Anda di halaman 1dari 21

PEMERIKSAAN LABORATORIUM (Hb dan Urine)

Mei 5, 2011 Disimpan dalam Kehamilan

1. Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin merupakan protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas ( daya gabung )
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah
merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan

2. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Saat ini pengukuran kadar hemoglobin dalam darah sudah menggunakan mesin otomatis.
Selain mengukur hemoglobin, mesin ini juga dapat mengukur beberapa komponen darah
yang lain.

Mesin pengukur akan memecah hemoglobin menjadi sebuah larutan. Hemoglobin dalam
larutan ini kemudian dipisahkan dari zat lain dengan menggunakan zat kimia yang bernama
sianida. Selanjutnya dengan penyinaran khusus, kadar hemoglobin diukur berdasarkan nilai
sinar yang berhasil diserap oleh hemoglobin.

Kadar Normal Hemoglobin

Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin
dalam 100 mililiter darah.

Nilai normal hemoglobin tergantung dari umur pasin :

Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl


Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
Anak anak : 11-13 gram/dl
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

Nilai diatas dapat berbeda pada masing masing laboratorium namun tidak akan terlalu jauh
dari nilai diatas. Ada pula laboratorium yang tidak membedakan antara lelaki atau perempuan
dewasa dengan lelaki atau perempuan tua.
Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :

1). Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.

2). Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sampel.

3). Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan


Pra instrumentasi :

Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas , pasien dan dokter. Hal ini
karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu / mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi:

1). Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.

2). Persiapan penderita.

3). Persiapan alat yang akan dipakai.

4). Cara pengambilan sampel.

5). Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi

1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir

Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh dokter dan dipindahkan
ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak
penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien.
Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat /
ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis / diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau
diperlukan pengobatan yang sedang diberikan.

Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi
hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.

2. Persiapan penderita

Puasa

Dua jam setelah makan sebanyak kira2 800 kalori akan mengakibatkan peningkatan volume
plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume
plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah
sel / ul darah.

Obat

Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya : asam folat,
Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil,
sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi
darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi
sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin
mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.

Waktu pengambilan

Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama pada pasien
rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari
sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi
khusus atas perintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu
berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut
pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi
serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan.
Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih
40-100 ug/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan
lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.

Posisi pengambilan

Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 % demikian pula


sebaliknya.

Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa
yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau
keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.

3. Persiapan alat

Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter
sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.

4. Cara pengambilan sampel


Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan
pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan
dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien
yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit
pengambilan darah karena vena akan konstriksi.

5. Penanganan awal sampel & transportasi

Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini.
Yang harus dilakukan :

Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya
memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya ( lunas ).

Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan.

Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah.

Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan.

Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas
darah, harus menggunakan suhu 4-8 C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi
hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit.

Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium.


Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa,
peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien. Pada urin
yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan
bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai
dengan waktu..

Apa artinya bila kadar hemoglobin rendah ?

Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak
penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan
sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan abnormalitas hemoglobin bawaan.

Apa artinya bila kadar hemoglobin tinggi ?


Kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran
tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor dan gangguan
sumsum tulang juga bisa meningkatkan kadar hemoglobin.

Pemeriksaan Hemoglobin

1. Prinsip

Hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan larutan HCl, lalu kadar
dari asam hematin ini diukur dengna membandingkan warna yang terjadi dengan warna
standar memakai mata biasa.

2. Tujuan

Menetapkan kadar hemoglobin dalam darah.

3. Alat yang digunakan

a. Hemoglobinometer ( hemometer ) Sahli yang tediri dari :

- Gelas berwarna sebagai warna standar.

- Tabung hemometer dengan pembagian skala putih 2 samapai dengan 22.

- Pengaduk

- Pipet Sahli yang merupakan kapiler dan mempunyai volume 20/ml.

- Pipet pasteur.

- Tissue / kain kasa / kapas.

b. Reagen

1. Larutan HCl 0,1 N.

1. Aquades

Cara Pemeriksaan

Tabung hemometer diisi dengan larutan HCl 0,1 N sampai tanda 2.


