OLEH :
2. Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah:
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah
pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada
umur diatas 60 tahun. Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan
dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan
kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi, dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keSeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama
pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih
banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesisosteoartritis.
c. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada
ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter
falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi
tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali
lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis. Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis
yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena
osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang
terkena.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam
dan usia dari pada kaukasia.Osteoartritis lebih sering dijumpai pada
orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan (obesitas)
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada
pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada
sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula).
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma
yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik
sendi tersebut.
3. Patofisiologi
Tulang rawan sendi merupakan sasaran utama perubahan
degeneratif pada osteoarthritis. Tulang rawan sendi memiliki letak
strategis yaitu diujung ujung tulang untuk melaksanakan 2 fungsi, yaitu
1) menjamin gerakan yang hampir tanpa gesekan didalam sendi, berkat
adanya cairan sinovium, dan 2) disendi sebagai penerima beban,
menebarkan beban keseluruh permukaan sendi sedemikian sehingga tulang
dibawahnya dapat menerima benturan dan berat tanpa mengalami
kerusakan. Kedua fungsi ini mengharuskan tulang rawan elastis (yaitu
memperoleh kembali arsitektur normalnya setelah tertekan) dan memiliki
daya regang (tensile streghth) yang tinggi.
Seperti pada tulang orang dewasa, tulang rawan sendi tidak statis,
tulang ini mengalami pertukaran, komponen matriks tulang tersebut yang
aus diuraikan dan diganti. Keseimbangan ini dipertahankan oleh kondrosit,
yang tidak hanya menyintesis matriks tetapi juga mengeluarkan enzim
yang menguraikan matriks. Pada osteoarthritis, proses ini terganggu oleh
beragam sebab.
Osteoarthritis ditandai dengan perubahan signifiikan baik dalam
komposisi maupun sifat mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan
penyakit, tulang rawan yang mengalami degenerasi memperlihatkan
peningkatan kandungan air dan penurunan konsentrasi proteoglikan
dibandingkan dengan tulang rawan sehat. Selain itu, tampaknya terjadi
perlemahan jaringan kolagen, mungkin karena penurunan sintesis lokal
kolagen tipe II, dan peningkatan pemecahan kolagen yang sudah ada.
Kadar molekul perantara tertentu, termasuk IL-1, TNF, nitrat oksida
meningkat pada tulang rawan osteoarthritis dan tampaknya berperan dalam
perubahan komposisi tulang rawan. Apoptosis juga meningkat, yang
mungkin menyebabkan penurunan jumlah kondrosit fungsional.
Secara keseluruhan, perubahan ini cenderung menurunkan daya
regang dan kelenturan tulang rawan sendi. Sebagai respons terhadap
perubahan regresif ini, kondrosit pada lapisan yang lebih dalam
berproliferasi dan berupaya memperbaiki kerusakan dengan menghasilkan
kolagen dan proteoglikan baru. Meskipun perbaikan ini pada mulanya
mampu mengimbangi kemerosotan tulang rawan, sinyal molekular yang
menyebabkan kondrosit lenyap dan matriks ekstrasel berubah akhirnya
menjadi predominan. Faktor yang menyebabkan pergeseran dari gambaran
reparatif menjadi generatif ini masih belum diketahui.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi
infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya
akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus
menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis.
Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
4. Manifestasi Klinik
a. Nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi, biasanya pada tangan,
pergelangan tangan, kaki, lutut, spina bagian atas dan bawah, panggul,
dan bahu. Nyeri dapat berkaitan dengan rasa kesemutan atau kebas,
terutama pada malam hari
b. Pembengkakan sendi yang terkena, dan penurunan rentang gerak.
Sendi tampak mengalami deformitas
c. Nodus Heberden, pertumbuhan tulang di sendi interfalangeal distal
pada jari tangan, dapat terbentuk
d. Pemeriksaan menunjukkan adanya daerah nyeri tekan krepitus, dan
tanda-tanda inflamasi pada saat-saat tertentu
e. Kehilangan fungsi secara progresif
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Untuk OA tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diagnostik, tetapi
pemeriksan laboratorium yang spesifik dapat membantu mengetahui
penyakit yang mendasari pada OA sekunder.
b. Dengan uji serologik dengan pendeteksian di dalam cairan sinovium
dan/ serum adanya makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yang
dilepas oleh tulang rawan / tulang yang mengalami degenerasi.
c. Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang
terjadi pada tulang seperti pecahnya tulang rawan.
d. Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa
rematik.
e. Analisa cairan engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk
kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh
encok atau infeksi.
f. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan
engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
g. Foto Rontgent
Foto Rontgent penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
6. Komplikasi
Komplikasi yang umum adalah kekakuan sendi dan nyeri tumpul
yang dalam, terutama pada pagi hari. Pemakaian sendi berulang-ulang
cenderung menambah nyeri. Krepitus, suara berderak akibat permukaan
yang terpajan saling bergesekan, sering terdengar pada kasus yang berat.
Biasanya sendi agak bengkak, dan mungkin terjadi efusi ringan.
7. Prognosis
Umumnya baik, sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat
konservatif. Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi. Progresif
lambat. Dubia, tergantung sendi yang terlibat dan tingkat keparahan
8. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang
khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas,
obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat
anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
1) Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9
g/hari atau profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif
namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal
2) Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka
OAINS, seperti fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan.
Dosis untuk osteoarthritis biasanya -1/3 dosis penuh untuk
arthritis rematoid. Karena pemakaian biasanya untuk jangka
panjang, efek samping utama adalahganggauan mukosa lambung
dan gangguan faal ginjal.
3) Injeksi cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada
engsel yang mempu mengurangi nyeri/ngilu
4) Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam
hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang.
Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis pada lutut.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh
yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat
memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk
harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan
peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.
Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya,
dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya.
Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat
pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual.
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama
pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini
harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.
Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi
dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki
gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar
sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik
karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan
tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena
otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan
rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah
penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan
fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
1) Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat
dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang
disebut prostesis.
2) Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan
mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu
pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
3) Penataan tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan
remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima
beban saat bergerak.
h. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan
berat badan, upaya untuk mengistirahatkan sendi serta menghindari
penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk
menyangga sendi yang mengalami inflamasi (bidai penopang) dan
latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi
dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.
i. Penalatalaksanaan dengan Terapi Komplementer :
Dipilih beberapa titik yang berhubungan dengan penyakit osteoarthritis
1) Titik Huantiao (GB 30)
Letak : Bila titik tertinggi dari tonjolan tulang paha yang besar
dihubungkan dengan ujung tulang ekor, maka Huantiao berada di
1/3 garis tersebut arah dekat paha.
Khasiat : Menghilangkan nyeri lembab pada meridian.
2) Titik Chengfu/ Cen Fu (BL 50)
Letak : Lekukan garis pantat
Khasiat : Ambeien, syraf tulang kedudukan, pinggang, sciatica,
radang sendi, nyeri panggul.
3) Titik Yinmen/ In Men (BL 51)
Letak : Tengah paha belakang
Khasiat : Paha lelah linu, sakit pinggang, sakit pada pantat
4) Titik Chengsan / Ceng San (BL 57)
Letak : Pada batas perut betis
Khasiat : Sakit pada betis, sakit pinggang, nyeri tungkai bawah.
5) Titik Yanglingquan/ Yang Ling Cuen (GB 34)
Letak : Pada lekukan di bawah lutut samping
Khasiat : Nyeri iga, radang sendi lutut, pegal-pegal di kaki,
muntah-muntah, mulut pahit.
6) Titik Zhibian/ Si Pien (BL 49)
Letak : Bulatan pantat tengah atau 3 cun sisi Yaoshu (DU 2)
Khasiat : Nyeri pinggul, radang sendi, sacrolitis, sciatica
7) Titik Dachangshu/ Ta Cang Su (BL 25)
Letak : dua jari (1 cun) dari tulang pinggang terletak di antara
tulang pinggang ke 4 dan ke 5.
8) Titik Weizhong/ Wei Cung (BL 54)
Letak : Di tengah lipat lutut bagian dalam
Khasiat : Sendi lutut, sakit pinggang, kram kaki, radang, kaki
lumpuh, sakit perut.
