BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Preeklamsia adalah masalah kesehatan yang ditandai setelah 20 minggu
kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi dan proteinuri. Preekalamsia
diperkirakan terjadi pada 5% kehamilan. Preeklamsia kemudian dapat
berkembang menjadi eklamsia yang dapat menyebabkan kematian maternal dan
janin. Pada negara sedang berkembang kejadian eklamsia dilaporkan berkisar
antara 0,3% sampai 0.7%, sedang di negara-negara maju angka kejadian lebih
diketahui lebih kecil, yaitu 0,05% sampai 0,1%.1
Berdasarkan Overview of Maternal in ASEAN Countries pada tahun 2011
oleh WHO, dilaporkan bahwa Indonesia menduduki peringkat tiga tertinggi di
kawasan ASEAN, untuk jumlah kematian maternal setelah negara Laos dan
Cambodia. Kematian maternal dapat disebabkan oleh perdarahan (25%),
penyebab tidak langsung (20%), infeksi (15%), aborsi yang tidak aman (13%),
preeklamsia atau eklamsia (12%), persalinan yang kurang baik (8%), dan
penyebab lainnya (8%). Preeklamsia atau eklamsia menduduki peringkat kedua
sebagai penyebab langsung kematian setalah perdarahan, meskipun terdapat
variasi data di berbagai negara.2
Salah satu faktor yang berkaitan erat dengan terjadinya preeklamsia adalah
obesitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pada populasi wanita
hamil di pittsburgh, didapatkan bahwa risiko preeklamsia eningkat 3 kali lipat
pada ibu hamil dengan obesitas. Selain itu juga dijelaskan bahwa kejadian
preeklamsia ringan dan berat pada usia akhir kehamilan, lebih banyak ditemukan
pada wanita overweigh atau obesitas. Salah satu cara untuk mengidentifikasi
adanya kelebihan berat badan atau obesitas pada dewasa adalah dengan
mengggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT), yaitu dikategorikan obesitas jika
IMT 25kg/m2 untuk wilayah Asia Pasifik.2
Di Amerika Serikat, prevalensi obesitas maternal berkisar antara 10 hingga
20%. Menurut data yang diperoleh dari tahun 2004 sampai 2005 pada 26 negara
bagian kota New York, dapat disimpulkan bahwa satu dari lima wanita hamil di
Amerika Serikat mengalami obesitas. Penelitian menunjukkan bahwa wanita
2
hamil dengan obesitas 3,2 kali lebih berisiko untuk mengalami hipertensi
gestasional, dan 3,3 kali lebih berisiko untuk mengalami preeklamsia jika
dibandingkan wanita hamil dengan berat badan normal.2
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Preeklamsia di
RS Permata Cirebon, RSUD Gunung Jati, dan Puskesmas Jalan Kembang,.
Saadah, Niswatun :
Hubungan pertambahan
Cross sectional
berat badan dengan Terdapat Hubungan pertambahan berat
angka kejadian badan ibu hamil dengan kejadian
preeklamsia di RSUD preeklamsia.5
Dr. Moewardi Surakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklamsia
2.1.1 Definisi Preeklamsia
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setekah
persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelu umur kehamilan 20 minggu
5
terlebih dahulu. Berat badan memberikan gambaran status gizi masa kini,
sementara tinggi badan menggambarkan status gizi masa lampau. Berat badan
dapat menjadi parameter yang baik untuk melihat perubahan massa tubuh
akibat perubahan-perubahan konsumsi makanan dan perubahan kesehatan.
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada
tubuh.
Setelah didapatkan ukuran berat badan dan tinggi badan, masukkan
angka tersebut ke dalam rumus dibawah ini :