Hisaplah darah kapiler/vena dengan pipet Sahli sampai tepat pada tanda 20ml.Hapuslah
kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan kertas tissue secara hati-hati
jangan sampai darah dari dalam pipet berkurang.
Masukkan darah sebanyak 20ml ini ke dalam tabung yang berisi larutan HCl tadi tanpa
menimbulkan gelembung udara.
Bilas pipet sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan mengeluarkan HCl dari dalam
pipet secara berulang-ulang 3 kali
Tunggu 5 menit untuk pembentukan asam hematin.
Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi setetes sambil
diaduk dengan batang pengaduk dari gelas samapi didapat warna yang sama dengan
warna standar.
Minikus dari larutan dibaca.
Minikus adalah permukaan terendah dari larutan.

1. Catatan

Nilai Normal

Laki-laki : 14 18 gram/dl

Wanita : 12 16 gram/dl

Kesalahan yang sering terjadi :

1). Alat / reagen kurang sempurna yaitu :

- Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ml.

- Warna standar sering sudah pucat.

- Kadar larutan HCl sering tidak dikontrol.

2). Orang yang melakukan pemeriksaan :

- Pengambilan darah kurang baik.

- Papat gelembung penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah.

- Intensitas sinar / penerangan kurang.

- Pada waktu membaca hasil dipermukaan terdapat gelembung udara.


- Pipet tidak dibilas dengan HCl.

- Pengenceran tidak baik.

1. Pengertian Urin

Air seni alias air kencing atau urin adalah cairan sisa yang dilepaskan oleh ginjal, yang
kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui proses urinasi (berkemih). Ekskresi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring ginjal dan untuk menjaga
kestabilan cairan tubuh.

Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra. Komposisi urin terdiri dari air dengan bahan terlarut
berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial (jaringan penyokong).
Pengambilan Sampel Air Seni

Menurut Wachyuni dari bagian Mikrobiologi RSVP Fatmawati, Jakarta Selatan, aria
beberapa cara pengambilan sampel urin, yakni:

1). Urin sewaktu

Untuk berbagai pemeriksaan digunakan urin sewaktu, yakni urin dikeluarkan pada waktu
yang tidak ditentukan secara khusus. Pemeriksaan ini baik untuk pemeriksaan rutin tanpa
keluhan khusus.

2). Urin pagi

Maksudnya, urin yang pertama-tama dikeluarkan di pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini
lebih pekat daripada urin yang dikeluarkan di siang hari. Pemeriksaan urin pagi baik untuk
sedimen, berat jenis, protein, juga tes kehamilan. Sebaliknya, urin pagi tidak baik untuk
pemeriksaan penyaring karena adanya glukosuria.

3). Urin postprandial

Maksudnya, urin yang pertama kali dikeluarkan 1,5 3 jam sehabis makan. Sampel ini
berguna untuk pemeriksaan glukosuria.

4). Urin 24 jam


Sampel ini digunakan untuk mengetahui keandalan angka analisis. Untuk mengumpulkan
urin 24 jam diperlukan botol besar, bervolume 1,5 liter atau lebih yang ditutup dengan baik.
Botol harus bersih dan memerlukan zat pengawet.

5). Urin 3 gelas dan 2 gelas pada laki-laki

Urin jenis ini digunakan untuk pemeriksaan urologis. Selain itu, juga untuk mendapatkan
gambaran tentang letak radang atau lesi lain, yang mengakibatkan adanya nanah atau darah
dalam air kencing pria.
Apa yang berkaitan dengan warna urin?

Kuning

Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom. Zat warna abnormal: bilirubin.
Pengaruh obat-obat: santonin, riboflavin, atau pengaruh permen.
Indikasi penyakit: tidak ada (normal).

Hijau

Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan (indoxilsulfat). Pengaruh obat-obat:
methyleneblue, evans blue. Indikasi penyakit: obstruksi (penyumbatan usus kecil).

Merah

Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin. Zat warna abnormal: hemoglobin,
porfirin, porfobilin. Pengaruh obat-obat: santonin, amidopyrin, congored, atau juga zat warna
makanan. Indikasi penyakit: glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal), kanker kandung
kencing.

Cokelat

Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin. Zat warna abnormal: bilirubin, hematin,
porfobilin. Indikasi penyakit: hepatitis.

1. Cokelat tua atau hitam

Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan. Zat warna abnormal: darah tua, alkapton,
melamin. Pengaruh obat-obat: derivat fenol, argyrol. Indikasi penyakit: sindroma nefrotika
(penyakit ginjal).

