Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bimbingan dan konseling dalam bidang kesehatan dapat dispesifikkan
pada pemberian pelayanan kesehatan, seperti perawat memberikan bimbingan
kepada klien post-operasi fraktur femur dengan cara membimbing berjalan
memakai alat bantu turun dari tempat tidur, ke toilet dan lain-lain.
Pelaksanaan konseling atau proses konseling bagi klien memerlukan
adanya kesepakatan anatar klien dan keluarga lien dengan seorang konselor.
Banyak masalah klien membutuhkan bantuan bimbingan khusus atau proses
konseling, dan pada beberapa kasus membutuhkan perawat guna
mengimplementasikan solusi dari masalah tersebut, dengan demikian seorang
perawat dapat berperan sebagai konselor.
Bimbingan konseling ini sangat bermanfaat untuk menurunkan bahkan
menghilangkan kecemasan klien (gangguan psikologis) dalam menjalani suatu
pemeriksaan atau tindakan pengobatan. Perawat harus memperhatikan masalah
psikososial klien yang sedang menjalani perawatan penyakit di suatu balai
pengobatan atau rumah sakit. Masalah psikososial klien yang kurang
diperhatikan oleh perawat bisa mengurangi hasil suatu proses pemeriksaan atau
tindakan keperawatan.
Kegiatan bimbingan pada klien yang dianggap membutuhkan dan
memerlukan bimbingan dapat dilaksakan kapan saja oleh perawat. Konseling
dapat diberikan kepada klien atau keluarga klien yang akan menjalani
pemeriksaan, perawatan, pengobatan, atau rehabilitasi. Pelaksanaan konseling
sangat penting diberikan pada klien yang akan menjalani pemeriksaan atau
tindakan pengobatan teetentu. Hal ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan
pemahaman terhadap penyakit yang diderita dan jenis pemeriksaan atau
tindakan yang akan dilakukan, sehingga klien dapat menentukan pilihan dan
mengambil keputusan yang tepat.

1|Konseling Dalam Keperawatan


1.2 Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan
Untuk mempelajari lebih dalam materi Konseling Dalam Keperawatan
Mampu menerapkan komunikasi dan konseling dalam dunia keperawatan.

2|Konseling Dalam Keperawatan


BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi

2.1.1 Pengertian Bimbingan

Pengertian bimbingan jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai


perbedaan tergantung dari jenis sumbernya dan yang merumuskan pengertian
tersebut. Perbedaan pengertian itu disebabkan oleh pandangan dan titik tolak
yang berlainan, tetapi perbedaan tersebut hanyalah perbedaan focus atau sudut
pandang. Istilah bimbingan dan konseling meggunakan terjemahan dari
istilah bahasa Inggris, yaitu guidance dan counseling.

Berikut ini pendapat para ahli mengenai pengertian bimbingan.

Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan


secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya
sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat
menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti
kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan dapat membantu
individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk social
(Rochman Natawijaya, dalam Sukardi, D.K, 2000: 19).

Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna


membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keteramoilan yang
diperlukan dalam mmebuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-
interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik (Smith, dalam
Prayitno, 1999: 94).

Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada seseorang (individu) atau kepada


sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam
mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan ini

3|Konseling Dalam Keperawatan


bersifat psikologis, dan tidak berupa pertolongan financial, medis, dan
sebagainya (W.S Winkel, 1991: 17).

Bimbingan sebaiknya diartikan sebagai proses membantu orang-perorangan untuk


memahami dirinya sendiri dan lingkungannya, The process of helping individuals
to understand themselves and their world.
(Shertzer dan Stone dalam W.S Winkel 1990: 17).

Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar ia


mampu memahami diri, menyesuaikan diri, dan mengembangkan diri sehingga
mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia (Hibama, 2003: 13)

Kesimpulan dapat diambil setelah mempelajari pengertian tentang


bimbingan yang telah dikemukan para ahli di atas adalah bimbingan merupakan
proses bantuan yang diberikan oleh seorang konselor kepada klien baik secara
individu ataupun kelompok sesuai dengan kebutuhan pasien. Bantuan ini
dimaksudkan agar klien tersebut memperoleh informasi, pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan-keterampilan dalam melaksanakan kegiatannya
serta mengembangkan pandangan hidupnya sendiri sekaligus dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri dalam mencapai kehidupan yang mandiri.

