NIM : 04011281621123
Kelas : Beta 2016
Kelompok B2
I. Analisis Masalah
1. Mengapa demam hanya turun sementara kemudian demam kembali?
Pada kasus, demam turun ketika diberi obat penurun panas. Prinsip kerja dari obat
tersebut adalah dengan mengembalikan fungsi hipotalamus untuk menstabilkan suhu
tubuh menjadi normal, bukan menyembuhkan infeksi yang menyebabkan demam
tersebut. Hal ini yang menyebabkan suhu tubuh akan kembali naik ketika efek dari
obat tersebut hilang.
2. Mengapa ruam pada wajah dan badan baru muncul 1 hari yang lalu?
Ruam merupakan salah satu gejala pada penyakit campak yang timbul setelah terjadi
pada saat sel limfosit T menyerang sel yang telah terinfeksi virus yang telah
menyebar ke seluruh tubuh. Hal ini berarti keberadaan virus dalam tubuh host telah
melewati masa-masa awal infeksi sehingga gejala ini tidak langsung muncul
bersamaan dengan gejala-gejala pada masa prodromal.
4. Apa saja penyakit yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan spesifik tersebut?
Berdasarkan gejala pada pemeriksaan yang dilakukan, terutama dengan munculnya
bercak koplik yang merupakan gejala khas, maka dapat disimpulkan bahwa pasien
terkena penyakit campak.
1.2 Patofisiologi
Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran napas, dan disini ia
berkembang biak secara lokal; infeksi kemudian menyebar ke jaringan limfe regional,
lalu terjadi perkembangbiakan lebih lanjut. Viremia primer menyebarkan virus yang
kemudian bereplikasi di dalam sistem retikuloendotelial. Akhirnya, viremia sekunder
menebarkan virus ke permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran napas, dan
konjungtiva, tempat terjadi replikasi fokal. Campak dapat bereplikasi di limfosit-
limfosit tertentu yang membantu penyebaran keseluruh tubuh. Sel raksasa multinuklear
dengan inklusi intranuklear terlihat di dalam jaringan limfe di sekujur tubuh (kelenjar
limfe, tonsil, apendiks). Peristiwa ini terjadi sepanjang periode inkubasi, yang biasanya
bertahan selama 8-12 hari, tetapi dapat bertahan hingga 3 minggu pada orang dewasa.
Selama fase prodromal (24 hari) dan 25 hari pertama ruam, virus dijumpai di dalam
air mata, sekresi hidung dan tenggorok, urine dan darah. Ruam makulopapular yang
khas tampak di hari ke14 begitu antibodi terdeteksi di dalam sirkulasi, viremia
menghilang, dan demam menurun. Ruam muncul akibat interaksi sel T imun dengan sel
yang terinfeksi virus dalam pembuluh darah kecil dan bertahan sekitar 1 minggu (pada
penderita yang mengalami gangguan imunitas berperantara sel, ruam tidak timbul).
Keterlibatan sistem saraf pusat tergolong sering pada campak. Ensefalitis
simtomatik dijumpai disekitar 1:1000 kasus. Karena virus yang infeksius jarang
dijumpai di dalam otak. Reaksi autoimun diduga berperan menyebabkan komplikasi ini.
Sebaliknya, dapat dijumpai ensefalitis badan inklusi campak progresif pada pasien
yang mengalami gangguan imunitas berperantara sel. Pada bentuk penyakit yang
biasanya mematikan ini, virus yang sedang aktif bereplikasi dijumpai di dalam otak.
Komplikasi campak tahap lanjut adalah sebacute sclerosing panenchepalitis (SSPE).
Penyakit yang mematikan ini timbul tahunan setelah infeksi campak pertama dan
disebabkan oleh virus yang tetap berada di dalam tubuh pascainfeksi campak akut.
Sejumlah besar antigen campak muncul dalam badan inklusi pada sel otak yang
terinfeksi, tetapi hanya ada beberapa partikel virus yang matang. Replikasi virus yang
mengalami gangguan karena kurangnya produksi satu atau dua produk gen virus yang
biasanya adalah protein matriks.
Hari Manifestasi
Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring atau kemungkinan
0
konjungtiva. Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus.
Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama, dan pada RES
3-5
regional maupun daerah yang jauh
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas
2. Mikroorganisme
a. Genus Morbillivirus, terdiri dari:
Virus campak (rubeola) yang menyerang manusia, serta virus distemper pada
anjing, virus rinderpest yang menyerang hewan ternak, dan morbili virus akuatik yang
menyerang mamalia laut. Virusvirus ini secara antigenik terkait satu sama lain, tetapi
tidaklah terkait dengan anggota genera lain. Protein F sangat dipertahankan di antara
morbilivirus, sementara protein HN/G terlihat lebih bervariasi. Virus campak memiliki
aktivitas hemaglutinin tetapi tidak neuraminidase. Virus campak memicu pembentukan
inklusi intranuklear, sementara paramyxovirus lainnya tidak.