2. Serupa susu
Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat, urat. Zat warna abnormal: pus, getah prostat,
chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein yang membeku. Indikasi penyakit: infeksi
saluran kencing, kebocoran kelenjar limfa

Pemeriksaan Protein dalam urin

1. Prinsip

Terjadi endapan protein jika direaksikan dengan asam ( asam sulfosalisilat )

2. Tujuan

Menantukan adanya protein dalam urin secara semi kuantitatif

Alat yang dip erlukan

- Tabung reaksi dan rak

- Pipet

- Spritus

Reagen

Asam sulfosalisilat 20 %

Cara Pemeriksaan

1. Tabung reaksi diisi dengan 2 ml urin.


2. Kemudian dipanaskan di atas lampu spiritus sampai mendidih berjarak 2-3 cm dari api
dan dipegang dengan posisi tangan dimiringkan untuk mencegah terpeciknya urin
apabila mendidih.
3. Setelah mendidih . Teteskan ke dalamnya 3 tetes asam cuka
4. Kemudian panaskan kembali urin yang telah dicampur tadi.
5. Amatilah sejenak. Bila terlihat gumpalan berarti hasilnya positif berarti keracunan
kehamilan, bila tidak ada gumpalan berarti hasilnya negatif berarti hasilnya baik.

DAFUS

Pearce C, Evelyn, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis , PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. 2002
Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas, Departemen Kesehatan, Jakarta, 2005

http://dulqueeny.wordpress.com/2011/05/05/pemeriksaan-laboratorium-hb-dan-urine/

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah
ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran
secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar.
Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung
indeks eritrosi. Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah
dari normal. Anemia bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran atau
jumlah eritrosit atau kandungan hemoglobin. Anemia yang paling umum ditemukan di
masyarakat adalah anemia gizi besi. Terjadinya anemia gizi besi ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari, penyerapan zat
besi dari makanan yang sangat rendah, adanya parasit dalam tubuh seperti cacing tambang
atau cacing pita, diare, kehilangan banyak darah akibat kecelakaan atau operasi karena
penyakit (Wirakusumah, 1999). Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah. Artinya, konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang
karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi
dalam darah. Semakin berat kurangnya kadar zat besi yang terjadi, akan semakin berat
anemia yang diderita. Anemia gizi besi berakibat buruk bagi penderita terutama bagi
golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui
serta pekerja terutama yang berpenghasilan rendah. Pada anak dan remaja yang terkena
anemia gizi akan terganggu 2 pertumbuhan fisik dan perkembangan. Selain itu, aktivitas
fisiknya juga akan menurun (Wirakusumah, 1999). Prevalensi anemia (< 12g/ dl) adalah
sebesar 27% ( remaja desa) dan 22% (remaja kota) pada saat tidak sedang menstruasi.
Sebanyak 24% (remaja desa) dan 27,8% (remaja kota) pada saat menstruasi. Data tersebut
menunjukkan bahwa kadar hemoglobin lebih tinggi pada remaja desa pada saat menstruasi,
sedangkan kadar hemoglobin lebih rendah pada remaja desa pada saat tidak sedang
menstruasi (Vasanthi et.al, 1991).
1.2. Tujuan

Untuk mengetahui kadar hemoglobin (Hb) darah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau eritrosit,
yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan
pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain
metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin. Metode Sahli tidak dianjurkan
karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak dapat distandardisasi, dan tidak semua
jenis hemoglobin dapat diukur, seperti sulfhemoglobin, methemoglobin dan
karboksihemoglobin. Dua metode yang lain (oksihemoglobin dan sianmethemoglobin) dapat
diterima dalam hemoglobinometri klinik. Namun, dari dua metode tersebut, metode
sianmethemoglobin adalah metode yang dianjurkan olehInternational Commitee for
Standardization in Hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga mempunyai
standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin dapat terukur, kecuali sulfhenoglobin.