2.1.2 Pengertian Konseling

Dalam bahasa Inggris counseling diterjemahkan menjadi konseling.


Konseling merupakan bagian dari bimbingan. Menurut dewa Ketut Sukardi
(2002: 21) dalam bukunya Counseling is the Heart of Guidance menyatakan
bahwa layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan secara
keseluruhan. Bisa dikatakan konseling adalah kegiatan yang paling penting dalam
bimbingan. Oleh karena itu, konseling sangat memberi arti pada bimbingan, di
mana konseling ini merupakan suatu proses kegiatan yang di dalamnya terdapat
seorang konselor dan konseli. Konselor berarti orang atau individu yang
berkompoeten atau berwenang memberikan bantuan layanan konseling,
sedangkan konseli merupakan orang atau individu yang menerima banyuan

4|Konseling Dalam Keperawatan


layanan konseling. Jadi tanpa adnya unsur konselor dan konseli, maka proses
konseling tidak akan terjadi.

Konseling adalah konseling meliputi pemahaman terhadap hubungan individu


untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang
unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk
mengapresiasikan ketiga hal tersebut (Bernard dan Fullmer dalam Prayitno,
1999: 101).

Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dan
bimbingan, konseling dapat diartikan sebagai hubungan tibal balik antara dua
individu, di mana yang seorang, yaitu konselor berusaha membantu yang orang
lain dalam hal ini, klien untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam
hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan
dating (Rohman Natawijaya, dalam Sukardi, D.K., 2000: 22).

Konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata
atau tatap muka antara konselor dank lien yang berisi usaha yang selaras, unik,
dan manusiawi (human), yang dilakukan dalam suasana keahlian serta didasarkan
atas norma-norma yagberlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan
kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan
mungkin pada masa yang akan dating (Sukardi, D.K., 2000: 22).

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara


oleh seorang konselor terhadap individu guna mengatasi suatu masalah atau
mengoptimalkan potensi yang dimiliki (Hibama, 2003: 18).

Dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang pengertian


konseling oleh para ahli tersebut, maka dapatlah disimpulkan bahwa konseling
merupakan suatu proses banyuan pemecahan masalah klien agar dapat
menyesuaikan dirinya secara efektif dengan dirinya sendiri dan dengan
lingkungannya, yang dilakukan oleh seorang konselor kepada klien secara
bersama-sama, di mana klien mengambil keputusan atas masalahnya sendiri baik
kehidupan di masa sekarang maupun yanga kan datang.

5|Konseling Dalam Keperawatan


2.2 Tujuan dan Fungsi

2.2.1 Tujuan Bimbingan dan Konseling Dalam Keperawatan

Tujuan Konseling dalam bidang keperawatan memiliki pandangan


tersendiri mengenai hal tersebut yang akan dijelaskan melalui penjabaran
berikut :

a. Memberikan bantuan bagi pengembangan dan pemahaman mengenai


ilmu pengetahuan dan pemahaman klien terhadap permasalahan
kesehatan, seperti jenis dan tindakan medis atau jenis dan tindakan
keperawatan atau kebidanan.
b. Mengeksplorasi atau menunjukan segala kemampuan atau potensi
atau kelemahan (bio-psiko-sosial-spiritual) tang dimiliki klien untuk
mengahadapi permasalahan kesehatannya berupa tindakan medis
atau tindakan keperawatan dan kebidanan.
c. Klien bertanggung jawab atas pilihan dan keputusannya baik yang
berdampak bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.

