Anda di halaman 1dari 10

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum geomorfologi acara bentuklahan struktural yang disusun


oleh praktikan bernama Ulfatunnisa telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Sebagai tugas laporan praktikum matakuliah geomorfologi acara
bentuklahan struktural.

Semarang, September 2017

Asisten Acara, Praktikan

Maman Sudarman Ulfatunnisa


21100114120020 21100117120016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Maksud
Adapun maksud dilaksanakannya paraktikum geomorforlogi acara
bentang alam struktural adalah:
1.1.1 Memahami bentang alam struktural
1.1.2 Mendeliniasi bentang alam struktural pada peta topografi pada kontur
rapat dan renggang
1.1.3 Menginterpretasikan kenampakan bentang alam struktural
berdasarkan Klasifikasi Van Zuidam

1.2 Tujuan
1.2.1 Dapat memahami bentang alam struktural
1.2.2 Dapat mendeliniasi bentang alam struktural pada peta topografi pada
kontur rapat dan renggang
1.2.3 Dapat menginterpretasikan kenampakan bentang alam struktural
berdasarkan Klasifikasi Van Zuidam

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu dan tempat pelaksana praktikua geomorfologi adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal : Jumat, 22 September 2017
Pukul : 15:30 WIB 18:30
Tempat : Ruang GS 302, Gedung Pertamina Sukowati,
Departemen Teknik Geologi, Universitas Diponegoro
Semaerang
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
2.1 Geologi Regional
Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat di
73400 - 73630 LS dan 1093700 - 1094400 BT. Daerah
Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adalah wilayah
Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di sebelah
selatan berbatasan dengan wilayah Kebumen, di sebelah barat berbatasan
dengan daerah Gombon
Secara administratif, daerah pemetaan Gunung Paras termasuk kedalam
Kecamatan Karangsambung dan Kecamatan Karanggayam, Kabupaten
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Secara fisiografis, daerah Karangsambung
termasuk ke dalam Zona Pegunungan Serayu Selatan.
Morfologi yang khas ini memanjang ke arah Barat mulai dari daerah
Klepoh hingga Kali Larangan. Antiklin raksasa tersebut membentuk morfologi
berupa perbukitan di bagian utara (G. Paras) dan Selatan (G.Brujul dan Bukit
Selaranda) dari daerah pemetaan. Perbukitan ini memiliki arah memanjang
Timur-Barat. Sumbu antiklin tersebut mengalami proses erosi yang
membentuk morfologi berupa lembah di daerah Karangsambung dengan
adanya perbukitan-perbukitan.
Perbedaan morfologi di daerah ini disebabkan oleh perbedaan
karakteristik geologi yang dicerminkan oleh lithologi yang menyusun daerah
tersebut yang memiliki kekerasan yang berbeda-beda terhadap erosi yang
akhirnya membentuk morfologi yang khas dari daerah ini, serta pengaruh dari
struktur geologi yang berupa perlipatan dan sesar yang berkembang di daerah
Karangsambung. Daerah Karangsambung dilewati oleh sungai besar yang
disebut Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang bermuara di Luk Ulo.
Sungai Luk Ulo mengalir dari Utara hingga ke Selatan daerah pemetaan
(membelah perbukitan Waturanda dan Gunung Brujul) Sungai Luk Ulo dan
sungai-sungai kecil yang mengalir di daerah Karangsambung juga memiliki
peran penting dalam pembentukan morfologi di daerah ini berkaitan dengan
proses erosi dan sedimentasi
B. Geomorfologi Karangsambung
Geomorfologi adalah studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi dan
semua proses yang mengahsilkan bentuk0bentuk tersebut. Tinggian yang berada
didaerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, Bukit Sipako, Gunung Paras,
Gunung Brujul serta Bukit Jatibungkus.
Daerah Karangsambung oleh para ahli geologi sering disebut sebagai
lapangan terlengkap di dunia. Karangsambung merupakan jejak-jejak tumbukan
dua lempeng bumi yang terjadi 117 juta tahun sampai 60 juta tahun yang lalu. Ia
juga merupakan pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan
saksi dari peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra-
Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi pada sekitar zaman Paleogene (Eosen,
sekitar 57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang lalu). Oleh karena itu, pada tempat ini
terekam jejak-jejak proses paleosubduksi yang ditunjukan oleh singkapan-
singkapan batuan dengan usia tua dan merupakan karakteristik dari komponen
lempeng samudera.
Karangsambung merupakan tempat singkapan batuan terbesar batuan-
batuan dari zaman Pre-Tersier yang terkenal dengan sebutan Luk Ulo Melange
Complex, suatu melange yang berhubungan dengan subduksi pada zaman
Crateceous (145.5 4.0 hingga 65.5 0.3 juta tahu yang lalu) yang diperkirakan
berumur 117 juta tahun.Tersingkapnya batuan melange di daerah Karangsambung
ini disebabkan oleh adanya tektonik kompresional yang menyebabkan daerah
tersebut dipotong oleh sejumlah sesar-sesar naik disamping adanya pengangkatan
dan proses erosi yang intensif. Apabila diperhatikan bahwa posisi batuan melange
ini dijumpai di sekitar inti lipatan antiklin dan di sekitar zona sesar naik dan
kenyataannya pada saat sekarang posisi inti lipatan ini berada di bagian lembah
yang didalamnya mengalir aliran sungai Luk Ulo yang menunjukan bahwa di
daerah tersebut proses erosi berlangsung lebih intensif.
Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin (1974) sebagai percampuran
tektonik dari batuan yang mempunyai lingkungan berbeda, sebagai hasil dari proses
subduksi antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng
Benua Asia Tenggara, yang terjadi pada Kala Kapur Atas-Paleosen. Melange
tektonik ini litologinya terdiri atas batuan metamorf, batuan basa dan ultra basa,
batuan sedimen laut dalamyang seluruhnya mengambang di dalam masa dasar
lempung hitam yang tergerus. Selanjutnya penulis ini membagi kompleks melange
menjadi dua satuan berdasarkan sifat dominansi fragmenya, yaitu Satuan Seboro
