan yang berguna bagi pertahanan
adalah gejala utama defisiensi besi.7,8 tubuh dalam keadaan infeksi maupun keganasan.
Pada penelitian ini nilai rerata kadar IL-6 Semua mikroorganisme membutuhkan besi untuk
adalah 39,32 48,66 pg/mL. Nilai normal IL-6 tumbuh dan berproliferasi. Rendahnya kadar besi
adalah 10 sampai dengan 100 pg/mL, berarti nilai serum pada anemia pada penyakit kronik
IL-6 masih dalam batas normal. Ini menunjukkan mengurangi nutrien esensial bagi sel sel ganas yang
ketidaksesuaian dengan hasil penelitian terdahulu sedang tumbuh atau berinvasi. Hipoferemia adalah
yang mengatakan terjadi peningkatan kadar IL-6 bagian respon tubuh terhadap infeksi, keganasan
pada anemia pada penyakit kronik. Sel kanker yang dan inflamasi bersamaan dengan manifestasi
sedang tumbuh, infeksi kronik, kelainan autoimun penyakit sistemik seperti anoreksia, penurunan berat
akan mengaktivasi sel monosit. Sel-sel ini akan badan dan inflamasi.2,7,8,12

Hubungan Kadar Interleukin 6 dengan Kadar Besi Serum Penderita Anemia pada Penyakit Kronik 41
I Putu Budi Wibawa, I Made Bakta
Hemoglobin rerata pada penelitian ini adalah hemoglobin, feritin dan kadar besi serum,
10,49 1,47 g/dL. Kadar hemoglobin berhubungan mendapatkan hasil yang mendukung hipotesis
bermakna dengan konsentrasi berbagai marker bahwa makin tinggi derajat aktivasi makrofag akan
inflamasi kronik. Kadar hemoglobin terendah diikuti memberatnya anemia. Kuantitas sel monosit
berada pada konsentrasi tertinggi marker inflamasi di darah tepi dapat menunjukkan derajat aktivasi
yaitu sitokin proinflamasi, (IL-6, IL-1, TNF ) dan makrofag.13 Studi lain mengatakan sel monosit
CRP. Tetapi dengan analisa statistik didapatkan manusia yang distimulasi oleh sitokin proinflamasi
kesimpulan hanya IL-6 yang menjadi faktor menyebabkan turunnya kadar besi serum karena
independen yang menentukan kadar terjadi peningkatan uptake dan terjadi retensi besi
12,16,17
hemoglobin. Kadar IL-6 berhubungan negatif dalam sel monosit dalam bentuk feritin.20
bermakna dengan kadar Hb penderita lupus Berdasarkan uji Spearman, hubungan antara
eritematosus sistemik.18,19 Berdasarkan penelitian- kadar IL-6 dengan kadar besi serum pada penelitian
penelitian diatas, sebagian besar peneliti ini adalah tidak bermakna (r = -0,205, p = 0,325).
menyimpulkan peningkatan sitokin proinflamasi Hal ini berarti bahwa peningkatan atau penurunan
dalam darah akan menurunkan ketersediaan besi kadar IL-6 tidak diikuti oleh peningkatan atau
sumsum tulang untuk eritropoisis sehingga penurunan kadar besi serum secara bermakna. Jadi
menimbulkan anemia. secara statistik hubungan antara IL-6 dengan kadar
Feritin serum merupakan indikator cadangan besi serum adalah tidak bermakna.
besi yang sangat baik kecuali pada keadaan Percobaan pada tikus yang diinjeksi sitokin
inflamasi dan keganasan. Pada penelitian ini, feritin proinflamasi terjadi anemia dan hipoferemia.18
rerata adalah 607,62 841,01 ng/mL. Hasil ini lebih Terjadinya kombinasi hipoferemia dan anemia ini
tinggi dibandingkan dengan nilai rujukan yaitu 10 dihubungkan dengan sintesis feritin yang diinduksi
sampai dengan 148 ng/mL pada perempuan dan 28 oleh sitokin. Feritin adalah protein utama yang
sampai dengan 365 ng/mL. Rerata sel monosit pada berhubungan dengan simpanan besi oleh makrofag
hasil pemeriksaan darah lengkap penelitian ini dan sel hepatosit.21 Identifikasi hepsidin, sebuah
adalah 0,91 0,95 x 103/uL yang berarti masih protein fase akut pengatur besi yang dihasilkan
dalam batas normal yaitu 0,3 sampai dengan 1,1 x hepatosit dapat menjelaskan hubungan respon imun
103/uL. Ini berhubungan dengan beberapa penelitian dengan hemostasis besi pada anemia pada penyakit
terdahulu yang menyatakan aktivasi sel monosit di kronik.10,22-24 Hepsidin mungkin berperanan sentral
darah tepi yang berubah menjadi makrofag di dalam diversi lalulintas besi melalui menurunkan
jaringan, berhubungan dengan derajat anemia pada absorbsi besi duodenum dan menghambat pelepasan
penyakit kronik. Suatu studi yang menginvestigasi besi dari makrofag.22 Diantara sitokin-sitokin, IL-6
hubungan antara derajat aktivasi makrofag dengan adalah satu-satunya sitokin yang dapat menginduksi
derajat gangguan metabolisme besi dimana derajat ekskresi hepsidin.2,10,23,24
aktivasi makrofag dinilai dengan mengukur Pada penelitian ini tidak dapat dibuktikan
konsentrasi neopterin serum dan gangguan hubungan yang bermakna antara kadar IL-6 dengan
metabolisme besi dinilai dengan mengukur kadar besi serum. Hal ini kemungkinan disebabkan