2.2.2 Fungsi Bimbingan dan Konseling Dalam Keperawatan

Menurut sifatnya layanan bimbingan dan konseling dapat berfungsi


sebagai berikut :

a. Fungsi pencegahan (Preventif)


Layanan bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pencegahan
artinya bimbingan dan konseling merupakan suatu usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah. Layanan yang diberikan dalam fungsi
pencegahan ini berupa pelayanan bantuan dari berbagai permasalahan
yang mungkin timbul agar masalah tersebut tidak menghambat
program atau kegiatan dan perkembangannya. Kegiatan yang berfungi
pencegahan tersebut dapat berupa program informasi, orientasi,
inventarisasi data atau pengkajian data, analisi data, dan sebagainya.

6|Konseling Dalam Keperawatan


b. Fungsi pemahaman
Bimbingan dan konseling yang mempunyai fungsi pemahaman ini
dimaksudkan untuk menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh
individu atau klien sesuai dengan kepentingan individu dan atau
kelompok yang mendapat pelayanan tersebut. Pemahaman ini
mencakup hal-hal berikut :
1. Pemahaman tentang diri klien, terutama oleh klien itu sendiri atau
keluarga klien.
2. Pemahaman tentang lingkungan klien, terutama klien itu sendiri,
keluarga klien, sesama klien di dalam kamar perawatan, dank lien
juga pahap terhadap lingkungan perawat, bidan, dokter, dan situasi
kondisi kamar atau ruang perawatan.
3. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas, termasuk di
dalamnya adalah informasi situasi kesehatan klien dan lingkungan
klien, baik kamar maupun ruangan perawatan oleh tenaga
kesehatan yang lain (radiologi, laboratorium, gizi, dan lain-lain),
tata tertib klien dan keluarga dalam ruang perawatan, hak dan
kewajiban klien dan keluarga.
c. Fungsi perbaikan atau pengetasan
Fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilaksanakan dengan baik,
tetapi mungkin saja masih ada atau masih terjadi masalah-masalah
lain. Fungsi perbaikan dalam bimbingan dan konseling adalah
bagaimana klien atau kelompok dapat memecahkan dan mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi. Fungsi ini juga menghasilkan kondisi
bagi terentasnya atau teratasinya berbagai permasalahan dalam
kehidupan dan atau perkembangan yang dialami oleh individu atau
kelompok yang mendapatkan pelayanan.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi konseling menyiratkan bahwa layanan bimbingan dan
konseling yag diberikan bermanfaat bagi klien dalam memelihara dan
mengembangkan keseluruhan pribadinya dengan percaya diri, terarah,
dan berkelanjutan, sehingga klien dapat mempertahankan hal-hal yang
dipandang positif. Dengan demikian diharapkan klien dapat menjaga

7|Konseling Dalam Keperawatan


dirinya agar tetap baik dan percaya diri dalam memelihara dan
mengembangkan berbagai potensi dan kondisi untuk menghadapi
permasalahan yang akan datang.
e. Fungsi advokasi
Fungsi konseling yang menghasilkan kondisi pembelaan terhadap
pengingkaran atas hak-hak atau kepentingan pendidikan atau
informasi atau perkembangan atau keperawatan biologis-psikologis-
sosial-spiritual (bio-psiko-sosio-spiritual) yang dialami klien atau
pengguna pelayanan konseling.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling haruslah mengacu pada satu fungsi


atau beberapa fungsi yang telah dijelaskan tersebut, agar hasil yang dicapai jelas
dan dapat diidentifikasi serta dievaluasi dengan tepat. Dalam fungsinya sebagai
pelaksana konseling, perawat di sarana pelayanan kesehatan bertugas untuk
membantu klien dalam mencari pemecahan masalah kesehatan dan melihat
adanya perubahan perilaku yang terjadi dan dihadapi klien. Pemberian konseling
dapat dilakukan di poliklinik, puskesmas, puskesmas pembantu, rumah klien,
posyandu, dan tatanan kesehatan lainnya dengan melibatkan individu, keluarga,
atau masyarakat.

Kegiatan yang dapat dilakukan perawat di puskesmas antara lain


menyediakan informasi, mendengarkan sevara nyata pengakuan dari lien,
memberikan dukungan, memberikan asuhan dan meyakinkan klien, menolong
klien dalam mengidentifikasi masalah dan factor yang berhubungan dengan
masalah tersebut, memandu klien menggali permasalahan serta memilih
pemecahan masalah yang dapat dilaksanakan klien.

