Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Mediapsi

2016, Vol. 2, No. 1, 19-28

Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Wanita Dewasa Muda


Terhadap Kanker Leher Rahim

Lely Safrina, Kartika Sari, Marty Mawarpury


safrina_lely@yahoo.com

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh,
Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku
wanita dewasa muda terhadap kanker leher
rahim. Survei yang melibatkan 5.423
perempuan di Asia dan dilakukan pada
sembilan negara termasuk Indonesia,
menunjukkan hanya 2% perempuan yang
mengetahui Human Papiloma Virus (HPV)
merupakan penyebab kanker leher rahim.
Rendahnya tingkat pengetahuan diduga
memperburuk kondisi dan kasus kanker leher
rahim terus meningkat setiap tahunnya.
Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode survei, penelitian ini dilakukan di kota
Banda Aceh dengan karakteristik responden
adalah wanita dewasa muda, berusia 22-30
tahun dan belum aktif secara seksual.
Pengambilan data menggunakan kuesioner
tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku
terhadap kanker leher rahim. Responden
dalam penelitian ini berjumlah 269 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, 1)
pengetahuan perempuan terhadap kanker leher
rahim cukup karena tidak terpapar dengan
informasi tentang kanker leher rahim secara
maksimal, 2) sikap responden terhadap kanker
leher rahim tergolong positif. Hal ini dapat
disebabkan oleh pengetahuan yang cukup,
namun perilaku terhadap kanker leher rahim
belum sesuai dengan perilaku pencegahan
kanker leher rahim.
Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Wanita Muda, Kanker Leher Rahim

Kanker adalah penyakit dari pertumbuhan cukup tinggi. Berdasarkan data tahun 2013
tidak normal sel-sel jaringan tubuh yang (Badan Penelitian dan Pengembangan,
berubah menjadi sel kanker. Dalam 2013), prevalensi tumor/kanker di
perkembangannya, sel-sel kanker dapat Indonesia adalah 1,4 per 1.000 penduduk,
menyebar ke bagian tubuh lainnya atau sekitar 330.000 orang. Kanker ter-
sehingga dapat menyebabkan kematian. Di
Indonesia, prevalensi penyakit kanker