42 J Peny Dalam, Volume 9 Nomor 1 Bulan Januari 2008


beberapa faktor antara lain tidak dilakukannya harus diperjelas pada penelitian penelitian
penentuan gradasi infeksi kronik, inflamasi kronik, berikutnya. Kesulitan akan terjadi jika peneliti
dan keganasan yang mungkin mempengaruhi menganggap patogenesis anemia pada penyakit
kuantitas pelepasan sitokin proinflamasi ke dalam kronik yang disebabkan keganasan sama persis
sirkulasi. Kemungkinan lain adalah tidak dengan infeksi kronik atau inflamasi kronik. Ini
diperiksanya kadar hepsidin serum, IL-1, IL-10, berhubungan dengan sifat sifat sitokin. Tempat
TNF , interferon yang secara invitro juga pengambilan spesimen IL-6 akan sulit ditentukan
berkontribusi dalam kejadian hipoferemia dan karena secara teoritis IL-6 diproduksi secara
hiperferitinemia. autokrin, parakrin dan endokrin. Pada penelitian ini
Adanya penyakit komorbid lain yang belum dengan mengambil spesimen IL-6 di plasma,
jelas pengaruhnya terhadap kadar besi serum. Pada walaupun dengan alat yang sensitif, akan
penelitian ini beberapa sampel menderita diabetes mengabaikan sudut autokrin dan parakrin sitokin
melitus yang perannya belum jelas terhadap tersebut. Ini juga menjadi kelemahan penelitian
pelepasan sitokin proinflamasi serta metabolisme sehingga peluang bermaknanya hubungan variabel
besi tubuh. Oleh karena itu kemungkinan hasil bebas dan tergantung akan berkurang.
pengukuran kadar besi serum tersebut juga Dari segi metodologi penelitian, jumlah
dipengaruhi oleh penyakit-penyakit komorbid ini. sampel yang lebih banyak akan meningkatkan
Pengukuran kadar besi serum yang peluang hubungan variabel bebas dan variabel
mempunyai siklus diurnal sebaiknya juga tergantung. Adalah sulit untuk menentukan nilai r
dipertimbangkan saat pengambilan darah sampel yang tepat dalam ranah hubungan IL-6 dengan besi
penelitian. Pengecatan besi sumsum tulang dan serum karena penelitian yang sama dengan ini
pemberian preparat besi secara empiris sebaiknya belum terpublikasi. Makin kecil nilai r akan
juga dipertimbangkan dalam usaha menegakkan menghasilkan jumlah sampel yang lebih banyak
diagnosis anemia defisiensi besi menurut rumus baku studi korelasi yang sesuai
Van Der Zee dan kawan kawan17 pada dengan metodologi penelitian. Berdasarkan teori,
melakukan penelitian mengukur hubungan kadar bahwa 2/3 besi tubuh berada dalam wujud
IL-6 dalam cairan kistik kistoma ovarii hemoglobin maka peneliti memutuskan memakai
mendapatkan hasil korelasi yang lemah (r = 0,54) nilai r yang sama dengan penelitian terdahulu
antara kadar Il-6 cairan kistik tersebut dengan kadar mengenai hubungan IL-6 dengan hemoglobin oleh
hemoglobin penderita. Maccio dan kawan kawan12 Van Der Zee17 dengan jumlah sampel 30 orang
meneliti hubungan kadar hemoglobin dengan yaitu 0,54. Nilai r hasil penelitian ini masih
parameter inflamasi di plasma penderita keganasan diartikan berhubungan lemah sehingga perlu
ovarium seperti CRP,TNF , IFN , IL-1,IL-10, IL- penelitian penelitian lanjutan. Maccio dan kawan
6 mendapatkan hasil hanya IL-6 yang mempunyai kawan12 dengan menggunakan 33 sampel
hubungan bermakna dan konsisten dengan mendapatkan hubungan bermakna antara IL-6
penurunan hemoglobin tetapi parameter inflamasi dengan hemoglobin penderita keganasan ovarium.
lain tidak berhubungan. Kontradiksi ini memang Pada penelitian ini jumlah sampel adalah 25 orang.

