Anda di halaman 1dari 85

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) TERHADAP PREDIKSI BELANJA DAERAH.


(Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota di Indonesia)

SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai derajat Sarjana Strata-1 Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi UII

Disusun Oleh:

NOVI PRATIWI MAULIDA


03 312 365

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2007
Pernyataan Bebas Plagiarisme
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari

terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima

hukuman/sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 21 Mei 2007

Penyusun,

(Novi Pratiwi Maulida)

ii
PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) TERHADAP PREDIKSI BELANJA DAERAH.

(Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota di Indonesia)

Hasil Penelitian

Diajukan Oleh:

Nama : Novi Pratiwi Maulida

Nomor Mahasiswa : 03 312 365

Jurusan : Akuntansi

Telah disetujui Oleh Dosen Pembimbing

Pada Tanggal 21 Mei 2007

Dosen Pembimbing

(Mahmudi, SE., M.Si)

iii
MOTTO

Sungguh, bersama kesukaran itu pasti ada kemudahan. Oleh karena itu, jika

kamu telah selesai dari suatu tugas, kerjakan tugas lain dengan sungguh-

sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu memohon dan

mengharap.(QS. Al-Insyirah:6-8)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiap kali jatuh (Confusius)

You Can If You Think You Can

iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:

Bapak dan Ibu. Ku tahu kau berharap dalam doamu, ku tahu kau

berjaga dalam langkahmu, dan ku tahu selalu ada cinta dalam

senyummu.

Kakaku Amy dan Adikku Heru

Mas Yahya

Keluarga besarku

v
KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbilalamin

Puji syukur senantiasa penulis tujukan kehadirat ALLAH SWT Yang

selalu ada dalam setiap langkahku Atas Karunia dan Hidayah serta akal pikiran

dan atas segala kemudahan. Nabi besar kita Muhammad SAW yang sudah

membawa kita pada jaman yang terang benderang. Atas berkat Rahmat dan

KebesaranNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PENGARUH

DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

(PAD) TERHADAP PREDIKSI BELANJA DAERAH (Studi Kasus Pada

Kabupaten/Kota di Indonesia). Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana S-1 pad Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Islam

Indonesia.

Penulis menyadari bahwa dalam melaksanakan penelitian ini, penulis

mendapat bantuan yang sangat besar dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec, selaku Rektor Universitas

Islam Indonesia Yogyakarta.

2. Bapak Drs Asmai Ishak, M.Bus., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

vi
3. Bapak Mahmudi, SE., M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang

selama ini membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapakku (Abdul Rahim, S.Sos., M.Si ) dan Ibuku (Munirah, S.Ag), untuk

doa yang tak pernah usai. Kasih sayang, cinta dan kesabaran yang

diberikan pada anakmu yang bandel ini. Terima kasih, tiada kata yang

mampu putrimu sampaikan untuk semua yang telah kalian berikan.Thanks

for being my parents

5. Kakakku Amy, makasi buat SMS-SMS nya, omelan-omelan tiap telfon,

dukungannya, doanya, pokoknya buat semua semuanya deh, makasih

ya...youre the best. Untuk adikku Heru, belajar yang rajin, jangan melali

terus, btw makasi ya doanya.

6. Buat mas Yahya, aku bingung mas mo nulis apa, pokoknya terima kasih

untuk kesabaran, cinta, kasih sayang yang tulus, buat doanya, bantuan-

bantuannya, dan dukungannya. Makasi udah nemenin aku selama di Jogja,

n buat semangat dan motivasi yang tak kenal lelah. Buruan nyusul ya

mas.

7. Keluarga besarku untuk doa, kasih sayang, dan perhatian yang kalian

berikan, sehingga aku tak pernah merasa sendiri walau jauh dari kalian.

8. Keluarga Gelatik 101, Mas Pur dan Mbak Ninik, maaf ya kalo aku

sering nyusahin n sering pulang telat. Si kecil Dimas, belajar yang rajin ya

dek

9. Temen-temen seperjuanganku, Annie, Siska, Lena, makasi untuk

persahabatan yang tak mungkin aku lupakan. Untuk Wahyu, makasi

vii
banget ya buat bantuan-bantuannya. Buat Yudhi brother bear, Nono

(sukses ya cafenya), Dian, Danang, Rina, Mbak Lin, makasi atas bantuan-

bantuannya. Semoga kebaikan-kebaikan kalian mendapat balasan dari

Allah SWT, amin

10. Temen-Temen JK-Toys dan Vinity, untuk keceriaan dan dukungan kala

aku sedih, ayoSEMANGAT!!!

11. Semua pihak yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk

semuanya.

Tiada gading yang tak retak, begitulah pepatah bijak mengatakan,

penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih belum sempurna

karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis, karenanya penulis minta

maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan di hati pembaca.

Penulis berharap semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat dalam ilmu

pengetahuan khususnya dibidang Ekonomi Akuntansi.

Wassalamualaikum wr wb

Yogyakarta, 21 Mei 2007

Penulis

Novi Pratiwi Maulida

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .i

BERITA ACARA UJIAN SKRIPSIii

HALAMAN Pernyataan Babas Plagiarisme. iii

HALAMAN PENGESAHAN.. iv

HALAMAN MOTTO...v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

KATA PENGANTAR. vii

DAFTAR ISI..x

DAFTAR TABEL dan GRAFIK..xiii

DAFTAR LAMPIRAN.. xiv

ABSTRAK... xv

DAFTAR PUSTAKA..xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Pokok Masalah...5

1.3 Batasan Masalah.5

1.4 Tujuan Penelitian6

1.5 Manfaat Penelitian..6

1.6 Hipotesis Penelitian7

1.7 Metode Analisis Data........ 8

1.7.1 Data Penelitian.8

ix
1.7.2 Alat Uji Statistik...8

1.8 Sistematika Pembahasan9

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Belanja Daerah atau Pengeluaran Daerah (Local Expenditure)...10

2.1.1 Belanja Rutin10

2.1.2 Belanja Pembangunan...... 11

2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)..13

2.3 Dana Alokasi Umum (DAU)...... 17

2.4 Penelitian-Penelitian Terdahulu dan Penarikan Hipotesis...20

2.4.1 Pengaruh (DAU) terhadap Belanja Daerah (BD)..22

2.4.2 Pengaruh (PAD) terhadap Belanja Daerah (BD)......23

2.4.3 Flypaper Effect dan Pengaruhnya pada Belanja Daerah...23

2.5 Posisi Penelitian Ini Terhadap Penelitian Terdahulu...25

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Data..26

3.1.1 Data Umum...26

3.1.2 Data Khusus.26

3.2 Alat Analisis30

3.2.1 Uji Asumsi Klasik.30

3.2.2 Alat Analisis Statistik...... 32

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Diskriptif36

4.2 Uji Asumsi Klasik38

x
4.3 Analisis Hasil Regresi..41

4.4 Pengujian Terhadap Flypaper Effect...... 45

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan..48

5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran...49

xi
DAFTAR TABEL dan GRAFIK

TABEL

2.1 Formulasi Untuk Menghitung Besarnya DAU..19

4.1 Statistik Deskriptif Sebelum Remediasi.....36

4.2 Statistik Deskriptif setelah remediasi.....37

4.3 Statistik Deskriptif.....38

4.4 Hasil uji Multikolinieritas...... 38

4.5 Hasil uji Autokorelasi.40

4.6 Pengaruh DAUt-1 terhadap BDt..41

4.7 Pengaruh PADt-1 terhadap BDt...43

4.8 Pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 terhadap BDt45

4.9 Perbandingan Pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 terhadap BDt46

GRAFIK

4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas39

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Laporan Anggaran BD T.A. 2003-2005


Kabupaten, Kota dan Propinsi di Indonesia51

Lampiran 2

Laporan Realisasi DAU T.A. 2003-2005


Kabupaten, Kota dan Propinsi di Indonesia54

Lampiran 3

Laporan Realisasi PAD T.A. 2003-2005


Kabupaten, Kota dan Propinsi di Indonesia57

Lampiran 4

Statistik Deskriptif sebelum remediasi60

Lampiran 5

Statistik Deskriptif Setelah Remediasi61

Lampiran 6

Hasil Uji Asumsi Klasik.62

Lampiran 7

Hasil Uji Hipotesis PADt-1 mempengaruhi BDt (parsial)...63

Lampiran 8

Hasil Uji Hipotesis DAUt-1 mempengaruhi BDt (parsial)..64

Lampiran 9

Hasil Uji Hipotesis DAUt-1 dan PADt-1 mempengaruhi BDt.............................. 65

xiii
Abstrak

Indonesia terdiri dari 33 provinsi dan 434 kabupaten/kota sejak tanggal 1


Januari 2001 secara efektif mulai melaksanakan otonomi daerah. Hal ini menuntut
Pemerintah Daerah untuk lebih mandiri. Kemandirian ini dapat dilihat dari
ketergantungan pemerintah daerah terhadap Pemerintah Pusat. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah transfer atau DAU dari
pemerintah pusat (pempus) dan PAD berpengaruh terhadap belanja pemerintah
daerah (pemda) di Indonesia, dengan sample 100 kabupaten/kota di Indonesia
yang dipilih secara acak. Data yang dianalisis bersumber dari Laporan Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan lag 1 tahun. Hasil
analisis menunjukkan bahwa DAUt-1 dan PADt-1 secara terpisah dan serentak
berpengaruh terhadap prediksi Belanja Daerah. DAUt-1 mempunyai daya prediksi
yang lebih kuat daripada PADt-1 dalam mempengaruhi prediksi Belanja Daerah
sehingga dapat dikatakan terjadi flypaper effect. Hasil ini membutuhkan
konfirmasi melalui studi-studi berikutnya.

Kata-kata kunci: Dana Alokassi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Belanja Daerah (BD), flypaper effect, kabupaten/kota,
Indonesia

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak Januari 2001 bangsa dan negara Indonesia memulai babak baru

penyelenggaraan pemerintahan, dimana Otonomi Daerah dilaksanakan di seluruh

Dati II (kota dan kabupaten) yang jumlahnya mencapai 336. Hampir seluruh

kewenangan pemerintah pusat diserahkan pada daerah, kecuali lima bidang;

Politik Luar Negeri, Pertahanan Keamanan, Peradilan, Moneter, Fiskal dan

Agama.(Brahmantio,2002)

Hal ini menimbulkan peningkatan tanggungjawab penyelenggaraan

pemerintahan (penyediaan barang publik dan pembangunan ekonomi) di tingkat

daerah yang sangat besar, khususnya pada bidang pendidikan yang merupakan

unsur esensial dalam pembangunan daerah dan telah menjadi salah satu bagian

utama kebutuhan penduduk. Namun, kemampuan daerah untuk mempertahankan

dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tersebut dapat dikatakan sangat

terbatas, mengingat peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih rendah dalam

penerimaan APBD daerah kota/kabupaten dan kesiapan sumber daya manusia

(SDM) serta kemampuan manajemen sektor pendidikan di tingkat daerah masih

sangat terbatas. (Brahmantio, 2002).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah didefinisikan sebagai Kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri


2

berdasarkan, aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kewenangan untuk mengatur diri sendiri itu luas, nyata dan bertanggung-jawab.

(Abd Rachim, 2006).

Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

sesuai dengan ketentuan umum di UU Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah yang telah menggantikan UU No. 22 tahun 1999.

Pelaksanaan kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah, dimulai

secara efektif pada tanggal 1 Januari 2001, merupakan kebijakan yang dipandang

sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi yang sesungguhnya.

Desentralisasi sendiri mempunyai tujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan

dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi,

keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan

daerah dan antar daerah.

(dalam sidik et al, 2002, yang dikutip oleh Maemunah, 2006).

Berlakunya Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah, membawa perubahan mendasar pada system dan

mekanisme pengelolaan pemerintahan daerah. UU ini menegaskan bahwa untuk

pelaksanaan kewenangan Pemda (Pemerintah Daerah), Pempus (Pemerintah

Pusat) akan mentransferkan dana perimbangan kepada Pemda. Dana Perimbangan

tersebut terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

dan bagian daerah dari bagi hasil pajak pusat. Disamping itu, Pemerintah Daerah
3

juga memiliki sumber pendanaan sendiri berupa PAD, pinjaman daerah, maupun

lain-lain penerimaan daerah yang sah. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut

diserahkan kepada Pemda. (Bambang Prakosa, 2004).