19
PENGETAHUAN & SIKAP

tinggi di Indonesia pada perempuan adalah negara-negara maju yang sebagian besar
kanker payudara dan kanker leher rahim. wanita memiliki kesadaran tentang
Menurut Ferlay, dkk. (2014), berdasarkan penyakitnya sehingga harapan untuk
estimasi Globocan, International Agency sembuh juga tinggi. Hal ini sebagian
for Research on Cancer (IARC), insiden disebabkan oleh faktor pendidikan dan
kanker payudara sebesar 40 per 100.000 pemberdayaan perempuan. Vail-Smith dan
perempuan, kanker leher rahim 17 per White (1992) menemukan bahwa
100.000 perempuan, kanker paru 26 per kurangnya pengetahuan HPV, ditambah
100.000 laki-laki, dan kanker kolorektal 16 dengan persepsi yang salah tentang
per 100.000 laki-laki. Berdasarkan data kerentanan, berdampak pada sikap dan
Sistem Informasi Rumah Sakit Tahun perilaku mahasiswa wanita mengenai
2010, kasus rawat inap kanker payudara pencegahan kanker serviks. Penelitian ini
sebesar 12.014 kasus (28,7%) dan kanker juga menyimpulkan bahwa 72%
leher rahim 5.349 kasus (12,8%). mahasiswa perempuan di sebuah studi di
Kanker leher rahim merupakan kanker Amerika belum pernah mendengar tentang
yang mematikan tidak hanya di Indonesia infeksi HPV dan tidak menyadari risiko
tetapi juga di beberapa negara lainnya. kanker serviks terkait. Sebuah studi serupa
Seperti di Australia, 85% perempuan yang dilakukan pada mahasiswa Vietnam
meninggal dunia dikarenakan kanker leher menemukan bahwa lebih dari sepertiga
rahim, sedangkan di Malaysia Kanker (39,3%) responden yang aktif secara
leher rahim merupakan kanker kedua yang seksual dilaporkan pernah melakukan Pap
mematikan. Menurut Wong, dkk. (2009), smear (Yi, 1998).
angka kematian rata-rata perempuan Tingginya angka kematian yang
dikarenakan kanker leher rahim pada tahun disebabkan kanker leher rahim dapat
1996-2000 berkisar 0,29%-0,41%.. dicegah apabila wanita dewasa muda
Menurut Abotchie dan Shokar (2009) di memiliki pengetahuan dan menyadari
Inggris, kanker leher rahim merupakan bahwa kanker leher rahim merupakan
kanker kelima yang mematikan. Lebih salah satu penyakit yang mematikan.
lanjut Abotchie dan Sokar juga Namun, dikarenakan oleh kurangnya
menemukan bahwa kanker leher rahim pengetahuan mengenai faktor risiko
merupakan kanker yang paling sering sehingga wanita dewasa muda tidak
dialami perempuan Afrika. Menurut WHO merasa perlu untuk melakukan skirining
(dalam Abotchie dan Sokar, 2009) (Klug, dkk., 2005). Lebih lanjut dijelaskan
perempuan mengidap kanker leher rahim bahwa rendahnya tingkat pengetahuan
29,3/100.000 lebih tinggi lima kali lipat akan mempengaruhi wanita dewasa muda
dibandingkan di Amerika Serikat dan untuk melakukan skirining kanker leher
angka kematian diakibatkan oleh kanker rahim (Juon, dkk., 2002; Juon, dkk., 2003;
leher rahim 23,8/100.000 perempuan yang Kim, dkk., 1999, dalam Lee, dkk., 2008).
berarti sepuluh kali lipat lebih tinggi Ironisnya, pengetahuan wanita dewasa
dibandingkan di Amerika Serikat. muda masih rendah mengenai kanker leher
Kejadian kanker serviks lebih tinggi rahim, tidak jauh berbeda dengan
pada negara berkembang. Kebanyakan pengetahuan tenaga kesehatan yaitu 49%
wanita dengan kanker serviks biasanya dokter dan 56,6% bidan memiliki
terlambat ke rumah sakit, tidak seperti di pengetahuan yang rendah mengenai kanker