8|Konseling Dalam Keperawatan


Pembaharu
Manajer Kasus Konsultan
Atau
pemimpin

Model Peran
Pendidik
(Role Model)

Pelaksanaan Konseling
Koordinator KLIEN Keperawatan

Advokasi Pemodifikasi
Lingkungan

Pemberi Pelayanan Penemu Kasus

Peneliti

Peran dan Fungsi Perawat di Sarana Pelayanan Kesehatan

Sumber: Depkes RI, 2006.

Keterangan :

Peran dan fungsi ideal

Peran dan Fungsi minimal

9|Konseling Dalam Keperawatan


2.3 Keterampilan Dasar Konseling
Seoran konselor yang professional harus mengetahui dan memahami tentang
keterampilan dasar konseling untuk melaksanakan tugasnya tersebut. Dengan
keterampilan yang dimilikinya, diharapkan konselor dapat mengefektifkan
proses konseling. Penggunaan keterampilan konseling sering disebut sebagai
micro skills ataucommunicational skill units (Ivey dalam Soedarmadji, Boy dan
Sutijono, 2005). Penguasaan pemahaman keterampilan dasar konseling (micro
skills atau communicational skill units) digunakan sebagai dasar dans yarat
mutlak untuk bias menajdi konselor yang diharapkan. Keterampilan-
keterampilan dasar konsleing yang dimaksud akan dijelaskan melalui penjabaran
berikut.

2.3.1 Keterampilan Mendengarkan


Kemampuan mendengarkan terdiri atas tiga komponen, yaitu attending,
paraphrase, dan menjelaskan. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci mengenai
tiga komponen tersebut.

2.3.1.1 Attending
Attending adalah suatu sikap berupa pemberian perhatian
kepada klien. Keterampilan ini sangat memerlukan
pertimbangan kultural (budaya), norma-norma, dan makna
tentang pandangan mata, jarak duduk anatar konselor dank
lien. Setiap daerah mempunyai penilaian yang berbeda-beda
mengenai hal tersebut. Jarak duduk yang dianggap baik dan
memenuhi norma antara konselor dengan klien yaitu 1
meter. Attending mempunyai beberapa komponen. Adapun
komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kontak melalui mata
Memandang orang lain pada mata mereka adalah suatu cara
untuk menunjukan perhatian yang sungguh-sungguh, sebab
kontak mata adalah satu alat pokok untuk berkomunikasi.
Namun, hal ini tidak dilakukan secara terus-menerus.
Kontak mata bisa diartikan sebagai alat yang
mengomunikasikan kekeluargaan atau persahabatan,

10 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
pengertian, kehangatan, dan perhatian. Konselor dapat
menangkap pesan-pesan non-verbal melalui mata.
Beberapa situasi yang mengharuskan terjadinya kontak
mata lebih banyak, yaitu pada saat-saat seperti dibawah
ini:
1. Sesorang secara fisik jauh dari orang lain
2. Topic mudah dan tidak pribadi
3. Tidaka da lagi objek yang dilihat
4. Perhatian individu (klien) tertarik pada orang lain atau
objek lain
5. Klien mempunyai status yang lebih rendah
dibandingkan dengan orang lain
6. Klien mencoba untuk mendominasi atau memengaruhi
orang lain
7. Menghadapi klien dengan kepribadian terbuka
(extrovert)
8. Hal tersebut (kontak mata) menjadi dalah satu bagian
dari sebuah kebudayaan
9. Seseorang ingin terlibat dalam diskusi
10. Mengahdapi klien yang bersikap menyamakan antara
mendengar dan berbicara.
Efek negative tatapan mata (kontak mata), di antaranya
adalah sebagai berikut :
1. Meimbulkan perasaan dalam diri klien bahwa dirinya
diragukan
2. Menimbulkan kemarahan
3. Menimbulkan perasaan heran
4. Menimbulkan kebingungan pada diri sendiri
5. Menimbulkan perasaan terancam
6. Menimbulkan perasaan curiga
b. Postur tubuh
Konselor dapat bersikap mencondongkan badan ke depan
secara rileks.

