Anda di halaman 1dari 13

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari
pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi
pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan
empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran
(target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif
untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak
titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)
untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Pembelajaran tradisional merupakan pembelajaran di mana secara umum pusat


pembelajaran pada guru. Jadi di sini guru berperan sebagai pengajar dan pendidik dan
cenderung aktif di mana siswa hanyalah sebagai objek dari pendidikan
Sistem pembelajaran tradisional dicirikan dengan bertemunya antara pebelajar dan
pengajar untuk melakukan proses belajar mengajar. Metode ini sudah berlangsung sejak
dahulu hingga saat ini guna memenuhi tujuan utama pengajaran dan pembelajaran. Metode
ini menghadapi kendala yang berkaitan dengan keterbatasan tempat, lokasi dan waktu
penyelenggaraan dengan semakin meningkatnya aktifitas pelajar/mahasiswa dan
pengajar/Dosennya.
Pendekatan atau model pembelajaran tradisional cenderung berasumsi bahwa siswa
memiliki kebutuhan yang sama, dan belajar dengan cara yang sama pada waktu yang sama,
dalam ruang kelas yang tenang, dengan kegiatan materi pelajaran yang terstruktur secara
ketat dan didominasi oleh guru. Padahal, pendekatan atau pembelajaran tradisional rasanya
sukar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Model pembelajaran tradisional yang sekarang banyak diterapkan, cenderung kurang
memperhatikan kelangsungan pengalaman siswa yang diperoleh dalam kehidupan
keluarganya. Hal seperti ini bertentangan dengan karakter usia sekolah dasar. Siswa sekolah
dasar masih mendambakan berlangsungnya pengalaman di lingkungan keluarga dapat
dialami pula di sekolah.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing


memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam
proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan
beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.

pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar


mengajar. Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi yang erat
kaitannya dengan kehidupan sehari hari sering digunakan pendekatan lingkungan.

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu inquiry, yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya.
Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan
terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen
untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan
masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.
Trowbridge & Bybee (1986) mengemukakan Inquiry is the process of defining and
investigating problems, formulating hypotheses, designing experiments, gathering data, and
drawing conculations about problems. Menurut mereka inquiry adalah proses
mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut.
Lebih lanjut, dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan
atau suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya
dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.[1]
Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena inkuiri menuntut
peserta didik untuk berpikir. Metode ini menempatkan peserta didik pada situasi yang
melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual.[2] Meskipun metode ini berpusat pada
kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peran penting sebagai pembuat desain
pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan.
Kadangkala guru perlu menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan intruksi-intruksi,
melontarkan pertanyaan, memberikan komentar dan saran kepada peserta didik.
National Science Education Standards (NSES) mendefinisikan inkuiri sebagai aktivitas
beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa buku-buku atau
sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui; merencanakan investigasi;
memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen; menggunakan alat
untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasikan data, mengajukan jawaban,
penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Inkuri memerlukan identifikasi
asumsi, berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.[3]
Inkuiri juga diartikan sebagai aktivitas siswa dimana mereka mengembangkan pengetahuan
dan pemahaman tentang ilmu pengetahuan sebagaimana layaknya ilmuwan memahami
fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipercayakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara
guru dan siswa.[4]
Menurut Douglas Liewellyn, inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran dimana siswa
melibatkan diri mereka dalam proses penyelidikan, merumuskan pertanyaan dan
memecahkan masalah, kegiatan seperti ini untuk mengasah keterampilan mereka agar hasil
belajar siswa menjadi lebih baik.[5]
Inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi,
merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain
secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah
diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk
memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan
mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997; NRC, 2000).
Dalam inkuiri siswa dituntut aktif secara fisik dan mental untuk dapat mengalami
pembelajaran bermakna yang pada hakikatnya merupakan peningkatan tingkatan pemahaman
mereka terhadap materi pembelajaran. Dengan peran aktifnya siswa diharapkan rasa ingin
tahu menjadi bertambah sehingga pemahamanpun akan meningkat dan nilai-nilai pendidikan
yang tercermin dalam pembelajaran inkuiripun akan mampu membentuk pribadi siswa yang
memiliki kepekaan sosial terhadap sesama.
Piaget menyatakan bahwa inkuiri merupakan teknik yang mempersiapkan peserta didik pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri,
serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan
yang ditemukan peserta didik lainnya. Inkuiri sebagai teknik pengajaran mengandung arti
bahwa dalam proses kegiatan mengajar berlangsung harus dapat mendorong dan dapat
memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar.[6]
Demikian juga menurut Mulyasa dijelaskan bahwa inkuiri merupakan metode penyelidikan
yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut; yaitu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan masalah yang ditemukan,
merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
Pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan
kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan mereka, belajar memecakan masalah yang
tidak memiliki solusi yang jelas, dan menjadikan hasil penemuan mereka sebagai solusi saat
ini dan masa yang akan datang.

Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir


siswa. Dengan demikian, pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar siswa. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses
interaksi antara siswa dengan siswa juga berinteraksi dengan guru bahkan interaksi siswa
dengan lingkungan.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu
proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen,
melakukan eksperimen, megumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi,
dalam pembelajaran inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan
masalah yang diberikan guru

Ciri-ciri Strategi pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri-ciri yang bisa dipahami,
diantaranya:
1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam
proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari
materi pelajaran itu sendiri.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa.
Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama
dalam melakukan inkuiri.
3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran
inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai
pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal.
Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa
menguasai materi pelajaran. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan
demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses
pembelajaran.

Adapun prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri:


a) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah
pengembangan kemampuan ber- pikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain
berorientasi ke- pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
b) Prinsip Interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik inter-
aksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
c) Prinsip Bertanya Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi ini adalah
guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.Karena itu, kemampuan guru untuk
bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
d) Prinsip Belajar untuk Berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi
belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan po-
tensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan peng- gunaan otak secara
maksimal.
e) Prinsip Keterbukaan Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenar- annya.
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan 5-6. kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukannya.
Jenis Jenis Pendekatan
Ada beberapa jenis pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan pada kegiatan
belajar mengajar di IPS, antara lain :
1. Pendekatan Disiplin atau Pendekatan Struktur
Pendekatan Disiplin bertitik tolak dari sesuatu disiplin ilmu tertentu. Artinya pola
kerangka atau sistematika pendekatan disiplin dimulai dari menyampaikan konsep-konsep
dari suatu disiplin, baru kemudian menambahkan konsep-konsep disiplin lainnya. Yang
bertujuan untuk mendukung konsep-konsep disiplin tersebut. Misalnya dimulai dari disiplin
sejarah atau dari geografi atau dari ekonomi, dan sebagainya.
Cara penyampaian dalam pendekatan disiplin adalah dengan mempertautkan konsep-
konsep lain yang bersifat menunjang yang dilakukan secara sistematis.
Tujuan dari pendekatan disiplin antara lain :
Mendukung tujuan IPS dalam kurikulum
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam tentang konsep-konsep ilmu sosial
tertentu
Untuk menelaah lebih lanjut tentang lingkup utama kegiatan manusia
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang konsep-konsep tertentu dari suatu disiplin
dengan disiplin yang lain.
Untuk memberikan bahan yang lebih banyak dan lebih luas kepada IPS
Dalam proses belajar mengajar yang menggunakan pendekatan disiplin, guru
hendaknya lebih banyak memberikan tugas kepada anak untuk mencari sumber-sumber diluar
buku teks. Memberikan tugas membaca ataupun studi lapangan dan pada akhir tugas
melampirkan karya tulis kelompok maupun perorangan.
Kekurangan dari pendekatan disiplin adalah :
Penyusunan suatu pembelajaran dengan pendekatan ini adalah sangat sulit, karena tidak
adanya pedoman yang tegas untuk memilih inti pembahasan dan pendukung pembahasan.
Pandangan tiap-tiap pengajar tentang suatu konsep, kedalaman maupun keleluasannya,
sangat tergantung pada latar Belakang pendidikannya.
Keterampilan guru untuk mempertautkan konsep-konsep sangatlah terbatas dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor (waktu, kesempatan, referensi,dll).

2. Pendekatan Antar Struktur atau Interdisiplin


Pendekatan antar struktur merupakan pendekatan yang membahas suatu konsep secara
berturut melalui beberapa disiplin dan kemudian dipersatukan. Dengan pendekatan ini suatu
konsep ilmu sosial atau suatu topik diorganisasikan bersama konsep dari berbagai ilmu sosial
terpadu.
Contohnya : Menunjukkan pada peta pesebaran daerah asal suku bangsa di Indonesia.
Maka, dapat meyoroti dari sudut pandang : geografi, khususnya peta persebaran daerah asal
suku bangsa di Indonesia. Kemudian materi sikap menghormati keanekaragaman suku
bangsa. Kemudian bisa membahas berbagai jenis kebudayaan di Indonesia.

Arti dan Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo
dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu
usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran,
serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat
ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya
materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran
terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar.
Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum, dan aspek belajar mengajar.

Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip


dasar yang perlu diperhatikan yaitu 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, 2) bentuk
belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3) efisiensi. Agar diperoleh gambaran
yang lebih jelas berikut ini akan diurakan ketiga prinsip tersebut, berikut ini.

1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan.


Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya
pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa
menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi siswa dalam
kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas.
2. Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk
menemukan tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam
melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema
yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa.
3. Efisiensi
Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi,
metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan
kompetensi secara tepat.

Ciri-ciri Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagaimana diungkapkan


dalam www. pppg tertulis.or.id. sebagai berikut 1) berpusat pada siswa, 2) Memberikan
pengalaman langsung kepada siswa, 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4)
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., 5)
Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan
kebutuhan siswa. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa


Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas
dan harus mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut
dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di
sekitar siswa.

2. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa


Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan
mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif
dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka batas
mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
5. Bersifat fleksibel
Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata pelajaran.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut diungkapkan pula dalam www
p3gmatyo.go.id/download/SD karakteristik pembelajaran terpadu/tematik sebagai berikut: 1)
pembelajaran berpusat pada anak, 2) menekankan pembentukan pemahaman dan
kebermaknaan, 3) belajar melalui pengalaman langsung, 4) lebih memperhatikan proses
daripada hasil semata, 5) sarat dengan muatan keterkaitan.

Peran dan Pemilihan Tema dalam Pembelajaran Tematik


Tema dalam pembelajaran tematik memiliki peran antara lain:

1. Siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata
pelajaran dalam tema yang sama.
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
4. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran
lain dan pengalaman pribadi siswa.
5. Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks
tema yang jelas.
6. Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang
nyata.
7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat
dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali.
Pemilihan tema dalam pembelajaran tematik dapat berasal dari guru dan siswa. Pada
umumnya guru memilih tema dasar dan siswa menentukan unit temanya. Tema juga dapat
dipilih berdasarkan pertimbangan konsensus antar siswa.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu:

1. Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih


bermakna dan utuh.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk
setiap topik, banyak sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan.
3. Pilihlah tema yang terdekat dengan siswa.
4. Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari pada tema.

Keunggulan dan kekurangan Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan dan juga


kelemahan yang diperolehnya. Keuntungan yang dimaksud yaitu:
1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
siswa.
3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4. Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan
tanggap terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana
dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang diperolehnya. Kekurangan yang
ditimbulkannya yaitu:

1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi


2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada
dalam mata pelajaran secara tepat.

Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar


Pembelajaran tematik di sekolah dasar (SD) merupakan suatu hal yang relatif baru,
sehingga dalam implementasinya belum sebagaimana yang diharapkan. Masih banyak guru
yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara lain
karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif tentang pembelajaran tematik ini.
Disamping itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang
penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.
Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat ini difokuskan pada
kelas-kelas bawah (kelas 1 dan 2) atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada anak
usia dini, walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua
kelas sekolah dasar.
Pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti
penyusunan perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. tahap-tahap ini secara singkat
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran tematik,
maka perencanaan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik harus
sebaik mungkin Oleh karena itu ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam
merancang pembelajan tematik ini yaitu: 1) Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan
semester yang sama dari setiap mata pelajaran, 2) Pilihlah tema yang dapat
mempersatukan kompetensi-kompetensi untuk setiap kelas dan semester, 3) Buatlah
matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema, 4) Buatlah pemetaan pembelajaran
tematik. Pemetaan ini dapat dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jareingan topik, 5)
Susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan topik
pembelajaran tematik

2. Penerapan pembelajaran tematik


Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya. Pembelajaran tematik ini akan dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan
baik perlu didukung laboratorium yang memadai. Laboratorium yang memadai tentunya
berisi berbagai sumber belajar yang dibutuhkan bagi pembelajaran di sekolah dasar.
Dengan tersedianya laboratorium yang memadai tersebut maka guru ketika
menyelenggarakan pembelajaran tematik akan dengan mudah memanfaatkan sumber
belajar yang ada di laboratorium tersebut, baik dengan cara membawa sumber belajar ke
dalam kelas maupun mengajak siswa ke ruang laboratorium yang terpisah dari ruang
kelasnya.
3. Evaluasi Pembelajaran Tematik

Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi
proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat dan semangat siswa dalam proses
pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat pemahaman dan
penyikapan siswa terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan siswa sehari-
hari. Disamping itu evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya siswa selama kegiatan
pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu paparan/pameran karya siswa.
Instrumen yang dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran dapat digunakan tes hasil belajar. dan untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa melakukan suatu tugas dapat berupa tes perbuatan atau keterampilan
dan untuk mengungkap sikap siswa terhadap materi pelajaran dapat berupa wawancara,
atau dialog secara informal.
Disamping itu instrumen yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat
berupa: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, dan tugas individu atau
kelompok, dan lembar observasi.

Anda mungkin juga menyukai