1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pariwisata yang sangat melimpah
baik alam, budaya dan sejarah maupun pariwisata hasil buatan manusia. Berdasarkan data
The Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2017 yang dikeluarkan oleh World
Economic Forum (WEF) (2017), indeks daya saing pariwisata Indonesia menduduki peringkat ke
42 yang sebelumnya berada pada peringkat 50. Wisata alam di Indonesia menyumbang 35%
bagian dari pada jenis wisata lainnya seperti wisata budaya dan wisata hasil tangan manusia.
Salah satu objek wisata alam Indonesia yaitu Taman Nasional Bromo Semeru Tengger yang
memiliki potensi bagus untuk dikembangkan Tengger Semeru (TNBTS). Kawasan Bromo sendiri
masuk dalam 10 besar destinasi pariwisata prioritas Indonesia (Kementrian Pariwisata, 2016).
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah taman nasional di Jawa Timur, Indonesia, yang
terletak di wilayah administratif Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten
Lumajang dan Kabupaten Probolinggo. Meskipun kawasan TNBTS memiliki potensi yang besar,
tetapi dalam hal pengembangan produk pangan kawasan bromo masih belum memiliki produk
yang khas.
Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terletak pada 750 - 3.676 m. dpl
dengan tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin. Kawasan bromo banyak
ditumbuhi tanaman liar seperti tanaman adas. Tanaman adas atau dengan nama latin
Foeniculum vulgare merupakan komoditi yang diperdagangkan di internasional. Adas tumbuh
secara liar dan massive dikawasan TNBTS pada ketinggian 2100-2200 m dpl (Kurniawati dan
Wahyuningsih, 2014). Menurut data FAO (2013) ekspor biji adas beserta ketumbar dan kembang
lawang dari Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 612 ton dan pada tahun 2011 turun menjadi
62 ton. Adas adalah salah satu tanaman obat penting yang tumbuh di wilayah Mediterania, Eropa
dan Mesir, digunakan untuk pengobatan dan konsumsi manusia (Aboelsoud, 2010). Di Indonesia
adas dibudidayakan sebagai tanaman bumbu dan tanaman obat (Sastrawan dkk, 2013).
Pemanfaatan adas masih sangat kurang sehingga diperlukan pengembangan khususnya untuk
produk khas Bromo yang menggunakan bahan adas ini.
Produk yang sangat cocok untuk dikembangkan di kawasan Bromo adalah kopi. Kopi
merupakan minuman yang sangat digemari baik oleh masyarakat lokal maupun internasional
karena aroma yang khas. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan
juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi
di Indonesia (Rahardjo, 2012). Indonesia tercatat sebagai penghasil kopi terbesar keempat
setelah Brazil, Vietnam,dan Kolombia (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2016). Pada
tahun 2013, International Coffee Organization (ICO) memperkirakan bahwa kebutuhan bubuk
kopi dunia sekitar 8,77 juta ton (ICO, 2015). Kopi adalah salah satu sumber alami kafein (Nawrot
et al, 2003) zat yang dapat menyebabkan peningkatan kewaspadaan dan mengurangi kelelahan
(Smith, 2002). Tanaman kopi sering dikenal sebagai budidaya gunung karena sebagian besar
dibudidayakan pada lahan perbukitan yang memiliki ketinggian sedang sampai tinggi (Sari dkk,
2013). Berdasarkan data Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (2016), produksi kopi
Indonesia tahun 2014 sebesar 643.857 ton yaitu sebanyak 73,57% atau 473.672 ton adalah kopi
robusta sementara sisanya sebanyak 26,43% atau 170.185 ton adalah kopi arabika. Kopi
disajikan dalam keadaan panas, sehingga sangat cocok sebagai produk dataran tinggi dengan
suhu yang dingin seperti pada suhu Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Eksplorasi dan
formulasi minuman kopi bercita rasa khas biji adas adalah sebagai upaya pemanfaatan dan
peningkatan keragaman pangan di Indonesia khususnya untuk tanaman adas di kawasan Bromo.
adas Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi kopi instan dengan bahan kopi dan
biji adas yang berasal dari kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Diharapkan
melalui penelitian ini diperoleh formulasi kopi bercita rasa khas adas yang sesuai, sehingga dapat
dikembangkan sebagai produk khas masyarakat setempat.
2. Deskripsi Produk Kopi Racik
Kopi racik khas tengger merupakan sebuah produk kuliner inovatif yang dihasilkan untuk
menjadi ciri khas dari masyarakat Tengger serta untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal
maupun internasional. Sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan keragaman pangan
masyarakat tengger sendiri. Kopi racik tengger memiliki cita rasa khas yang berasal dari biji adas
yang tumbuh didaerah tengger.
Adas adalah salah satu tanaman yang pemanfaatannya masih sangat kurang sehingga
diperlukan pengembangan khususnya untuk produk khas Tengger. Tanaman adas tumbuh liar
dikawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
ada, biji adas memiliki potensi sebagai antioksidan dan juga dapat digunakan sebagai antibakteri
serta memiliki bau khas yang aromatik (Kojong dkk, 2013). Oleh sebab itu biji adas dapat
dimanfaatkan sebagai produk olahan seperti campuran pada kopi. Kopi merupakan minuman
yang paling sering dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Kopi sangat cocok dikonsumsi
untuk daerah dengan suhu rendah seperti kawasan gunung Bromo. Bahan yang digunakan
dalam pembuatan kopi adas ini yaitu kopi sebagai komponen utama, kemudian biji adas sebagai
penambah aroma khas serta bahan tambahan lain seperti gula, jahe dan kayu manis. Proses
pembuatan kopi adas cukup mudah yaitu dengan mencampurkan bahan-bahan diatas sesuai
dengan takaran yang pas kemudian dicampur hingga merata. Kopi khas tengger ini sudah
dikemas dengan takaran tertentu sehingga dapat langsung dikonsumsi dengan penambahan air
panas.
3. Flowchart Pembuatan Kopi Racik
Pembuatan Bubuk Kopi Pembuatan Bubuk Adas
Biji Kopi
Biji Adas
Dihaluskan
Didinginkan
Bubuk Adas
Diayak dengan ayakan
60 mesh
Bubuk Kopi
Pembuatan Kopi Racik
Bubuk Kopi
Kopi Racik
DAFTAR PUSTAKA
Food dan Agriculture Organization (FAO). 2013. Crops dan Livestock Products, Trade
(FAOSTAT) Dataset. Dilihat 7 Juli 2017. http://data.fao.org/dataset-
datafilter?entryId=88ac1019-febf-4771-
a89b7af36f595024dantab=datadantype=DimensionmemberdanuuidRe.
Kojong, V. C. O., Meiske, S. S. dan Julius, P. 2013. Uji Kualitas Minyak Biji Adas (Foeniculum
vulgare) yang diperoleh dengan Metode Soxhletasi. Jurnal MIPA UNSRAT Online.
Vol:2 (2) 124-127
Kurniawati, A. dan Wahyuningsih. 2014. Karakterisasi Morfologi, Analisis Minyak Atsiri dan
Kapasitas Antioksidan Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru. Prosiding Seminar dan Pameran Industri Jamu 2014.
Institut Pertanian Bogor
Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar
Swadaya, Jakarta.
World Economic Forum (WEF). 2017. Travel & Tourism Competitiveness Index 2017 edition.
Dilihat 7 Juli 2017. http://reports.weforum.org/travel-and-tourism-competitiveness-report-
2017/country-profiles/#economy=IDN