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 20


SAFRINA, DKK

leher rahim (Fauziah, dkk., 2011). Menurut Meliono (2007), pengetahuan


Penelitian lainnya menemukan bahwa dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
terdapat hubungan antara rendahnya pendidikan, media, dan keterpaparan
kemampuan literasi kesehatan dan informasi. Menurut Sarwono (2002), sikap
pengetahuan akan berdampak pada sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk
negatif terhadap skrining kanker leher bertindak secara tertentu terhadap hal-hal
rahim (Dolan, dkk., 2004). Menurut tertentu. Ajzen (1988) mendefinisikan
Notoatmodjo (2003) pengetahuan sikap sebagai predisposisi yang dipelajari
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi individu untuk memberikan respon suka
setelah melakukan penginderaan terhadap atau tidak suka secara konsisten terhadap
suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah objek sikap. Respon suka atau tidak suka
domain kognitif yang sangat penting untuk itu adalah hasil proses evaluasi terhadap
tindakan seseorang. Pengetahuan keyakinan-keyakinan (beliefs) individu
mencakup domain kognitif yang memiliki terhadap objek sikap (Fishbein dan Ajzen,
enam tingkatan yaitu tahu (know), 1975). Baron dan Byrne (2004)
memahami (comprehension), aplikasi mendefinisikan sikap sebagai penilaian
(application), analisis (analysis), sintesis subjektif seseorang terhadap suatu objek.
(syntesis), dan evaluasi (evaluation). Sikap adalah respon evaluatif yang
Perilaku kesehatan adalah suatu respon diarahkan seseorang terhadap orang,
seseorang terhadap stimulus atau objek benda, peristiwa, dan perilaku sebagai
yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, objek sikap. Sikap melibatkan
sistem pelayanan kesehatan, makanan, kecenderungan respon yang bersifat
minuman, serta lingkungan. preferensial. Sikap sebagai respon
Perilaku kesehatan dapat evaluatif menunjukkan ekspresi suka atau
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok tidak suka, setuju atau tidak setuju,
(Notoadmidjo, 2003): mendekati atau menghindari, dan tertarik
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan atau tidak tertarik terhadap objek sikap.
(health maintenance), adalah perilaku Sikap dapat bersifat positif dan negatif
atau usaha-usaha seseorang untuk (Purwanto, 1998), yaitu:
menjaga atau memelihara kesehatan 1. Sikap positif, kecenderungan tindakan
agar tidak sakit dan usaha untuk adalah mendekati, menyenangi, dan
penyembuhan apabila sakit. mengharapkan objek tertentu.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan 2. Negatif, kecenderungan tindakan untuk
sistem atau fasilitas kesehatan yang menjauhi, menghindari, dan tidak
disebut juga perilaku mencari bantuan menyukai objek tertentu.
kesehatan (help seeking behavior). Selain itu, sikap memiliki ciri
Perilaku ini menyangkut upaya dan tertentu, yaitu:
tindakan seseorang pada saat menderita 1. Sikap bukan bawaan lahir melainkan
penyakit. dipelajari atau dibentuk sepanjang
3. Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu perkembangan hidup dalam hubungan
apabila seseorang merespon lingkungan dengan objek.
baik lingkungan fisik, maupun sosial 2. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi
budaya. berhubungan dengan suatu objek.

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 21


PENGETAHUAN & SIKAP

3. Objek sikap merupakan satu atau berkembangnya sel kanker (Vanslyke,


beberapa hal yang merupakan dkk., 2008).
kumpulan dari sesuatu. Tingginya angka penderita kanker leher
Perilaku merupakan respon atau reaksi rahim dapat dikarenakan oleh berbagai
seseorang terhadap stimulus (rangsangan faktor, di antaranya adalah Human
dari luar). Perilaku ini terjadi melalui Papiloma Virus (HPV), hubungan seksual
proses adanya stimulus terhadap yang dilakukan pada usia dini, seringnya
organisme dan kemudian organisme berganti pasangan seksual, dan perilaku
tersebut merespon. Secara khusus, perilaku seksual pasangan. Namun, dari beberapa
kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) faktor tersebut, 95% penyebab utama
adalah suatu respon seseorang (organisme) kanker leher rahim dikarenakan oleh HPV
terhadap stimulus atau objek yang yang ditularkan melalui kontak kulit.
berkaitan dengan sakit atau penyakit, Walaupun penggunaan kondom dapat
sistem pelayanan kesehatan, makanan, menurunkan kemungkinan tertularnya
danminuman, serta lingkungan. Dari HPV, namun kondom tidak mampu
batasan ini, perilaku kesehatan dapat melindungi sepenuhnya resiko tertularnya
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: HPV.
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat
(health maintenance), merupakan bahwa tingginya resiko perempuan
perilaku atau usaha-usaha seseorang terhadap paparan HPV dan peluang
untuk memelihara atau menjaga berkembangnya sel kanker. Fakta
kesehatan agar tidak sakit dan usaha menyebutkan bahwa penyakit kanker leher
untuk penyembuhan bilamana sakit. rahim ini dapat dicegah dengan skrining.
2. Perilaku pencarian pengobatan (health Meskipun pelayanan gratis skrining kanker
seeking behavior) atau perilaku serviks sudah tersedia di rumah sakit
penggunaan sistem atau fasilitas pemerintah, namun faktor-faktor yang
kesehatan. Perilaku ini berkaitan mempengaruhi keinginan untuk
dengan upaya atau tindakan seseorang melakukan skrining masih belum diketahui
pada saat menderita penyakit dan atau secara jelas. Oleh karena itu, penelitian ini
kecelakaan untuk mencari dan tertarik untuk melihat hubungan
memanfaatkan sarana dan prasarana pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita
kesehatan yang tersedia. dewasa muda terhadap kanker leher rahim.
3. Perilaku kesehatan lingkungan yang Adapun hipotesis penelitian ini adalah
berkaitan dengan respons seseorang wanita yang memiliki pengetahuan lebih
terhadap lingkungan, baik lingkungan mengenai resiko kanker leher rahim dan
fisik maupun sosial budaya dan wanita yang memiliki sikap positif akan
sebagainya. melakukan skrining.
Kanker leher rahim adalah penyakit
yang dihasilkan dari genotype risiko tinggi Metode
dari transmisi HPV secara seksual, baik Penelitian ini menggunakan pendekatan
pada pasangan, intercourse usia muda, dan kuantitatif dengan metode survei. Sampel
perilaku seksual pasangan. Hal ini merupakan wanita usia muda berjumlah
menyebabkan tingginya risiko perempuan 269 orang yang diminta untuk mengisi
terhadap paparan HPV dan kuesioner tentang kanker leher rahim.

