Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sungai Siak merupakan sungai terdalam di Indonesia yang memiliki
karakteristik unik. Sungai ini panjangnya mencapai 345 km dengan debit aliran
berkisar antara 594-7859 m3/detik (antara tahun 1981-1992). Panjang Sungai Siak
yang dapat dilayari mencapai 200 km. Lebar Sungai Siak bervariasi dari 20-200 m
dan kedalaman antara 6-26 m, dengan penampang dasar berbentuk V. Saat ini debit
minimum Sungai Siak sekitar 45 m3/detik dan debit maksimum rata-rata 1700
m3/detik, sedangkan debit normal sebesar 200 m3/detik. Rasio debit musim
kemarau terhadap debit musim hujan dari waktu ke waktu menunjukkan
peningkatan, karena semakin rusaknya daerah tangkapan air yang disebabkan oleh
tingginya alih guna lahan hutan menjadi lahan perkebunan.
Sungai Siak merupakan salah satu sungai utama di Provinsi Riau. Sungai
ini menjadi sumber air yang sangat penting bagi berbagai keperluan masyarakat
yang tinggal di sekitarnya, baik untuk sumber air minum, keperluan rumah tangga,
perikanan, industri maupun transportasi. Selain itu Sungai Siak juga menjadi habitat
bagi berbagai biota air yang tinggal di dalamnya, yang merupakan sumber
keanekaragaman hayati. Disepanjang bantaran Sungai Siak terdapat 43 buah
dermaga, baik yang berskala besar maupun kecil, selain itu juga beberapa tempat
pendaratan kayu (logpond) serta pabrik pengolahan kelapa sawit, karet, lem, pulp
dan kertas maupun industri plywood, moulding, sawmill dan vulkanisir ban.
Intensitas pelayaran di Sungai Siak dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan
ukuran kapal dan kecepatan kapal yang bervariasi.
Sungai Siak mengalirnya secara gravitasi dari hulu ke hilir. Secara
alamiahnya sungai terutama pada bagian hilir, pada umumnya dipengaruhi oleh
pasang surut sungai. Proses mengalirnya aliran sungai secara gravitasi maupun
secara pasang surut, menyebabkan terjadinya dinamika aliran pada suatu
penampang badan air. Hal ini terkecuali pada lingkupan Sungai Siak,
kemampuanya untuk berbalik arah dari hilir ke hulu membuat sungai ini memiliki
dinamika pasang surut yang berbeda. Kondisi ini terjadi dengan selang waktu

1
selama 6 jam perharinya.
Hal ini membuat adanya dinamika aliran yang menimbulkan perubahan
kualitas dan kuantitas sungai secara signifikan. Semakin tinggi aktivitas domestik
dan industri disepanjang sungai, maka akan semakin signifikan terjadi perubahan
kualitas air. Sejalan dengan kegunaan dan fungsi sungai tersebut, maka diperlukan
suatu upaya untuk menjaga kuantitas, kontinuitas, dan kualitas dengan cara
pemantauan pada badan air secara terus menerus untuk beberapa parameter kunci
secara cepat yang mampu memberi tanda atau peringatan dini terhadap
ketidaknormalan yang terjadi, sehingga dapat dilakukan antisipasi secara tepat dan
cepat.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik dengan kehidupan yang ada
disekitar bantaran Sungai Siak yang sering berinteraksi dengan sungai serta
mengetahui pengelolaan sumber daya air terpadu dan berkelanjutan yang sudah
diterapkan di DAS Siak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana rasa kepedulian maysarakat dibantaran Sungai Siak tehadap
kebersihan lingkungan dan aliran sungai?
2. Bagaimana sistem pengelolaan sumber daya air terpadu dan berkelanjutan
yang sudah diterapkan di DAS Siak?
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi linkungan dan aliran Sungai Siak dengan bertanya
langsung pada masyarakat yang bermukim disekitar sungai
2. Mengetahui sistem pengelolaan sumber daya air terpadu dan berkelanjutan
yang sudah diterapkan di DAS Siak
3. Meninjau sumber air bersih yang digunakan masyarakat di sekitar DAS Siak
1.4 Manfaatan Kegiatan
1. Bagi Mahasiswa
- Merupakan suatu kegiatan peran aktif mahasiswa dalam berinteraksi
kepada masyarakat.
- Menumbuhkan sikap dan sifat solidaritas pada masyarakat

2
- Menambah pengetahuan dan inovasi terbaru tentang bagaimana sistem
pengolahan sumber daya air terpadu dan berkelanjutan, khususnya pada
DAS Siak.
2. Bagi Masyarakat
- Menyampaikan aspirasi tentang buruknya kualitas air Sungai Siak
- Memperoleh penjelasan tentang program pengelolaan sumber daya air
terpadu dan berkelanjutan oleh pemerintah yang berbasis masyarakat
3. Bagi Pemerintah
- Membantu pemerintah dalam mewujudkan pencapaian progaram MDGs
tujuan ke 7 sasaran ke 10 dan program PAMSIMAS.

3
BAB II
KONDISI EKSISTING

2.1 Gambaran Wilayah Daerah Aliran Sungai


Daerah ini menjadi sasaran khusus dikarenakan daerah ini terletak di
sepanjang bantaran Sungai Siak, yaitu wilayah yang berada disekitarJembatan Siak
I. Wilayah ini merupakan wilayah dengan tingkat penduduk yang tinggi tanpa
dilengkapi dengan sanitasi yang baik. Banyaknya penduduk yang bermukim disini
sampai memenuhi bibir sungai. Sungai Siak memiliki 3 anak sungai utama, yaitu
Sungai Tapung Kiri dan Sungai Tapung Kanan yang keduanya menjadi upstream
Sungai Siak, serta Sungai Mandau. Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak merupakan
salah satu dari 4 sungai besar di Provinsi Riau, yang seluruh wilayah DAS nya
berada di Provinsi Riau. DAS Siak adalah DAS yang bertipe rawa dengan tanah
gambut. Warna air DAS Siak coklat kehitaman dengan nilai pH 4,6-6,7. Luas total
catchment area mencapai 1.132.776,05 ha.
Berdasarkan wilayah administratif DAS Siak meliputi 5 kabupaten yaitu
Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak dan
Kabupaten Bengkalis. Di bagian hulu DAS Siak tata guna lahan berupa perkebunan
sawit dan perkebunan karet, sedangkan di bagian tengah dimanfaatkan untuk
industri dan perkebunan rakyat.
Pencemaran sungai siak sulit diidentifikasi karena salah satu karakteristik
sungai siak adalah pasang surut yang terjadi 6 jam sekali. Limbah cair industri,
saluran drainase kota, kamar mandi masyarakat tanpa septictank dan sampah
pemukiman penduduk sekitar dibuang ke Sungai Siak. Hal ini yang menjadi inti
masalah dari menurunnya kualitas air sungai siak.
Sungai siak dilengkapi dengan pintu air untuk mangatur debit air ketika
meluap. Namun, kondisi pintu air yang dipenuhi sampah membuat pintu air tersebut
tidak berfungsi dengan baik sehingga setiap tahun apabila air sungai siak meluap
akan mengakibatkan banjir. Banjir terbesar terjadi pada tahun 2008 yang
berlangsung hingga 4 hari.
2.2 Penduduk
2.2.1 Tingkat Pendidikan

4
Dari survey yang telah dilakukan, rata-rata tingkat pendidikan warga sekitar
sungai siak paling tinggi adalah lulusan SMA. Tingkat pendidikan yang rendah
berkaitan dengan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. Fokus pada
penyediaan air bersih masyarakat hanya menerima dan meminta bantuan sumur
artesis dari pemerintah tanpa pernah berpikir untuk melakukan pengolahan air
bersih secara mandiri. Sulitnya pendistribusian air bersih dengan perpipaan karena
sebagian besar rumah tidak dilengkapi kamar mandi dan jika ada maka kamar
mandi tersebut sudah tidak bisa difungsikan.
2.2.2 Pekerjaan dan Perekonomian
Pekerjaan masyarakat yang bermukim di sepanjang DAS siak bermacam-
macam, yaitu wiraswasta, tukang kara, nelayan, PNS, Ibu Rumah Tangga, dan lain-
lain. Dominasi pekerjaan masayarakat disekitar DAS siak adalah wiraswasta
dengan penghasilan berkisar 500.000 rupiah sampai 2.000.000 rupiah.
Masyarakat dengan penghasilan 2.000.000 rupiah sanggup untuk membeli
air kemasan dan membayar air PDAM sehingga mereka jarang berinteraksi dengan
sungai bahkan tidak pernah sama sekali. Untuk masyarakat yang berpenghasilan
lebih rendah tidak mampu untuk membeli air kemasan maupun membayar air
PDAM sehingga mereka harus melakukan MCK di sungai dan mengangkat air dari
sumur artesis ke rumah untuk kebutuhan domestik.
2.2.3 Kesadaran Sosial
Kesadaran masyarakat terhadap buruknya kualitas air sungai siak sangat
tinggi sehingga tidak ada masyarakat yang menggunakan air sungai siak untuk
dikonsumsi. Masyarakat masih menggunakan air sungai siak hanya untuk kegiatan
MCK di WC umum yang dibangun masyarakat diatas sungai dan mencuci pakaian.
Namun, kesadaran sosial masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya air
terpadu dan berkelanjutan masih rendah. Masyarakat seolah telah dimanjakan oleh
adanya bantuan sumur artesis dari pemerintah, penyedaian air oleh PDAM dan air
kemasan. Padahal ketiga sumber air bersih diatas bisa dianggap sebagai sumber air
bersih yang berkelanjutan bagi kebanyakan orang. Sumur artesis semakin lama
alirannya semakin kecil dan akan mati. Air PDAM yang didistribusikan ke
masyarakat tidak selamanya bersih dan hanyan masyarakat dengan penghasilan
tertentu yang bisa membeli air kemasan.