Hubungan Kadar Interleukin 6 dengan Kadar Besi Serum Penderita Anemia pada Penyakit Kronik 43
I Putu Budi Wibawa, I Made Bakta
Jumlah sampel yang sedikit ini mungkin memberi keganasan yang tidak ditentukan pada penelitian ini.
andil dalam tidak bermaknanya hubungan IL-6 Kemungkinan lain adalah tidak diperiksanya kadar
dengan besi serum sehingga perlu ditetapkan niai r sitokin proinflamasi lain dan hepsidin serum yang
yang lebih rendah untuk mendapatkan jumlah berdasarkan beberapa penelitian terdahulu terbukti
sampel yang lebih memadai. secara invitro juga berkontribusi dalam kejadian
Berdasarkan analisa data penelitian ini, tidak hipoferemia dan hiperferitinemia.
terdapat kecenderungan peningkatan atau penurunan Patogenesis terjadinya anemia pada
kadar IL-6 diikuti dengan peningkatan atau penderita penyakit kronik yang memiliki komorbid
penurunan hemoglobin. Koefisien korelasinya lain perlu diperhatikan. Defisiensi berbagai nutrien
berdasarkan uji Spearman adalah -0,027. Sedangkan juga akan mempengaruhi kejadian anemia.
tingkat kemaknaannya adalah 0,898. Secara Gangguan metabolisme pada penyakit kronik akan
statistik hubungan antara kadar IL-6 dengan kadar mempengaruhi asupan bahan-bahan yang
hemoglobin adalah tidak bermakna. dibutuhkan eritropoisis sehingga patogenesis
Pada lupus eritematosus sistemik tidak anemia akan berlanjut walaupun klinis anemia
didapatkan hubungan bermakna antara aktivitas belum terlihat. Kemungkinan lain adalah dua jenis
penyakit pada berbagai organ dengan kadar IL-6 anemia dapat terjadi pada satu penderita seperti
serum kecuali terjadinya anemia. Anemia anemia defisisiensi besi dan anemia pada penyakit
memberat jika kadar IL-6 meningkat.18 Studi lain kronik sehingga diperlukan piranti laboratorium
tentang hubungan hemoglobin dengan kadar sitokin yang lebih handal untuk mengeksklusi anemia
proinflamasi dan mediator inflamasi seperti C- defisiensi besi.
Reactive protein (CRP) pada pasien keganasan,
didapatkan hasil bahwa hemoglobin terendah KESIMPULAN
berhubungan bermakna dengan kadar tertinggi
mediator inflamasi seperti sitokin proinflamasi IL- Tidak terdapat hubungan yang bermakna
6, IL-1, TNF , CRP dan fibrinogen. Analisa antara kadar IL-6 dengan kadar besi serum
statistik menunjukkan hemoglobin berhubungan penderita anemia pada penyakit kronik dan tidak
terbalik dengan kadar sitokin proinflamasi. Pada terdapat hubungan yang bermakna antara kadar
penelitian tersebut, lebih jauh ternyata dari berbagai IL-6 dengan hemoglobin penderita anemia pada
sitokin proinflamasi yang diteliti, hanya IL-6 yang penyakit kronik.
disimpulkan sebagai faktor independen yang Tidak adanya hubungan antara kadar IL-6
menentukan kadar hemoglobin.12,16,17 dengan kadar besi serum dan hemoglobin
Pada penelitian ini tidak dapat dibuktikan penderita anemia pada penyakit kronik
hubungan yang bermakna antara kadar IL-6 dengan kemungkinan disebabkan oleh tidak dilakukan
kadar hemoglobin. Ini kemungkinan disebabkan penentuan gradasi infeksi kronik, inflamasi
beberapa faktor antara lain kuantitas pelepasan kronik, dan keganasan, Sitokin proinflamasi lain
sitokin proinflamasi ke dalam sirkulasi dipengaruhi tidak ditentukan kuantitasnya, eksklusi anemia
gradasi infeksi kronik, inflamasi kronik, dan defisiensi besi belum maksimal, adanya penyakit