dan Satuan Jatisamit. Kedua satuan tersebut mempunyai karakteristik yang sama
yaitu masa dasarnya merupakan lempung hitam yang tergerus. Bongkah yang
berada di dalam masa dasar berupa boudin dan pada bidang permukaan tubuh
bongkahnya juga tergerus. Beberapa macam dan sifat fisik komponen melange
tektonik ini, antara lain batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan beku.
Morfologi perbukitan disusun oleh endapan melange, batuan beku, batuan
sedimen dan endapan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi pedataran disusun
oleh batuan melange dan aluvium. Seluruh batuan penyusun yang berumur lebih
tua dari Kuarter telah mengalami proses pensesaran yang cukup intensif terlebih
lagi pada batuan yang berumur Kapur hingga Paleosen. Morfologi perbukitan dapat
dibedakan menjadi dua bagian yang ditentukan berdasarkan bentuknya
(kenampakannya), yaitu perbukitan memanjang dan perbukitan prismatik.
Perbukitan memanjang umumnya disusun oleh batuan sedimen Tersier dan
batuan volkanik kuarter, sedangkan morfologi perbukitan prismatik umumnya
disusun oleh batuan yang berasal dari melange tektonik dan batuan beku lainnya
(Intrusi). Perbedaan kedua morfologi tersebut akan nampak jelas dilihat, apabila
kita mengamatinya di puncak bukit Jatisamit. Bukit Jatisamit terletak di sebelah
barat Karangsambung (Kampus LIPI). Tubuh bukit ini merupakan bongkah batuan
sedimen terdiri atas batulempung merah, rijang, batugamping merah dan chert yang
seluruhnya tertanam dalam masa dasar lempung bersisik.
Pada bagian puncak bukit inilah kita dapat melihat panorama daerah
Karangsambung secara leluasa sehingga ada istilah khusus yang sering digunakan
oleh para ahli geologi terhadap pengamatan morfologi di daerah ini yaitu dengan
sebutan Amphitheatere. Istilah ini mengacu kepada tempat pertunjukan dimana
penonton berada di atas tribune pertunjukan. Istilah ini digunakan karena di tempat
inilah kita dapat mengamati seluruh morfologi secara lebih jelas.Ada beberapa
fenomena geologi yang dapat dijelaskan di tempat ini, yaitu :
a. Daerah bermorfologi pedataran
Terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai ini merupakan
sungai utama yang mengalir dari utara ke selatan mengerosi batuan melange
tektonik,melange sedimenter, sedimen Tersier (F. Panosogan. F. Waturanda,
F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung, morfologi pedataran ini terletak
pada inti antiklin sehingga tidak mengherankan apabila di daerah ini tersingkap
batuan melange yang berumur tua, terdiri atas konglomerat, lava bantal, rijang,
lempung merah, chert dan batugamping fusulina. Bongkah batuan tersebut
tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay).
2. Morfologi perbukitan
Disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan sedimen
Tersier dan batuan volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh melange
tektonik dan intrusi batuan beku umumnya membentuk morfologi perbukitan
dimana puncak perbukitannya
Terpotong-potong (tidak menerus/terpisah-pisah). Hal ini disebabkan
karena masing-masing tubuh bukit tersebut (kecuali intrusi) merupakan suatu
blok batuan yang satu sama lainnya saling terpisah yang tertanam dalam masa
dasar lempung bersisik (Scally clay). Morfologi perbukitan dimana batuan
penyusunnya terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter
nampak bahwa puncak perbukitannya menerus dan relatif teratur sesuai dengan
sumbu lipatannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
bentuk perbukitan antara batuan melange dengan batuan sedimen
Tersier/volkanik.
Satuan morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu di bagian
selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung Paras, di bagian
timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang memanjang dan
melingkar menyerupai tapal kuda membentuk amphiteatre. Di bagian utara
sampai selatan merupakan rangkaian pegunungan seperti Gunung
Paras, Dliwang, Perahu, dan Waturondo. Setelah dilakukan interpretasi proses
pembalikan topografi, secara detail, bentuk bentang alam dari Gunung Paras
ke selatan sampai Gunung Waturondo, direkonstruksi awalnya merupakan
antikline pada lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya, dan
Bukit Bujil sebagai pilarnya. Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung paras
dengan struktur sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan Sedimentasi
Breksi Volkanik. Selain itu juga, terdapat bukit- bukit seperti Bukit
Pesanggrahan, Bukit Bujil, dan Bukit Jati Bungkus.
Satuan daerah perbukitan ini, tampak bergelombang lemah dan
terisolir pada pandang luas cekungan morfologi amphiteatre. Batuan yang
mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik yang tersebar dari Gunung
Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya yang terlihat pada puncak
Gunung Paras ke arah timur.
3. Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange (Campur Aduk Batuan)
Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang
dengan DAS Sungai Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian
Gunung Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak
Gunung wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang
dengan perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di
daerah ini juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit
prismatic hasil proses tektonik.
4. Lajur Pegunungan Serayu Selatan
Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian
dari Lajur Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas
dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur
yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini
berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April
hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada
Maret-April dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah
agak berkurang, karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan
untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan pinus)