5
Budaya gotong royong sudah punah dari masyarakat yang bermukim di
sekitar DAS siak. Tidak ada gerakan untuk membersihkan lingkungan atau jika ada
sedikit masyarakat yang mau berpartisipasi. Tetapi masih ada individu yang mau
meluangkan waktu untuk membersihkan sungai.
Peran perempuan sangat dominan dalam penyedian air bersih dirumah
untuk kegiatan domestik, walaupun ada juga laki-laki yang mau ringan tangan
membantu mangangkat air dari sumur artesis kerumah.
2.2.4 Kesehatan
Secara garis besar sungai siak tidak mendatangkan penyakit bagi
masyarakat yang bermukim disekitarnya sehingga masyarakay merasa tidak
terganggua dengan kualitas air sungai yang butuk. Penyakit yang paling sering
adalah gatal-gatal pada saat baru selesai hujan. Sebab ketika hujan turun air sungai
siak semakin kotor dikarenakan air dari daratan terbawa mengalir ke sungai jadi
sering terlihat ulat dari sampah-sampah ikut mengotori sungai.
Selain air sungai, biota sungai juga mengancam kesehatan masyarakat.
Ular-ular air dan biawak tidak jarang ditemui masyarakat naik kedaratan. Ketika
masyarakat, khususnya perempuan mandi disungai sering diserang oleh lintah
bahkan ada yang sampai masuk ke tubuh korban.
2.3 Sarana dan Prasarana
Pemerintah memiliki peran dalam penyediaan air bersih dengan membuat
sumur bor artesis berkedalaman 300m dari permukaan tanah. Setiap RT tersedia
satu sampai dua sumur. Terdapat beberapa sumur yang telah mati tetapi pemerintah
tetap memberi bantuan dengan membuat sumur baru. Sumur-sumur ini dibuat
berdasarkan proposal yang diajukan oleh RW setempat.
Selain sumur artesis, pendistribusian PAM ke masyarakat sudah baik,
meskipun sesekali dijumpai air yang masih keruh sehingga masyarakat juga tidak
dapat menggunakan air PAM tersebut. Namun, sangat disayangkan air PAM ini
hanya bisa dinikmati oleh mereka yang mampu membayar. Tagihan air PAM
perbulan berkisar 60.000 rupiah. Selain itu, air PAM tidak terdistribusi kerumah-
rumah yang tidak tersedia kamar mandi. Sebenarnya ada penampungan PAM yang
dibuat didepan rumah tetapi sudah beralih fungsi menjadi tempat sampah karena air
PAM diputus akibat tidak mampu membayar.

6
Didaerah sekitar DAS Siak ini tidak tersedia sarana pembuangan sampah
yang seharusnya. Dinas kebersihan juga hanya mengumpulkan sampah dari daerah
yang masih dekat dengan jalan protokol, sedangkan kawasan yang sudah berada
dekat dengan sungai tidak terlayani. Tidak memadainya sarana ini menyebabkan
masyarakat masih membakar sampah dan/atau yang lebih sering membuang sampah
kesungai.
Disekitar DAS Siak ini terdapat kegiatan PPM Mandiri yang berkontribusi
terhadap infrastruktur desa, seperti pembuatan sumur bor artesis, pembuatan jalan,
dan unit-unit fasilitas umum desa. Selain itu PPM Mandiri juga menggalakkan
ekonomi berbsaih masyarakat dengan pinjaman modal yang berbunga rendah.
Tidak pernah dilakukan sosialisasi dan musyawarah oleh badan-badan
instansi pemerintah mengenai daerah aliran sungai, program-program penyaluran
air bersih dan sanitasi. Sosialisi yang pernah dilakukan mengenani banjir oleh dinas
kesehatan provinsi riau. Menurut masyarakat setempat, Badan Lingkungan Hidup
tidak pernah sekalipun turun ke daerah aliran sungai siak untuk meliahat dan
menganalisis kondisi tetapi BLH selalu membuat keputusan yang tidak rasional.