9) Weiyang/ Wei Cang (BL 53)
Letak : Tepat lipat lutut luar
Khasiat : Kaki nyeri, linu, lumpuh separuh badan, hipertensi,
rematik, ketiak nyeri
10) Fuxi/ Feu Si (BL52)
Letak : 1 cun diatas lipat lutut luar
Khasiat : Paha capai, linu pinggang, nyeri paha, hipertensi
11) Waixiyan (EX-LE3)
Letak : Pada cekungan disebelah lateral ligamentum patella pada
kaki fleksi
Fungsi : menghilangkan panas dan bengkak, menghilangkan
sumbatan pada meridian dan mengaktivkan kolateral.
Indikasi : sakit pada sendi lutut, rasa sakit2 dan kelemahan dikaki,
beri-beri.
12) Neixiyan (EX-LE4)
Letak : Pada cekungan disebelah medial ligamentum patella pada
kaki fleksi
Fungsi : menghilangkan panas dan bengkak, menghilangkan
sumbatan pada meridian dan mengaktivkan kolateral.
Indikasi : sakit pada sendi lutut, rasa sakit2 dan kelemahan dikaki,
beri-beri.
13) Yinlingquan/ Yin Lin Cuen (SP 9)
Letak : di bawah condylus medialis tibia dalam sebuah lekukan
yang terletak medial dari origo m.sartorius.
Fungsi : menguatkan limpa lambung, melancarkan meridian, dan
memperbaiki mens, menghilangkan lembab, bengkak.
Indkasi : ketegangan perut, diarrhea, menst tidak teratur, retensi
urine, oedea, emisi nocturnal dan ganggun nyeri lutut.
9. Pencegahan
Untuk mencegah osteoarthritis, lakukan hal-hal berikut:
a. Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur dan kacang-
kacangan
b. Minum obat yang direkomendasikan dokter.
c. Pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu saat beraktivitas untuk
mengurangi bahaya.
d. Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang.
e. Jika mengangkat benda, usahakan beban terbagi merata pada seluruh
sambungan tulang.
f. Pilih sepatu yang tepat.
g. Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat
beban.
h. Teknik relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas
dalam dan hipnosis.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama, riwayat perawatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
riwayat kesehatan keluarga
Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhannya
sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan,
yaitu:
1) Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa
pasien ke dokter. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibang-ding
dengan gerakan yang lain. Nyeri pada OA juga dapat berupa
penjalaran atau akibat radiokulopati, misalnya pada OA servikal
dan lumbal. OA lumbal yang menimbulkan stenosis spinal
mungkin menimbulkan keluhan nyeri di betis yang biasa disebut
dengan claudicatio intermiteen.
2) Hambatan gerak sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3) Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah
imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
cukup lama bahkan setelah bangun tidur.
4) Krepitasi
Rasa gemertak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi
informasi.
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Nyeri akut/ kronis NOC NIC
1. Pain Level Pain Management
2. Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri
3. Comfort Level
secara komprehensif
Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
1. Mampu mengontrol karakterisitik, durasi,
nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas dari
nyeri, mampu faktor presipitasi
menggunakan teknik 2. Kaji kultur yang
nonfarmakologi untuk mempengaruhi respon nyeri
3. Evaluasi pengalaman nyeri
mengurangi nyeri,
masa lampau
mencari bantuan) 4. Evaluasi bersama pasien dan
2. Melaporkan bahwa
tim kesehatan lain tentang
nyeri berkurang dengan
ketidakefektifan kontrol
menggunakan
nyeri masa lampau
manajemen nyeri
5. Akupressur
3. Mampu mengenali nyeri 6. Terapi akupuntur
(skala, intensitas, 7. Kontrol lingkungan yang
frekuensi, dan tanda dapat mempengaruhi nyeri
nyeri) seperti suhu ruangan,
4. Menyatakan rasa
pencahayaan dan kebisingan
nyaman setelah nyeri 8. Kurangi faktor presipitasi
berkurang nyeri
9. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi, dan
interpersonal)
10. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
11. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
12. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
13. Tingkatkan istirahat
14. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
15. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analagesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi.
3. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
4. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
5. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal.
6. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
7. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali.
8. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala.
Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, jilid
III. Jakarta : Internal Publishing
Mulia,Ahmad.2012. OsteoarthritisKneePain. http://www.singhealth.com
.sg/Patientcare/Overseas-
Referral/bh/Conditions/Pages/Osteoarthritis-Knee-Pain.aspx.
Diakses tanggal 26 Oktober 2015, pukul 18.27 WITA
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi
Pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC
Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba
Medika
Smeltzer C. Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk. Jakarta :
EGC
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.
Jakarta : EGC.