Kadar hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin dan umur
seseorang.
Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah
Perempuan : 11.7 - 15.5 g/100 ml darah
Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah
Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah
Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah
Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah

2.2 Dasar Penetapan

Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah


darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran
secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar.
Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung
indeks eritrosit. Penetapan kadar Hb metode oksihemoglobin didasarkan atas pembentukan
oksihemoglobin setelah sampel darah ditambah larutan Natrium karbonat 0.1% atau
Ammonium hidroksida. Kadar Hb ditentukan dengan mengukur intensitas warna yang
terbentuk secara spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm. Metode ini tidak
dipengaruhi oleh kadar bilirubin tetapi standar oksihemoglobin tidak stabil. Metode
sianmethemoglin didasarkan pada pembentukan sianmethemoglobin yang intensitas
warnanya diukur secara fotometri. Reagen yang digunakan adalah larutan Drabkin yang
mengandung Kalium ferisianida (K3Fe[CN]6) dan kalium sianida (KCN). Ferisianida
mengubah besi pada hemoglobin dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin
yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu
sianmethemoglobin. Intensitas warna yang terbentuk diukur secara fotometri pada panjang
gelombang 540 nm. Selain K3Fe[CN]6 dan KCN, larutan Drabkin juga mengandung kalium
dihidrogen fosfat (KH2PO4) dan deterjen. Kalium dihidrogen fosfat berfungsi menstabilkan
pH dimana rekasi dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi
mempercepat hemolisis darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma.

Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah merah dan
memberi warna merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal bisa mengganggu
bentuk sel darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah melewati pembuluh darah.
beberapa kondisi yang berkaitan dengan jumlah SDM dan Hb yaitu :
1. Jumlah SDM normal tapi kadar Hb kurang karena ukuran SDM lebih kecil daripada normal
yang disebut anemia mikrositik.
2. Jumlah SDM normal tetapi kadar Hb kurang karena kadar Hb memang kuarang daripada
normal yang disebut anemia hipokromik.

Kadar hemoglobin dalam darah dapat ditentukan dengan berbagai macam cara atau
metode. Metode yang paling tepat adalah berdasarkan atas analisa kandungan besi atau
kapasitas peningkatan oksigen dari molekul tersebut. Sejumlah prosedur yang cepat telah
dikenbangkan berdasarkan pengamatan secara langsung pada warna darah dan menyamakan
dengan suatu standar buatan. Penetapan Hb metode sahli didasarkan atas pembentukan
hematin asam setelah darah ditambah drngan larutan HCL 0,1 N kemudian diemcerkan
dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokan warna larutan sampel
dengan warna batang gelas standar.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada hari jumat tanggal 16 desember 2011 dan pada pukul 13.20
WIB. Dan bertempat dilaboratorium MIPA IAIN Raden Fatah Palembang.

3.2. Alat dan Bahan


Alat : haemometer sahli, pipet sahli yang bersekala dari 0,02 ml (ketelitiannya 1%), standar
pasteur, batang pengaduk dari gelas, jarum suntik.

HCL 0,1 N, aquadest.

3.3. Cara Kerja


1. Masukkan kira-kira 5 tetes HCL 0,1 N ke dalam tabung pengencer hemometer.

2. Isaplah darah dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 0,02 ml.

3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.

4. Catatlah waktunya dan segerahlah alirkan darah dari pipet kedalam dasar tabung
pengenceran yang berisi HCL itu, hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.

5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCL yang jernih itu kedalam pipet 2 atau 3 kali
untik membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.

6. Campurkan isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa, warna campuran menjadi
coklat tua.

7. Tambahkam air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang standar harus dicapai 5
menit. Setelah saat darah dan HCL di campur dalam alat sahli. Dalam alat mempersamakan
warna hendaknya tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat.

8. Bacalah kadar hemoglobin dengan garam/100 ml darah (gr%)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

Nama Mahasiswa Kadar Hemoglobin Keterangan

M. Osen 10,4 Normal


Mussiah 6 Anemia

Sefti yanti 9 Anemia

Umi latifah 8 Anemia

4.2. Pembahasan

Pada kegiatan praktikum kali ini telah dilakukan beberapa uji sampel kepada beberapa
mahasiswa yang melakukan praktikum, tapi dari kegiatan yang telah dilakukan hasil yang
didapat adalah kebanyakan Hb dari tiap-tiap mahasiswa dibawah ambang batas Hb yang
menjadi standar pengukuran. Adapun beberapa hal yang menjadi sumber kesalahan, dari
praktikum yang telah kami lakukan ialah ialah: Tidak semua hemoglobin berubah menjadi
hematin asam seperti karboksihemoglobin, methemoglobin, sulfahemoglobin.
Kemampuan untuk membedakan warna tidak sama
Sumber cahaya yang kurang baik.
Kelelahan mata
Alat-alat kurang bersih

Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam


diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada
dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan
mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini
adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya
kekurangan hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam
keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk
mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor
lingkungan.
Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat
dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Pemeriksaan hemoglobin
dilakukan pengukuran dengan metode cyanmethemoglobin. Sebelumnya eritrosit dilisiskan
kemudian heme dioksidasi menjadi cyanmethemoglobin dan diukur dengan fotometer pada
panjang gelombang 540 nm.
Hemoglobin merupakan pigmen dari eritrosit yang sangat kompleks. Hemoglobin
merupakan persenyawaan antara protein, globin dan zat warna (heme). Keistimewaan dari
hemoglobin adalah dapat mengikat O2 dan CO2. Pada metode sahli, darah sengan larutan HCl
0,1 N akan membentuk hematin yang berwarna coklat. Setelah itu, warna disamakan dengan
warna standar sahli dengan menambahkan aquadest sebagai pengencer. Prinsip hemoglobin
diubah mejadi asam hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual
dengan standar dalam alat itu.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam


sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom
besi. Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung)
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah
merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan
(Evelyn, 2009). Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai
indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Hemoglobin adalah kompleks protein-
pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam
eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi
fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001).

Kadar hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin dan umur
seseorang.
Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah
Perempuan : 11.7 - 15.5 g/100 ml darah
Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah
Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah
Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah
Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah
Berdasarkan hasil percobaan, dalam penetapan kadar hemoglobin yang digunakan untuk
mendiagnosa anemia, diketahui bahwa metode hematin asam dengan termometer sahli dinilai
lebih besar tingkat ke akuratannya dibandingkan dengan metode tallquist. Hal tersebut terjadi
karena terdapat beberapa faktor, diantaranya adalah ketelitian praktikan yang cenderung lebih
besar saat menggunakan metode hemometer sahlia yang notabene memiliki skala yang lebih
baik
5.2. Saran

1. Pada saat penelitiaan sebaiknya siswa berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan.
2. Pada saat pengambilan darah sebaiknya darah yang diambil melalui pipet jangan sampai
teputus, dan harus sesuai dengan ukuran yang ada.
3. Dan pada saat pengambilan sampel hendaknya berhati-hati dalam melihat warna, karena
harus sama dengan tabung yang ada di dalam alat sahli haemometer.

DAFTAR PUSTAKA

Http://www.Aquvet.il2.Com

http:// www.hemoglobin.com

http:// www.wikipediagolongandarah.com

http:// www.wikipediahemoglobin.com

http:// www.blog-anatomi-com

Syarifah, Elfira Rosa. 2011: Panduan praktikum fisiologi hewan.Palembang

Syamsuri, Istamar. 2004: Erlangga Biologi XI. Jakarta.

http://ochenbiofisiologi.blogspot.com/2012/01/laporan-hemoglobin.html

Mengenal Penyakit Darah dari Pemeriksaan Hemoglobin dan Hapusan Darah Tepi
Guna membicarakan masalah penyakit yang berhubung- an dengan darah, perlu diingat
kembali tentang susunan darah (cairan, eritrosit, lekosit, trombosit) serta tempat pem-
bentukannya. Keadaan darah yang beredar mempunyai kaitan yang sulit yang menyangkut
banyak segi dari segi fisiologik yang normal dan patofisiologik
Sebagaimana diketahui, darah merupakan : alat pengangkut, sistem pertahanan dan
pengatur keseimbangan asam basa. Darah yang beredar dapat merupakan petunjuk keadaan
sehat atau sakit dan juga ramalan tentang kelestarian se- seorang.
Perubahan susunan kimiawi atau sel-sel darah dapat merupa- kan petunjuk adanya penyakit
darah, dapat pula sebagai petunjuk adanya penyakit lain.
Untuk mengingat kembali dasar dari pengetahuan yang berkaitan dengan darah, rnaka perlu
difahami bahwa :
Darah yang beredar merupakan petunjuk bagi ke- adaan sehat atau sakit.
Darah yang beredar merupakan petunjuk bagi seluruh sistem dari tubuh.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam darah dapat pula sebagai petunjuk masalah
yang berhubungan dengan darah maupun bukan.
Darah yang beredar dapat tampak normal dalam keadaan penyakit yang gawat.
Dapat pula terjadi perubahan darah yang nyata pada penyakit yang ririgan.