7
BAB III
ANALISIS MASALAH

Masalah sumber daya air sangat berkaitan dengan kondisi sumber daya air,
ketersediaan dan kinerja sarana dan prasarana, kelembagaan pemerintah yang
menangani pengelolaan sumber daya air, perilaku masyarakat pengguna sumber
daya air, kondisi dan penggunaan ruang di daerah aliran sungai serta ketersediaan
peraturan sebagai pedoman.
Analisis masalah dilakukan berdasarkan 5 konsep pengelolaan sumber daya
air terpadu dan berkelanjutan, sebagai berikut:
Teknis
Secara teknis pengelolaan sumber daya air yang telah dikembangkan adalan
PDAM. Namun, PDAM ini juga belum efektif karena tidak bisa melayani
air bersih untuk seluruh masyarakat. Hanya masyarakat tertentu yang bisa
menikmati air bersih dari PDAM
Ekonomi
Masyarakat didominasi oleh tingkat perekonomian menengah kebawah
yang tidak semuanya mampu membayar PDAM atau membeli air kemasan
Kelembagaan
Tidak ada lembaga pemerintah yang melakukan sosialisasi dan musyawarah
mufakat dengan masyarakat untuk bersama-masa mencari solusi terhadap
keberlanjutan sumber daya air. Pihak pemerintah hanya memberi bantuan
sumur artesis kepada masyarakat, padahal sumur artesis ini akan mati.
Sosial
Kurangnya kerjasama antar masyrakat dalam mengelola lingkungan dan
sumber daya air. Kehidupan individual lebih jelas terlihat dan hanya
individu yang peduli saja yang mau turun tangan dalam memnajaga
kelestarian lingkungan.
Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi kualitas air. Apabila lingkungan bersih,
maka air pun akan bersih. Namun, yang terlihat bahwa lingkunga kotor dan
banyak sampah yang berserakan, tidak adanya drainase yang memadai dan

8
kamar mandi yang tidak dilengkapi dengan septictank langsung
menyalurkan air buangannya ke sungai menyebabkan kualitas air sungai
yang semakin menurun.

9
BAB IV
IDE KREATIVE DAN INOVATIF

Kompleksitas permasalahan SDA membutuhkan upaya pemecahan dan


antisipasi yang tidak mungkin hanya dapat dilakukan oleh pemerintah saja tetapi
harus mendapat respons semua pihak baik sebagai individu maupun kelompok atau
badan hukum termasuk unsur legislatif. Area permasalahan dan pemecahannya
harus dilihat secara menyeluruh dan melibatkan peran sebanyak-banyaknya pihak
yang terkait.
Pengelolaan terpadu merupakan proses menerus yang tak boleh terhenti.
Setiap proses harus memiliki target capaian berdasarkan tahapan yang jelas. Setiap
tahapan proses yang dirancang harus dapat dinilai akuntabilitasnya.
Keberhasilannya perlu terukur melalui tiga kriteria utama, yaitu:
a. Efisiensi ekonomi. Didepan mata, permintaan jasa pelayanan air kian
meningkat, sementara itu di berbagai tempat terjadi kelangkaan atau
keterbatasan air yang bersih dan sumber daya finansial. Dalam situasi
seperti itu, efisiensi ekonomi dalam pendayagunaan SDA harus menjadi
perhatian.
b. Keadilan. Air adalah salah satu kebutuhan dasar yang mutlak diperlukan
oleh setiap orang, karena itu akses untuk memperoleh air yang bersih perlu
diupayakan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup
yang sehat dan produktif.
c. Keberlanjutan fungsi lingkungan hidup. Pendayagunaan SDA tidak hanya
mengejar kepentingan ekonomi jangka pendek, tetapi harus
memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang, karena itu setiap
upaya pendayagunaannya harus diimbangi dengan upaya konservasi yang
memadai.

Pihak pihak yang terkait dalam sistem pengolahan sumber daya air
diantaranya,
a. Pemerintah