Namun, pada praktiknya, transfer dari Pempus merupakan sumber

pendanaan utama Pemda untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang

oleh Pemda dilaporkan di perhitungan APBD. Tujuan dari transfer ini adalah

untuk mengurangi (kalau tidak mungkin menghilangkan) kesenjangan fiskal antar

pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di

seluruh negeri. Hal ini seperti disebutkan oleh Simanjuntak dalam Sidik et al,

2002.

Di Indonesia, pada decade 1990-an, presentase transfer ini mencapai 72%

pengeluaran propinsi dan 86% pengeluaran kabupaten/kota. Di Amerika Serikat,

persentase transfer dari seluruh pendapatan mencapai 50% untuk pemerintah

federal dan 60% untuk pemerintah daerah (Fisher, 1996 yang dikutip oleh Kesit

Bambang, 2004). Khusus dib Negara bagian Wisconsin di AS, sebesar 47%

pendapatan Pemda berasal dari transfer pempus (Deller et al, 2002 yang dikuti

oleh Kesit Bambang, 2004). Di Negara-negara lain, persentase transfer atas

pengeluaran Pemda adalah 85% di Afrika Selatan, 67%-95% di Nigeria, dan 70%-

90% di Meksiko

Dengan adanya transfer dana dari Pempus tersebut bagi Pemda merupakan

sumber pendanaan dalam pelaksanaan kewenangannya. Namun dalam

kenyataannya, transfer dana tersebut merupakan sumber dana utama Pemda untuk

membiayai belanja daerah. Seharusnya kekurangan dari transfer dana tersebut


4

diharapkan dapat diambil dari sumber pendanaan sendiri yaitu Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Banyak peneliti sebelumnya menganalisis pengaruh DAU dan PAD

terhadap Belanja Pemerintah Daerah baik di Pulau Jawa, Bali, bahkan Sumatra.

Pada hasil analisis di Pulau Sumatra, diperoleh hasil yaitu, PAD tidak signifikan

berpengaruh terhadap Belanja Daerah. Hal tersebut berarti terjadi Flypaper

Effect.Hal ini sesuai dengan hipotesisnya yang menyatakan pengaruh DAU

terhadap BD lebih besar daripada pengaruh PAD terhadap BD diterima.Hasil ini

konsisten dengan temuan-temuan sebelumnya, seperti Aaberge & Langorgen

(1997), Andersson (2002), Deller et al (2002), Legrenzi & Milas (2001), Zampelli

(1986) dan Sukriy & Halim (2004). (Maemunah, 2006).

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari 33 provinsi dan

434 kabupaten/kota, yang masing-masing memiliki karakteristik kebudayaan dan

adat istiadat yang berbeda, sehingga berpengaruh pada berapa besarnya

pendapatan ataupun pengeluaran yang terjadi pada daerah tersebut. Keadaan yang

berbeda inilah yang membuat penulis ingin meneliti bagaimana pengaruh DAU

dan PAD terhadap prediksi Belanja Daerah dan apakah terjadi flypaper effect dari

pengaruh tersebut pada Pemda Kabupaten/kota di Indonesia

Flypaper effect merupakan suatu kondisi keuangan pemerintah daerah

yang membelanjakan lebih banyak atau lebih boros dengan menggunakan dana

transfer dari pemerintah pusat (DAU) dibandingkan menggunakan dana sendiri

(PAD). Flypaper effect ini merupakan pembicaraan utama dalam penelitian ini.
5

Dua sisi yang dapat terjadi pada penelitian ini yaitu terjadi atau tidaknya

Flypaper effect pada pengaruh DAU dan PAD terhadap prediksi Belanja Daerah.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang berjudul:

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) TERHADAP PREDIKSI BELANJA DAERAH. (Studi Kasus

Pada Kabupaten/Kota di Indonesia)

1.2 Pokok Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka pokok

permasalahannya sebagai berikut:

1. Apakah Dana Alokasi Umum (DAUt-1) dan Pendapatan Asli Daerah

(PADt-1) berpengaruh terhadap prediksi Belanja Daerah di

Kabupaten/Kota di Indonesia.

2. Apakah terjadi Flypaper Effect pada pengaruh DAUt-1 dan PADt-1

terhadap prediksi Belanja Daerah di Kabupaten/Kota di Indonesia.

1.3 Batasan Masalah

Batasan Masalah dalam penelitian ini antara lain :

1. Laporan keuangan yang diamati adalah Laporan Keuangan periode tahun

2003, 2004, dan 2005.

2. Pengaruh Belanja Daerah hanya diukur dengan Dana Alokasi Umum

(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).


6

3. Kabupaten/Kota yang diamati adalah sebagian Kabupaten/Kota di

Indonesia. Berjumlah 100 Kabupaten/Kota yang secara rutin

mempublikasikan laporan keuangannya.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 terhadap prediksi Belanja

Daerah di Kabupaten/Kota di Indonesia.

2. Untuk menganalisis kemungkinan terjadinya flypaper Effect pada Belanja

Daerah di Kabupaten/Kota di Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak yaitu:

1. Bagi Pemerintahan Daerah

Memberikan masukan bagi Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam hal

penyusunan kebijakan di masa yang akan datang.

2. Bagi Penulis

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dari informasi yang diperoleh,

serta menambah pengalaman peneliti dalam bidang penelitian.

3. Bagi Dunia Pendidikan.

Memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan untuk dijadikan

bahan pembelajaran dan untuk kemajuan pendidikan. Serta sebagai bahan


7

referensi dan data tambahan bagi peneliti-peneliti lainnya yang tertarik

pada bidang kajian ini.

1.6 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kesit Bambang Prakosa (2004),

mengadakan penelitian untuk daerah Propinsi Jawa Tengah dan DIY. Hasilnya

adalah secara empiris penelitian ini membuktikan bahwa besarnya Belanja Daerah

dipengaruhi oleh jumlah DAU yang diterima dari Pemerintah Pusat. Dari hasil

penelitian tersebut, menunjukkan bahwa DAU dan PAD berpengaruh signifikan

terhadap belanja daerah. Dalam model prediksi belanja daerah, daya prediksi

DAU terhadap belanja daerah lebih tinggi dibanding daya prediksi PAD. Hal ini

menunjukkan telah terjadi flypaper effect.

Berdasrkan hasil penelitian diatas dan dari penelitian-penelitian

sebelumnya, penulis mengajukan hipotesis yaitu:

Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dengan lag 1 tahun

berpengaruh positif terhadap prediksi Belanja Daerah

Dana Alokasi Umum (DAU t-1) mempunyai pengaruh yang lebih

signifikan terhadap prediksi Belanja Daerah dibandingkan dengan

Pendapatan Asli Daerah.(PAD t-1)

Dana Alokasi Umum (DAU t-1) berpengaruh lebih signifikan terhadap

prediksi Belanja Daerah sehingga terjadi Flypaper effect.


8

1.7 Metode Analisis Data

Metode yang dipergunakan untuk memperoleh data-data yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Observasi

Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan terhadap

Realisasi Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Pendapatan Asli

Daerah pada pemerintahan daerah Kabupataen/Kota di Indonesia

2. Metode Studi Pustaka

Metode ini dilaksanakan dengan melakukan studi kepustakaan melalui

buku-buku referensi yang relevan.

3. Kajian Dokumen

Metode ini dilaksanakan dengan mengkaji form-form, laporan-

laporan, arsip.

1.7.1 Data Penelitian

Dari penelitian ini, data yang diambil adalah Laporan Realisasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran 2003, 2004, dan 2005

yang berupa Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU), Realisasi Pendapatan Asli

Daerah (PAD), dan Laporan Anggaran Belanja Daerah (BD) untuk 100

kabupaten/kota di Indonesia terdiri dari 14 provinsi dan 86 kabupaten/kota yang

dipilih secara acak yang dianggap mewakili kabupaten/kota di Indonesia.

1.7.2 Alat Uji Statistik

Variable Terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah

Belanja Daerah. Sedangkan variable-variabel bebasnya (independent variables)


9

adalah Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).Alat

analisis yang digunakan adalah regresi sederhana (simple regression) untuk

melihat pengaruh masing-massing variable terhadap Belanja Daerah secara

terpisah dan regresi berganda (multiple regression) untuk melihat pengaruh

seluruh variable tersebut secara serentak. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan program aplikasi komputer SPSS 13.00 For Windows.

1.8 Sistematika Pembahasan

BAB I Pendahuluan

Terdiri dari Latar Belakang Masalah, pokok masalah, batasan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, metode analisis

data, dan sistematika pembahasan.

BAB II Kajian Pustaka

Menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian

terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan

yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Terdiri dari sample dan data, variabel penelitian, dan metode analisis data.

BAB IV Analisis dan Pembahasan

Membahas tentang hasil analisis yang diperoleh secara rinci disertai

dengan langkah-langkah analisis data yang dilakukan.

BAB V Penutup

Berisi kesimpulan dan saran yang ditujukan pada berbagai pihak.


BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Belanja Daerah,

Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah serta kemungkinan terjadinya

flypaper effect. Menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa

penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan

tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.

2.1 Belanja Daerah atau Pengeluaran Daerah (Local Expenditure)

Belanja daerah adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu

periode Anggaran. (Abdul Halim, 2002). Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah terdiri dari tiga komponen utama, yaitu unsur penerimaan, belanja rutin

dan belanja pembangunan. Ketiga komponen itu meskipun disusun hampir secara

bersamaan, akan tetapi proses penyusunannya berada di lembaga yang berbeda.

Proses penyusunan APBD secara keseluruhan berada di tangan Sekretraris Daerah

yang bertanggung jawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyusunan APBD.

Sedangkan proses penyusunan belanja rutin disusun oleh Bagian Keuangan

Pemda, proses penyusunan penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah

dan proses penyusunan belanja pembangunan disusun oleh Bappeda (Bagian

Penyusunan program dan bagian keuangan). (Dedy Haryadi et al, 2001).

2.1.1 Belanja Rutin

Dengan telah diberikannya wewenang untuk mengelola keuangan daerah,

maka Belanja Rutin diprioritaskan pada optimalisasi fungsi dan tugas rutin
11

perangkat daerah, termasuk perangkat eks Kanwil/Kandep yang telah dan akan

dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah. Selain itu, perlu diupayakan

penghematan untuk Belanja Rutin non Pegawai dengan cara memprioritaskan

pembiayaan terhadap belanja yang benar-benar urgen disertai dengan peningkatan

disiplin anggaran. (Halim, 2002)

2.1.2 Belanja Pembangunan

Belanja Pembangunan disusun atas dasar kebutuhan nyata masyarakat

sesuai dengan tuntutan dan dinamika yang berkembang untuk meningkatkan

pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Dalam pembangunan

daerah, masyarakat perlu dilibatkan dalam proses perencanaannya, sehingga

kebutuhan mereka dapat dijabarkan dalam kebijakan-kebijakan yang akan

ditetapkan berdasarkan prioritas dan kemampuan daerah. (Halim, 2002)

Kelompok Belanja meliputi Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi

dan Pemeliharaan, dan Belanja Modal (untuk Bagian Belanja Aparatur Daerah),

dan meliputi Belanja administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan,

Belanja Modal, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, dan Belanja Tidak

Tersangka (Untuk Bagian Belanja Pelayanan Publik).

a. Belanja Administrasi Umum

Belanja Administrasi Umum adalah semua pengeluaran pemerintah

daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau pelayanan

publik dan bersifat periodik. Kelompok belanja administrasi umum terdiri atas

empat jenis Belanja, yaitu:


12

1. Belanja Pegawai/Personalia.

2. Belanja Barang dan Jasa.

3. Belanja Perjalanan Dinas.

4. Belanja Pemeliharaan.

b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Kelompok Belanja ini merupakan semua belanja pemerintah daerah

yang berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Kelompok belanja ini

meliputi jenis belanja:

1. Belanja Pegawai/Personalia.

2. Belanja Barang dan Jasa.

3. Belanja Perjalanan Dinas.

4. Belanja Pemeliharaan.

Jenis belanja antara Belanja Operasi dan Pemeliharaan dengan Belanja

Administrasi Umum memang sama, tapi yang berbeda adalah pada Objek

Belanjanya.

c. Belanja Modal

Belanja Modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya

melebihi satu anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan

selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan

pada kelompok belanja Belanja Administrasi Umum. Kelompok belanja ini

mencakup Jenis Belanja baik Untuk Bagian Belanja Aparatur Daerah maupun

Pelayanan Publik.
13

d. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan berbentuk kegiatan

pengalihan uang dan atau barang dari Pemerintah Daerah. Kelompok Belanja ini

terdiri atas Jenis Belanja yang hanya untuk Bagian Belanja Pelayanan Publik,

seperti Belanja Bagi Hasil Pajak kepada Pemerintah Kabupaten/Kota (bagi

provinsi), Belanja Bantuan Keuangan kepada Organisasi Kemasyarakatan,

Belanja Bantuan Keuangan kepada Organisasi Profesi, dan belanja lainnya.

e. Belanja Tidak Tersangka

Kelompok Belanja Tidak Tersangka adalah belanja Pemerintah Daerah

untuk Pelayanan Publik dalam rangka mengatasi bencana alam dan atau bencana

sosial. Kelompok Belanja ini terdiri atas Jenis Belanja Tidak Tersangka.

