org/wiki/Peradaban_Lembah_Sungai_Kuning
Sungai Kuning.
Peradaban Lembah Sungai Kuning adalah peradaban bangsa Cina yang muncul di
lembah Sungai Kuning (Hwang Ho atau yang sekarang disebut Huang He). Sungai Hwang Ho
disebut sebagai Sungai Kuning karena membawa lumpur kuning sepanjang alirannya. Sungai ini
bersumber dari Pegunungan Kwen-Lun di Tibet dan mengalir melalui daerah Pegunungan Cina
Utara hingga membentuk dataran rendah dan bermuara di Teluk Tsii-Li, Laut Kuning. Pada
daerah lembah sungai yang subur inilah kebudayaan bangsa Cina berawal. Dalam sejarah, daerah
tersebut menyulitkan bangsa Cina untuk melaksanakan
aktivitas hidupnya karena terjadinya pembekuan es
di musim dingin dan ketika es mulai mencair akan
terjadi banjir serta air bah. Berbagai kesulitan dan
tantangan tersebut mendorong bangsa Cina untuk berpikir
dan mengatasinya dengan pembangunan tanggul raksasa di
sepanjang sungai tersebut.
Kebudayaan
Masyarakat Tiongkok kuno telah mengenal tulisan sejak 1500 SM yang ditulis pada
kulit penyu atau bambu. Pada awalnya huruf Cina yang dibuat sangat sederhana, yaitu satu
lambang untuk satu pengertian. Pada masa pemerintahan Dinasti Han, seni sastra Cina kuno
berkembang pesat seiring dengan ditemukannya kertas. Ajaran Lao Zi, Kong Fu Zi, dan Meng
Zi banyak dibukukan baik oleh filsuf itu sendiri maupun para pengikutnya. Pada masa
pemerintahan Dinasti Tang, hidup dua orang pujangga terkemuka yang banyak menulis puisi
kuno, yaitu Li Tai Po dan Tu Fu. Selain berupa sastra, kebudayaan Cina yang muncul dan
berkembang di lembah Sungai Kuning adalah seni lukis, keramik, kuil,
dan istana. Perkembangan seni lukis terlihat dari banyaknya lukisan hasil karya tokoh ternama
yang menghiasi istana dan kuil. Lukisan yang dipajang umumnya berupa lukisan alam semesta,
lukisan dewa-dewa, dan lukisan raja yang pernah memerintah. Keramik Cina merupakan hasil
kebudayaan rakyat yang bernilai sangat tinggi dan menjadi salah satu komoditi perdagangan saat
itu. Rakyar Cina menganggap bahwa kaisar atau raja merupakan penjelmaan dewa sehingga
istana untuk sang raja dibangun dengan indah dan megah.[5] Hasil kebudayaan Cina yang sangat
terkenal hingga saat ini adalah Tembok Besar Cina yang dibangun pada masa Dinasti Qin untuk
menangkal serangan dari musuh di bagian utara Cina. Kaisar Qin Shi Huang menghubungkan
dinding-dinding pertahanan yang telah dibangun tersebut menjadi tembok raksasa dengan
sepanjang 7000 km.
Pemerintahan
Sistem Religi
Sistem religi ini termasuk didalamnya kepercayaan, sistem nilai, pandangan atau upacara
kenegaraan.
Bangsa Cina percaya pada banyak dewa. Mereka memuja dan menganggap dewa-dewa memiliki
kekuatan alam. Dunia digambarkan sebagai bidang segiempat dan di atasnya tertutup oleh langit
yang terdiri dari sembilan lapisan. Di tengah-tengah dunia yang berbentuk segiempat
terletakTienhsia, yaitu suatu daerah yang didiami oleh bangsa Cina. Daerah Tienhsia
merupakan daerah yang didiami oleh bangsa Barbar. Di luar daerah bangsa-bangsa Barbar
terdapat daerah kosong dan menjadi tempat tinggal para hantu dan Dewi Pa, yang menguasai
musim kemarau. Di sebelah timur dan selatan negara Cina ada empat lautan besar yang disebut
Su-hai. Dewadewa yang dipuja bangsa Cina pada saat itu di antaranya Feng Pa (Dewa angin),
Lei-Shih (Dewa Angin Topan), Tai-Shan (dewa yang menguasai bukit suci), dan lain
sebagainya.