44 J Peny Dalam, Volume 9 Nomor 1 Bulan Januari 2008


komorbid dan defisiensi nutrien yang juga 8. Lux SE. Hematologic aspects of systemic
menimbulkan anemia, konsentrasi IL-6 plasma disease. In: Handin RI, Lux SE, Stossel TP,
hanya mencerminkan sifat endokrin sedangkan editors. Blood principles and practice of
sifat autokrin dan parakrin belum dapat ditentukan hematology. 2nd ed. New York: Lippincot
kuantitasnya serta jumlah sampel kurang. William & Wilkins; 2002.p.1978-87.
9. Erslev AJ. Anemia of chronic disease. In:
DAFTAR RUJUKAN
Beutler E, Coller BS, Lichtmann LA, Kipps TJ,
Selighson U, editors. Williams hematology. 6th
1. Bakta IM. Hematologi klinik ringkas. Denpasar: ed. New York: MC Graw-Hill; 2001.p.481-87.
UPT Penerbit Universitas Udayana; 2005.p.12-3.
10. Andrews NC. Anemia of inflammation: the
2. Weiss G, Goodnough LT. Medical progress cytokine-hepcidin link. J Clin Invest
anemia of chronic disease, review article. N
2004;113:1251-53.
Engl J Med 2005;352:1011-23.
11. Means RT. Patogenesis of anemia of chronic
3. Guralnik JM, Eisentaedt RS, Feruci L, Klein disease: a cytokine-mediated anemia. Stem cells
HG, Woodman RC. Prevalence of anemia in
1995;13:32-7.
persons 65 years and older in the united states:
evidence for high rate of unexplained anemia. 12. Maccio A, Maddedu C, Massa D, Mudu MC,
Blood 2004;104:2263-8. Lusso MR, Gramignano G, et al. Hemoglobin
levels correlate with interleukin-6 levels in
4. Dunn A, Carter J, Carter H. Anemia of the end patient with advanced untreated ephitelial
of life: prevalence, significance and causes in ovarian cancer: role of inflammation in cancer-
patients receiving palliative care. J Pain related anemia. Blood 2005;106:362-7.
Symptom Manage 2003; 26:1132-9.
13. Denz H, Huber P, Orth B, wachter H, Fuchs D.
5. Harrison L, Shasha D, Shiaova L, White C, Association between the activation of
Ramdeen B, Portenoy C. Prevalence of anemia macrophages, changes of iron metabolism and
in cancer patients undergoing radiation therapy. the degree of anaemia in patients with malignant
Semin Oncol 2001;28:54-9. disorders. Eur J Haematol 1992;48(5):244-8.
6. Dwipayana P, Suega K, Dharmayuda TG, Bakta 14. Walter T, Olivares M, Pizzaro F, Munoz C.
IM. Karakteristik penderita anemia pada Iron, anemia and infection. Nutr Review
penyakit kronik di bagian penyakit dalam RS 1997;55(4):111-24.
sanglah denpasar. 2005.
15. Spivak JL. Iron and the anemia of chronic
7. Lee GR. The anemia of chronic disorders. In:
disease. Oncology 2002;16(9):25-33.
Lee GR, Bithell TC, Foerster J, Athens JW,
Lukens JN, editors. Wintrobes clinical 16. Testa SG, Panici B, Martuci R, Gadduci A,
hematology. 9th ed. Philadelpia: Lea & Febiger; Perilo A, Faccini V, et al. Prognostic
1993.p.840-9. significance of interleukin-6 serum levels in