2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos

Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos

Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan

Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam. (Bastian, 2002)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah

yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Menurut Elita Dewi, dalam

jurnalnya yang membahas tentang identifikasi sumber pendapatan daerah,

dijelaskan bahwa identifikasi adalah pengenalan atau pembuktian sama, jadi

identifikasi sumber pendapatan asli daerah adalah : meneliti, menentukan dan

menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber pendapatan asli daerah


14

dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber pendapatan

tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal.

Sedangkan pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari

sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan daerah.

Berdasarkan UU nomor 22 tahun 1999 pasal 79 disebutkan bahwa pendapatan asli

daerah terdiri dari :

a. Hasil pajak daerah

b. Hasil retribusi daerah

c. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan milik daerah yang

dipisahkan.

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

a. Pajak Daerah

Menurut Kaho pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat

kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan

untuk Public Investment.

Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapakan

sebagai badan hukum publik dalam rangka membiayai rumah tangganya. Dengan

kata lain pajak daerah adalah : pajak yang wewenang pungutannya ada pada

daerah

b. Retribusi Daerah

Rochmat Sumitra mengatakan bahwa retribusi adalah pembayaran kepada

negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara,

artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakain jasa atau kerena
15

mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa

yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa

berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga

keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan

pemerintah kepada yang membutuhkan.

Disamping itu menurut Kaho, ada beberapa ciri-ciri retribusi yaitu :

1. Retibusi dipungut oleh negara

2. Dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis

3. Adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk

4. Retribusi yang dikenakan kepada setiap orang / badan yang menggunakan /

mengenyam jasa-jasa yang disediakan oleh negara.

Dari uraian diatas dapat kita lihat pengelompokan retribusi yang meliputi :

1. Retribusi jasa umum, yaitu : retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2. Retribusi jasa usaha, yaitu : retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemda

dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor

swasta.

c. Perusahaan Daerah

Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan

berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan


16

yang berlaku. Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting dan

perlu mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah.

1. Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat :

a. Memberi jasa

b. Menyelenggarakan pemanfaatan umum

c. Memupuk pendapatan

2. Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah

khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan menggutamakan

industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang

adil dan makmur.

3. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah

tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok

pemerintahan daerah.

4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan mengusai hajat hidup

orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan

daerah yang dipisahkan.

d. Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula

sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu penerimaan lain-lain yang sah, menurut

Devas bahwa : kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah Tingkat

II mencakup berbagai penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan alat berat

dan bahan jasa. Penerimaan dari swasta, bunga simpanan giro dan Bank serta
17

penerimaan dari denda kontraktor. Namun walaupun demikian sumber

penerimaan daerah sangt bergantung pada potensi daerah itu sendiri.

2.3 Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang

dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk

membiayai kebutuhan pembelanjaan. Adapun cara menghitung DAU menurut

ketentuan adalah sebagai berikut:

a. Dana Alokasi umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25% dari

penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN.

b. Dana Alokasi umum (DAU) untuk daerah propinsi dan untuk daerah

kabupaten/kota ditetapkan masing-masing 10% dan 90% dari dana alokasi

umum sebagaimana ditetapkan diatas.

c. Dana Alokasi umum (DAU) untuk suatu daerah kabupaten/kota tertentu

ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk

daerah/kabupaten yang ditetapkan APBN dengan porsi daerah

kabupaten/kota yang bersangkutan.

d. Porsi daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud di atas merupakan

proporsi bobot daerah kabupaten/kota di seluruh Indonesia. (Prakosa,

2004)

Sejak akhir dekade 1950-an, dalam literature ekonomi dan keuangan

daerah, hubungan pendapatan dan belanja daerah didiskusikan secara luas, serta

berbagai hipotesis tentang hubungan ini diuji secara empiris. Seperti yang

dinyatakan oleh Holtz-Eakin et al (1985), yang dikutip oleh Maemunah (2006),


18

bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari Pempus dengan belanja

pemerintah daerah. Analisisnya menggunakan model maximizing under

uncertainty of intertemporal utility function dengan menggunakan data runtun

waktu selam tahun 1934-1991 untuk mengetahui seberapa jauh pengeluaran

daerah dapat dirasionalkan melalui suatu model.

Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang dimulai sejak 1

Januari 2001, maka Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih luas, nyata,

dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai daerah otonom, Pemerintah Daerah

sangat bergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat berupa bagi

hasil pajak, baga hasil SDA, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi

Khusus (DAK). Dana Alokasi Umum yang merupakan penyangga utama

pembiayaan APBD sebagian besar terserap untuk belanja pegawai, sehingga

belanja untuk proyek-proyek pembangunan menjadi sangat berkurang.

Kendala utama yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan

otonomi daerah adalah minimnya pendapatan yang bersumber dari Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Proporsi PAD yang rendah, di lain pihak, juga menyebabkan

Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam mengelola

keuangan daerah. Sebagian besar pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan,

dibiayai dari dana perimbangan, terutama dana alokasi umum. Alternatif jangka

pendek peningkatan penerimaan Pemerintah Daerah adalah menggali dari PAD.


19

Pungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka pendek dapat

meningkatkan PAD, namun dalam jangka panjang dapat menurunkan kegiatan

perekonomian, yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya PAD.

(Brahmantio, 2002)

Berikut adalah formulasi yang digunakan untuk menghitung besarnya

DAU suatu daerah:

Tabel 2.1

Formulasi Untuk Menghitung Besarnya DAU:

DAU untuk
Besarnya DAU DAU untuk Provinsi Kabupaten/Kota

25% x PDN APBN 10% x 25 % PDN APBN 90% x 25% x PDN APBN

DAU Suatu Provinsi =

Bobot Pr ovinsi yang bersangku tan


X DAU untuk Pr ovinsi
Bobot seluruh Pr ovinsi di Indonesia

DAU suatu Kabupaten =

Bobot kabupaten / kota yang bersangku tan


X DAU untuk Kab / Kota
Bobot seluruh kabupaten / kota di Indonesia

Sumber: UU No. 25 Tahun 1999

Dalam UU No.32/2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan

Pemda, Pempus akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana

Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bagian daerah dari

Dana Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan sumber daya alam. Disamping dana
20

perimbangan tersebut, pemda mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa

Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Kebijakan

penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah.

Seharusnya dana transfer dari Pempus diharapkan digunakan secara efektif dan

efisien oleh Pemda untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.

Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan

akuntabel.

Namun, pada praktiknya, transfer dari Pempus merupakan sumber

pendanaan utama Pemda untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang

oleh Pemda dilaporkan di perhitungan APBD. Tujuan dari transfer ini adalah

untuk mengurangi (kalau tidak mungkin menghilangkan) kesenjangan fiskal antar

pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di

seluruh negeri. Hal ini seperti disebutkan oleh Simanjuntak dalam Sidik et al,

2002.

2.4 Penelitian-Penelitian Terdahulu dan Penarikan Hipotesis

Banyak peneliti sebelumnya menganalisis pengaruh DAU dan PAD

terhadap Belanja Pemerintah Daerah baik di Pulau Jawa, Bali, bahkan Sumatra.

Pada hasil analisis di Pulau Sumatra, diperoleh hasil yaitu, PAD tidak signifikan

berpengaruh terhadap Belanja Daerah. Hal tersebut berarti terjadi Flypaper

Effect.Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan pengaruh DAU terhadap

BD lebih besar daripada pengaruh PAD terhadap BD diterima.Hasil ini konsisten

dengan temuan-temuan sebelumnya, seperti Aaberge & Langorgen (1997),


21

Andersson (2002), Deller et al (2002), Legrenzi & Milas (2001), Zampelli (1986)

dan Sukriy & Halim (2004). (Maemunah, 2006).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maemunah (2006), bahwa DAU

dan PAD berpengaruh terhadap Belanja Bidang yang berhubungan langsung

dengan publik, yaitu Belanja Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan

Umum. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat apakah pada Belanja Daerah

Sektor yang berhubungan langsung dengan masyarakat/publik juga masih terjadi

flypaper effect atau tidak.

Hasil yang didapat adalah bahwa untuk belanja bidang pendidikan tidak

terjadi flypaper effect, sedangkan untuk belanja bidang kesehatan dan belanja

bidang pekerjaan umum telah terjadi flypaper effect.

Penelitian lain dilakukan oleh Bambang Prakosa (2004), yang melakukan

penelitian pada kabupaten/Kota di jawa Tengah dan DIY. Hasilnya menunjukkan

bahwa sandaran Pemda untuk menentukan jumlah Belanja Daerah suatu periode

berbeda. Dalam tahun bersamaan, PAD lebih dominan daripada DAU, tetapi

untuk satu tahun kedepan, DAU lebih dominan. Munculnya berbagai bentuk

peraturan daerah tentang pajak dan retribusi daerah mungkin merupakan indikasi

untuk mengimbangi pendapatan yang bersumber dari Pempus (salah satunya

DAU). (Prakosa, 2004)

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Widiyanto (2005), menunjukkan

bahwa pengaruh DAU lebih sigifikan terhadap Belanja Daerah dibandingkan

dengan PAD. Hal ini juga menunjukkan terjadinya flypaper effect.


22

2.4.1 Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah (BD)

Sejak akhir dekade 1950-an, dalam literature ekonomi dan keuangan

daerah, hubungan pendapatan dan belanja daerah didiskusikan secara luas, serta

berbagai hipotesis tentang hubungan ini diuji secara empiris. Seperti yang

dinyatakan oleh Holtz-Eakin et al (1985), yang dikutip oleh Maemunah (2006),

bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari Pempus dengan belanja

pemerintah daerah. Studi Legrensi dan Milas (2001), menggunakan sample

municipalities di Italia, menemukan bukti empiris bahwa dalam jangka panjang

transfer berpengaruh terhadap belanja daerah. Secara spesifik mereka menegaskan

bahwa variable-variabel kebijakan pemda dalam jangka pendek disesuaikan

(adjusted) dengan transfer yang diterima.(Maemunah, 2006)

Dalam jurnalnya, Bambang Prakosa (2004) menjelaskan bahwa sebagian

studi menyatakan bahwa pendapatan mempengaruhi belanja, sementara sebagian

lainnya menyatakan bahwa belanjalah yang mempengaruhi pendapatan.Sementara

studi tentang pengaruh transfer atau grants dari pempus terhadap keutusan

pengeluaran atau belanja Pemda sudah berjalan lebih dari 30 tahun.

Berdasarkan konsep-konsep tersebut diatas, maka hipotesis alternative

untuk melihat pengaruh DAU tahun berjalan (DAUt-1) terhadap prediksi Belanja

Daerah tahun berjalan (BDt) untuk Pemda kabupaten/kota di Indonesia adalah

sebagai berikut:

H1 : DAUt-1 berpengaruh positif terhadap prediksi BDt


23

2.4.2 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah

(BD)

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa pendapatan daerah (terutama

pajak) akan mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah yang dikenal

dengan nama tax spend hypothesis. Dalam hal ini pengeluaran pemerintah daerah

akan disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan pemerintah daerah atau

pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran.

