1. Latar Belakang
Destilasi pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa
Negara paling banyak dibanding dengan sektor yang lainnya. Sektor pariwisata
menempati urutan ke empat dari 11 ekspor barang terbesar tahun 2015
sebesar 12.225,89 juta USD (PEMENPAR, 2016). Pariwisata Indonesia masih
bisa dikembangkang lagi dengan baik. Perkembangan ini nantinya mampu
menarik wisatawan domestik maupun asing untuk berkunjung menikmati
panorama kecantikan alam Indonesia. Destilasi pariwisata yang menyuguhkan
keindahan alam, salah satunya yaitu Gunung Bromo. Gunung Bromo
merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru masuk dalam
salah satu dari 10 top rekomendasi destilasi pariwisata yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah tahun 2017. Bromo memiliki keindahan pegunungan yang
sangat cantik sebagai daya tarik akan keindahan alamnya. Sebagai tempat
tujuan pariwisata, Bromo belum memiliki kuliner dan cindramata yang khas dari
daerah kawasan wisata Tengger. Kuliner dan cinderamata yang disuguhkan di
kawasan wisata Tengger ini umumnya masih dinominasi dengan kuliner dan
cinderamata yang sudah ada di wilayah pariwisata sekitar daerah Probolinggo.
Adanya potensi komoditas unggulan daratan tinggi untuk
dikembangkan sebagai kuliner adalah tanaman kentang. Kentang merupakan
jenis tanaman hortikultura yang memanfaatkan umbinya untuk dikonsumsi
(Samadi, 2007). Kentang juga kaya akan kalium, karbohidrat protein,dan
vitamin C (Setiadi, 2009). Varietas kentang yang banyak ditanam disekitar
pegunungan Bromo ialah jenis varietas kentang granola. Kentang granola
merupakan salah satu varietas unggul yang banyak digemari oleh konsumen
(Rukmana, 2002). Varietas ini memiliki umur panen normal yaitu 90 hari,
memiliki warna danging kuning, dan tahan terhadap hama penyakit yang
umumnya dialami oleh tumbuhan kentang. Agar bernilai ekonomis dan mampu
dijadikan makanan khas wisata Bromo salah satu bentuk olahan yang cocok
untuk umbi kentang yaitu diolah menjadi kerupuk kentang.
Kerupuk kentang merupakan makanan yang saat ini sering digandrungi
oleh masyarakat. Kentang selain dapat diolah sebagai kerupuk juga dapat
dijadikan sebagai keripik (chip) dan kentang goreng (french fries) (Rukmana
dan Yuyun, 2003). Kentang granola yang banyak ditanam dikawasan tengger
mengandung kadar air yang sangat banyak dibanding varietas kentang
lainnya. Jika kentang jenis ini dijadikan industri keripik maka yang didapat ialah
keripik dengan warna yang kurang menarik (kecoklatan) dan bertekstur kurang
renyah. Pada dasarnya keripik kentang lebih mengutamakan tekstur, warna,
dan penampakanya dibanging dengan kadar gizi yang terkandung dalam ubi
kentang itu sendiri.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu upaya ekplorasi
tentang komoditas hasil perkebunan disekitar wilayah tengger dan upaya
membuat formulasi kerupuk kentang yang sesuai dengan karakteristik kentang
granola sebangai upaya menjadikan camilan kuliner kerupuk kentang sebagai
kerupuk khas Tengger. Formulasi yang dilakakukan ialah dengan cara
memformulasikan bumbu balado yang terbuat dari cabe khas tengger sebagai
penyedap rasa dari kerupuk kentang. Makanan yang sudah dibumbui dengan
bumbu balado nantinya akan menjadi kemerahan. Hal tersebut menjadikan
kerupuk kentang dari varietas granola yang kurang menarik jika digoreng
nantinya akan bisa menarik minat pembeli.
2. Deskripsi Produk
Kentang 75%
Dicuci
Direbus 30 menit
Tepung terigu
Tepung tapioka
Dikupas
Ditimbang
Dihaluskan
Tepung terigu 10%
Adonan Tepung tapioka 15%
Bumbu bawang,
garam Tepung
Dicampur I 5 menit komposit 25%
Dicampur II 5 menit
Adonan kerupuk
Dicetak
Dikukus 30 menit
Diangin-anginkan 5 menit
Digoreng
Kerupuk kentang