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 22


SAFRINA, DKK

Pengumpulan data dilakukan di Banda Karakteristik Range Jumlah %


responden
Aceh, selama empat minggu pada bulan
Bener
Agustus 2014. Responden merupakan Meriah 8 3,00
wanita yang berada pada rentang usia 16- Bireun 10 3,75
22 tahun. Gayo Lues 4 1,50
Kuesioner yang digunakan dalam Aceh Barat 16 5,99
penelitian ini merupakan adopsi dari Pidie 4 1,50
kuesioner yang telah digunakan oleh John Pidie Jaya 5 1,87
(2011) di Tanzania. Pengukuran kuesioner Sabang 10 3,75
terbagi atas empat bagian, yaitu: 1) Luar Aceh 23 8,61
Tidak ada
informasi responden (sosio-demografi), 2) info 3 1,12
pengetahuan tentang kanker leher rahim
dan skriningnya, 3) sikap terhadap Hasil
skrining kanker leher rahim, dan 4) Sebanyak 269 responden melengkapi
perilaku terhadap skrining kanker leher kuesioner. Rata-rata usia responden
rahim. berkisar 19-22 tahun (60%) dan seluruh
responden berstatus lajang. Sementara itu,
Tabel 1. mayoritas responden berstatus mahasiswa
Demografi Responden. program sarjana (92,13%).
Karakteristik
Range Jumlah %
responden
Usia 16-18 98 36,70 Tabel 2.
Distribusi tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku
19-22 161 60,0 terhadap kanker leher rahim.
Tidak ada Variabel Jumlah %
informasi 8 3,00 Pengetahuan N=269
Jenis kelamin Perempuan 267 100 Baik 107 39,8
Pendidikan SMA 8 3,00 Rata-rata 72 26,8
D3 12 4,49 Buruk 90 33,5
Sikap N=232
S1 246 92,13 Positif 151 65,09
Tidak Ada Negatif 81 34,91
Informasi 1 0,37 Perilaku
Status Lajang 266 99,63 Good practice 278 95.91
Tidak ada No Practice 11 4.09
informasi 1 0,37 Alasan untuk tidak N=269
melakukan skrining
Daerah Asal Abdya 10 3,75
Aceh 8 3,00 a. Mungkin menyakitkan 20 7,43
Aceh Besar 14 5,24 b. Saya merasa malu 8 2,97
Aceh Jaya 1 0,37 c. Saya merasa sehat 36 13,38
Aceh d. Suami saya tidak akan 0 0
Selatan 24 8,99 setuju
e. Saya takut ketika dites 16 5,59
Singkil 3 1,12 malah ketahuan terkena
Aceh kanker leher rahim
Tamiang 9 3,37 f. Biayanya mahal 18 6,69
Aceh g. Saya tidak tahu tentang 99 36,80
Tengah 6 2,25 skrining ini
Aceh Timur 17 6,37 h. Saya belum memutuskan 63 23,42
Aceh Utara 42 15,73 i. Lainnya 15 5,58
Banda Aceh 50 18,73