10
Kondisi yang ada di sepanjang bantran Sungai Siak menjadi peratian
khusus pemerntah pusat terutama sekali ialah pemerintah daerah mengenai
kondisi yang Sungai Siak yang ada. Permasalahan yang ditimbulkan dari
kondisi ini adalah ketidak terjangakaunya air bersih bagi masyarakat, maka
dari itu suatu komitmen sesuai dengan tujuan MGDs ke 7 dengan sasaran
ke 10 dengan intinya menyebutkan bahwa sekitar 50% akan terpenuhinya
kebutuhan air bersih oleh masyarakat. Hak ini merupakan komitmen dari
pemerintah terhadap keberlangsungan hidup masyarakat.
UU No.7 Tahun 2004 telah mengamanatkan bahwa wewenang dan
tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan SDA didasarkan pada letak
wilayah sungai (WS). SDA yang terletak pada WS dalam satu
kabupaten/kota menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota, SDA
yang terletak pada WS lintas kab/kota dalam satu provinsi menjadi
tanggung jawab provinsi, sedangkan SDA yang terletak pada WS lintas
provinsi atau WS lintas negara atau WS strategis nasional menjadi tanggung
jawab pemerintah pusat. Tanggung jawab ini menyangkut tanggung jawab
pengelolaan dan tanggung jawab pembiayaan. Lingkup pengelolaan SDA
sebagaimana dimaksud dalam UU No.7 Tahun 2004 memiliki pengertian
yang luas yaitu: upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi SDA, pendayagunaan SDA, dan
pengendalian daya rusak air. Beberapa upaya atau kegiatan yang dilakukan
diantaranya,

Pembuatan sumur bor atau sumur artesis


Sumur artesis adalah sumur yang bertekanan tinggi
karena dia terjebak dalam batuan yang memiliki tekanan,
sehingga ketika di lakukan pengeboran, air bisa naik sendiri
tanpa harus di pompa. karena tekanannya cukup tinggi untuk
menyembur sampai ke permukaan. Dari fakta sekarang ini dan
kondisi alami dari lingkungan yang terdapat di sepanjang
bantaran Sungai Siak terdapat kondisi dimana air baku ini
merupakan sala satu bentuk komitmen yang dilakukan oleh

11
pemerintah dalam menangani krisis air. Sumur ini merupakan
sumur dengan dengan kedalaman air berkisar antar 270-300
meter. Sumur ini menjadi primadona bagi masyarakat sekitar.
Dari segi kualitas dan kuantitas air ini dapat dikategorikan layak
untuk dikonsumsi, namun kondisi ini belum bisa menjamin
akan menjadi sumber yang berkelanjutan dan akan ada juga di
kemudian harinya, maka dari itu dilakukan juga kegiatan-
kegiatan yang menitik beratkan terhadap perubaha kualitas
sungai.

Normalisasi Sungai
Merupakan salah satu kegiatan dengan
menonaktifkan segala aktifitas yang berhubungan dengan
Sungai Siak. Dari pemanfaatan sumur artesis diharapkan
sebagai sir pengganti Sungai Siak. Namun ada beberapa
permasalahan yang harus juga dicarikan solusi terhadap
penormalisasian Sungai Siak dengan beberapa cara, diantaranya
untuk masyarakat dengan mayoritas menggunakan Sungai Siak
untuk segala aktifitas maka akan di lakukan suatu usaha
preventif. Membuat wc umum, dengan memanfaatkan sumur
artesis sebagai pengganti air Sungai Siak dan wc umum
merupakan prasarana pengganti Sungai Siak itu sendiri.
Bebeapa hal yang pertama kali dilakukan adalah melakukan
kegiatan sosialisasi kepada masyarakat yang ada di sepanjang
bantaran Sungai Siak.
Hal ini menjadi perhatian khusus yang harus dilakukan
agar tidak terjadinya kesalah pahaman diantara segaka pihak.
Semua ini dapat dicontoh dari kegiatan normalisasi Sungai
Citarum. Kegatan ini juga di khususkan pada industri-industri
dan segala aktifitas yang memanfaatkan Sungai Siak sebaigai
sarana dan prasarana penunjang aktifitas. Dari kegiatan ini

12
langkah kedepan yang dapat dilakukan berupa program
Konservasi SDA, diarahkan untuk:
- Meningkatkan, memulihkan dan mempertahankan
daya dukung, daya tampung, dan fungsi SDA untuk
menjamin ketersediaan air.
- Memulihkan dan mempertahankan kualitas air.
- Menerapkan prinsip pencemar membayar sebagai
instrumen untuk mendorong pengendalian pencemaran
air dan meningkatkan pengelolaan kualitas air.

Alternatif Konvensional
Pada kegiatan ini telah menjurus kepada sistem
pengolahan apa saja yang dapat digunakan jika pemnafaatan air
Sungai Siak yang akan menjadi sumber utama dikarenakan dari
segala aktifitas pemanfaatan menggunakan sumur artesis tidak
akan jadi pemanfaatan yang bersifat kontiunitas. Untuk hal
tersbut masyakat tidak dapat memungkiri akan adanya
pemanfaatan air Sungai Siak yang akan dijadikan sebgai sumber
air utama. Oleh karena itu pengolahan yang dilakukan ialah
dengan melakukan berbagai macam kegiatan diantaranya
dengan pemanfaatan sistem penyaringan serta adanya aktifitas
adsorbsi sebagai pelengkap dengan memanfaatkan segala yang
ada pada lingkungan tersebut, dengan kata lain membuat
teknologi pengolahan tepat guna. Membuat penampungan air
hujan di bak-bak penmapungan, dilengkapi dengan
keberlanjutan sistem untuk akhirnya air tesebut dapat menjadi
sumber pengganti air Sungai Siak.