11 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
Memunculkan suasana rileks sangat penting dilakukan
dalam konseling sebab ketegangan cenderung akan
memindahkan pusat perhatian klien kepada konselor dan
juga bias menimbulkan respons ketegangan pada klien.
c. Gerak tubuh atau gesture
Konselor yang banyak berkomunikasi dengan gerakan
tubuh atau sebaliknya dapat mengomunikasikan pesan
tertentu. Diam dengan sedekap atau berpangkutangan
dapat diartikan sebagai komunikasi yang kurang baik.
d. Tingkah laku verbal konselor
Tingkah laku verbal konselor merupakan respons terhadap
kata-kata klien, konselor sebaiknya tidak bertannya, tidak
mengambil topic yang baru, atau menentukan suatu ide
karena hal tersebut dapat membantu klien dalam
melakukan penajajakan dengan cara klien cenderung
membentuk rasa tanggung jawab selama wawancara.
Konselor dapat menentukan perhatian seperti apa yang
dapat mengontrol tingkah laku klien begitupun sebaliknya.
Langkah-langkah sikap attending yang kita lakukan
berlangsung efektif adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan suatu sikap rileks dan wajar untuk
menunjukan minat yang dimaksud
2. Menggunakan gerakan tubuh atau bahasa tubuh yang
wajar
3. Melakukan kontak mata dengan jalan melihat pada klien
saat berbicara
4. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan verbal
yangberhubungan dengan klien tanpa interupsi dan
bertanya tanpa disertai dengan kemunculan ide-ide
baru.
2.3.1.2 Parafrase
Paraphrase merupakan suatu metode untuk menyatakan
kembali pesan dengan kata-kata yang lebih pendek dan benar.

12 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
Paraphrase merupakan suatu bentuk perwujudan dari sikap
pengertian seorang konselor. Konselor menerjemahkan apa
yang disampaikan oleh klien dalam bentuk kata-kata yang lebih
tepat tanpa menambahkan hal-hal baru. Konselor harus
mampu menekankan isi, inti, materi atau pikiran, dan perasaan
yang telah disampaikan oleh klien untuk membentuk
paraphrase.
Paraphrase dapat dilakukan dengan contoh sebagai berikut :
Klien : Saya sebenarnya berpendapat bahwa
beliau adalah kepala ruangbersalin yang
sangatbaik. Beliau begitu bijaksana, peka,
dan baik hati. Ia sangat perhatian kepada
staffnya.
Konselor : Anda sangat suka kepadanya?
Klien : ya, saya sangat suka, lalu klien
melanjutkan, Saya tidak mengerti mengapa
beliau sangat sering memerintah saya,
sepertinyabeliau tidak puas kalau bukan
saya yang mengerjakannya.
Konselor : Berarti beliau benar-benar
membingungkan anda?
Klien : Ya, beliau sangat yakind engan apa yang
dilakukannya, dans elain itu
Hasil dari paraphrase adalah klien akan merasa lebih mengerti
dan memahami penyataan yang telah disampaikannya. Adapun
pengaruh akhir dari paraphrase adalah klien merasa terdorong
untuk meneruskan ceritanya. Hal ini yang dapat dilakukan agar
paraphrase erlangsung efektif, yaitu dengarkan pesan pokok
klien, nyatakan kembali kepada klien suatu ringkasan
sederhana tentang pesan pokok yang sudah disampaikan,
danperhatikan suatu petunjuk atau minta respon dari klien
yang menunjukkan bahwa paraphrase Anda tepat.