Masyarakat lembah sungai kuning menganut polytheisme. Mereka memuja dewa-dewi yang
mempunyai kekuatan alam. Dewa yang mereka sembah antara lain: Feng Pa (dewa angin ), Lei -
Shih (dewa angin topan yang digambarkan sebagai naga besar), Tai Shan (dewa yang menguasai
bukit suci ), Ho Po (dewa penguasa sungai Hoang-Ho). Untuk memuja Ho Po setiap tahun
diadakan upacara yang dipimpin oleh para pendeta perempuan dengan memberi sesaji berupa
gadis tercantik di Cina yang diterjunkan di sungai Hoang Ho tersebut.
Dewa langit adalah dewa yang mendapat pemujaan tertinggi. Masyarakat Cina memuja dewa
langit yang disebut Syang, karena langit adalah pemberi hujan dan panas matahari. Sedangkan
bumi sebagai lahan yang menerima sinar matahari dan hujan dari langit. Sehingga masyarakat
juga memuja dewi bumi. Selain pemujaan kepada dewa-dewa masyarkat Cina juga memuja
arwah leluhur. Upacara pemujaan dilakukan oleh anak laki-laki tertua.
Pada masyarakat Cina di Indonesia sampai saat ini tradisi tersebut terus dilestarikan. Sebagai
contoh: adanya meja abu di tiap rumahnya
Kepercayaan ini tidak langsung menghilang ketika muncul filsafat seperti Lao Tse dan Kong Fu
Tse yang mengajarkan berbagai tentang norma dan nilai.
Lao Tse
Ajaran Lao Tse tercantum dalam bukunya Tao Te Ching. Lao Tse percaya bahwa ada
semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi, yaitu bernama Tao. Ajaran Lao Tse
disebut dengan Taoisme. Taoisme mengajarkan orang supaya menerima nasib. Menurut ajaran
ini, suka dan duka adalah sama saja. Oleh karena itu, seorang penganut Taoisme dapat memikul
suatu penderitaan dengan hati yang tidak terguncang.
Selanjutnya Taoisme juga mengajarkan bahwa di atas alam terdapat kerajaan Langit yang
diperintah oleh dewa langit atau Hoo Tsien. Di bumi ada kerajaan bumi yang diperintah oleh
Huang Ti. Bila raja yang memerintah tidak baik maka Dewa Langit akan menegur dan memberi
hukuman melalui bencana alam atau pemberontakan. Jadi setiap orang harus menghormati Dewa
Langit, raja dan arwah nenek moyang, karena nenek moyanglah yang menurunkan mereka.
Kong Fu Tse
Menurut ajaran Kung Fu Tse, Tao adalah sesuatu kekuatan yang mengatur segala-galanya dalam
alam semesta ini sehingga tercapai keselarasan. Manusia merupakan bagian dari masyarakat
yang bagian dari alam semesta, maka tata cara hidup manusia diatur oleh Tao. Oleh karena itu,
setiap orang harus menyesuaikan diri dengan Tao, agar dalam kehidupan masyarakat terdapat
keselarasan dan keseimbangan. Penganut aliran ini percaya bahwa segala bencana yang terjadi di
muka bumi ini karena manusia menyalahi aturan Tao. Ajaran Kung Fu Tse meliputi bidang
pemerintahan dan keluarga.
Ajaran Kung Fu Tse menekankan bahwa akhlak yang bobrok dapat diperbaiki dengan
membangun kembali keselarasan dalam masyarakat sebagaimana telah dialami oleh leluhur.
Keselarasan meliputi semua pihak artinya pemerintah maupun rakyat, tua maupun muda.
Masyarakat terdiri atas keluarga. Dalam keluarga bapaklah yang menjadi pusatnya. Seorang
bapak harus mengurus anak-anaknya dengan baik. Sebaliknya anak-anak harus hormat dan patuh
terhadap orang tuanya. Negara dipandang sebagai keluarga besar dengan raja sebagai bapaknya.
Oleh karena itu raja harus memerintah rakyatnya dengan baik dan bijaksana.
Sebaliknya rakyat harus hormat dan taat kepada rajanya seperti anak kepada bapaknya. Filsuf
ketiga yang akan Anda pelajari adalah Meng Tse.
Meng Tse
Ajaran Meng Tse merupakan kelanjutan dari ajaran Kung Fu Tse. Meskipun demikian ajaran
Meng Tse bertentangan dengan Kung Fu Tse. Meng Tse tidak memberikan pelajaran kepada
kaum bangsawan, tetapi memberikan pengetahuan kepada rakyat jelata. Menurutnya rakyatlah
yang terpenting dalam suatu negara. Apabila raja bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat,
maka tugas para menteri untuk memperingatkannya. Apabila raja mengabaikannya peringatan-
peringatan itu para menteri wajib menurunkan raja dari tahtanya.