Tiap penyebutan dari "normal atau abnormal", perlu dipertimbangkan keadaan : jenis
kelamin, usia, ras, lingkungan dan adanya penyakit yang bukan berasal dari darah.
Bertolak dari hal-hal tersebut, maka gejala maupun keluhan penyakit darah dapat
bermacam-macam dan tidak begitu spesifik, sehingga kadang-kadang orang tidak menduga
adanya masalah yang berkaitan dengan darah.
Pada gangguan penyakit darah, seperti halnya pada penyakit lain, kita perlu memperhatikan
akan riwayat penderita tentang kelelahan, kelemahan, sesak/pendek nafas waktu melakukan

pekerjaan, sering timbul infeksi, demam yang tak diketahui penyebabnya dan perdarahan
baik dikulit maupun dari alat- alat lain.
Selanjutnya untuk sampai pada penilaian adanya penyakit darah bila kita mendapatkan
gejala : pucat/anemi yang di- tegakkan pula dengan turunnya kadar hemoglobin, ikterus,
pembesaran kelenjar, pembesaran limpa, perdarahan kulit. Tidak selalu gejala tersebut
lengkap, tapi yang paling sering dijumpai ialah kurangnya kadar hemoglobin dari nilai
normal.

Karena sebagian besar dari penyakit yang berhubungan dengan penyakit darah memberikan
gejala adanya anemi, sedangkan yang dengan kenaikan kadar Hb dan eritrosit adalah
jarang atau tidak begitu sering, maka pembahasan selanjutnya akan dititik beratkan pada
kelainan yang ber- hubungan dengan anemi.
Dengan penyajian judul diatas, penulis ingin mengingatkan kembali bagi para sejawat yang
bekerja dengan peralatan yang jauh dari pada memadai, namun dengan pemeriksaan tersebut
dapat membantu mengarahkan diagnosa penyakit darah.

PEMERIKSAAN HAEMOGLOBIN (Hb)


Dengan pemeriksaan Hb ini kita akan mendapatkan gambaran dari penderita apakah normal
atau abnormal . Nilai atau batas terendah manakah dari Hb yang dianggap normal ? Untuk
itu perlu kita menggunakan kriteria yang seragam ialah dari WHO (1972). Ini telah
dipakai dan dianjurkan oleh ahli-ahli kita.
Kriteria persangkaan Anemi pada : bila Hb dibawah :
Pria dewasa 13 g % Wanita tak hamil 12 g % Wanita hamil 11 g %
Anak : 6 bl 6 th 11 g %
6 th 14 th 12 g %

Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet, namun cara
oxyhaemoglobin dapat pula di- pakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet.
Sampai saat ini baik di PUSKESMAS maupun dibeberapa
Rumah sakit di negara kita masih menggunakan alat Sahli.Sering pula alat ini tidak pernah
ditera. Alat ini sebenarnya sudah tidak dianjurkan lagi; apalagi untuk kepentingan klinik,
survey/penelitian. Kesalahan yang ditimbulkan oleh alat ini cukup besar yaitu 20%.

Seperti telah diungkapkan oleh beberapa peneliti mau- pun laporan WHO, masalah anemi
merupakan masalah dunia dan terbanyak adalah dinegara yang sedang berkembang. Ane- mi
karena kekurangan gizi menduduki tempat yang paling tinggi, dimana anemi karena
kekurangan besi menduduki urutan yang pertama. Namun sering pula dijumpai dalam
laporan di PUSKESMAS bahwa insidens/prevalensi anemi hanya berkisar antara 3 sampai 5
%. Hal ini dapat difahami karena tidak semua yang datang di PUSKESMAS diperiksa Hb
nya.
Sebagai gambaran tentang tingginya anemi dinegara kita maka disini disajikan laporan-
laporan dari beberapa penelitian seperti tertera dalam daftar.