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 23


PENGETAHUAN & SIKAP

Tabel 3.
Distribusi respon sikap terhadap kanker leher
rahim.
Sikap N %
Karsinoma serviks memiliki
prevalensi yang sangat tinggi yang
dapat menyebabkan kematian utama
pada penderita kanker leher rahim.
Setuju 151 56,1
Tidak tahu 61 22,7
Tidak setuju 57 21,2
Siapa saja termasuk saya dapat
terkena penyakit kanker leher rahim.
Setuju 176 65,4
Tidak tahu 18 6,7
Tidak setuju 75 27,9 Gambar 1. Perilaku deteksi kanker leher rahim.
Kanker leher rahim tidak dapat
ditularkan dari satu orang ke orang Berdasarkan hasil penelitian, beberapa
lainnya.
alasan mengapa responden tidak
Setuju 124 46,1
Tidak tahu 50 18,6 melakukan skrining kanker leher rahim
Tidak setuju 95 35,3 dapat dilihat pada gambar berikut:
Skrining (deteksi dini) membantu
mencegah kanker leher rahim.
Setuju 181 67,3
Tidak tahu 35 13,0
Tidak setuju 53 19,7
Skrining tidak berbahaya.
Setuju 98 36,4
Tidak tahu 115 42,8
Tidak setuju 56 20,8
Skrining untuk prakanker leher rahim
tidak mahal.
Setuju 59 21,9
Tidak tahu 128 47,6
Tidak setuju 82 30,5
Jika skrining gratis dan tidak
berbahaya, maukah anda melakukan
skrining? Gambar 2. Alasan tidak pernah melakukan skrining
Setuju 171 63,3 kanker leher rahim.
Tidak tahu 61 22,7
Tidak setuju 37 13,8
Diskusi
Tabel 4. Pengetahuan terhadap Kanker Leher
Sumber informasi tentang kanker bagi responden. Rahim
Sumber
Frekuensi Persen Hasil penelitian ini menunjukkan
(n)
Media 206 76,58 bahwa tingkat pengetahuan responden
Brosur, poster, dan bahan 114 42,38 terhadap kanker leher rahim baik (39,8%),
bacaan lainnya
Petugas atau tenaga 56 20,82
meskipun secara statistik, jumlah
kesehatan responden dengan pengetahuan rendah
Keluarga, teman, tetangga, 98 36,43 terhadap kanker leher rahim (33,5%) tidak
dan rekan-rekan kerja
Pemimpin agama 3 1,12 jauh berbeda dengan tingkat penegtahuan
Guru 81 30,11 yang baik. Menurut Meliono (2007),
Lainnya (jelaskan) 3 1,12 pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 24


SAFRINA, DKK

hal yaitu pendidikan, media, dan leher rahim (35%). Kurangnya


keterpaparan informasi. Partisipan dalam pengetahuan berimplikasi pada strategi
penelitian ini adalah mahasiswa untuk mencegah kanker leher rahim
dengan vaksin HPV (Abotchie dan Shokar,
Universitas Syiah Kuala yang sedang
2009). Health Belief Model menyebutkan
melanjutkan studi di perguruan tinggi. Jika bahwa masyarakat akan terikat dengan
dilihat dari tingkat pendidikannya maka perilaku mencari bantuan kesehatan jika
wajar jika partisipan memiliki tingkat mereka menerima manfaat terhadap
pengetahuan yang baik dan memuaskan dirinya. Hal ini sejalan dengan temuan
tentang kanker leher rahim. Hal lainnya penelitian yang dilakukan oleh Fylan
juga dapat dilihat bahwa sebagian besar (1998), yang menyebutkan bahwa alasan
terbesar perempuan tidak melakukan
responden telah terpapar media terkait
skrining dikarenakan minimnya
informasi mengenai kanker leher rahim pengetahuan mengenai skrining, skrining
(76,58%). Namun demikian, hampir tidak memberikan manfaat, merasa sehat,
sebagian besar responden tidak merasa takut, dan skrining akan
mengetahui tentang screening tes kanker menyakitkan. Abotchie dan Shokar (2009)
leher rahim. Oleh karena itu, dapat juga menemukan bahwa alasan responden
disimpulkan bahwa informasi tentang tidak melakukan skrining karena merasa
skrining akan menyakitkan. Menurut
kanker leher rahim yang diperoleh McMullin, dkk. dalam Can (2010)
responden masih kurang menyeluruh. menyatakan bahwa salah satu prediktor
untuk menjadikan layanan kesehatan
Sikap dan Perilaku terhadap Kanker Leher memiliki fasilitas yang kuat adalah dengan
Rahim adanya asuransi kesehatan. Perempuan
Secara umum, sikap responden terhadap yang difasilitasi dengan asuransi kesehatan
kanker leher rahim dalam penelitian ini akan memiliki sikap yang positif untuk
positif (65,09%), artinya sejalan dengan melakukan skrining. Lebih lanjut
pengetahuan yang baik, maka sikap juga dijelaskan bahwa adanya ketersediaan
cenderung positif. Dunia modern asuransi kesehatan merupakan sebuah cara
meningkatkan harapan hidup individu, yang efektif untuk meningkatkan strategi
perubahan dramatis di lingkungan kerja pencegahan terhadap kanker leher rahim.
yang menekankan gaya hidup sehat Hasil dari penelitian ini didukung oleh
(Curtis, 2000). Hal ini memberikan sejumlah penelitian yang menyebutkan
pandangan bahwa sehat itu sangat bernilai bahwa beberapa hambatan terhadap
dan dapat diperoleh oleh siapapun (Curtis, skrining kanker leher rahim adalah
2000). Oleh karena itu, sikap positif kurangnya kesadaran akan pentingnya
partisipan terhadap kanker leher rahim
pemeriksaan dini kanker leher rahim, tidak
dapat diartikan sebagai suatu evaluasi
positif mengenai hal-hal yang berkaitan memadainya akses pada pelayanan
dengan kanker leher rahim agar terhindar kesehatan, ketidaknyamanan terhadap
dari penyakit kronis ini. Satu hal yang proses skrining, ketakutan terhadap hasil
menjadi perhatian adalah responden belum skrining kanker leher rahim. Selain itu,
cukup terpapar informasi mengenai adanya hambatan waktu untuk melakukan
skrining kanker leher rahim. Sebanyak skrining serta budaya dan kepercayaan
42,8% responden tidak mengetahui bahwa
tradisional tentang peran sosial juga
skrining kanker leher rahim tidak
berbahaya, yang sejalan dengan mempengaruhi respons terhadap kanker
ketidaktahuan menjadi penyebab tidak leher rahim. Namun pengetahuan dan
pernah melakukan deteksi/skrining kanker keyakinan terhadap pap smear menjadi

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 25


PENGETAHUAN & SIKAP

prediktor terkuat terhadap pengulangan Kesimpulan


skrining (Wong, dkk., 2009; Abotchie dan 1. Pengetahuan perempuan terhadap
Shokar, 2009). Hal ini menunjukkan kanker leher rahim cukup baik, namun
bahwa petugas kesehatan pada layanan informasi tentang kanker leher rahim
primer seperti perawat kesehatan belum didapatkan secara menyeluruh,
masyarakat menjadi bagian penting dari misalnya tentang skrining kanker leher
program yang bertujuan meningkatkan rahim.
jumlah skrining kanker leher rahim. 2. Sikap responden terhadap kanker leher
Namun demikian, model perubahan rahim tergolong positif. Hal ini dapat
perilaku juga dipengaruhi oleh peran dari disebabkan oleh pengetahuan yang
cukup, namun perilaku terhadap kanker
perbedaan individu (individual references)
leher rahim belum sesuai dengan
dalam perilaku dan tahapan dari decision perilaku pencegahan kanker leher
making serta decision taking terkadang rahim.
tidak selalu sesuai dengan logika dan
pemikiran rasional (Curtis, 2000). Oleh Rekomendasi
karena itu, sangat mungkin hambatan 1. Mengingat tingginya angka kematian
seseorang untuk melakukan skrining tes wanita dewasa muda, pemerintah perlu
adalah karena takut, biaya besar, merasa membuat langkah strategis untuk dapat
sehat dan sebagainya. Selain itu, usia meningkatkan pengetahuan wanita
mempengaruhi responden untuk dewasa muda. Di antaranya adalah
melakukan skrining terhadap kanker leher dengan memasukkan kanker serviks
rahim. Dalam penelitian ini, usia menjadi salah satu program MDGs.
responden yang berkisar antara 16-22 2. Dinas kesehatan perlu meningkatkan
tahun tergolong remaja yang merasa belum promosi dan psikoedukasi mengenai
perlu untuk melakukan skrining. Lyimo kanker leher rahim. Usaha ini harus
dan Beran (2012) menyatakan bahwa sejalan dengan peningkatan
keinginan untuk melakukan skrining pengetahuan tenaga kesehatan sebagai
tergolong rendah pada wanita yang berusia agent of change.
20-29 tahun dan 60 tahun ke atas. Lebih 3. Pemerintah perlu memasukkan skrining
lanjut Lyimo dan Beran menjelaskan terhadap kanker serviks dalam asuransi
bahwa wanita single dan janda akan kesehatan, sehingga keinginan
memiliki keinginan lebih rendah untuk perempuan untuk melakukan skrining
melakukan skrining dibandingkan wanita akan lebih tinggi yang nantinya akan
yang sudah menikah. dapat menurunkan angka kematian
Beberapa keterbatasan penelitian ini akibat kanker leher rahim.
yaitu, peneliti hanya mendapatkan data 4. Mengaktifkan layanan Puskesmas
kuantitatif, sehingga tidak bisa sebagai pusat layanan dasar dalam
menggambarkan dinamika hubungan memberikan promosi dan psikoedukasi
bahwa adanya pengetahuan yang tidak
mengenai kanker leher rahim.
selalu berimplikasi pada praktek
manajemen kesehatan seperti skrining tes
untuk kanker leher rahim.