Hubungan Kadar Interleukin 6 dengan Kadar Besi Serum Penderita Anemia pada Penyakit Kronik 45
I Putu Budi Wibawa, I Made Bakta
patiens with ovarian cancer. Br J Cancer 20. Ludwiczek S, Aigner E, Theurl I, Weiss G.
1995;71(2):354-6. Cytokine-mediated regulation of iron transport
17. Van Der Zee, Cuyver EM, Bruijn HW, Bizjet in human monocytic cells. Blood
2003;101:4148-54.
HH, Krans M, Vries EG. Higher levels of IL-6
in cystic fluids from patients with malignant 21. Torti FM, Torti SV. Regulation of ferritin genes
versus benign ovarian tumors correlate with and protein. Blood 2002;99:3505-15.
decreased hemoglobin levels and increased
22. Nemeth E, Rivera S, Gabayan V, Keller V,
platelet counts. Cancer 1995;15:1004-9 Taudorf S, Pedersen BK, et al. IL-6 mediates
18. Ripley BJM, Goncalves B, Lacthman DS, hypoferremia of inflammation by inducing the
Rahman A. Raised leves of interleukin 6 in synthesis of the iron regulatory hormone
systemic lupus erythematosus correlate with hepcidin. J. Clin. Invest 2004;113:1271-6.
anaemia. Ann Rheum Dis 2005; 64: 849-853. 23. Weinstein DA, Roy CN, Fleming MD, Loda
19. Ripley BJM, Mikhail A, Lethbridge MW, MF, Wolfdorf JI, Andrews NC. Inappropriate
Kemeny DM, Macdougal IC. Increased expression of hepcidin is associated with iron
expression of erythropoiesis inhibiting cytokines refractory anemia: implications for the anemia
( IFN- , TNF , IL-10 and IL-13 ) by T cells in of chronic disease, Blood 2002;100:3776-81.
patients exhibiting a poor respons to 24. Gantz T. Hepcidin, a key regulator of iron
erytropoietin therapy. Journal of the American metabolism and mediator of anemia of
Society of Nephrology 2003;14:1776-84. inflammation. Blood 2003;102:783-88.

46 J Peny Dalam, Volume 9 Nomor 1 Bulan Januari 2008

Anda mungkin juga menyukai