b. Genus Henipavirus
Mengandung paramyxovirus zoonotik yang mampu menginfeksi dan menyebabkan
penyakit pada manusia. Virus Hendra dan Nipah, keduanya dijumpai dalam tubuh
kelelawar buah, merupaka anggota genus ini. Virusvirus ini tidak memiliki aktivitas
neuraminidase.
c. Genus Pneumovirus, diantaranya:
Respiratory syncytial virus pada manusia dan hewan ternak serta virus pneumonia
pada mencit. Ada dua galur respiratory syncytial virus pada manusia yang berbeda
secara antigenik, yaitu subgrup A dan B. Glikoprotein permukaan pneumovirus yang
lebih besar, tidak menunjukan aktivitas hemaglutinasi dan neuraminidase yang
merupakan yang merupakan ciri khas respiravirus dan rubula virus sehingga dinamakan
protein G. Protein F milik respiratory syncytial virus menunjukkan aktivitas fusi
membrane, tetapi tidak menunjukan aktivitas hemolisin.
d. Genus Metapneumovirus terdiri dari patogen di saluran napas manusia yang baru
ditemukan.
2.1 Morfologi
Secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan virus lain anggota family
paramyxoviridae. Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang
dikelilingi oleh selubung virus (peplos) yang penuh dengan tonjolan-tonjolan serta
mudah sekali rusak karena pengaruh penyimpanan, pembekuan, dan pencairan atau
pengolahan. Sifat infeksius virus campak ditunjukkan dengan tingginya sensitivitas dan
aktivitas hemolitiknya.
a. Virus campak atau morbilli adalah virus RNA.
b.Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang dikelilingi oleh
selubung virus.
c. Virus campak mempunyai 6 protein structural dengan 3 diantaranya tergabung
dengan RNA dan membentuk nukleokapsid yaitu:
-Pospoprotein (P)
-Protein ukuran besar (L)
-Nukleoprotein (N).
3 protein lainnya tergabung dengan selubung virus yaitu:
-Protein fusi (F)
-Protein hemaglutinin (H)
-Protein matrix (M)
Protein F dan H mengalami glikosilasi sedangkan protein M tidak. Protein F
bertanggung jawab terhadap fusi virus dengan membran sel hospes, yang kemudian
diikuti dengan penetrasi (virus memasukkan materi genetic) dan hemolysis
(penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan terpisah dari eritrosit). Protein
H bertanggung jawab pada hemaglutinasi (daya pengikatan antigen virus dengan
eritrosit), perlekatan virus, adsorpsi dan interaksi dengan reseptor di permukaan sel
hospes. Protein F dan H bersama-sama bertanggungjawab pada fusi virus dengan
membran sel dan membantu masuknya virus. Sedangkan protein M berinteraksi
dengan nukleo-kapsid berperan pada proses maturasi virus.
d.Virus campak mempunyai 1 tipe antigen (monotype), yang bersifat stabil.
e. Virus campak mempunyai sedikit variasi genetik pada protein F dan H, sehingga
dapat menghindari antibodi monoklonal yang spesifik terhadap protein tersebut.
Namun sisa virus yang masih ada, dapat dinetralisasi oleh sera poliklonal.
f. Pada strain virus campak yang berbeda, variasi genetik juga terjadi pada protein P dan
N yang belakangan diketahui mengandung region yang mengkode residu asam amino
C terminal.
g.Sifat infeksius virus campak ditunjukkan dengan tingginya sensitivitas dan aktivitas
hemolitiknya
2.2 Siklus Hidup
C. MATURASI Virus
Virus matang dengan membentuk tonjolan dari permukaan sel. Nukleokapsid progeni
terbentuk di dalam sitoplasma dan bermigrasi ke permukaan sel. Mereka ditarik ke
suatu tempat di membrane plasma yang bertaburan duri glikoprotein HN dan F virus.
Protein M penting untuk pembentukan partikel, mungkin membentuk hubungan antara
selubung virus dan nukleokapsid. Saat penonjolan, sebagian besar protein pejamu
dikeluarkan dari membrane. Jika terdapat protease sel pejamu yang sesuai, protein F di
dalam membrane plasma akan diaktivasi oleh pembelahan. Protein fusi yang
teraktivasi kemudian akan menimbulkan fusi membrane sel disekitarnya, dan
menghasilkan pembentukan sinsitium yang besar. Pembentukan sinsitium adalah
respons yang umum terhadap infeksi paramiksovirus. Inklusi sitoplasma asidofili secara
teratur dibentuk. Inkulusi diyakini menggambarkan tempat sintesis virus dan ditemukan
mengandung protein virus dan nukleokapsid yang dapat dikenali. Virus campak juga
menghasilkan inklusi intranukleus.
3. Pemeriksaan
3.1 Pemeriksaan Fisik
Garcia, Lynne Shore. 2007. Diagnostic Medical Parasitology. Washington: ASM Press.
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
S, Baron. (1996). Medical Microbiology 4th Edition. Galveston: University of Texas Medical Branch.