Sistem Kemasyarakatan
Kekerabatan, kenegaraan, dan kesatuan hidup merupakan bagian dar kemasyarakatan yang
dimaksudkan.
Sistem Pemerintahan Feodal, dalam masa pemerintahan ini, kaisar tidak menangani
langsung urusan kenegaraan. Kondisi ini berlatar belakang bahwa kedudukan kaisar bersifat
sakral. Kaisar dihormati sebagai utusan atau bahkan anak dewa langit, sehingga tidak layak
mengurusi politik praktis.
Ajaran Kung Fu Tze lahir sebagai reaksi atas keadaan negara waktu itu yaitu banyaknya korupsi
serta merosotnya akhlak bangsa dan para pemimpinnya .
Runtuhnya Dinasti Chou disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tidak ada raja-raja
pengganti yang cakap, kerajaan terpecah menjadi dua yaitu Chou Barat dan Chou Timur, banyak
raja vazal yang melepaskan diri. Raja vazal yang kuat menyerang raja pusat dan
menggantikannya.
membagi kerajaan menjadi 36 propinsi, setiap propinsi diperintah oleh gubernur selaku
kepala pemerintahan yang bertanggung jawab kepada kaisar.
membangun tembok besar Cina sepanjang 2.250 Km, untuk membendung masuknya suku-
suku pengembara (nomaden) dari Utara (uraian lebih lanjut bacalah halaman 23 )
Setelah Shih Huang Ti wafat pada tahun 210 SM, para gubernur dari tiap-tiap propinsi
berupaya untuk merebut kekuasaan tertinggi di Cina. Dalam keadaan kacau tersebut tampillah
tokoh Liu Pang dan pasukannya yang berhasil mengalahkan lawan-lawannya dan kemudian
menduduki tahta, Liu Pang mendirikan dinasti baru bernama dinasti Han.
Hal ini ditandai dengan kunjungan para musafir dari Cina misalnya I Tsing di Sriwijaya.
Laksamana Cheng Ho dan Ma Huan berkunjung ke Majapahit.
Dinasti Tang didirikan oleh Li Shih Min yang terkenal dengan nama Kaisar Tang Tai Tsung. Ia
memperluas wilayah kekuasaannya ke luar negeri Cina seperti selatan menguasai Ton-kin,
Annam dan Kamboja. Ke sebelah barat menguasai Persia dan laut Kaspia. Di bawah kekuasaan
Tang Tai Tsung, dinasti Tang mencapai masa kejayaannya. Pada bidang seni syair dan seni
lukis terdapat seniman-seniman yang terkenal seperti Li Tai Po, Tu Fu, dan Wang Wei.
Tindakan-tindakan kaisar Tang Tai Tsung yang menarik perhatian rakyatnya adalah sebagai
berikut:
Pada abad ke-10 M, dinasti Tang runtuh dan negeri Cina kembali mengalami kekacauan dan
silih berganti raja-raja memerintah. Baru pada tahun 960 kekacauan ini berhasil diatasi dan
selanjutnya berdiri Dinasti Sung.
Sistem Pengetahuan
Pengetahuan, flora, fauna, waktu, ruang, bilangan, tubuh manusia, dan perilaku antarmanusia
merupakan bagian dari sistem pengetahuan.
Astronomi
Ilmu pengetahuan yang telah berkembang sejak jaman dongeng antara lain astronomi atau ilmu
perbintangan. Ilmu astronomi digunakan untuk:
Aksara
Cina sudah mengenal aksara sejak Dinasti Shang. Aksara Cina yang berbentuk pictograph ini
termasuk jenis aksara ideograph (aksara lambang benda). Aksara Cina ditulis di atas kulit penyu
dan tulang. Aksara gambar benda (ideograph) ini semula ditulis dan digambar untuk kepentingan
ramal-meramal, karena bangsa Cina sejak zaman dahulu suka dengan ramalan.
Kesenian
Seni patung, pahat, relief, lukis, dan gambar, seni rias, vokal, musik, bagunan, sastra atau drama.
Seni Sastra
Perkembangan Sastra di zaman Cina Kuno tidak dapat dipisahkan dengan berkembangnya
tulisan. Awalnya penulisan satra dilakukan di atas kulit menyu dan bambu. Namun setelah
ditemukannya kertas pada dinasti Han, karya sastra berkembang dengan pesat.