Dalam konteks Internasional, beberapa penelitian yang telah dilakukan

untuk melihat pengaruh pendapatan daerah terhadap belanja daerah menemukan

bahwa hipotesis pajak belanja berlaku untuk kasus pemda di beberapa Negara

Amerika Latin, yakni Kolombia, Republik Dominika, Honduras, dan Paraguay.

(Prakosa, 2004).

Hipotesis untuk menguji pengaruh PADt-1 terhadap prediksi BDt Pemda

Kabupaten/Kota di Indonesia adalah sebagai berikut:

H2 : PADt-1 berpengaruh positif terhadap prediksi BDt

2.4.3 Flypaper Effect dan Pengaruhnya pada Belanja Daerah

Flypaper Effect merupakan suatu kondisi dimana stimulus terhadap

pengeluaran daerah yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam jumlah

transfer dari Pemerintah Pusat lebih besar dari stimulus yang disebabkan oleh

perubahan dalam pendapatan daerah. Flypaper Effect ini merupakan fenomena

utama dalam penelitian ini, dimana flypaper effect juga dapat disebut sebagai

suatu kondisi yang terjadi saat pemerintah daerah merespon (belanja) lebih
24

banyak (lebih boros) dengan menggunakan dana transfer (grants) yang

diproksikan dengan DAU daripada menggunakan kemampuan sendiri,

diproksikan dengan PAD. (Maemunah, 2006).

Pada Penelitian Mutiara Maimunah (2006) terjadi flypaper effect dalam

merespon belanja transfer DAU dan PAD di Pulau Sumatra, ia juga meneliti

bahwa flypaper effect berpengaruh untuk memprediksi Belanja Daerah periode

kedepan dan juga tidak terdapat perbedaan terjadinya flypaper effect baik pada

daerah yang PAD-nya rendah maupun daerah yang PAD-nya tinggi di

Kabupaten/Kota pulau Sumatra.

Kesit Bambang Prakosa (2004), juga mengadakan penelitian serupa untuk

daerah Propinsi Jawa Tengah dan DIY. Hasilnya adalah secara empiris penelitian

ini membuktikan bahwa besarnya Belanja Daerah dipengaruhi oleh jumlah DAU

yang diterima dari Pemerintah Pusat. Dari hasil penelitian tersebut, menunjukkan

bahwa DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Dalam

model prediksi belanja daerah, daya prediksi DAU terhadap belanja daerah lebih

tnggi dibanding daya prediksi PAD. Hal ini menunjukkan telah terjadi flypaper

effect.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Legrenzi dan Milas (2001)

memberikan bukti empiris tentang adanya flypaper effect dalam jangka panjang

untuk sample municipalities di Italia. Mereka menyatakan bahwa local

governments consistenly increase their expenditure more with respect to increase

in State transfer rather than increase in own revenues. Karena itu flypaper effect

dianggap sebagai suatu anomali dalam prilaku rasional jika transfer harus
25

dianggap sebagai (tambahan) pendapatan masyarakat (seperti halnya pajak

daerah), sehingga mestinya dihabiskan (dibelanjakan) dengan cara yang sama pula

(Hines & Thaler, 2005 yang dikutip oleh Maemunah, 2006)

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan diatas, maka hipotesis

untuk menguji flypaper effect di Pemerintahan Kabupaten/Kota di Indonesia

adalah:

H3 : Pengaruh DAUt-1 terhadap prediksi BDt lebih besar daripada pengaruh PADt-1

terhadap prediksi BDt

2.5 Posisi Penelitian Ini Terhadap Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti kembali penelitian yang dilakukan

Widiyanto (2005). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

pada sample dan Kabupaten/Kota yang doteliti. Pada Penelitian yang dilakukan

Widiyanto (2005) Kabupaten/Kota yang diteliti meliputi Provinsi Jawa Tengah

dan DIY yang berjumlah 40 Kabupaten/Kota. Sedangkan pada penelitian ini

berjumlah 100 Kabupaten/Kota dari 434 Kabupaten/Kota di Indonesia. Periode

yang digunakan Widiyanto (2005) yaitu periode tahun 2000-2002. Sedangkan

pada penelitian ini menggunakan periode tahun 2003-2005.


BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam Bab ini akan dibahas mengenai sample dan data yang diteliti, alas

an pemilihan sample, variabel penelitian, dan metode analisis data, serta gambaran

umum atas objek penelitian atau data umum dan data khusus.

3.1 Data

3.1.1 Data Umum

Indonesia adalah Negara kepulauan yang merupakan campuran dari

berbagai macam suku dan budaya. Indonesia terbagi menjadi 33 provinsi dan 434

kabupaten. Dari 33 provinsi tersebut yang dianalisis hanya 14 Provinsi dan 86

Kabupaten/Kota, sehingga berjumlah 100 pemerintahan. Alasan pemilihan sample

di 100 pemerintahan ini adalah (1) Ketersediaan data, dan (2) dipandang sudah

mewakili populasi di 33 provinsi seluruh Indonesia. Data yang dianalisis selama 3

tahun yaitu tahun 2003-2005.

3.1.2 Data Khusus

Data khusus yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data yang

bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran APBD dari sebagian pemerintah

Kabupaten/Kota di Indonesia yang berupa Laporan Realisasi Dana Alokasi Umum

(DAU), Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Laporan Anggaran

Belanja Daerah (BD) dari masing-masing Kabupaten/Kota yang ada untuk periode
27

tahun 2003 sampai tahun 2005. Yang diperoleh dari situs Sistem Informasi

Keuangan Daerah Departemen Keuangan RI, melalui internet.

a. Belanja Daerah

Belanja Daerah merupakan pengeluaran pemerintah daerah dalam satu

periode. Belanja Daerah terdiri dari tiga komponen utama, yaitu unsur

penerimaan, Belanja Rutin, dan Belanja Pembangunan. Ketiga komponen itu

meskipun disusun hampir secara bersamaan, akan tetapi proses penyusunannya

berada di lembaga yang berbeda.

1. Belanja Rutin

Belanja Rutin merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang secara

rutin dikeluarkan pada periode anggaran. Belanja Rutin diprioritaskan pada

optimalisasi fungsi dan tugas rutin perangkat daerah, termasuk perangkat eks

Kanwil/Kandep yang telah dan akan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah.

Proses penyusunan APBD secara keseluruhan berada di tangan Sekretraris Daerah

yang bertanggung jawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyusunan APBD.

Sedangkan proses penyusunan belanja rutin disusun oleh Bagian Keuangan

Pemda.Unsur-unsur Belanja Rutin yaitu:

1. Belanja Pegawai/ Personnel Current Expenditure

2. Belanja Barang/ Material Expenditure

3. Belanja Pemeliharaan/ Repair and Maintenance Expenditure

4. Belanja Perjalanan Dinas/ Official Travel Expenditure


28

5. Belanja Lain-lain/ Other Current Expenditure

6. Angsuran Pinjaman/Hutang dan Bunga/ Debt and Interest Payment

7. Bantuan Keuangan/ Financial Aids

8. Pengeluaran yang tidak termasuk bagian lain/ Other Current Expenditure.

2. Belanja Pembangunan

Belanja Pembangunan disusun dan dikeluarkan berdasarkan realisasi

kebutuhan dari masyarakat. Dan juga disesuaikan dengan tuntutan dan dinamika

yang berkembang untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat

yang lebih baik. Proses penyusunan belanja pembangunan disusun oleh Bappeda

(Bagian Penyusunan Program dan Bagian Keuangan).

Aspek-aspek Belanja Pembangunan:

1. Industri/ Industry

2. Pertanian dan kehutanan/ Agriculture and Forestry

3. Tenaga kerja/ Manpower

4. Agama/ Religion

5. Hukum/ Law

6. Keamanan dan Ketertiban Umum/ Security and Public Order

7. Dan aspek-aspek lain

b. Dana Alokasi Umum (DAU)

Adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan

tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk


29

membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Estimasi untuk perhitungan anggaran DAU dihitung

berdasarkan UU No. 25 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 104

Tahun 2000. (Abdul Halim, 2002)

c. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan

daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok

pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat Jenis Pendapatan, yaitu

1. Pajak Daerah

2. Retribusi Daerah

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik

Daerah yang Dipisahkan

4. Lain-lain PAD yang sah.

Sedangkan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yaitu:

a. Pajak Daerah/ Local Taxes Receipt

b. Retribusi Daerah/ Retribution Receipt

c. Retribusi Jasa Umum/ Retributions of Public Service

d. Retribusi Jasa Usaha/ Retributions of Commercial Profit

e. Retribusi Perijinan Tertentu/ Retributions of Specific Permit

f. Bagian Laba Usaha Daerah/ Local Government Corporate Profit

g. Penerimaan PAD Lainnya/ Other Local Gov. Original Receipt.


30

3.2 Alat Analisis

Variable Terikat (dependent varaiable) dalam penelitian ini adalah Belanja

Daerah. Selanjutnya variabel-variabel bebasnya (independent variables) adalah

Dana Alokasi umum (DAU), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3.2.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independent). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independent. Jika variable

independent saling berkorelasi, maka variable-variabel ini tidak ortogonal.

Variabel orthogonal adalah variable independent yang nilai korelasi antar sesama

variable independent sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinieritas di dalam suatu model regresi adalah sebagai berikut:

a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris

sangat tinggi, tetapi secara individual variable-variabel independent

banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variable independent.

b. Menganalisis matrik korelasi variable-variabel independent. Jika antar

variable independent ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas

0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.

c. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya

(2) variation inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai
31

untuik menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance

<0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini muncul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi berikutnya.

Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena gangguan

pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi seorang

individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah Homokedastisitas atau tidak terjadi

Heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi

Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai

ukuran (kecil, sedang, besar).


32

Beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada yang membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.2.2 Alat Analisis Statistik

Alat analisis yang digunakan adalah regresi sederhana (simple regression)

dan regresi berganda (multiple regressions) yang digunakan untuk melihat

pengaruh pendapatan terhadap pengeluaran pemerintah. Regresi sederhana

digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing variable terhadap prediksi

Belanja Daerah secara terpisah, sedangkan regresi berganda digunakan untuk

melihat pengaruh seluruh variable tersebut secara serentak.

Regresi sederhana dan berganda yang dipakai untuk memenuhi tujuan

penelitian dalam membuktikan hipotesis dijabarkan di bawah ini dalam bentuk

persamaan-persamaan, yaitu:

Pengujian Hipotesis 1 (H1) digunakan untuk menganalisis besarnya pengaruh

Dana Alokasi Umum terhadap prediksi Belanja Daerah.

H1: Yi = + b1 DAU1i + e

Notasi:

Yi = Jumlah Belanja (BDt)

= Konstanta
33

b1 = koefisien regresi

DAU1i = Jumlah DAUt-1

e = error term

Pengujian Hipotesis 2 (H2 ) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

Pendapatan Asli Daerah terhadap prediksi Belanja Daerah.

H2: Yi = + b2 PAD2i + e

Notasi:

b2 = koefisien regresi

PAD2i = Jumlah PADt-1

Pengujian Hipotesis 3 (H3 ) adalah untuk mengetahui apakah pengaruh DAU

terhadap prediksi BD lebih besar daripada pengaruh PAD terhadap prediksi BD.

Serta keterkaitan adanya flypaper effect pada pengaruh tersebut.

H3: Yi = + b1 DAU1i + b2 PAD2i + e

Untuk menguji hipotesis 1 sampai hipotesis 3 digunakan statistic inferensi

uji t. Caranya dengan melihat data DAU dan PAD tahun yang bersangkutan. Uji t-

test ini sendiri dilakukan menggunakan program aplikasi komputer SPSS 13.00

For Window. Apabila hubungannya positif maka pengaruhnya akan semakin

signifikan.

Untuk melihat apakah terjadi flypaper effect, maka efek DAU terhadap

prediksi BD dibandingkan dengan efek PAD terhadap prediksi BD. Dalam regresi

tunggal, koefisien regresi, nilai t-statsitic, R, R2, dan adjusted R2 masing-masing

variabel (regresi) dibandingkan antara DAU dan PAD. Untuk regresi berganda,
34

dibandingkan koefisien regresi untuk masing-masing variabel. Syarat terjadinya

flypaper effect adalah (1) apabila efek (nilai koefisien) DAU terhadap prediksi

Belanja Daerah lebih besar daripada efek PAD dan keduanya sama-sama

signifikan, atau (2) PAD tidak signifikan, maka dapat disimpulkan terjadi flypaper

effect.
35
35

DESAIN PENELITIAN

Latar Belakang Masalah: Pokok Masalah:


a. otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan a. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan Asli Daerah (PAD) dengan lag 1 tahun berpengaruh
mengurus sendiri urusan pemerintahan. terhadap prediksi Belanja Daerah di kabupaten/kota
b. Namun pada prakteknya, Pemda lebih di Indonesia
menggantungkan pada transfer dari Pempus b. Apakah terjadi flypaper effect pada pengaruh DAUt-1
c. Perubahan pada jumlah transfer dari Pempus dan dan PADt-1 terhadap prediksi Belanja Daerah pada
PAD akan berpengaruh pada Belanja Daerah. kabupaten/kota di Indonesia

Tujuan Penelitian:
a. untuk mengetahui pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 terhadap prediksi Belanja
Daerah pada kabupaten/kota di Indonesia
Analisis Data b. Untuk menganalisis kemungkinan terjadinya flypaper effect pada Belanja
Langkah-langkah yang digunakan meliputi: Daerah di kabupaten/kota di Indonesia
1. Melakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi
apakah variable-variabel layak digunakan atau
tidak
2. Melakukan analisis dengan regresi sederhana
untuk mendeteksi pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 Data:
terhadap prediksi BD secara terpisah Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di 100 pemerintahan
3. Melakukan analisis regresi berganda untuk kabupaten/kota di Indonesia periode 2003-2005, berupa DAU, PAD, dan BD
mendeteksi pengaruh DAUt-1 dan PADt-1
terhadap prediksi BD secara serentak.
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan dibahas tentang hasil analisis yang diperoleh secara

rinci disertai dengan langkah-langkah analisis data yang dilakukan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan lag 1 tahun terhadap prediksi Belanja

Daerah (BDt.) Objek Penelitiannya adalah 100 Kabupaten/Kota di Indonesia yang

dipilih secara acak yang mewakili 33 provinsi di Indonesia, untuk periode tahun

2003-2005.Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data dari Laporan

Anggaran APBD dan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.

4.1 Analisis Deskriptif

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data residual berdistribusi

normal atau abnormal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji statistic

sederhana dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Hasil analisis

statistic deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Sebelum Remediasi

N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
PADt-1 200 7.463 .172 61.607 .342
BDt 200 7.954 .172 69.924 .342
DAUt-1 200 2.506 .172 8.607 .342
Valid N(listwise) 200
37

Hasil perhitungan skewness dan kurtosis sangat jauh diatas batas normal

yaitu 2.85. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadi abnormalitas dimana nilai

skewness dan kurtosis jauh diatas batas normal.

Maka untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan remediasi untuk

menormalkan data. Pada tabel 4.2 adalah hasil deskriptif untuk data setelah

diremediasi

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Setelah Remediasi

N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
PADt-1 158 .883 .194 .794 .386
BDt 158 1.176 .194 1.872 .384
DAUt-1 156 1.487 .194 1.651 .384
Valid N(listwise) 153

Dari hasil olah data diatas, maka data telah terdistribusi normal dengan

nilai kurtosis dan skewness dibawah batas normal yaitu 2.85, jadi dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi abnormalitas atau data residual berdistribusi

normal.

Dari data yang diperoleh sebanyak 100 sampel seperti telah dikemukakan

di atas, diperoleh statistic deskriptif yang mencakup n (banyaknya data yang

diperoleh), nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan deviasi standar

(standard deviation) atas variabel-variabel penelitian. Variabel-variabel tersebut

meliputi Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Pendapatan Asli Daerah.

Setelah dilakukan remediasi, jumlah data (n) yang semula berjumlah 200 berubah
menjadi 153 data. Tabel 4.3 menunjukkan hasil analisis deskriptif
38

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif

Deviasi
Variabel Jumlah Data Terendah Tertinggi Rata-Rata Standar
(n)
PADt-1 158 3024 98627 27280.45 21617.6
DAUt-1 156 31970 472427 208580.7 84215.93
BDt 158 123415 937005 331666.71 138078.0
Catatan: Angka-angka tersebut dinyatakan dalam jutaan rupiah

Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (diolah)

4.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Tabel 4.4

menunjukkan hasil analisis terhadap multikolieritas

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficients a

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 73654,417 17340,668 4,247 ,000
DAU tahun t-1 ,897 ,087 ,560 10,301 ,000 ,778 1,286
PAD Tahun t-1 2,476 ,358 ,377 6,925 ,000 ,778 1,286
a. Dependent Variable: BD tahun t

Hasil perhitungan Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independent

yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi

antar variabel independent yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai
39

Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada

satu variabel independent yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independent dalam

model regresi.

2. Uji Heteroskedasticitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Model regresi yang baik adalah Homokedastisitas atau tidak terjadi

Heteroskedastisitas.Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot. Hasil analisis

uji heteroskedastisitas ditunjukkan dalam grafik 4.1

Grafik 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Scatterplot

Dependent Variable: BD tahun t


8

6
RegressionStudentizedResidual

-2

-2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value

Dari grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta

tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini

menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga


40

model regresi layak dipakai untuk memprediksi Belanja Daerah (BD) berdasarkan

masukan variabel independent Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi. Uji Dorbin-Watson dapat digunakan untuk menguji

autokorelasi. Tabel 4.5 menunjukkan hasil analisis Uji Autokorelasi

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson
1 ,809a ,655 ,650 79701,343 1,863
a. Predictors: (Constant), PAD Tahun t-1, DAU tahun t-1
b. Dependent Variable: BD tahun t

Angka Durbin-Watson menunjukkan 1.863 yang berarti masih berada pada

batas normal yaitu antara -2 sampai dengan 2. Sehingga dapat dikatakan tidak

terjadi Autokorelasi.
41

4.3 Analisis Hasil Regresi

a. Regresi Sederhana: Pengaruh DAUt-1 Terhadap Prediksi Belanja Daerah

Pengujian untuk melihat apakah DAUt-1 dapat memprediksi BDt dilakukan

dengan model regresi. Dari nilai t statistic tampak bahwa DAUt-1 berpengaruh

signifikan positif terhadap prediksi BDt yaitu sebesar 13.435 pada alpha 5%.

Untuk analisis regresi sederhana dengan lag 1 tahun untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh perubahan DAUt-1 terhadap BDt, hasil analisisnya dapat dilihat

dalam tabel 4.6

Tabel 4.6

Pengaruh DAUt-1 Terhadap Prediksi BDt

BD = 79729.526 + 1.181 DAUt-1

Sig. = 0.000 t- statistic = 13.435

F-satistic = 180.500

R (R2) = 0.738 (0.544)

Adjusted-R = 0.541

Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai t-statistic, R, dan R2 , hasilnya

menunjukkan bahwa nilai t-statistic untuk regresi sederhana dengan lag 1 tahun

adalah 13.435. Nilai R yang positif menunjukkan hubungan yang positif diantara

kedua variabel. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan positif

antara DAUt-1 terhadap BDt. Adapun besarnya pengaruh perubahan BDt yang
2
disebabkan oleh perubahan DAUt-1 ditunjukkan oleh nilai R yaitu 0.738 atau
42

73.8%, yang bermakna bahwa jika terjadi kenaikan DAUt-1 sebesar 10% maka

BDt akan naik sebesar 7.38%.

Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa DAUt-1

berpengaruh positif terhadap prediksi BDt tidak dapat ditolak. Artinya, jika ada

peningkatan jumlah DAUt-1, maka akan terjadi peningkatan pula pada jumlah

belanja (BDt) yang akan dikeluarkan oleh pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota,

hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Maimunah

(2006)& Sukry dan Halim (2003)

b. Regresi Sederhana: Pengaruh PADt-1 Terhadap Prediksi Belanja Daerah

Cara yang sama dilakukan pula pada model regresi kedua yaitu meregres

PADt-1 dengan BDt untuk menguji hipotesis dua (H2) yang berbunyi PADt-1

berpengaruh positif terhadap prediksi BDt. Dari nilai t statistic tampak bahwa

PADt-1 berpengaruh signifikan positif terhadap prediksi BDt yaitu sebesar 9.401

pada alpha 5%, dengan nilai konstanta 225397.5 dan koefisien PADt-1 sebesar

3.722.

Untuk analisis regresi sederhana dengan lag 1 tahun untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh perubahan PADt-1 terhadap BDt, hasil analisisnya dapat dilihat

dalam tabel 4.7


43

Tabel 4.7

Pengaruh PADt-1 Terhadap Prediksi BDt

BD = 225397.5+ 3.722 PADt-1

Sig. = 0.000 t- statistic = 9.401

F-satistic = 88.371

R (R2) = 0.605 (0.366)

Adjusted-R = 0.362

Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai t-statistic, R, dan R2, hasilnya

menunjukkan bahwa nilai t-statistic untuk regresi sederhana dengan lag 1 tahun

adalah 9.401. Nilai R yang positif menunjukkan hubungan yang positif diantara

kedua variabel. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan positif

antara PADt-1 terhadap BDt. Adapun besarnya pengaruh perubahan BDt yang
2
disebabkan oleh perubahan PADt-1 ditunjukkan oleh nilai R yaitu 0.605 atau

60.5%, yang bermakna bahwa jika terjadi kenaikan PADt-1 sebesar 10% maka

BDt akan naik sebesar 6.05%.

Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan bahwa PADt-1

berpengaruh positif terhadap prediksi BDt tidak dapat ditolak. Artinya, jika ada

peningkatan jumlah PADt-1, maka akan terjadi peningkatan pula pada jumlah

belanja daerah (BDt) yang akan dikeluarkan oleh pemerintah Provinsi,

Kabupaten/Kota, hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mutiara Maimunah (2006)& Sukry dan Halim (2003)


44

Dari hasil kedua regresi sederhana diatas dengan lag satu tahun,

menunjukkan bahwa meskipun kedua variabel secara signifikan dapat

mempengaruhi BDt, namun daya prediksi DAUt-1 ternyata lebih baik daripada

PADt-1. Koefisien regresi DAUt-1 adalah 1.181 dan PADt-1 adalah 3.722. Nilai t-

statistic dan F-statistic DAUt-1 lebih tinggi dari PADt-1 (t-statistic DAUt-1: 13.435,

PADt-1: 9.401 dan F-statistic DAUt-1: 180.500, PADt-1: 88.371). Begitu pula untuk
2 2
nilai R, R dan Adjusted R , dimana DAUt-1 lebih tinggi daripada PADt-1. Dari

hasil ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan regresi dengan lag 1

tahun, DAU dapat memprediksi BD lebih baik daripada PAD. Secara sederhana

hal ini bermakna adanya flypaper effect, yaitu respon Pemda terhadap perubahan

DAU lebih besar daripada terhadap perubahan PAD. Hal ini konsisten dengan

penelitian Sukriy & Abdul Halim (2003).

c. Analisis Regresi Berganda: Pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 terhadap Prediksi

BDt-1

Pengujian atas pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 terhadap Belanja Daerah

(BDt) dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama kedua

variabel tersebut berpengaruh terhadap Belanja Daerah dan untuk mengetahui

yang mana yang lebih dominan diantara kedua variabel tersebut. Berdasarkan

hasil studi empiris sebelumnya (Sukriy & Halim, 2003, Widiyanto, 2004, dan

Mutiara Maimunah, 2006). Tabel dibawah ini merupakan hasil analisis regresi

berganda untuk mengetahui pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 terhadap BDt secara

bersamaan.
45

Tabel 4.8

Pengaruh DAUt-1 dan PADt-1 terhadap Prediksi BDt

BD = 73654.417 + 0.897 DAUt-1 + 2.476 PADt-1

Sig. = 0.000 t- statistic = 10.301 6.925

F-satistic = 142.287

R (R2) = 0.809 (0.655)

Adjusted-R = 0.650

Hasil analisis regresi berganda yang terlihat pada tabel diatas

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan positif perubahan DAUt-1 dan

PADt-1 terhadap BDt yang ditunjukkan dengan nilai t-statistic dari masing-masing

variabel bebas yaitu sebesar 10.301 untuk DAUt-1 dan 6.925 untuk PADt-1. Nilai

F-statistic sebesar 142.287 dan nilai R yang positif yang menunjukkan hubungan

yang positif diantara kedua variabel. Adapun besarnya pengaruh perubahan BD


2
yang disebabkan oleh perubahan DAUt-1 dan PADt-1 ditunjukkan oleh nilai R

yaitu sebesar 65.5 %. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan sebesar 10% pada DAUt-

1 dan PADt-1 maka akan terjadi kenaikan pada BDt sebesar 6.55 %. Hal ini

konsisten dengan penelitian terdahulu.