Prevalensi Anemi pada Anak dan Dewasa.


( Sumantri Ag, Soenarto, Sudigbia, 1979 )

Nyata bahwa keadaan anemi masih cukup tinggi. Dan anemi yang didapatkan diatas adalah
anemi defisiensi zat besi. Jadi dengan parameter Hb kita sudah dapat menemukan gejala
anemia. Guna dapat menentukan macam anemi dapat pula dibantu dengan pemeriksaan
hapusan/film darah tepi.

PEMERIKSAAN HAPUSAN DARAH TEPI.


Untuk pemeriksaan hapusan darah tepi, diperlukan pe- ngecatan. Harus diingat bahwa cat
yang dipergunakan harus baru dan pengenceran dengan pH yang tepat. Cara pengecatan tak
akan dibahas disini. Penulis akan langsung membahas cara pemeriksaan dan interpretasinya.
Pertama yang kita perhatikan dengan mata biasa ialah tentang hapusan darah / film.
Apakah film rata tersebarnya ?
Apakah terlalu tebal atau terlalu tipis ?
Apakah bagian ekor compang camping atau uniform ? Kemudian kita melangkah dengan
pemeriksaan mikroskop. Permulaan dengan pembesaran lemah kita perhatikan :
Apakah terdapat peningkatan pembentukan
Apakah terdapat peningkatan pembentukan rou- loux atau tidak. Adanya peningkatan
pembentuk- an rouloux dapat terjadi pada : makroglobulinemi, multiple myeloma, temporal
arteritis. (Eastham
1968)
(2) Apakah terdapat adanya penggrombolan/penggum- palan eritrosit. Hal ini
memberikan petunjuk ada- nya auto - aglutinasi.
(3) Apakah lekosit tersebar merata atau jarang atau tampak lebih banyak.
Selanjutnya dengan pembesaran kuat kita perhatikan bentuk- bentuk, ukuran, warna dan
bentuk abnormal dari eritrosit, lekosit dan trombosit.
Eritrosit : (i) Perlu diperhatikan ukuran dari eritrosit apakah tampak : normal,
anisositosis, mikrositosis dan makro- sitosis. (ii) Diperhatikan pula bentuk-bentuk yang ada.
Apa- kah ada poikilositosis, eleptositosis, stomatositosis, sferosi- tosis, sabit, tetesan air,
fragmentasi, tonjolan-tonjolan dan target sel. (iii) Warna dari eritrosit apakah tampak normal,
hipokhromasi, polikhromasi, anisokhromasi atau hiperkhro- masi. dan (iv) Bentuk yang
abnormal dari eritrosit pada darah perifer yaitu adanya inti, punotate basophilia dan
inclusion bodies. Terniasuk pula adanya parasit malaria.
Karena sangat luasnya pembahasan ini maka tidak semuanya akan dicakup disini, tapi akan
dipilih hal-hal yang sering dilapangan.
Dari ukuran, bentuk dan warna kita dapat memikirkan kemungkinan kearah golongan
anemi serta penyebabnya. Bila didapat mikrositosis dan hipokhromasi yang menonjol, maka
kemungkinan yang terbanyak adalah defisiensi zat besi dan berikutnya ialah talasemi
kemudian defisiensi pyri- doxin.

Bila didapat adanya gambaran makrositosis, maka pemikiran pada defisiensi asam folat dan
vitamin B12, mungkin pula penyakit hati yang menahun, hipotiroidi dan kegagalan ginjal.
Anemi dengan bentuk eritrosit yang normal perlu difikirkan
kearah kemungkinan kehilangan darah, kerusakan darah dan kurangnya pembentukan darah.
Banyaknya bentuk eritrosit berinti dapat merupakan pe- tunjuk anemi berat atau suatu
kompensasi akibat hilangnya eritrosit atau gangguan dari tempat pembentukan.
Bentuk target sel dapat dijumpai pada anemi defisiensi besi, talasemi, hemoglobinopati,
penyakit hati dan post splenec- tomi.
Lekosit. Untuk pemeriksaan lebih lanjut dari film darah kita perhatikan bentuk, jenis,
jumlah serta warna dari lekosit. Bila didapatkan bentuk yang abnormal atau jumlah yang
abnormal maka diperhatikan jenis mana yang menonjol. Jumlah yang tampak meningkat
adalah tanda lekositosis sedangkan bila tampak jarang atau sangat jarang
adalah tanda lekopeni.
Kalau jenis lekosit muda yang banyak dalam preparat yang
diperiksa, kemungkinan kita berhadapan dengan lekemi. Jenis lekemi inipun dapat
digolongkan; apakah myelosit yang tampak dominan ini berarti myelositik lekemi; ada-
kalanya jenis limfosit yang menonjol mungkin ini suatu lim fositosis oleh karena penyakit
lain atau suatu lekemi lim- fositik. Monosit dapat pula meningkat antara lain pada lekemi
monositik.

Beberapa keadaan abnormal mungkin dijumpai misalnya vakuolisasi dari inti maupun
sitoplasma. Hal ini dapat sebagai petunjuk adanya gangguan atau kerusakan.
Ditemukannya banyak plasma sel kita perlu memikir ke- arah kelainan dari tulang yaitu
multiple myeloma, penyakit hati dan kelompok gangguan dari globulin.

Banyaknya gangguan gizi pada masyarakat kita dapat pula diketahui dari bentuk netrofil.
Bila dijumpai adanya pe- ningkatan jumlah netrofil yang hipersegmentasi yang ber- samaan
pula dengan makrositosis dari eritrosit, ini dapat sebagai petunjuk akan adanya defisiensi
asam folat atau vitamin B12. Hebert (1971) mengemukakan, bila didapat lima
lekosit/netrofil yang hipersegmen dihitung dari 100 netrofil, ini merupakan petunjuk adanya
defisiensi asam folat atau vitamin B12. Yang dimaksud dengan hipersegmen bila didapat
adanya lekosit bersegmen lima atau lebih.

Dari warna lekosit basofil dan eosinofil dapat pula mem- bantu kita untuk mencari
penyebab penyakit.
Mengingat ruang yang tersedia, penulis akan mem- batasi pembahasan tentang lekosit dan
akan sedikit me- nyinggung tentang kesan keadaan trombosit pada darah tepi.
Sebagaimana diketahui trombosit mempunyai kait- an dengan pembekuan darah. Bilamana
dijumpai perdarahan maka keadaan trombosit dalam film darah perlu diperhatikan apakah
jumlahnya normal atau tidak. Demikian pula bentuk dari trombosit normal atau terdapat
bentuk-bentuk yang besar. Mungkin dapat dilihat adanya penggrombolan yang merupakan
suatu satelit.

Kesimpulan.
Pemeriksaan Hb dan hapusan darah tepi yang dilaku- kan dengan cermat akan membantu
kita kearah membuat diagnosa tentang penyakit darah. Mungkin pula dapat meng- arahkan
kita ke pemikiran kepada penyakit alat-alat lain. Keseragaman dan standarisasi Hb sesuai
dengan rekomendasi WHO yang diperkuat oleh ahli-ahli kita perlu dilaksanakan mulai
sekarang. Demikian pula standarisasi pemeriksaan la- boratorium yang lain.
KEPUSTAKAAN
1. EASTHAM R.D : Klinische Hamam/ogie. Spriner-Verlag Berlin, Heidelberg, New
York, 1968.

2. HERT . V : Laboratory aids in the diagnosis of folic acid and vitamin B12 deficiencies.
Ann Clin Lab Sci 1 : 193, 1971.
3. SUMANTRI AG, SOENARTO, SUDIGBIA I: Iron deficiency anemia in Indonesia.
Disajikan pada Fourth Meeting AsianPacific Division lnternational Society of
Haemato/ogy. June 25-29, 1979
Seoul, Korea.
4. Simposium Anemi Gizi tahun 1977, Fakultas Kedokteran Uni- versitas Diponegoro /
Rumah Sakit Dr Kariadi, Semarang.
5. WELLACH J : / nterpretation of diagnostic test. 2nd ed. Little
Brown & Co, Boston, 1974.

Oleh : dr. Soenarto


Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS dr. Kariadi
Semarang

http://hemoglobindanhapusandarahtepi.blogspot.com/2012/02/mengenal-penyakit-darah-
dari.html

Anda mungkin juga menyukai