13 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
2.3.1.3 Menjelaskan
Sikap menjelaskan mempunyai tujuan untuk mempertajam
pertanyaan-pertanyaan yangmasih kurang jelas atau semu.
Dengan bersikap menjelaskan, konselor telah membuat suatu
terkaan tentang pesan pokok yang disampaikan klien. Konselor
juga boleh meminta penjelasan kepada klien apabila belum bisa
menangkap pesan yang disampaikan.
Kesulitan menangkap pesan bias terjadi krena banyak factor,
seperti pesan yang disampaikan klien mungkin saja kurang
jelas, banyak kata-kata yang membingungkan, alas an yang
diutarakan berbelit-belit, atau gaya bahasa yang digunakan
cukup kompleks. Dengan demikian, seorang konselor perlu
melakukan paraphrase jiak menemukan kesulitan seperti yang
telah disebutkan. Sebagai contoh :
Konselor : Saya kurang jelas bagaimana perasaanmu
tentang pekerjaanmu di ruang perawatan,
dapatkan kamu mengulang secara singkat
dan memberikan sebuah gambaran?
ATAU
Konselor : Saya belum mengerti, bagaimana kalau
Saudara bercerita lebih banyak lagi?
2.3.2 Keterampilan Memimpin
Keterampilan ini mempunyai tujuan agar klien terdorong untuk merespon
keterampilan memimpin yang dipakai konselor dalam seluruh proses konseling.
Keterampilan memimpin ini bermanfaat dalam membuka hubungan agar klien
bersedia membuka diri dan berbicara.
Memimpin memiliki tujuan yang lebih spesifik, yaitu memberikan
kesempatan klien untuk menjajaki perasaan yangs edang dialaminya secara
bebas, memberikan motivasi pada klien untuk menjajaki perasaan dan
mengamati perasaannya, serta memberikan motivasi pada klien untuk lebih aktif
dan tetap bertanggung jawab terhadap proses konseling. Keterampilan
memimpin dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti berikut ini :
a. Memimpin secara tidak langsung
14 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
b. Memimpin secara langsung
c. Memusatkan (Focusing)
d. Bertanya

2.3.2.1 Memimpin Secara Tidak Langsung


Keterampilan ini mempunyai tujuan pokok agar klien memulai
pembicaraan dan tetap bertanggung jawab atas kelangsungan
proses konseling atau interview. Biasanya teknik ini
dimanfaatkan untuk membuka suatu acara.
Konselor : Apa yang saudara sampaikan?
ATAU
Konselor : Barangkali kita bisa memulai dengan
menceritakan keadaan saudara sekarang.

2.3.2.2 Memimpin Langsung


Keterampilan ini adalah suatu teknik untuk memisahkan
perhatian klien pada suatu topic. Teknik ini mendorong klien
untuk mengamati, menjelaskan atau memberikan gambaran
mengenai sesuatu yang sedang mereka katakana. Biasanya
terdapat unsure sugesti.
Konselor : Ceritakan lebih banyak tentang saudaramu
itu?
Konselor : Apa yang anda maksudkan tentang malu?
Biasanya reaksi klien adalah bersikap menerima, terima jika
konselor menunjukkan minat terhadap sesuatu yang di
sampaikan klien. Selain itu, juga menambah kesadaran dan
pengertian klien.

2.3.2.3 Memusatkan (focusing)


Memusatkan pembicaraan pada suatu topic yang menurut
konselor akan memperlancar pemahaman, dapat digunakan
apabila klien menunjukan ketidak pastian dalam berbicara.
Tujuan teknik ini untuk membicaraan pada satu topic atau ide.

15 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
Konselor : Ceritakan secara lebih detail tentang
perasaan terhadap kehamilanmu
ATAU
Konselor : Marilah kita hentikan pembicaraan ini
sementara waktu, tutuplah matamu dan
renungkan serta hayati. apa yang kamu
rasakan?
Teknik focusing ini dapat mengurangi kebingungan, kekacauan,
dan keragu-raguan. Hasil yang diharapkan adalah
pengungkapan klien mengenai hal-hal yang berarti,
bertambahnya pengertian dan pemahaman klien.

2.3.2.4 Bertanya
Teknik bertanya dalam keterampilan memimpin bertujuan
untuk mengarahkan klien dan melakukan eksplorasi lebih jauh.
Bertanya bisa dilakukan dua bentuk, yaitu mengajukkan
pertanyaan terbuka dan tertutup.
Pada pertanyaan terbuka konselor memberikan kebebasan
pada klien untuk mengadakan proses konseling sesuai dengan
keinginan mereka. Pada pertanyaan tertutup konselor hanya
membutuhkan penegasan atau kepastian berupa jawaban Ya
atau Tidak dari klien.
a. Pertanyaan terbuka
Konselor : Bisakan saudara menjelaskan lebih banyak
lagi tentang hubungan saudara dengan ibu
saudara?
b. Pertanyaan tertutup
Konselor : Apakah hubungan suadara dengan ibu
saudara baik-baik saja?

2.3.3 Keterampilan Memantulkan


Keterampilkan memantulkan adalah suatu teknik untuk menyatakan
kepada klien bahwa konselor perawat ada dalam kerangka acuan serta
memahami dan menghayati permasalahan klien. Tujuan teknik pemantulan
16 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
adalah untuk memahami pengalaman klien serta mengatakan pada klien bahwa
konselor mencoba untuk menanggapi dunia seprti klien mengamatinya.

2.3.3.1 Memantulkan perasaan


Memantulkan perasaan adalah menyatakan dengan kata-kata
sendiri mengenai perasaan klien yang bertujuan untuk
memperjelas perasaan yang samar-samar menjadi lebih jelas
dan didasari serta untuk membantu klien memiliki
perasaannya sendiri.
Konselor : Berarti saudara memberi perhatian tingkah
lakunya,

2.3.3.2 Memantulakan pengalaman


Pemantulan pengalaman merupakan Feedback bagi
pengamatan yang luas dari konselor.

2.3.3.3 Memantulkan isi


Pemantulan isi merupakan pengulangan ide-ide penting yang
disampaikan klien dengan kata-kata yang lebih pendek atau
suatu keterampilan memberikan kata-kata kepada klien untuk
menyatakan dirinya.
Klien : Kata-kata nya benar-benar menyinggung
dan melukai hati saya
Konselor : Apakah hal itu benar-benar menyakitkan?

2.3.4 Keterampilan merangkum


Merangkum adalah menyatakan beberapa ide dan perasaan kedalam satu
pernyataan, biasanya dilakukan di akhir pembicaraan atau interview.
Penggunaan keterampilan ini mengacu pada pesan yang disampaikan oleh klien
(Isi), cara klien menyatakannya (Perasaannya), tujuan, waktu (Timinh) dan (efek
dari pernyataannya (Proses) tersebut.
Konselor : Berdasakan percakapan saudara tentang organisasi,
sekolah dan sekarang tentang pekerjaan saudara yang baru,
saudara tampaknya merasa gagal dalam semua bidang itu.
Tujuan pokok dalam keterampilan merangkum adalah agar klien
merasakan adanya kemajuan dalam melakukan eksplorasi mengenai ide,

17 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
perasaan dan menyadari adanya perkembangan pembelajaran utnuk
menyelesaikan masalah. Merangkum juga dapat dipakai untuk mengakhiri dan
memperjelas ide yang baru serta dapat memberikan keyakinan kepada klien
bahwa konselor merespon pesan klien.

2.3.5 Keterampilan Konsfrontasi


Konsfrontasi adalah suatu usaha untuk mengenal secara jujur dan
langsung tentang diri klien sebenarnya, apa yang sedang terjadi dengannya, atau
memperkirakan apa yang terjadi. Respon dari konsfrontasi ialah tantangan,
pengungkapan, atau pengungkapan atau bisa juga ancaman.
Keterampilan konsfrontasi mempunyai resiko, yaitu kemungkinan
terjadinya keengganan membuka diri dari pihak klien atau sebaliknya yakni
keterbukaan dalam komunikasi. Konsfontasi merupakan suatu metode
menceritakan sesuatu apadanya yang memungkinkan timbulnya kecemasan pada
diri klien. Bagian-bagian dari keterampilan konsfrontasi antara lain :
a. Mengenal Perasaan
b. Menggambarkan dan membagi perasaan
c. Balikan dan pendapat
d. Meditasi
e. Mengulang
f. Melakukan asosiasi