4.4 Pengujian Terhadap Flypaper Effect

Flypaper effect merupakan suatu kondisi keuangan pemerintah daerah

yang membelanjakan lebih banyak atau lebih boros dengan menggunakan dana

transfer dari pemerintah pusat (DAU) dibandingkan menggunakan dana sendiri


46

(PAD). Untuk menentukan apakah terjadi flypaper effect, maka efek DAUt-1

terhadap BDt dibandingkan dengan efek PADt-1 terhadap BDt.

Dalam regresi tunggal, koefisien regresi, nilai t-statistic, F-statistic, R, R2,

dan Adjusted R2 masing-masing variabel (regresi) dibandingkan antara DAU dan

PAD. Apabila efek yang ditimbulkan oleh perubahan DAU terhadap BD lebih

besar daripada efek yang ditimbulkan PAD terhadap BD maka dapat disimpulkan

terjadi flypaper effect.

Perbandingan masing-masing variabel (regresi) untuk regresi sederhana

dengan lag dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.9

Perbandingan Pengaruh DAUt-1 dengan PADt-1 terhadap Prediksi BDt

DAUt-1 PADt-1
BD=79729.526+1.181DAUt-1 BD=225397.5+3.722 PADt-1
Sig = 0.000 t-statistic = 13.435 Sig = 0.000 t-statistic = 9.401 A>B
F-statistic = 180.500 F-statistic = 88.371 A>B
2 2
R (R ) = 0.738 (0.544) R (R ) = 0.605 (0.366) A>B
2 2
Adjusted- R = 0.541 Adjusted- R = 0.362 A>B

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai t-statistic, F-statistic, R, R2, dan
2
adjusted R masing-masing variabel (regresi) bahwa DAUt-1 lebih besar daripada

PADt-1 hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)t-1

terhadap prediksi Belanja Daerah (BD)t lebih besar daripada pengaruh Pendapatan

Asli Daerah (PAD)t-1 terhadap prediksi Belanja Daerah (BD)t yang berarti juga

bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa pengaruh DAUt-1 terhadap prediksi

BDt lebih besar daripada pengaruh PADt-1 terhadap prediksi BDt. tidak dapat
47

ditolak. Hasil ini konsisten dengan pandangan Mutiara Maimunah (2006), dan

analisis yang dilakukan oleh Sukriy & Abdul Halim (2003).

Dari hasil regresi diatas dapat dilihat bahwa DAU dan PAD benar-benar

memberikan pengaruh terhadap BD bahkan pada saat DAU dan PAD diregres

secara serempak hasilnya juga menunjukkan adanya pengaruh terhadap Belanja

Daerah (BD) dan dari hasil perbandingan yang menunjukkan bahwa nilai t-

statistic, F-statistic, R, R2, dan adjusted R2 masing-masing variabel (regresi) dari

DAU yang lebih besar dari PAD terlihat bahwa pengaruh DAU terhadap BD lebih

besar daripada pengaruh PAD terhadap BD dan memberikan bukti tentang

keberadaan flypaper effect.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Seperti yang telah dijabarkan pada Bab-Bab sebelumnya bahwa penelitian

ini menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah

terhadap pengeluaran atau Belanja Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel

pada 100 Kabupaten/Kota di Indonesia yang dipilih secara acak. Belanja Daerah

adalah jumlah total pengeluaran daerah selama satu tahun anggaran yang terdapat

dalam Laporan APBD.

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka ada beberapa kesimpulan

yang merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu:

1. Hasil pengujian hipotesis pertama adalah diterima, artinya Dana Alokasi

Umum dengan lag 1 tahun (DAUt-1) mempengaruhi besarnya prediksi

Belanja Daerah (BDt).

2. Hasil pengujian hipotesis kedua juga diterima, artinya Pendapatan Asli

Daerah dengan lag 1 tahun (PADt-1) mempengaruhi besarnya prediksi

Belanja Daerah (BDt).

3. Apabila dilakukan pengujian secara serentak tampak bahwa pengaruh

DAUt-1 lebih kuat daripada pengaruh PADt-1, hal tersebut membuktikan

bahwa terjadi flypaper effect pada Belanja Daerah di Indonesia, dengan

demikian hipotesis ketiga juga diterima.


49

5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran

Peneitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan

dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya, yang mungkin masih

terdapat variabel-variabel lain yang merupakan faktor penting dalam manajemen

keuangan dan penganggaran daerah. Keterbatasan-keterbatasan studi ini adalah:

1. Dari 434 Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia, yang diteliti hanya 100

Kabupaten/Kota dan periodenya hanya 3 tahun yaitu tahun 2003-2005. hal

ini karena keterbatasan data dan kemampuan penulis. Sehingga untuk

penelitian berikutnya agar menggunakan sampel yang lebih banyak

dengan periode yang lebih panjang agar penelitian lebih obyektif.

2. variabel yang diteliti hanya menggunakan dua variabel yang

mempengaruhi Belanja Daerah (BD) yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dan Dana Alokasi Umum (DAU), sehingga bagi peneliti selanjutnya agar

memasukkan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi Belanja

Daerah (misalnya, Pajak Daerah, Dana Alokasi Khusus, dll)

3. Studi ini tidak menganalisis lebih jauh efektifitas dan efisiensi penggunaan

anggaran (misalnya tidak mempertimbangkan jumlah, struktur usia, dan

tingkat pendidikan pegawai dan penduduk). Sehingga tidak dapat

memberikan inferensi mengenai faktor-faktor pemoderasi dan kontinjensi.

Studi mendatang dapat memasukkan faktor-faktor ini.

Seperti yang telah dikemukakan pada kesimpulan diatas bahwa hasil

penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang tertarik dan

berkecimpung dengan masalah anggaran yang dalam hal ini adalah APBD.
50

Penelitian ini juga diharapkan dapat menggugah para peneliti berikutnya

untuk mendalami kandungan informasi dari sebuah laporan keuangan yang

dikaitkan dengan disiplin atau cabang ilmu lainnya seperti ilmu akuntansi

keprilakuan (Maimunah, 2006).

Dan dari penelitian ini juga diharapkan agar otonomi daerah dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga suatu daerah benar-benar

dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada transfer dana dari pemerrintah

pusat.Dengan penlitian diatas, dapat diketahui bahwa besarnya Belanja

daerah lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah DAU yang diterima dari

pemerintah pusat, hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan

Pemerintah Daerah terhadap Pemerintah Pusat masih tinggi. Jika hal ini

masih terus berlanjut maka dikhawatirkan pelaksanaan otonomi daerah

akan terhambat.
Daftar Pustaka

_____________, Laporan Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003-2005


Kabupaten, Kota dan Propinsi di Indonesia. http://www.sikd.djapk.go.id

_____________, Laporan Realisasi Dana Alokasi Umum Tahun Anggaran 2003-


2005 Kabupaten, Kota dan Propinsi di Indonesia.
http://www.sikd.djapk.go.id

_____________, Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran


2003-2005 Kabupaten, Kota dan Propinsi di Indonesia.
http://www.sikd.djapk.go.id

Bastian, Indra (a), Akuntansi Sektor Publik;Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta,


2006

Bastian, Indra (b), Manual Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah, edisi


Pertama, PPA FE UGM, Yogyakarta, 2001

Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, ed Ketiga,


BP UNDIP, Semarang, 2005.

Halim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba


Empat, Jakarta, 2002.

Halim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah,ed Revisi


Salemba Empat, Jakarta, 2004.

Haryadi, Dedi dan Entin Sriani Muslim, LAPORAN PRA-PENELITIAN


TENTANG ANGGARAN PEKA GENDER (Studi Kasus Kota Bandung) ,
jurnal Bandung Institute of Governance Studies (BIGS), 2001

Isdijoso, Brahmantio, ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL PADA ERA OTONOMI


DAERAH (Studi Kasus: Sektor Pendidikan di Kota Surakarta), Kajian
Ekonomi Dan Keuangan Vol. 6 No. 1, 2002.

Maimunah, Mutiara, Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah Pada
Kabupaten/Kota Di Pulau Sumatra, Simposium Nasional Akuntansi IX,
Padang 23-26 Agustus 2006.

Prakosa, Kesit Bambang, Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah
(studi empiric di wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY), JAAI Vol. 8
No. 2, 2004.

xvi
Rachim, Abdul AF, PENGARUH STRUKTUR PENDAPATAN DAN BELANJA
PEMERINTAH KOTA TERHADAP KEMANDIRIAN WILAYAH DAN
PERKEMBANGAN KEGIATAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
KOTA SAMARINDA, PhD Theses dari JIPTUNAIR, 2006.
http://adln.lib.unair.ac.id/go.

Sukriy dan Halim (c), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah:Studi Kasus
Kabupaten/Kota Di Jawa dan Bali, Simposium Nasional Akuntansi
VI:1140-1159, Surabaya 16-17 Oktober 2003

Widiyanto , Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan asli
Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota Jawa Tengah
dan DIY, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas
Ekonomi UII, 2005.

xvii
LAMPIRAN
Lampiran 1

Laporan Anggaran BD T.A. 2003-2005


Kabupaten, Kota dan Propinsi di Indonesia
(dalam jutaan rupiah)