b. Team manajemen
Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan SDA adalah menanamkan pemahaman terhadap konsepsi
IWRM kepada semua pihak yang terkait untuk dimengerti. Dengan

13
membentuk sistem koordinasi dengan tugas pokok menyusun dan
merumuskan kebijakan. Wadah koordinasi beranggotakan unsur
pemerintah dan unsur nonpemerintah dalam jumlah yang seimbang atas
dasar prinsip keterwakilan, serta strategi pengelolaan Keterpaduan
pengelolaan sumber daya air mencakup dua komponen besar yaitu sistem
alami dan non alami. Keterpaduan pada komponen pengelolaan sistem
alami, mencakup:
a. Kawasan hulu dengan kawasan hilir.
b. Kuantitas air dengan kualitas air.
c. Air hujan dengan air permukaan, dan air bawah tanah.
d. Penggunaan lahan (land use) dengan pendayagunaan air (water use)

Sedangkan keterpaduan pada komponen pengelolaan sistem non alami,


sekurang-kurangnya mencakup:
1) Keterpaduan antar sektor yang terkait dalam perumusan kebijakan,
dan program di tingkat pusat dan daerah, Keterpaduan dalam aspek
ini diperlukan untuk menyelaraskan kebijakan pembangunan
ekonomi dengan kebijakan pembangunan sosial serta lingkungan
hidup.
2) Keterpaduan antar semua pihak yang terkait (stakeholder) dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan. Keterpaduan dalam aspek
ini merupakan elemen penting dalam menjaga keseimbangan dan
keberlanjutan pendayagunaan air. Saat ini masing-masing pihak
yang terkait masih menempatkan prioritas kepentingan yang
berbeda-beda, bahkan seringkali bertentangan satu sama lain. Dalam
kaitan ini perlu dikembangkan instrumen operasional untuk
menggalang sinergi dan penyelesaian konflik.
3) Keterpaduan antar wilayah administrasi baik secara horisontal
maupun vertikal. Dalam aspek ini tidak saja perlu ada kejelasan
tentang pembagian wewenang dan tanggung jawab pengelolaan,
tetapi perlu juga dikembangkan pola kerjasama antar daerah atas
dasar saling menggantungkan dan saling menguntungkan.

14
Langkah langakah dari terlaksananya suatu keterpaduan pelaksanaan sistem
alami dan non alamiah tersebut diantaranya
Merencanakan
Dalam perencanaan yang sesuai dengan kondisi
lingkungan yang ada, baik ilmu pengetahuan berupa seumber
daya alam dan ekonomi yang sebagai faktor signifikan
mengenai apa-apa saja yang sesuai dengan konsdisi yang ada.
Kebijakan dan strategi pengelolaan sumber daya alam (natural
resources) hanya dapat terlaksana secara efektif dan mencapai
hasil yang optimal apabila dalam perencanaannya senantiasa
berpatokan pada tiga pertimbangan yaitu:
(i) sifat dan ciri khas kodrati SDA itu sendiri,
(ii) disiplin teknologi di bidang SDA, dan
(iii) society khususnya yang berkaitan dengan acceptance
(bisa diterima atau tidaknya oleh masyarakat).

Keberadaan sumber daya air mengikuti siklus yang tidak


pernah berhenti. Siklus tersebut kemudian dinamai siklus
hidrologi. Berdasarkan fakta tersebut, maka teknologi
pengelolaannyapun tidak terlepas dari sifat kodrati SDA.
Karena itu lingkup wilayah pengelolaan SDA harus berdasarkan
wilayah hidrografis yang kemudian dikenal dengan sebutan
Daerah Aliran Sungai (DAS). Keberadaan sebuah DAS ada
yang sepenuhnya berada dalam satu wilayah kabupaten/kota,
bisa juga lintas kab/kota ataupun lintas provinsi dan lintas
negara. Kategori dari perencanaan ini menjadi suatu ancangan
yang bersifat terus-menerus. Seprti halnya sistem pengolahan
air tepat guna yang mana disesuaikan dengan kondisi
lingkungan serta akan bersifat kontiniu.
Melaksanakan
Hasil perencanaan konsep yang akan diterapkan pada
pengolahan air tepat guna ini, beroperasi secara terus-menerus