BAB III
METODELOGI

Adapun metode-metode yang dilakukan


3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
1. Alat tulis
2. Pensil warna
3. Penggaris
3.1.2 Bahan
1. Peta topografi Karangsambung
2. Kertas milimeterblok 1 buah
3. Kertas transparan atau kalkir A3 2 buah

3.2 Cara Kerja


1. Persiapkan alat dan bahan
2. Beri garis tepi pada kalkir
3. Tumpuk kertas kalkir diatas peta topografi diatas peta topografi
4. Deliniasi peta yang menunjukan daerah tinggi dan daerah dataran rendah
sesuaikan dengan kerapatan dan kerenggangan pada peta. Beri warna
ungu tua untuk kontur rapat danberi warna ungu muda untuk kontur
renggang
5. Deliniasi peta yang menunjukan sungai dan jalan. Beri warna biru untuk
sungai. Warnai biru lebih tebal untuk sungai besar
6. Sayatkan 5 zona pada masing-masing kontur rapat dan renggang. Pada
masing-masing sayatan terdapat 5 garis kontur
7. Hitung ketinggian daerah sebenarnya pada kesepuluh sayatan (d) yang
didapatkan dari ketinggian daerah pada peta (n)
8. Tentukan interval kontur
3.3 Diagram Alir
3.3.1 Kontur Rapat

Mulai

Siapkan alat
dan bahan

Tumpuk kertas kalkir


diatas peta

Jepit ujung sisi


kalkir dan peta
dengan penjepit
kertas
3.3.2 Kontur renggang

BAB IV
MORFOMETRI

BAB V
PEMBAHASAN

BAB VI
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai