Anda di halaman 1dari 7

CONTOH KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI DI MALANG

Malang (beritajatim.com) - Satuan Reserse Kriminal Polres Malang akhirnya


menahan Imam Bisri (39) atas kasus dugaan korupsi. Kepala Desa Sukoraharjo,
Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang itu, resmi mendekam di tahanan Polres
Malang, Selasa (1/11/2016) sore.

Imam Bisri langsung ditahan karena Penyidik Tindak Pidana Korupsi Polres
Malang, khawatir yang bersangkutan melarikan diri. "Kami lakukan penahanan
karena kuatir dia (Imam Bisri-red) lari dan menghilangkan barang bukti, "
ungkap Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Malang, AKP Adam Purbantoro,
Selasa (1/11/2016).

Sementara itu, Kanit Tipikor Satreskrim Polres Malang, Iptu Sutiyo menjelaskan,
tersangka telah dipanggil 3 kali untuk menjalani pemeriksaan. Selanjutnya, sudah
ada 14 orang saksi memberikan keterangan, termasuk bendahara, perangkat desa,
guru, bidan dan warga lainnya atas kasus penyimpanan pengelolaan dana ADD
tahun 2013-2014.

Dimana hasil audit BPKP Jawa Timur, dana yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan senilai Rp 109.474.000. Pada ADD 2013 lalu, desa
menerima kucuran dana sebesar Rp 140.610.000. Nilainya sama pada tahun 2014.
Sebanyak 30 item kegiatan kemudian dilaksanakan dengan penanggung jawabnya
yakni tersangka Imam Bisri.

"Hasil audit, LPJ ADD tahun 2013, hanya sekitar Rp 57.307.000 dipakai dalam
kegiatan. Sedang di tahun 2014, pemakaiannya hanya terhitung sebesar Rp
98.090.000," beber Sutiyo.

Ia melanjutkan, sebanyak 30 item kegiatan tersebut meliputi rehabilitasi balai


desa, pembangunan pos keamanan, pemberian dana untuk kelompok karang
taruna, tenaga kesehatan dan pembangunan insfrakstruktur lainnya. "Tidak ada
rehab pos. Hasil pemeriksaan kami, dana cair ke bendahara dan oleh tersangka
dipakai. Belum jelas untuk apa uang puluhan juta tersebut," ujarnya.

Dalam kasus ini, tersangka Imam Bisri didampingi Husni Tamrin SH, selaku
kuasa hukumnya. Husni saat ditelpon wartawan mengatakan bahwa kliennya
sudah melaksanakan semua kegiatan. Pembuat laporan pertanggungjawaban (LPJ)
dilaksanakan panitia pelaksana. Hitungan kliennya, hanya sekitar Rp 40 jutaan
yang tidak bisa dipertanggungjwaban.

Uang tersebut dipakai untuk selamatan desa setempat. Atas kasus tersebut, Imam
Bisri diduga melanggar Pasal 2 ayat (1) sub pasal 3 sub pasal 8 Undang-Undang
RI nomor 20 tahun 2001 atas petubahan atas Undang-Undang RI nomor 31 tahun
1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.

Kasus tersebut mencuat sejak 8 Februari 2015. Ratusan warga dari berbagai unsur
saat itu, memprotes kebijakan dan perangai sang kepala desa. Beberapa bahkan
menuding jika ada dana yang tidak diterima pihak tenaga kesehatan dan
karangtaruna, selama 2 tahun. (yog/kun)

ANALISA KASUS

Berdasarkan kasus diatas kepala desa Sukoraharjo ditangkap karena kasus


penyimpangan ADD tahun 2013-2014. Menurut sumber dari Surya Malang
disebutkan bahwa desa Sukoraharjo mendapat ADD masing-masing Rp 140 juta
lebih. Sehingga selama dua tahun tersebut total ADD yang diterima Rp 280 juta.
Namun tahun 2013 dana tersebut hanya terserap Rp 57 juta lebih, dan tahun 2014
terserap Rp 98 juta lebih. Dari hitungan Badan Pemeriksaan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), terdapat kerugian Rp 109 juta selama dua tahun. Dalam
kasus ini Imam Bisri juga diduga membuat LPJ palsu.

Apakah hukuman yang diterima?


Dari hasil perbuatannya, Imam Bisri telah ditahan oleh Satuan Reserse
Kriminal Polres Malang dan ditetapkan sebagai tersangka. Penahanan dilakukan
agar yang berangkutan tidak kabur dan menghilangkan barang bukti. Selain
ditahan, menurut sumber Malangkabupaten,- Imam Bisri juga diberhentikan
sementara dari jabatannya setelah resmi ditetapkan sebagai tersangka.
Atas kasus tersebut Imam Bisri diduga melanggar Pasal 2 ayat (1) sub
pasal 3 sub pasal 8 Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2001 atas petubahan atas
Undang-Undang RI nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi.

Apakah hukuman yang diiberikan memberi efek jera?


Dari hukuman yang diberikan kepada kepala desa Sukoraharjo, menurut
pendapat saya hukuman tersebut belum memberikan efek jera. Hal ini bisa
dibuktikan dengan masih banyaknya oknum sejenis yang melakukan tindak
penyelewengan anggaran (korupsi). Hukuman penahanan yang diberikan kepada
tersangka tindak pidana korupsi belum cukup kuat memberikan efek jera dan
takut kepada pelaku korupsi. Jika dilihat dari kasus- kasus korupsi yang lain, para
aparat negara bangga jika melakukan perbuatan nakal (korupsi). Hal tersebut
masih dianggap sepele padahal kerugian yang dialami oleh negara sangat banyak.
Disini diperlukan penataran dan pendidikan moral terhadap para aparat negara
agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Sanksi hukum yang wajib diberikan adalah merealisasikan penjara seumur
hidup bagi para terpidana korupsi dan memperbolehkan hukuman mati (suntik
mati, hukum pancung, dan hukum gantung). Hal ini dikarenakan mereka telah
menginjak dan melakukan korupsi tanpa memikirkan HAM (hak asasi manusia)
rakyat. Uang rakyat yang seenaknya mereka ambil dan digunakan demi
kepentingan pribadi. Sehingga hukuman-hukuman seperti itu diharapkan akan
memberikan efek jera, bisa menyadarkan dan memberikan pelajaran kepada
semua pihak agar tidak melakukan tindakan yang sangat tercela ini, mengingat
kerugian negara sangat besar akibat dari perbuatan korupsi.

Apakah berani melaporkan jika ada tindakan pidana korupsi?


Berani dengan catatan terdapat bukti yang jelas dan lengkap bahwa memang
orang yang bersangkutan telah melakukan tindak pidana korupsi. Alasannya adalah
tindak pidana korupsi dapat menimbulkan kerugian terhadap berbagai pihak dan
aspek kehidupan. Berani melaporkan tindakan pidana korupsi juga merupakan
wujud bela negara dan langkah awal dari pemberantasan korupsi. Dengan adanya
pelaporan diharapkan tindak pidana korupsi akan segera ditindak lanjut dan
diberikan hukuman seberat-beratnya (dapat memberikan efek jera).

Sumber :
Surya Malang. 2016. Kades Sukoraharjo di Kabupaten Malang Ditahan Karena
Korupsi. Online, (http://suryamalang.tribunnews.com/2016/11/01/kades-
sukoraharjo-di-kabupaten-malang-ditahan-karena-korupsi ). diakses 1
Agustus 2017.

Baca Berita. Diduga Korupsi, Kades Sukoraharjo Masuk Bui Online,


(http://berita.baca.co.id/5891585?origin=relative&pageId=19c60d43-c0f5-
48a4-b50d-90d13c2007cb&PageIndex=1). Diakses 1 Agustus 2017.

Berita Jatim. 2016. Diduga Korupsi, Kades Sukoraharjo Masuk Bui. Online,
(http://beritajatim.com/hukum_kriminal/281284/diduga_korupsi,_kades_suk
oraharjo_masuk_bui.html). Diakses 1 Agustus 2017.
Lampiran
CONTOH KASUS
TINDAK PIDANA KORUPSI DI MALANG

ARTIKEL
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi
yang dibimbing oleh Lenni Saragih S.K.M., M.Kes.

Oleh :

Aldesiana Cahyaningrum
NIM. 1501460008

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-4 KEPERAWATAN MALANG
Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai