PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. YA
Umur : 77 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pensiunan TNI
Pendidikan : SMA
Alamat : Thehok RT 24
RM : 864310
MRS : 9 Agustus 2017
II. ANAMNESIS
2.1 Keluhan Utama
Mata kanan kabur sejak 1 tahun yang lalu.
2.2 Anamnesis Khusus:
- Sejak 1 tahun yang lalu pasien sudah merasa bahwa mata
kanannya sudah mulai agak kabur, berkabut, perlahan-lahan
semakin lama dirasakan semakin memberat. Penglihatan kabur
dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat maupun
jauh. Pasien tidak mengeluh silau jika melihat cahaya, mata merah
(-), nyeri (-), nyeri kepala (-), mata berair (-), gatal (-), keluar
kotoran air mata (-), melihat ganda (-), melihat pelangi disekitar
sumber cahaya (-).
- Keluhan sudah semakin memberat sejak 3 bulan ini. Penglihatan
dirasakan semakin kabur hingga mengganggu aktivitas.
- Pasien belum pernah berobat untuk keluhan ini sebelumnya
2
2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat trauma pada mata (-)
b. Riwayat operasi mata sebelumnya (-)
c. Riwayat sering terpapar matahari, angin dan debu (-)
d. Riwayat alergi (-)
e. Riwayat menggunakan kaca mata (+)
f. Riwayat penyakit mata lain sebelumnya (-)
g. Riwayat Penyakit Sistemik :
- Riwayat Penyakit Hipertensi (-)
- Riwayat penyakit Diabetes Mellitus (-)
3
Respiratory rate : 17 x/menit
Suhu : Afebris
Pemeriksaan eksternal
4
+ + + +
Pergerakan bola mata
+ +
+ +
+ +
+ +
Duksi : baik
Duksi : baik
Versi : baik
Versi : baik
III. Pemeriksaan Eksternal
5
IV. Pemeriksaan Slit Lamp dan Biomikroskopi
OD OS
Supersilia : lengkap, tidak rontok Supersilia : lengkap, tidak rontok
Cilia : Arah normal Cilia : Arah normal
Palpebra : jaringan sikatrik Pelpebra : jaringan sikatrik
(-), benjolan (-), hiperemis (-) (-), benjolan (-), hiperemis (-)
Konjungtiva Konjungtiva
Tarsalis: folikel (-), papil (-), litiasis (-) Tarsalis: folikel (-), papil (-), litiasis (-)
Bulbi: injeksi (-), nevus (-), jaringan Bulbi: injeksi (-), nevus (-), jaringan
fibrovaskular (-) fibrovaskular (-)
Kornea : jernih, sikatriks (-), infiltrat (-) Kornea : jernih, sikatriks (-), infiltrat (-)
COA: sedang, darah (-), pus (-) COA: sedang, darah (-), pus (-)
Pupil : bulat,midriasis, reflek cahaya (+) Pupil : bulat,midriasis, reflek cahaya (+)
Iris : coklat, atrofi (-) Iris : coklat, atrofi (-)
Lensa : keruh merata, iris shadow test Lensa : keruh sebagian, iris shadow test
(-) (+)
Sklera : nodul (-) Sklera : nodul (-)
Vitreus: sulit dinilai Vitreus: sulit dinilai
V. Tonometri
Digital : N
Schiotz : Tidak dilakukan
VI. Visual Field
Sama dengan pemeriksa
VII. Funduskopi
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan pada Keadaan Midriasis
Tidak dilakukan
6
IV. RESUME
Pasien laki-laki, 77 tahun, 1 tahun yang lalu mata sudah mulai agak kabur,
berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur. Penglihatan
kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauh.
Pasien tidak mengeluh silau jika melihat cahaya, mata merah (-), nyeri (-), nyeri
kepala (-), mata berair (-), gatal (-), keluar kotoran dan air mata (-), melihat ganda
(-), melihat pelangi disekitar sumber cahaya (-).
Keluhan dirasakan makin memberat sejak 3 bulan ini. Penglihatan mata
kanan semakin kabur hingga mengganggu aktivitas.
Pada pemeriksaan fisik, secara umum tampak baik, dan status optalmologis
didapatkan visus mata kanan 1/300 dan mata kiri 6/20. Ada kekeruhan di lensa
orbita dextra dan iris shadow test (-), pemeriksaan lain dalam batas normal.
V. DIAGNOSIS BANDING
Katarak Senilis Imatur ODS
Katarak Senilis Hipermatur ODS
VIII. PENATALAKSANAAN
Rencana Operasi Katarak Fakoemulsifikasi + IOL OD
7
EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan mata yang kabur
disebabkan katarak pada lensa mata,
2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan
obat tetapi dapat disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa
tanam pada mata,
3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi
katarak, jenis tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangan,
4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak
dioperasi, kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar,
menimbulkan reaksi peradangan dan peningkatan tekanan bola mata,
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama
operasi dan pascaoperasi.
VIII. PROGNOSIS
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LENSA
Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, vaskular, tidak berwarna dan
hampir transparan sempurna. Lensa tidak mempunyai asupan darah ataupun
inervasi syaraf, dan bergantung sepenuhnya pada akuos humor untuk
metabolisme dan pembuangan. Lensa terletak di belakang iris dan di depan
korpus vitreous. Posisinya ditopang oleh Zonula Zinni, terdiri dari serabut-
serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris. Diameter lensa adalah 9-10 mm
dan tebalnya bervariasi sesuai dengan umur, mulai dari 3,5 mm (saat lahir)
dan 5 mm (dewasa). Lensa dapat membiaskan cahaya karena memiliki indeks
refraksi, normalnya 1,4 di sentral dan 1,36 di perifer. Dalam keadaaan
nonakomodatif, kekuatannya 15-20 dioptri (D). 1
Struktur Lensa terdiri dari Kapsul yang tipis, transparan, dikelilingi
oleh membran hialin yang lebih tebal pada permukaan anterior dibanding
posterior. Lensa disokong oleh serabut zonular berasal dari lamina
nonpigmented epithelium pars plana dan pars plikata daripada korpus siliaris.
Zonular ini masuk ke dalam Lensa di regio ekuator. Diameter serabut adalah
5-30 m. Epitel berada tepat di belakang kapsul anterior Lensa terdapat satu
lapisan sel epitel. Di bagian ekuator, sel ini aktif membelah dan membentuk
serabut .
9
Gambar 1. Anatomi mata
1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan
transparan tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel
lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk
lensa pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian
anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada
di bagian tengah kutub posterior.
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar.
Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada
bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel
epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang
dilakukan sel-sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan
lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi
kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju
equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk
dan akan menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah
lensa. Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.
10
Lensa baru sepanjang kehidupan. Nukleus pada bagian sentralnya terdiri
serabut-serabut tua. Terdiri beberapa zona berbeda, yang menumpuk ke bawah
sesuai dengan perkembangannya. Korteks pada bagian perifer terdiri dari
serabut-serabut lensa yang muda.1
Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Supaya hal ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai
dengan sinar yang datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa
disebut akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa
terutama kurvatura anterior.
11
Gambar 3. Akomodasi lensa: (kiri) saat melihat jauh, (kanan) saat melihat dekat
12
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung.
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
3. Terletak di tempatnya.
4. Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :
5. Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia,
6. Keruh atau apa yang disebut Katarak.
7. Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.
Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara
normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang
berbeda dari aqueous dan vitreous humor yang mengelilinginya. Pada keadaan
tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D
seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan
refraksi diberikan oleh udara dan kornea.
Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa
lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis
bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung
secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat
dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang
tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang
jernih dan tampak sebagai grey reflex atau senile reflex, yang sering
disangka katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi
kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut
presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun. Lensa orang
dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan
berat.1
Metabolisme Lensa
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus.
Kadar kalium dibagian anterior lensa lebih tinggi dibandingkan posterior,
13
sedangkan kadar Natrium lebih tinggi dibagian posterior lensa. Ion kalium
bergerak ke bagian posterior dan keluar ke humor aqueus, dari luar ion
natrium masuk secara difusi bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan
ion kalium dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar
kalsium tetap dipertahankan didalam oleh Ca-ATPase.7
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt
(5%). Jalur HMP-shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak
dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase.
Aldose reduktase adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan
sorbitol dirubah menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase.7
2.2 KATARAK
2.2.1 DEFINISI
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan
lensa yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak
lebih sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan
nomor 1 di seluruh dunia. Penuaan merupakan penyebab katarak yang
terbanyak, tetapi banyak juga factor lain yang mungkin terlibat, antara lain :
trauma, toksin, penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok, dan herediter.
Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun. Dalam
bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air terjun akibat lensa
yang keruh. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa
akibat hidrasi, denaturasi protein, dan proses penuaan.sehingga memberikan
gambaran area berawan atau putih.3,8
14
Gambar 5. Lensa Normal dan Katarak tampak Samping
15
2.2.2 EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang
usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat
kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai
60-80%. Prevalensi katarak kongenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap
10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di
seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.5
2.2.3 ETIOLOGI
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi,
alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap
motor/pabrik yang mengandung timbal.3,8
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang
tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala
seperti katarak.8
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai
katarak kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya
peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat
terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik lainnya seperti
diabetes mellitus.3
16
Tabel 2. Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan risiko
katarak1
17
2.2.5 KLASIFIKASI
Terdapat banyak jenis klasifikasi katarak. Dalam penggunaan klinis
klasifikasi-klasiikasi ini sering dikombinasikan misalnya katarak senile matur
atau katarak polar kongenital.5
Berdasarkan usia, katarak dibagi menjadi:
a. Katarak kongenital
Katarak yang terjadi pada usia dibawah 1 tahun. Gangguan mata ini timbul
sejak bayi berada dalam kandungan atau setelah dilahirkan karena adanya
infeksi atau kelainan metabolisme saat pembentukan janin. Katarak
congenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis dan galaktosemia.
Ada pula katarak congenital yang menyertai kelainan herediter pada mata
lainnya seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma, keratokonus, ektopia
lentis, megalokornea dan heterokromia iris. Kekeruhan pada katarak
congenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran
morfologik. Penanganan tergantung unilateral dan bilateral, adanya
kelainan mata lain dan saat terjadinya katarak. Katarak congenital
prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak
dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila
terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk. Pada
pupil mata bayi yang menderita congenital katarak akan terlihat bercak
putih atau suatu leukokoria yang memerlukan pemerikasaan lebih teliti
untuk menyingkirkan diagnosa banding. Pada katarak kongenital, kelainan
utama terjadi di nukleus lensa (nukleus fetal atau nukleus embrional),
bergantung pada waktu stimulus karaktogenik atau di kutub anterior atau
posterior lensa apabila kelainannya terletak di kapsul lensa.5
b. Katarak juvenile
Katarak yang terjadi pada usia diatas 1 tahun . Katarak juvenile biasanya
merupakan kelanjutan katarak congenital. Katarak juvenile juga biasanya
merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya seperti:
18
Katarak metabolic
- Katarak diabetik dan galaktosemia
- Katarak hipokalsemia
- Katarak defisiensi gizi
- Katarak Aminoasiduria
- Penyakit Wilson
- Katarak yang berhubungan dengan kelainan metabolic lain
Katarak traumatik
Katarak komplikata
- Kelainan congenital dan herediter
- Katarak degeneratif
- Katarak anoksik
- Toksis
- Katarak radiasi
- Katarak yang berhubungan dengan sindrom-sindrom tertentu,
disertai dengan kelainan kulit, tulang, dan kromosom
c. Katarak Pre-senile
Katarak yang terjadi pada usia 40-50 tahun
d. Katarak Senile
Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Jenis katarak inilah
yang banyak terjadi di Indonesia. kelainan terutama mengenai nukleus
(sklerosis nukleus), korteks (kekeruhan koroner atau kuneiformis), atau
daerah subkapsul posterior. Secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu
insipien, imatur, matur dan hipermatur.
19
3. Katarak kortikal
4. Katarak Supranuklear .
5. Katarak Nuklear
6. Katarak Polar
a. Katarak Polar anterior
b. Katarak Polar Posterior
20
- Distrofi : Retinitis Pigmentosa
- Malformasi : Mikroftalmus, PHPV, Aniridia
- Glaucomflecken (Acute angle closure glaucoma)
- Miopia tinggi
4. Penyakit sistemik:
- Kelainan metabolik : Diabetes Mellitus, Galaktosemia dan
defisiensi galaktokinase, defisiensi a-galaktosidase (Fabry disease),
tetani (hipokalsemia), Myotonic dystrophy, degenerasi
hepatolentikular (Wilson disease)
- Kelainan sirkulasi : Stenosis karotid (oftalmopati iskemik), Takayu
disease.
- Kelainan kulit (Syndermatotic Cataract): dermatitis atopik, Werner
syndrome.
5. Toksin akibat obat-obatan misalnya steroid, klorpromazin,
parasimpatomimetik local dan amiodarone.
6. Radiasi:
- Ionizing : Sinar-X, sinar-b , sinar-g
- Non-inonizing: sinar UV, sinar infra merah, microwave, sengatan
listrik
8. Herediter (diwarisi melalui autosom dominan) Seperti pada katarak
congenital
9. Sekunder (Posterior Capsular Opacification/PCO) yaitu, kekeruhan kapsul
posterior setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.
21
2.3.2 EPIDEMIOLOGI
Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak. Katarak akibat
penuaan merupakan penyebab umum gangguan penglihatan. Berbagai studi
cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia 65-74
tahun adalah sebanyak 50%; prevalensi ini meningkat hingga 70% pada
individu diatas 75 tahun. Tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin terhadap
penurunan penglihatan8,9
2.3.4 ETIOLOGI
Penyebab katarak senilis belum diketahui secara pasti. Diduga terjadi
karena:
1. Proses pada nukleus
Oleh karena serabut- serabut yang terbentuk lebih dahulu
selalu terdorong kearah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian
tengah menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi,
penimbunan ion calcium dan sclerosis. Pada nucleus ini kemudian
terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih
hipermetrop. Lama-kelamaan nucleus lensa yang pada mulanya
bewarna putih, menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat, dan
22
kemudian menjadi kehitam-hitaman. Kadang itulah dinamakan
katarak brunesen atau katarak nigra.6
2. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah diantara serabut-serabut lensa, yang
berisi air dan penimbunan calcium, sehingga lensa menjadi lebih
tebal, lebih cembung, dan membengkak, menjadi lebih
miop.berhubung adanya perubahan refraksi kea rah myopia pada
katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru
untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.6
2.3.5 PATOFISIOLOGI
Epitel lensa diyakini mengalami perubahan yang berkaitan dengan usia,
khususnya penurunan kepadatan sel epitel lensa dan penyimpangan
diferensiasi sel serat lensa. Akumulasi penurunan epitel dalam skala kecil
dapat menyebabkan perubahan pembentukan serat lensa dan homeostasis,
akhirnya menyebabkan penurunan transparansi lensa. Terjadi perubahan
pada kecepatan transpor air, nutrien dan antioxidant yang dapat
menyebabkan air dan metabolit larut air berat molekul rendah dapat
memasuki sel-sel inti lensa melalui epitel dan korteks Akibatnya katarak
senilis akan terbentuk. berbagai studi menunjukkan peningkatan produk
oksidasi (misalnya, glutathione teroksidasi) dan penurunan vitamin
antioksidan dan enzim superoksida dismutase menyebabkan proses oksidatif
pada cataractogenesis. Mekanisme lain yang terlibat adalah soluble low-
molecular weight cytoplasmic lens proteins to soluble high molecular
weight aggregates, insoluble phases, and insoluble membrane-protein
matrices. Hal itu menyebabkan adanya perubahan pada protein yang
menyebabkan fluktuasiyang tiba-tiba pada indeks bias lensa, sinar cahaya
tersebar, dan mengurangi transparansi.
23
2.3.6 DIAGNOSIS
Berdasarkan maturitasnya, katarak diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Stadium insipien
Stadium yang paling dini yang belum menimbulkan gangguan
visus. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5-5/6.6 Pada stadium ini
terdapat keluhan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama
semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.10
Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa
bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda) dan daerah jernih
diantaranya terutama mengenai korteks anterior. Gambaran inilah
yang disebut spokes of a wheel, yang nyata bila pupil dilebarkan. Pada
stadium lanjut, gambaran baji dapat dilihat pula pada pupil yang
normal.
b. Stadium imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan
itu terutama terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nucleus
lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk
kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan
dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang
keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat
dipupil ada daerah yang terang sebagai reflex pemantulan cahaya pada
daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap akibat bayangan iris
pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
Pada stadium ini mungkin terjadi terjadi hidrasi korteks yang
mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi
berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi myopia.
Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa,
iris terdorong kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi
lebih sempit, sehingga dapat menimbulkan glaucoma sebagai
penyulitnya.6
24
Gambar 7. Katarak Imatur
c. Stadium Matur
Pada stadium ini terjadi pengeluaran air, sehingga lensa akan
berukuran normal kembali, sudut bilik mata depan normal kembali. Pada
stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar
yang melalui pupil dipantulkan kembali dipermukaan anterior lensa. Tak
ada bayangan iris (shadow test (-)). Di pupil tampak lensa yang seperti
mutiara. Iris shadow test membedakan stadium matur dari imatur dengan
syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika. Dengan melebarkan
pupil akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil
saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur (iris shadow test
(+)), dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari,
bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau satu tak hingga, hanya ada
persepsi cahaya, walaupun lensanya belum keruh seluruhnya. Keadaan ini
disebut stadium vera matur.2
25
d. Stadium Hipermatur
Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair,
sehingga nucleus lensa turun oleh karena daya beratnya, kebawah. Melalui
pupil pada daerah yang keruh nucleus ini terbayang sebagai setengah
lingkaran dibagian bawah, dengan warna yang lain dari pada bagian yang
diatasnya yaitu kecoklatan.
26
Tabel 3. Perbedaan Stadium Katarak Senilis
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Visus 6/6 (6/6 (1/300- (1/300-
1/60) 1/~) 1/~)
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Normal Bertambah Normal Berkurang
Lensa
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
27
c. Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak jauhdi
belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar dan keadaan ini
disebutpseudopositif.
28
asimetrik. Derajat gangguan fungsi peglihatan bervariasi, tergantung
seberapa dekat kekeruhan dengan sumbu penglihatan.8
Terdapat 2 jenis katarak kortikal yakni :
1. Tipe koronal (penampang frontal dan melintang)kekeruhan berbentuk
gada di perifer dengan bagian sentralnya jernih, progesifitas lambat
2. Tipe kuneiformis : spikula multipel di perifer dengan bagian sentralnya
jernih, progresivitas lambat.8
c. Katarak kupuliform
Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak
kortikal atau nuclear. Kekeruhan terletak dilapis korteks posterior dan
dapat memberikan gambaran miring. Makin dekat letaknya terhadap
kapsul makin cepat bertambahnya katarak. Katarak ini sering sukar
dibedakkan dengan katarak komplikata.10
2.3.7 PENYULIT
1. Glaucoma , melalui proses :
- Fakotopik
Berdasarkan kedudukan lensa, oleh karena proses
intumesensi (pengembungan), iris terdorong kedepan, sedut
COA dangkal, aliran COA tidak lancar sedang produksi terus
berlangsung, sehingga tekanan intraokular menningkat dan
menimbulkan glaukoma.
29
- Fakolitik
a. Lensa yang keruh, jika kapsul megalami kerusakan,
maka substansi lensa akan keluar dan direabsorbsi oleh
serbukan fagosit atau makrofag. Yang bayank di COA,
serbukan ini sangat banyak sehingga dapat menyumbat
sudut COA dan menyebabkan glaukoma.
b. Penyumbatan dapat terjadi pula oleh karena lensa
sendiri yang menumpuk di sudut COA, terutama bagian
kapsul lensa, dan menyebabkan exfolation glaucoma.
- Fakotoksik
Substansi lensa di COA, merupakan zat yang toksik bagi
mata (protein asing) sehingga terjadi reaksi alergi dan
timbulnya uveitis. Uveitis ini dapat menyebabkan glaukoma.
2. Dislokasi Lensa
Pada stadium matur, yang didiamkan dapat terjadi terlepasnya zonula
zinnii sehhingga menyebabkan dislokasi lensa, yang juga
menyebabkan glaukoma dan uveitis.
2.3.8 PENATALAKSANAAN
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam
sampai menjadi cukup padat (Matur atau hipermatur) dan menimbulkan
kebutaan. Namin pada stadium perkembangan yang paling dini katarak
dapat didekteksi melalui pupil yang berdilatasi maksimum dengan
oftalmoskop, loupe atau slitlamp. Dengan penyinaran miring (45 derajat
dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar
pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh
dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat
dengan pupil terjadi pada katarak matur. Katarak hipermatur, lensa akan
mengeriput sehingga shadow test akan menunjukkan hasil yang negatif.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah
pemeriksaan slitlamp, funduskopi bila mungkin, tonometer juga
pemeriksaan prabedah lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata
30
dan konjungtiva karena dapat menimbulkan penyulit yang berat berupa
panoftalmitis pasca bedah. Sebelum pembedahan juga harus dilakukan
pemeriksaan tajam penglihatan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding
dengan turunnya tajam penglihatan. Misalnya pada katarak nuclear tipis
dengan myopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai
sehingga mungkin penglihatan yang turun adalah akibat dari kelainan
retina dan bila dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam
penglihatan yang tidak memuaskan. Penatalaksanaan katarak dilakukan
berdasarkan pemeriksaan pasien dan faktofaktor penyulit yang mungkin
ada.
Evaluasi pasien yang penting antara lain: apakahpenurunan
kemampuan visual pasien dapat ditolong dengan operasi, apakah akan
terjadi perbaikan visus jika operasi dilakukan tanpa komplikasi, apakah
pasien atau keluarga dapat dipercaya untuk perawatan posoperatif, apakah
opasitas lensa berpengaruh terhadap kondisi sistemik dan okuler pasien.
Beberapa pengobatan non-bedah mungkin efektif sementara untuk fungsi
visual pasien katarak. Sebagai contoh, keadaan refraksi dapat ditingkatkan
dengan koreksi untuk penglihatan jauh dan dekat. Dilatasi pupil mungkin
dapat membantu pada katarak aksialis yang kecil dengan cahaya yang
lewat melalui bagian perifer lensa.
Penatalaksanaan medical pada katarak secara ketat dilakukan.
Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi
glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena gula.
Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol lowering agent, aspirin,
glutathione raising agent dan antioksidan vitamin C dan E. Obat yang
dikenal di pasaran dapat memperlambat proses pengeruhan antara lain
Catalin, Quinax, Catarlen dan Karyuni.
Beberapa pasien dengan fungsi visual terbatas dapat dibantu
dengan alat Bantu optik bila operasi belum bisa dilakukan. Dengan
monokuler 2,5x2,8 dan 4x lebih dekat ke objek, penggunaan magnifier,
teleskop dapat membantu membaca dan kerja dekat. Katarak akan
mengurangi kontras dan menyebabkan kabur. Panjang gelombang yang
31
pendek menyebabkan penyebaran warna, intensitas dan jarak cahaya, jika
pasien mampu mengatasinya terutama pada kondisi terang, penggunaan
lensa absortif mampu mengurangi disabilitas. Pasien dapat dioperasi bila
ada kemauan dari pasien itu sendiri untuk memperbaiki visus yang
biasanya baru disadari setelah terjadi gangguan pekerjaan atau aktivitas
sehari-hari.10
Keputusan untuk melakukan operasi harus didasarkan pada
kebutuhan visual pasien dan potensi kesembuhannya. Secara umum,
indikasi operasi katarak bila terdapat kondisi stereopsis, penyusutan
lapangan pandang perifer dan gejala anisometropia. Indikasi medical
dilakukannya operasi termasuk pencegahan komplikasi seperti glaucoma
fakolitik, glaucoma fakomorfik,uveitis facoantigenik dan dislokasi lensa
ke bilik mata depan. Indikasi tambahanya adalah untuk diagnosis atau
penatalaksanaan penyakit okuler lainnya, seperti retinopati diabetik atau
glaucoma. Pengobatan katarak pada intinya hanya dapat dilakukan dengan
pembedahan. Namun berbagai macam cara pengobatan non-bedah dapat
membantu pada berbagai macam kondisi tertentu sampai proses operasi
pembedahan dapat dilakukan
1. Pengobatan non-bedah
a. Pengobatan penyebab dari katarak
Pengobatan penyebab dari katarak sangat penting dilakukan untuk
menghentikan atau memperlambat perjalanan penyakit katarak sehingga
proses pembedahan dapat ditunda.
- Mengobati dan mengkontrol Diabetes Mellitus
- Penghentian pemakaian obat-obatan yang bersifat kataraktogenik
seperti kortikosteroid, phenothiazine, dan miotics
b. Meningkatan kemampuan penglihatan pada penderita katarak imatur dan
katarak insipien
- Pemakaian kaca mata hitam pada penderita katarak sentralakan sangat
membantu
32
- Refraksi, di mana dapat berubah dalam jangka waktu yang lumayan
singkat, harus selalu dikontrol secara berkala
- Pengaturan pencahayaan. Pada pasien dengan kekeruhan lensa bagian
perifer, pencahayaan yang terang dapat membantu meningkatan
kemampuan penglihatan. Sebaliknya, pada penderita katarak dengan
kekeruhan lensa bagian sentral membutuhkan pencahayaan yang redup
untuk mendapatkan penglihatan yang baik.
- Penggunaan mydriatic dapat membantu menigkatkan penglihatan.
- Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi
glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena
gula.
- Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol lowering agent, aspirin,
glutathione raising agent dan antioksidan vitamin C dan E juga dapat
menghambat proses kekeruhan lensa.
2. Pembedahan
Indikasi :
- Memperbaiki kemampuan penglihatan Tindakan pembedahan dilakukan jika
katarak tersebut telah mengganggu aktivitas sehari-hari penderita
- Adanya Indikasi medis Terkadang visus penderita masih bagus dan masih
dapat melakukans kegiatan sehari-hari, namun tindakan pembedahan dapat
dianjurkan jika ada indikasi medis seperti:
o Lens Induced glaucoma
o Phacoanaphylactic endophtalmitis
o Penyakit-penyakit pada retina seperti retinopati diabetes atau ablasi retina
di mana pengobatannya dihambat oleh adanya kekeruhan lensa
- Indikasi kosmetik Untuk mendapatkan kembali pupil yang bewarna hitam
3. Evaluasi preoperatif
Sebelum melakukan tindakan pembedahan, pemeriksaan secara keseluruhan
harus dilakukan.
- Pemeriksaan kesehatan umum
33
- Pemeriksaan mata
- Pemeriksaan fungsi retina
- Menilai apakah ada infeksi local pada mata
- Pemeriksaan bilik mata depan dengan slit lamp
- Pemeriksaan tekanan bola mata
4. Pengobatan Preoperatif
- Antibiotik topical
- Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
- Informed consent
- Menurunkan tekanan bola mata (TIO)
- Menjaga agar pupil tetap berdilatasi
34
umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering
digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
35
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur
kapsula traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan
syndrome, katarak morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.
Komplikasi:
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
36
Gambar 13. Metode dengan ECCE
37
5. Kemungkinan astigmatisme postoperative lebih kecil pada ECCE
dibandingkan dengan ICCE karena insisi yang dilakukan lebih kecil
38
Gambar 14. Metode dengan Phakoemulsifikasi
a. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil. Di negara yang berkembang, teknik ini lebih dipilih
karena biaya yang lebih murah, teknik yang lebih mudah dipelajari, lebih
aman untuk dilakukan dan mempunyai aplikasi yang lebih luas. Sesudah
ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tanda-
tandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam. Pada
(pseudofakia)
Menggunakan lensa kontak
Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat, dan tidak
nyaman. Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan
dalam dua kacamata untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi
khromatis.
39
Gambar 15. Metode dengan SICS
40
Prolaps iris, bilik mata depan menjadi dangkal, kebocoran jahitan dapat
terjadi
Prolaps vitreous, operative hard eye, dan expulsive choroidal hemorrage
dapat terjadi
41
Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai
sampai saat ini yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari
IOL berdasarkan metode fiksasinya di mata:
1. Anterior Chamber IOL
Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber.
ACIOL ini dapat ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang
dipakai karena mempunyai resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.
2. Iris-Supported lenses
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang
dipakai karena mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post
operatif
42
3. Posterior chamber lenses
PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau
oleh capsular bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:
o Rigid IOL
Terbuat secara keseluruhan dari PMMA
o Foldable IOL
Dipakai untuk penanaman melalui insisi yang kecil(3,2mm) setelah
tindakan phacoemulsifikasi dan terbuat dari silikom, akrilik, hydrogel dan
collaner
o Rollable IOL
IOL yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi pada phakonit
teknik, terbuat dari hydrogel.
Pseudophakia
Adalah keadaan aphakia ketika sudah dipasang lensa tanam (IOL). Keadaan
setelah pemasangan lensa tanam:
Emmetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian
hanya membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja
Consecutive Myopia
43
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang
demikian membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekatnya
Consecutive Hypermetropia
Keadaan dimana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi sehingga
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D
dan +3D untuk penglihatan dekatnya.
Tanda-tanda pseudophakia:
o Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus
o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata
normal
o Iridodonesis ringan
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil
maka akan terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi
dengan mendilatasi pupil.
o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang
ditanam.
44
Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat
maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul
benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan
Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan
perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan
yang tidak sempurna.
Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.
2.3.9 KOMPLIKASI
1. Komplikasi preoperative
Kecemasan, dapat diberikan obat-obatan anxiolitik seperti diazepam 2-5
mg pada saat sebelum tidur.
Mual dan gastritis, dapat menderita mual dan gastritis akibat obat yang
diberikan sebelum tindakan operasi seperti acetazolamide, glycerol
sehingga dapat diberikan antasid oral untuk meredakan gejala
Konjungtivitis iritan atau alergi, terjadi karena obat topical antibiotik yang
diberikan sebelum tindakan operasi sehingga tindakan operasi harus
ditunda sampai 2 hari dan dilakukan penghentian obat tersebut
Abrasi kornea, terjadi karena tindakan pengukuran tonometri yang salah
sehingga harus diberikan antibiotik ointment dan tindakan ditunda selama
2 hari.
2. Komplikasi yang terjadi karena anestesi local
Pendarahan Retrobulbar karena adanya blok pada retrobulbar sehingga
harus diberikan pilocarpine 2% dan tindakan ditunda selama 1 minggu
Oculocardiac reflex di mana dapat terjadi bradikardia dan aritimia karena
adanya blok pada retrobulbar sehingga dapat diberikan atropine intravena.
Perdarahan subkonjungtiva yang kadang-kadang dapat terjadi namun tidak
memerlukan tindakan lebih lanjut.
45
Dislokasi dari lensa secara spontan terutama pada pasien dengan zonul
yang lemah dan telah berdegenerasi terutama pada katarak yang
hipermatur.
46
- Penumbuhan epitel konjungtiva ke anterior chamber melalui
defek pada insisi yang lama-kelamaan dapat menyebabkan
glaukoma.
- Glaukoma yang terjadi karena aphakia dan pseudoaphakia.
- Sisa-sisa dari kekeruhan lensa yang berada di antara anterior dan
posterior kapsul yang dikelilingi oleh jaringan fibrin atau darah.
- Tipe proliferative karena adanya sel-sel epitel anterior yang
tertinggal yang dapat tumbuh ke arah kapsul posterior dan dapat
menyebabkan kekeruhan.
2.3.10 PROGNOSIS
Saat operasi tidak disertai dengan penyakit mata lain sebelumnya, yang
akan mempengaruhi hasil secara signifikan seperti degenerasi makula atau
atropi saraf optik, standar ECCE yang berhasil tanpa komplikasi atau
fakoemulsifikasi memberikan prognosis penglihatan yang sangat menjanjikan
mencapai sekurang-kurangnya 2 baris snellen chart. Penyebab. Faktor risiko
utama yang mempengaruhi prognosis visual adalah adanya diabetes melitus
dan retinopati diabetik.10
47
BAB IV
PEMBAHASAN
48
Selain itu untuk menyingkirkan diagnosis banding dari katarak imatur,matur
dan hipermatur, dapt di bedakan dengan tabel sebagai berikut:
49
Prognosis pasien katarak umumnya baik karena katarak tidak mengancam
kehidupan, sehingga quo ad vitam bonam. Fungsi mata penderita dapat kembali
normal tergantung pembedahan dan penatalaksanaan yang tepat, sehingga pada
penderita ini prognosis quo ad functionam dubia ad bonam.
50
DAFTAR PUSTAKA
51