No Nama Daerah 2003 2004 2005


1 Prop NAD 2,420,277.80 2,345,017.26 2,169,779.96
2 Kab. Aceh Tenggara 175,028.64 190,057.27 212,039.43
3 Kab. Aceh Utara 1,019,016.07 1,019,704.01 937,005.12
4 Kab. Aceh Tamiang 104,812.37 175,073.47 235,559.93
5 Kota Lhokseumawe 153,965.25 4,261.45 241,143.79
6 Kab. Labuhan Batu 354,608.75 384,296.02 404,690.14
7 Prop Sumatra Barat 304,738.32 636,818.37 831,197.75
8 Kab Agam 263,436.81 275,310.00 288,711.50
9 Kab Padang Pariaman 232,158.54 246,732.43 273,341.69
10 Kab Sawah Lunto Sijunjung 260,369.71 263,199.54 193,954.25
11 Kab Solok 273,369.71 287,412.86 291,971.78
12 Kab Tanah Datar 244,770.78 258,121.91 265,203.54
13 Kota Padang 387,219.95 427,209.60 483,168.25
14 Kota Solok 117,214.47 146,771.12 123,414.52
15 Kab Muara Enim 340,328.90 367,285.60 466,195.21
16 Kota Lubuk Linggau 139,158.41 188,021.62 219,810.28
17 Kota Palembang 511,166.47 616,075.76 685,143.69
18 Prop Jambi 489,371.96 461,126.73 612,919.51
19 Kab Bungo 210,687.80 232,126.56 258,619.95
20 Kab Muaro Jambi 194,879.85 203,437.26 224,211.69
21 Kota Jambi 254,118.36 283,642.38 298,668.70
22 Kota Bengkulu 198,922.71 220,064.40 213,688.69
23 Kota Pekanbaru 402,718.55 476,493.86 630,930.06
24 Prop Bangka Belitung 257,716.74 318,616.66 382,971.85
25 Kab Bangka 276,969.17 159,035.04 183,093.70
26 Kota Pangkal Pinang 141,756.78 160,231.60 165,155.48
27 DKI Jakarta 10,382,597.14 12,631,050.52 13,920,270.00
28 Prop Jawa Barat 3,089,613.68 3,473,898.86 4,131,439.79
29 Kab Bandung 1,018,761.97 1,187,342.71 1,175,067.43
30 Kab Bekasi 626,371.94 683,368.32 806,826.17
31 Kab Bogor 869,440.05 937,018.98 1,110,714.21
32 Kab Ciamis 567,301.86 520,951.62 553,769.16
33 Kab Cirebon 409,978.67 521,947.05 565,084.48
34 Kab Tasikmalaya 396,633.84 526,605.17 552,437.86
35 Kota Bekasi 502,392.23 568,048.92 335,472.11
36 Kota Depok 352,414.84 405,045.15 474,880.57
37 Prop Banten 1,123,305.98 1,263,930.14 1,598,988.20
38 Kab Lebak 306,750.31 324,834.71 3,685,270.47
39 Kab Tangerang 763,333.43 1,006,632.93 904,446.18
40 Kab Bantul 386,807.47 383,631.37 425,279.39
41 Kab Kulon Progo 281,401.74 315,546.95 300,783.32
42 Kab Sleman 429,845.58 480,259.49 543,911.83
43 Kota Yogyakarta 314,895.56 376,879.60 400,866.72
44 Prop Jawa Tengah 2,358,271.50 2,373,142.80 2,682,191.55
45 Kab Banjarnegara 318,711.76 340,088.10 380,808.54
46 Kab Batang 272,064.70 290,539.82 290,672.97
47 Kab Blora 355,585.14 434,647.81 361,057.43
48 Kab Brebes 457,633.71 475,356.29 489,081.51
49 Kab Jepara 353,633.87 369,329.11 394,500.11
50 Kab Kudus 583,684.74 333,505.23 480,534.92
51 Kab Magelang 368,012.38 421,618.20 419,640.61
52 Kota Pekalongan 164,928.89 178,610.83 180,258.01
53 Kota Semarang 572,071.47 671,653.99 778,142.82
54 Kota Pasuruan 149,112.63 173,846.99 164,094.51
55 Kab Banyuwangi 493,414.42 502,724.19 531,955.84
56 Kab Bondowoso 343,284.71 298,935.30 296,367.31
57 Kab Gresik 324,360.63 409,687.86 454,205.09
58 Kab Jember 526,428.28 621,397.91 579,409.03
59 Kab Madiun 290,849.17 325,816.20 322,358.00
60 Kab Lamongan 353,711.73 429,134.74 428,663.17
61 Kota Malang 321,259.34 346,932.87 424,501.57
62 Kota Blitar 143,179.61 160,237.47 168,287.88
63 Prp Bali 663,827.28 681,161.83 844,205.11
64 Kab Badung 379,459.60 515,187.67 622,964.26
65 Kab Jembrana 187,613.30 213,931.95 237,256.18
66 Kab Karangasem 256,800.55 268,527.45 265,694.65
67 Kab Klungkung 171,441.89 185,717.62 199,827.63
68 Kab Tabanan 317,206.04 309,428.52 319,392.70
69 Kota Denpasar 340,533.31 340,584.96 356,725.90
70 Kab Ketapang 336,155.52 312,840.86 358,356.15
71 Kab Pontianak 223,901.13 268,469.84 357,740.40
72 Kab Sambas 252,862.04 251,219.02 283,543.18
73 Kab Sanggau 293,318.84 314,726.44 278,191.33
74 Kota Pontianak 329,389.27 318,066.45 323,506.86
75 Prop Kalimantan Selatan 590,595.37 600,952.97 775,118.57
76 Kab Banjar 241,715.91 261,676.19 276,329.35
77 Kab Barito Kuala 173,027.97 196,323.93 200,238.20
78 Kota Banjarmasin 317,374.41 310,541.47 320,289.41
79 Kab Barito Selatan 130,891.01 179,023.02 192,305.86
80 Kota Palangkaraya 190,170.81 188,655.65 217,714.87
81 Kab Penajam Paser Utara 293,351.38 329,411.86 565,336.71
82 Prop Sulawesi Selatan 752,385.51 864,042.19 1,125,546.55
83 Kab Barru 149,791.20 209,869.53 210,907.11
84 Kab Bone 357,997.17 378,102.66 393,000.81
85 Kab Gowa 269,121.26 296,190.11 311,124.40
86 Kab Luwu Utara 274,360.80 165,581.18 181,708.16
87 Kab Pankajene dan 203,324.05 221,583.55 245,560.73
Kepulauan
88 Kota Makassar 525,732.92 560,471.82 596,570.54
89 Prop Sulawesi Tengah 354,254.98 384,038.27 421,970.67
90 Prop Sulawesi Tenggara 351,808.57 363,334.93 414,505.15
91 Kab Buton 246,168.46 298,936.37 233,736.43
92 Kab Kendari 312,882.72 231,211.97 252,819.64
93 Prop Sulawesi Utara 382,517.12 395,013.96 425,971.78
94 Kota Gorontalo 154,185.10 186,870.16 192,222.92
95 Prop Nusa Tenggara Timur 445,655.27 442,806.32 474,974.80
96 Kab Alor 171,985.87 198,363.88 213,831.46
97 Kab Ende 193,998.98 202,298.40 206,158.97
98 Kab Kupang 218,521.68 241,854.00 268,136.38
99 Kab Manggarai 315,327.71 228,285.48 270,692.07
100 Kota Ambon 255,259.65 275,751.72 266,100.99
Lampiran 2

Laporan Realisasi DAU T.A. 2003-2005


Kabupaten, Kota dan Propinsi di Indonesia
(dalam jutaan rupiah)

No Nama Daerah 2003 2004 2005


1 Prop NAD 76,120.00 76,124.00 271,147.00
2 Kab. Aceh Tenggara 94,378.63 122,468.00 154,156.00
3 Kab. Aceh Utara 149,120.00 199,895.97 199,896.00
4 Kab. Aceh Tamiang 52,786.74 92,012.00 120,685.00
5 Kota Lhokseumawe 87,340.00 95,472.97 108,124.00
6 Kab. Labuhan Batu 263,300.00 268,127.00 286,548.00
7 Prop Sumatra Barat 240,969.18 246,818.00 247,487.00
8 Kab Agam 186,690.00 190,470.00 204,252.00
9 Kab Padang Pariaman 171,870.00 195,136.43 197,236.00
10 Kab Sawah Lunto Sijunjung 171,014.61 167,030.00 107,707.00
11 Kab Solok 194,501.08 202,064.00 151,940.00
12 Kab Tanah Datar 185,997.03 173,264.00 182,326.00
13 Kota Padang 265,540.00 272,154.00 287,033.00
14 Kota Solok 88,360.00 97,217.40 94,643.00
15 Kab Muara Enim 177,270.00 179,580.00 187,293.00
16 Kota Lubuk Linggau 84,280.32 96,412.00 107,720.00
17 Kota Palembang 349,445.58 343,376.00 351,714.00
18 Prop Jambi 209,250.00 223,347.00 243,618.00
19 Kab Bungo 140,520.00 147,820.00 164,996.00
20 Kab Muaro Jambi 130,849.97 128,068.21 148,960.00
21 Kota Jambi 178,310.00 186,780.00 208,943.00
22 Kota Bengkulu 163,250.92 158,218.22 167,655.00
23 Kota Pekanbaru 161,800.00 188,002.94 171,345.00
24 Prop Bangka Belitung 162,490.00 170,227.00 187,358.00
25 Kab Bangka 193,088.24 80,420.50 95,112.00
26 Kota Pangkal Pinang 90,850.00 95,875.50 108,718.00
27 DKI Jakarta 957,615.65 927,249.86 773,023.90
28 Prop Jawa Barat 574,880.12 573,778.00 570,660.00
29 Kab Bandung 787,353.89 757,285.00 802,830.00
30 Kab Bekasi 231,240.00 251,093.75 284,954.00
31 Kab Bogor 516,095.31 591,852.18 627,953.00
32 Kab Ciamis 438,200.00 441,791.25 432,352.00
33 Kab Cirebon 411,400.99 407,416.00 455,088.00
34 Kab Tasikmalaya 405,556.69 387,801.00 411,220.00
35 Kota Bekasi 290,557.63 275,762.00 313,589.00
36 Kota Depok 222,958.37 227,627.00 239,099.00
37 Prop Banten 171,859.75 187,863.00 198,018.00
38 Kab Lebak 247,270.16 264,401.00 288,401.00
39 Kab Tangerang 367,010.00 401,159.00 448,770.00
40 Kab Bantul 292,700.00 314,131.67 308,106.00
41 Kab Kulon Progo 236,729.44 215,470.00 231,438.00
42 Kab Sleman 331,917.26 307,331.00 318,139.00
43 Kota Yogyakarta 212,596.47 217,557.83 201,231.00
44 Prop Jawa Tengah 781,640.35 553,064.00 549,956.00
45 Kab Banjarnegara 248,820.00 260,996.00 276,999.00
46 Kab Batang 224,887.87 222,399.00 222,826.00
47 Kab Blora 270,140.00 285,249.98 285,250.00
48 Kab Brebes 357,380.00 375,145.86 402,905.00
49 Kab Jepara 248,660.00 258,973.00 276,946.00
50 Kab Kudus 228,308.49 229,738.00 227,890.00
51 Kab Magelang 300,629.99 122,298.00 345,991.00
52 Kota Pekalongan 122,170.00 125,408.00 132,335.00
53 Kota Semarang 308,170.00 314,104.41 332,098.00
54 Kota Pasuruan 130,926.11 125,070.00 125,070.00
55 Kab Banyuwangi 356,260.00 372,023.00 358,229.00
56 Kab Bondowoso 234,020.00 251,718.00 251,718.00
57 Kab Gresik 235,130.00 251,712.29 261,283.00
58 Kab Jember 456,800.00 472,427.00 500,843.00
59 Kab Madiun 223,030.00 230,124.00 246,292.00
60 Kab Lamongan 296,740.00 298,570.00 324,917.00
61 Kota Malang 204,790.00 211,628.00 221,130.00
62 Kota Blitar 111,770.00 121,078.11 121,252.00
63 Prp Bali 184,869.96 192,805.72 199,924.00
64 Kab Badung 162,466.86 166,304.68 165,685.00
65 Kab Jembrana 137,389.96 144,661.00 156,827.00
66 Kab Karangasem 163,260.00 170,302.00 180,482.00
67 Kab Klungkung 120,620.00 124,218.00 134,371.00
68 Kab Tabanan 203,699.96 211,450.99 212,991.00
69 Kota Denpasar 193,489.80 176,989.76 187,085.00
70 Kab Ketapang 251,304.31 254,434.00 280,615.00
71 Kab Pontianak 237,650.00 245,525.00 262,388.00
72 Kab Sambas 201,810.00 207,729.00 213,446.00
73 Kab Sanggau 244,890.76 235,937.00 187,427.00
74 Kota Pontianak 189,771.53 188,292.76 194,460.00
75 Prop Kalimantan Selatan 204,374.79 209,678.99 238,366.97
76 Kab Banjar 167,320.00 174,963.00 191,629.00
77 Kab Barito Kuala 133,030.00 137,217.97 146,617.97
78 Kab Banjarmasin 190,300.00 194,081.00 205,511.97
79 Kab Barito Selatan 108,773.26 125,580.00 141,639.00
80 Kota Palangkaraya 151,829.30 155,420.90 158,298.00
81 Kab Penajam Paser Utara 33,972.34 31,970.00 34,030.00
82 Prop Sulawesi Selatan 312,791.96 313,614.00 332,725.00
83 Kab Barru 120,810.00 132,209.89 137,899.00
84 Kab Bone 257,081.14 265,708.20 276,736.00
85 Kab Gowa 202,110.00 225,980.48 225,163.00
86 Kab Luwu Utara 175,210.00 107,731.79 123,785.00
Kab Pankajene dan
87 Kepulauan 151,260.00 154,392.00 164,764.00
88 Kota Makassar 308,140.00 308,158.00 323,075.00
89 Prop Sulawesi Tengah 240,700.00 258,145.00 271,756.00
90 Prop Sulawesi Tenggara 229,179.13 248,866.94 254,152.00
91 Kab Buton 215,780.00 218,669.57 134,207.00
92 Kab Kendari 140,329.55 145,149.75 185,291.00
93 Prop Sulawesi Utara 242,328.52 220,626.00 247,873.00
94 Kota Gorontalo 124,005.00 135,079.30 138,105.00
95 Prop Nusa Tenggara Timur 283,040.00 305,474.00 305,473.97
96 Kab Alor 153,700.00 159,338.01 153,700.00
97 Kab Ende 160,660.00 165,323.00 166,722.00
98 Kab Kupang 197,980.00 211,456.41 213,552.68
99 Kab Manggarai 247,849.45 173,147.00 206,161.00
100 Kota Ambon 170,520.00 189,766.85 179,681.00
Lampiran 3

Laporan Realisasi PAD T.A. 2003-2005


Kabupaten, Kota dan Propinsi di Indonesia
(dalam jutaan rupiah)

No Nama Daerah 2003 2004 2005


1 Prop NAD 103,532.29 198,432.40 262,119.99
2 Kab. Aceh Tenggara 5,016.25 4,366.31 2,401.16
3 Kab. Aceh Utara 37,774.71 38,029.12 55,368.38
4 Kab. Aceh Tamiang 757.98 3,092.21 5,445.77
5 Kota Lhokseumawe 12,317.92 9,414.45 12,656.16
6 Kab. Labuhan Batu 26,031.70 27,500.45 25,178.21
7 Sumatra Barat 281,449.46 375,074.87 448,279.02
8 Kab Agam 11,183.07 11,681.14 11,596.28
9 Kab Padang Pariaman 11,113.23 15,840.39 9,710.52
10 Kab Sawah Lunto Sijunjung 19,949.32 14,352.31 10,356.31
11 Kab Solok 11,769.35 10,448.41 9,154.11
12 Kab Tanah Datar 11,931.50 15,390.49 22,921.80
13 Kota Padang 63,932.55 68,646.57 89,747.73
14 Kota Solok 7,262.07 8,546.78 10,083.36
15 Kab Muara Enim 27,901.74 27,059.12 33,494.77
16 Kota Lubuk Linggau 11,432.28 7,533.24 9,024.67
17 Kota Palembang 63,522.97 61,586.18 78,714.19
18 Jambi 255,323.15 287,637.72 344,880.74
19 Kab Bungo 20,021.24 20,821.71 22,244.32
20 Kab Muaro Jambi 10,314.85 7,418.05 6,262.24
21 Kota Jambi 23,436.36 32,133.20 35,947.63
22 Kota Bengkulu 9,685.85 15,495.50 13,920.33
23 Kota Pekanbaru 58,701.85 71,907.18 86,945.16
24 Bangka Belitung 71,780.12 114,461.63 188,304.37
25 Kab Bangka 31,953.99 20,136.34 17,926.30
26 Kota Pangkal Pinang 10,065.80 13,432.97 16,960.44
27 DKI Jakarta 5,261,851.41 6,430,334.81 7,597,867.92
28 Jawa Barat 2,164,337.43 2,846,800.73 3,604,767.57
29 Kab Bandung 99,760.58 109,581.84 108,322.35
30 Kab Bekasi 100,753.24 219,114.77 150,017.84
31 Kab Bogor 148,921.78 166,260.11 199,424.94
32 Kab Ciamis 27,856.97 32,368.07 25,588.40
33 Kab Cirebon 45,165.45 48,221.23 63,035.10
34 Kab Tasikmalaya 18,659.21 20,598.90 22,715.20
35 Kota Bekasi 85,882.56 97,578.36 126,066.84
36 Kota Depok 42,581.48 54,467.01 66,879.06
37 Prop Banten 614,668.85 818,246.38 1,070,237.77
38 Kab Lebak 14,118.67 18,990.27 21,910.21
39 Kab Tangerang 122,154.03 161,219.55 199,360.04
40 Kab Bantul 32,882.34 30,777.82 37,683.85
41 Kab Kulon Progo 24,039.44 19,834.96 24,332.48
42 Kab Sleman 52,978.73 60,112.31 77,904.74
43 Kota Yogyakarta 68,621.56 79,911.42 89,196.42
44 Jawa Tengah 1,447,418.91 1,865,390.53 2,490,643.74
45 Kab Banjarnegara 25,303.14 30,622.37 34,210.83
46 Kab Batang 23,308.57 23,610.80 23,301.04
47 Kab Blora 26,933.91 29,530.46 29,432.59
48 Kab Brebes 25,288.38 25,735.11 36,401.59
49 Kab Jepara 53,740.24 47,266.55 50,745.47
50 Kab Kudus 38,342.60 41,617.40 43,969.08
51 Kab Magelang 35,808.18 22,628.70 52,858.63
52 Kota Pekalongan 13,679.48 15,864.60 15,192.71
53 Kota Semarang 143,157.30 155,824.66 190,184.69
54 Kota Pasuruan 15,754.18 13,210.25 14,352.84
55 Kab Banyuwangi 41,969.84 36,279.15 23,277.08
56 Kab Bondowoso 21,172.05 18,585.93 20,778.93
57 Kab Gresik 59,811.70 73,106.34 87,961.12
58 Kab Jember 37,592.27 40,910.15 51,472.72
59 Kab Madiun 18,704.25 19,995.17 15,713.84
60 Kab Lamongan 32,314.67 34,010.84 41,353.91
61 Kota Malang 42,094.97 50,007.31 58,740.21
62 Kota Blitar 19,283.72 25,333.02 22,857.88
63 Bali 382,259.83 559,689.36 742,886.07
64 Kab Badung 221,438.47 332,316.94 319,375.01
65 Kab Jembrana 11,055.96 9,724.58 9,916.28
66 Kab Karangasem 19,513.36 19,762.68 23,909.59
67 Kab Klungkung 12,233.73 11,913.31 16,403.41
68 Kab Tabanan 34,584.29 43,358.86 42,443.65
69 Kota Denpasar 88,548.23 90,827.79 116,302.94
70 Kab Ketapang 10,241.43 12,185.55 10,683.28
71 Kab Pontianak 8,914.56 9,505.33 15,284.50
72 Kab Sambas 7,597.95 10,267.95 9,502.19
73 Kab Sanggau 8,575.08 10,343.17 11,160.26
74 Kota Pontianak 31,320.42 34,774.39 41,514.07
75 Kalimantan Selatan 277,679.26 364,181.39 530,110.53
76 Kab Banjar 9,256.06 13,555.81 13,831.60
77 Kab Barito Kuala 9,297.93 9,299.00 8,708.05
78 Kab Banjarmasin 29,166.01 38,328.02 41,181.73
79 Kab Barito Selatan 4,923.19 5,636.23 6,519.68
80 Kota Palangkaraya 8,981.60 10,107.04 13,666.41
81 Kab Penajam Paser Utara 646.69 3,023.58 13,039.21
82 Sulawesi Selatan 445,079.39 563,613.15 675,857.27
83 Kab Barru 8,739.34 10,014.35 7,885.30
84 Kab Bone 15,952.40 17,690.39 17,234.56
85 Kab Gowa 21,865.20 19,841.51 21,321.50
86 Kab Luwu Utara 23,828.81 16,230.85 12,206.16
Kab Pankajene dan
87 Kepulauan 25,466.80 26,904.30 29,600.11
88 Kota Makassar 78,684.69 85,074.92 99,841.78
89 Sulawesi Tengah 100,572.24 122,907.88 141,349.36
90 Sulawesi Tenggara 76,479.89 98,626.71 102,688.67
91 Kab Buton 10,717.96 10,122.05 9,108.24
92 Kab Kendari 13,893.28 14,112.54 6,364.64
93 Sulawesi Utara 119,691.24 147,139.84 199,131.94
94 Kota Gorontalo 11,966.57 16,589.98 22,462.19
95 Nusa Tenggara Timur 94,332.01 123,690.37 140,648.94
96 Kab Alor 9,359.67 11,009.73 9,182.67
97 Kab Ende 8,728.58 9,435.06 12,177.80
98 Kab Kupang 20,671.98 22,998.21 14,632.98
99 Kab Manggarai 11,687.26 11,507.84 10,267.26
100 Kota Ambon 8,178.23 21,895.18 14,578.37
LAMPIRAN 4

Data sebelum remediasi


Statistic deskripsi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Skewness Kurtosis


Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
PAD tahun t-1 200 646,69 6430335 163649,0 654951,2 7,463 ,172 61,607 ,342
BD tahun t 200 4261 13920270 618032,51 1389301 7,954 ,172 69,924 ,342
DAU tahun t-1 200 31970,00 957615,65 235169,9 139326,2 2,506 ,172 8,607 ,342
Valid N (listwise) 200
LAMPIRAN 5

Data setelah remediasi


Statistik deskripsi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Skewness Kurtosis


Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
DAU tahun t-1 156 31970,00 472427,00 208580,7 84215,93 ,883 ,194 ,794 ,386
BD tahun t 158 123415 937005 331666,71 138078,0 1,176 ,193 1,872 ,384
PAD Tahun t-1 158 3024 98627 27280,45 21617,598 1,487 ,193 1,651 ,384
Valid N (listwise 153
LAMPIRAN 6
UJI ASUMSI KLASIK

1. Multikolinieiritas
Coefficients a

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 73654,417 17340,668 4,247 ,000
DAU tahun t-1 ,897 ,087 ,560 10,301 ,000 ,778 1,286
PAD Tahun t-1 2,476 ,358 ,377 6,925 ,000 ,778 1,286
a. Dependent Variable: BD tahun t

2. Heteroskedastisitas
Scatterplot

Dependent Variable: BD tahun t


8

6
RegressionStudentizedResidual

-2

-2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value

3. Autokorelasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson
1 a
,809 ,655 ,650 79701,343 1,863
a. Predictors: (Constant), PAD Tahun t-1, DAU tahun t-1
b. Dependent Variable: BD tahun t
LAMPIRAN 7

Hasil Uji hipotesis.

1. PADt-1 mempengaruhi BD (parsial)

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 a ,366 ,362 106962,073
,605
a. Predictors: (Constant), PAD Tahun t-1

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1E+012 1 1,01E+012 88,371 ,000a
Residual 2E+012 153 1,14E+010
Total 3E+012 154
a. Predictors: (Constant), PAD Tahun t-1
b. Dependent Variable: BD tahun t

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 225397,5 13827,886 16,300 ,000
PAD Tahun t-1 3,722 ,396 ,605 9,401 ,000
a. Dependent Variable: BD tahun t
LAMPIRAN 8

2. DAUt-1 mempengaruhi BDt (parsial)

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 ,738 a ,544 ,541 91254,893
a. Predictors: (Constant), DAU tahun t-1

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2E+012 1 1,50E+012 180,500 ,000a
Residual 1E+012 151 8,33E+009
Total 3E+012 152
a. Predictors: (Constant), DAU tahun t-1
b. Dependent Variable: BD tahun t

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 79729,526 19828,954 4,021 ,000
DAU tahun t-1 1,181 ,088 ,738 13,435 ,000
a. Dependent Variable: BD tahun t
LAMPIRAN 9

3. PADt-1 dan DAUt-1 mempengaruhi BDt (serentak/simultan)

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson
1 ,809a ,655 ,650 79701,343 1,863
a. Predictors: (Constant), PAD Tahun t-1, DAU tahun t-1
b. Dependent Variable: BD tahun t

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2E+012 2 9,04E+011 142,287 ,000a
Residual 1E+012 150 6,35E+009
Total 3E+012 152
a. Predictors: (Constant), PAD Tahun t-1, DAU tahun t-1
b. Dependent Variable: BD tahun t

Coefficients a

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 73654,417 17340,668 4,247 ,000
DAU tahun t-1 ,897 ,087 ,560 10,301 ,000 ,778 1,286
PAD Tahun t-1 2,476 ,358 ,377 6,925 ,000 ,778 1,286
a. Dependent Variable: BD tahun t

Anda mungkin juga menyukai