Ajaran Tao, Kong Fu Tse, dan Meng Tse mulai dibukukan, baik oleh filsuf maupun oleh
pengikutnya. Li Tai Po dan Tu Fu merupakan dua orang Pujangga yang terkenal pada dinasti
Tyang (abad ke-18 M). Hasil karyanya kebanyakan berbentuk puisi. Szema Tzien pujangga
pada zaman Dinasti Han telah mengarang kita sejarah yang meliputi masa sejak zaman purba
sampai dengan masa pemerintahan Han Wu Ti. Karya sastra klasik lainnya yang tidak diketahui
pengarangnya adalah Sahih Chi (puisi klasik), Shu Ching (sejarah klasik), I Ching (perubahan-
perubahan), dan Chu Chin (musim semi dan musim gugur).
Seni Bangunan
Tembok Besar Cina (The Great Wall of China) dibangun pada masa pemerintahan Dinasti
Chin. Namun, sebelum dinasti Chin berkuasa di Cina, sebenarnya di daerah Cina utara sudah
dibangun dinding terpisah untuk menangkal serangan yang dilakukan oleh suku di sebelah
utara Cina. Pada masa pemerintahan kaisar
Shih Huang TI, dinding-dinding itu dihubungkan menjadi tembok raksasa yang panjangnya
mencapai 7000 kilometer dan tingginya 16 meter serta lebarnya 8 meter. Pada jarak tertentu
didirikan benteng pertahan yang dijaga ketat oleh pasukan Cina.
Untuk membuat tembok raksasa ini, diperlukan waktu ratusan tahun di zaman berbagai kaisar.
Semula, diperkirakan Qin Shi-huang yang memulai pembangunan tembok itu, namun menurut
penelitian dan catatan literatur sejarah, tembok itu telah dibuat sebelum Dinasti Qin berdiri,
tepatnya dibangun pertama kali pada Zaman Negara-negara Berperang. Kaisar Qin Shi-huang
meneruskan pembangunan dan pengokohan tembok yang telah dibangun
sebelumnya.Sepeninggal Qin Shi-huang, pembuatan tembok ini sempat terhenti dan baru
dilanjutkan kembali di zaman Dinasti Sui, terakhir dilanjutkan lagi di zaman Dinasti Ming.
Bentuk Tembok Raksasa yang sekarang kita lihat adalah hasil pembangunan dari zaman Ming
tadi. Bagian dalam tembok berisi tanah yang bercampur dengan bata dan batu-batuan. Bagian
atasnya dibuat jalan utama untuk pasukan berkuda
Tiongkok. Tembok raksasa ini dibangun dalam waktu 18
abad lamanya dan selesai pada masa kekuasaan Dinasti
Ming (abad ke-17 M). Tembok Raksasa Cina dianggap
sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Pada tahun
1987, bangunan ini dimasukkan dalam daftar Situs Warisan
Dunia UNESCO.
Kuil, salah satu kuil yang terkenal di Cina bernama Kuil Dewa Beijing. Terbuat dari batu
pualam yang dikelilingi tiga pelataran yang amat indah serta di bagian tengah terdapat tangga
yang terbuat dari batu pualam pilihan. Atap bangunan dibuat berlapis tiga.
Istana, kaisar atau raja Cina dibangun dengan sangat megah dan indah. Tujuannya sebagai
tanda penghormatan terhadap raja atau kaisar.
Seni Lukis, perkembangan seni lukis sangat pesat, bahkan lukisan-lukisan hasil karya dari
tokoh-tokoh ternama menghiasi dinding tembok istana atau kuil-kuil.
Keramik merupakan salah satu peninggalan budaya bangsa Cina yang bermutu tinggi.
Keramik yang berglasur (diberi lapisan keras yang berkilap) serta porselin Cina yang indah
dibuat dengan teknik yang tinggi. Mangkuk, cawan dan piring-piring keramik Cina dikenal di
Eropa juga di Indonesia. Tiap-tiap dinasti di Cina meninggalkan jenis keramiknya masing-
masing.
Bangsa Cina juga menemukan tik gerak (movable type) yaitu blok-blok kayu dengan
huruf-huruf yang dicungkil ke luar. Dengan penemuan kertas dan alat cetak tersebut
memungkinkan adanya penerbitan buku-buku dalam jumlah yang besar dan dengan harga murah.
Bangsa Cina termasuk bangsa yang sangat memperhatikan tulisan. Penemuan kertas dan alat
cetak juga membantu penyebaran karya sastra di Cina.