15
dengan kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan perorang
perharinya yaitu sekitar 100-150 liter. Sebelum pengoperasian
teknologi ini, akan ada suatu kegiatan pengenalan dan
sosialiasasi bersifat audio visual dengan menunjukan seistem
kerja teknologi tersebut serta apa-apa saja yang diperlukan
dalam pendayagunaan alat tersebut.
Program Pendayagunaan SDA, diarahkan untuk:
- Menyediakan air yang memenuhi persyaratan kualitas
dan kuantitas sesuai dengan ruang dan waktu secara
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pokok
kehidupan sehari-hari sebagai prioritas.
- Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyediaan serta
penggunaan air irigasi dengan lebih mengutamakan
kegiatan operasi dan pemeliharaan, optimalisasi,
rehabilitasi, dan peningkatan kinerja sistem irigasi yang
ada daripada pembangunan baru.
- Mendorong pengembangan irigasi dan rawa dalam
rangka mendukung produktivitas usaha tani untuk
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
ketahanan pangan nasional dan mensejahterakan
masyarakat khususnya petani.
- Melaksanakan pendayagunaan SDA untuk mendukung
perkembangan ekonomi secara efektif dan efisien
dengan mempertimbangkan kepentingan antarsektor,
antarwilayah, dan dampak jangka panjang.
- Menerapkan prinsip penerima manfaat menanggung
biaya jasa pengelolaan SDA, kecuali untuk kebutuhan
pokok sehari-hari dan pertanian rakyat untuk mendorong
penghematan penggunaan air dan meningkatkan kinerja
pengelolaan SDA.
- Meningkatkan peran dunia usaha dalam pemanfaatan
SDA dengan tetap mengutamakan kepentingan publik.

16
Memantau
Melihat, serta mengkonsdisikan, bagaimana suatu teknologi
akan berjalan semaksimal mungkin. Selain itu hal-hal yang
dilakukan berupa penegcekan berkala dengan selang waktu
yang ditentukan. Tidak hanya itu, pengkondisian seperti semula
dikarenakan beberapa bahan dasar atau alat yang memerlukan
perawatan atau pergantian atau hanya sekedar pembersihan saja.
Kegiatan pemantauan ini dilakukan oleh mereka yang
berpengalam dan mengerti dengan konsep teknologi yang akan
di laksnakan

Mengevaluasi
Hasil yang diterima berupa kepuasan atau tidaknya pengolahan
yang ada. Evaluasi teknologi ini berjalan dengan kurun yang
ditentukan dan di sepakati sebelumnya pada perencanaan
teknologi yang sesuai dengan lingkungan dan kondisi
masyarakat. Hasil yang ada dapat berupa gambaran-gambaran
hasil pemantauan yang dilaksanakan secara berkala. Teknologi
tepat guna ini akan dinyatakan sukses apabila kecakupan serta
keberlanjutan dari pengolahan ini berjalan sesuai mestinya dan
terkendali.

c. Kesadaran masyarakat
Banyak faktor yang melatar belakangi makhluk hidup dikategorikan
indvisualisme, dengan kondisi sekarang ini. Apabila dilihat dari fakta
lingkungan yang berada di wilayah sepanjang bantaran Sungai Siak dapat
dilihat bahwa mereka dengan kecukupanya tidak akan peduli dengan yang
ada disekitarnya termasuk halnya lingkungan. Beberapa faktor diantaranya
Pendidikan
Faktor utama wilayah tersebut dikatakan maju atau tidak
dapat terlihat dari faktor utama ini. Kualitas pendidikan yang

17
rendah, dengan rata-rata penduduknya merupakan penduduk
yang hanya bersekolah di sekolah rakyat dan tidak meanjutkan
ke jenjang berikutnya membuat salah satu faktor seperti
lingkungan yang ada di didaerah tersebut sangatlah jauh
dihapkan dibandingkan dengan lingkungan yang lainya.
Rendahnya pendidikan di sekitar Bantaran Sungai Siak menjadi
faktor utama yang membuat permasalahan berupa kualitas air
yang sangat disepelekan. Kaegori dengan penduduk asli daerah
setempat tidak membuat suatu upaya preventif mencoba
mengendalikan dan menjadikan sumber air yang ada dapat
teraga hingga dapat dimanfaatkan sekarang maupun yang akan
datang. Rendahnya pendidikan membuat tidak adanya suatu
upaya lanjutan seperti pengolahan air dengan memanfaatkan
apa-apa saja yang ada pada daerah tersebut. Maka dari itu
dilakukan suatu upaya pembenahan dan penyadaran akan
pentingnya pendidikan pada kehidupan anak-anak dikemudian
hari. Karena suatu daerah akan dikatakan maju bukan karena
pemimpinya namun bagaimana masyarakatnya dapat
menjalankan segala aktifitas dengan ilmu dan praktek yang ada.
Dari hal tersebutlah diyakini kualitas air Sungai Siak yang ada
sekaran dapat terjaga. Maka dari itu dilakukan konsep
peningkatan pendidikan oleh pemerintah serta adanya
penunjang dari dinas atau kelembagaan terkait mengenai
standar pendidikan yang akan diterapkan disuatu negara dengan
masing-masing wilayah.
Pekerjaan
Faktor yang akan diperoleh dengan pendidikan yang
tinggi. Ini terbukti dengan hampir mayoritas penduduk yang
berada di wilayah tersebut bermata pencahariaan sebagai
nelayan dan wiraswasta. Hal ini terbukti dengan masyarakat
yang membuka warung-warung banyaknya perahu-perahu
nelayan yang menepi di sepanjang pantai. Namun dengan