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 26


PENGETAHUAN & SIKAP

Daftar Pustaka Fishbein, M. & Azjen , I. (1975). Belief,


Abotchie, N. P. & Shokar K. N. (2009). attitude, intention, and behavior: An
Cervical cancer screening among introduction to theory and research.
college students in Ghana: Diunduh melalui http://people.
Knowledge and health beliefs umass.edu/aizen/f&a1975.html.
International Journal Gynecology Fylan, F. (1998). Screening for cervical
Cancer, 19(3), 1-10. cancer: A review of womens
Azjen, I. (1988). Attitudes, Personality, attitudes, knowledge, and behaviour.
and Behavior. Milton-Keynes: Open British Journal of general practice,
University Press. 48, 1509-1514.
Badan Penelitian dan Pengembangan. John, J. (2011). The kowledge, attitudes,
(2013). Riset Kesehatan Dasar. practice and perceived barriers
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. towards screening for premalignant
Baron, R. A. & Bryne, D. (2004). cervical lession among women aged
Psikologi Sosial (Edisi 10) Jilid 1. 18 years and above in Songea urban
Jakarta: Erlangga. Ruvuma. Dissertation. Muhimbili
Can, G. (2010). Mailand Chinese womens University of Health and Allied
perception of risk of cervical cancer: Sciences.
A model to understand factors Klug, S. J., Hetzer, M., & Blettner, M.
determining cervical screening (2005). Screening for breast and
behaviour. Thesis. The Chinese cervical cancer in a large German
University of Hong Kong. city: Participation, motivation, and
Curtis, A. J. (2000). Health Psychology. knowledge of risk factor. European
London: Routledge. Journal of Public Health, 15(1),70-
Dolan, N. C., Ferreira, M. R., Davis, T. C., 77.
Fitzgibbon, M. L., Rademaker, A., Lee, E. E., Fogg, L., & Menon, U. (2008).
Liu, D., Schmitt, B. P., Gorby, N., Knowledge and beliefs related to
Wolf, H., & Bennett, C. L. (2004). cervical cancer and screening among
Colorectal cancer screening Korean American women. West
knowledge, attitudes, and beliefs Journal of Nursing Research, 30(8),
among veterans: Does literacy make 960-974.
a difference? Journal of Clinical Lyimo, F. & Beran, T. N. (2012).
Oncology, 22(13), 2617-2622. Demographic, knowledge,
Fauziah, R. M., Wirawan, J. P., Lorianto, attitudinal, and accessibility factors
R., Utari, A. P., Cahyanur, R., & associated with uptake of cervical
Budiningsih, R. (2011). Deteksi dini cancer screening among women in
kanker leher rahim pada pusat rural district of Tanzania: Three
pelayanan primer di lima wilayah public policy implication. Research
DKI Jakarta. Artikel Penelitian. Article. BMC Public Health.
Fakultas Kedokteran Universitas Meliono, I. (2007). Pengetahuan - MPKT
Indonesia, Jakarta. Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbit
Ferlay, J., Soerjomataram I., Dikshit, R., FEUI.
Eser, S., Mathers, C., Rebelo, M., Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan dan
Parkin, D. M., Forman, D., & Bray, Perilaku Kesehatan. Jakarta:
F. (2014). Cancer incidence and Rieneka Cipta.
mortality worldwide: Sources, Purwanto, H. (1998). Pengantar Perilaku
methods, and major pattern in Manusia untuk Keperawatan.
GLOBOCAN 2012. International Jakarta: EGC.
Journal of Cancer, 136(5), 359-386.

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 27


PENGETAHUAN & SIKAP

Sarwono, S. W. (2002). Individu dan


Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta:
Balai Pustaka.
Vail-Smith K. & White, D. M. (1992).
Risk level, knowledge, and
preventive behavior of human
papillomavirus among sexually
active college women. Journal of
American Colegel Health, 40, 227-
230.
Vanslyke, G. J., Baum, J., Plaza, V.,
Otero, M., Wheeler, C., & Helitzer,
D. (2008). HPV and cervical cancer
testing and prevention: Knowledge,
belief, and attitudes among Hispanic
women. Qualitative Health
Research, 1-13.
Wong, L. P., Wong, Y. L., Low, W. Y.,
Khoo, E. M., & Shuib, R. (2009).
Knowledge and awareness of
cervical cancer and screening among
Malaysian women who have never
had a pap smear: A qualitative study.
Singapore Medical Journal, 50(1),
49-53.
Yi, J. K. (1998). Acculturation and pap
smear screening practices among
college-aged Vietnamese women in
the United States. Cancer Nursing,
21, 335-341.

JURNAL PSIKOLOGI MEDIAPSI 28

Anda mungkin juga menyukai