18
kondisi Sungai Siak sekarang membuat salah satu dari pekrjaan
tersebut terhenti. Buruknya kualitas Sungai Siak membuat
sedikitnya makhluk hidup yang hidup di air. Akibat dari hal
tersebut timbulah pengangguran dan membuat kondisi
lingkungan menadi buruk. Rendah pendidikan tidak ada
pekerjaan membuat masyarakat menjadi memeiliki sifat
konsumtif dan menunggu perubahan dari masyarakat. Namun
dengan adanya perubahan sistem yang di latarbelakangi oleh
pendidikan membuat jaminan mutu kehidupan melalui
pekerjaan dapat terpenuhi. Hal ini membuat elangsungan SDA
akan sesuai dengan selayaknya. Baik konstribusi mauoun
konsumsinya.
Perekonomian
Kelangsungan pengelolaan SDA membutuhkan
dukungan pendanaan yang konsisten dan menerus. UU No.7
Tahun 2004 mengamanatkan bahwa sumber pembiayaan
pengelolaan SDA dapat berasal dari:
i. anggaran pemerintah;
ii. anggaran swasta; dan
iii. hasil penerimaan Biaya Jasa Pengelolaan SDA.
Anggaran pemerintah yang bersumber dari APBN atau
APBD diprioritaskan untukmenutup kebutuhan biaya
pengelolaan yang bersifat melaksanakan fungsi sosial,
kesejahteraan umum dan keamanan. Sumber pendanaan dari
anggaran swasta di bidang SDA pada umumnya hanya terbatas
pada investasi pembangunan prasarana dan sarana yang bersifat
cost recovery misalnya pembangunan PLTA, dan pembangunan
sistem penyediaan air minum. Sumber pendanaan yang berasal
dari hasil penerimaan Biaya Jasa Pengelolaan SDA (BJP-SDA)
menurut UU No.7 Tahun 2004 boleh dibebankan kepada
penerima manfaat jasa pengelolaan SDA misalnya pengguna air
Kesadaran sosial

19
Program Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat,
Swasta, dan
Pemerintah, diarahkan untuk:
- Meningkatkan prakarsa dan peran masyarakat secara
terencana dan sistematis dalam pengelolaan SDA.
- Meningkatkan peran dan tanggung jawab swasta untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan SDA.
- Meningkatkan kinerja lembaga pemerintah dalam
pengelolaan SDA melalui penyesuaian dan
penyempurnaan kelembagaan, peningkatan kualitas
sumber daya manusia sesuai standar kompetensi, dan
peningkatan sistem koordinasi antar lembaga pemerintah.
- Mengoptimalkan peran wadah koordinasi dan konsultasi
para pemilik kepentingan dalam rangka pengelolaan SDA
yang berdasarkan asas transparansi, keadilan, pelestarian,
keterpaduan, dan akuntabilitas.Program Keterbukaan dan
Ketersediaan Data/Informasi SDA, agar diarahkan untuk:
- Menyediakan data dan informasi
Hal ini yang menjadi tolak ukur semua faktor diatas, selain
dengan kerjasama di tiap element. Faktor terpenting ialah
kualitas dari masyarakat terhadap lingkunganya. Dikarenakan
kurangnya pendidikan bergitu jga tidak ada pekerjaan dan
perekonomianpun rendah membuat masyarakat lebih cenderung
bersifat individualism dan konsumtif. Hal ini dapat terlihat dari
lingkuangan yang ada di sepanjang bantaran Sungai Siak.
Sampah berserakan, MCK disungai, dan segala aktifitas
termasuk mencari kebutuhan disungai. Namun dari sekian
banyak hal tidak ada satupun upaya kepedulian terhadap
lingkungan. Upaya upaya perubahan yang minim nilah
membuat tidak adanya perubahan terhadap linkungan termasuk
dalam kategori perubahan kebiasaan dengan pemanfaatan air
bersih

20
21

Anda mungkin juga menyukai