2.3.6 Ketrampilan memberikan informasi


Ketrampilan membeikan informasi dapat dilakukan dengan melakukan
sharing realita realita sederhana yang dimiliki konselor, sehingga dapat
membantu klien.
Pedoman yang dapat digunakan konselor dalam memberikan informasi
sebagai berikut :
a. Jangan menggunakn nasehat kecuali dalam bentuk saran saran yang
bersifat sementara bedarsrkan keilmuan
b. Konselor sebaiknya mengetahui berbagai informasi dari bidang
keahliannya
c. Jangan menggunakan alat tes psikologi jika tidak mempunyai keahlian.

18 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
2.4 Prinsip-prinsip Konseling
Akar dari setiap permasalahn memiliki komponen social dan pribadi.
Dalam hal ini, masyarakat tidak dapat diminta untuk menyesuaikan diri dengan
situasi yang tidak adil / penuh dengan kekerasan. Akan tetapi, perhatian pada
penyebab social dari tekanan mental dan emosional tidak dapat digunakan
sebagai alasan untuk minta pertanggung jawaban seseorang. Setiap orang harus
dapat menerima kesalahan dan mengambil langkah yang diperlukan untuk
memecahkan masalah tersebut guna mengubah situasi yang ada (YPKP, Depkes
RI & IBI, 2006).
Perempuan harus berusaha untuk mencapai status kebebasan secara
ekonomi dan psikologis agar dapat membima hubungan yang setara dengan
kaum laki-laki dan perempuan yang lain. Kekuatan dari sebuah hubungan harus
bersifat setara. Ahli terapi (therapist) dapat mengurangi adanya perbedaan
kekuasan yang dimiliki dengan para klien melalui sebuah proses keterbukaan diri
yang sesuai.
Setiap orang memiliki cara sendiri untuk mencapai kesehatan dan
kesejahteraan. Mereka merupakan pakar untuk diri mereka sendiri. Para
konselor bukanlah ahlinya. Konselor membantu klien nya dalam kelompok
maupun individual untuk menemukan solusi bagi permasalahn mereka sendiri.
Konselor tidak pernah berusaha memberikan jalan keluar terhadap masalah
orang lain. Tidak ada formula tertentu dalam melakukan konseling. Orang lain
bukannya musuh sekalipun mereka mungkin bersikap kasar dan menekan.

2.5 Fase-fase Proses Konseling


Dalam pelaksanaan konseling diberbagai situasi akan timbul bermacam-
macam variasi. Hal ini terjadi karena konselor mengahdapi klien yang
mempunyai temperamen, watak, dan kepribadian yang berbeda-beda. Hanya
saja, keseluruhan proses konseling yang dilakukan oleh konselor memiliki
kemiripan pola yang dapat dikenali (Geldard, dalam Soedarmadji, Boy dan
Sutijono, 2005). Pola yang dimaksud adalah fase-fase dalam proses konseling
yang terdiri atas beberapa unsur berikut ini.

19 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
2.5.1 Persiapan (Preparation)
Proses konsleing sebenarnya sudah dimulai sebelum konselor dank lien
bertemu. Klien sering kali belajar dahulu untuk menyampaikan apa yang
seharusnya dikatakan kepada konselor. Klien tidak saja memiliki keinginan-
keinginan terhadap proses konseling, melainkan juga menginginkan adanya
perngertian dari konselor. Sering kali klien merasa berat untuk dating dan
melakukan pertemuan konseling. Begitupun dengan konselor. Pada saat yang
bersamaan, konselor juga memiliki harapan-harapan atau keinginan-keinginan,
dan perasaan-perasaan pribadi terhadap pertemuan konseling.
2.5.2 Pembukaan (Preamble)
Kata Preamble dapat diartikan sebagai proses pembukaan dalam
keseluruhan proses konseling. Pertemuan awal dalam proses konseling menjadi
saat yang sangat penting dan menentukan. Di saat ini pula konselor diharapkan
mampu menciptakan hubungan yang baik (Rapport) dengan klien.
Dengan adanya hubungan yang baik tersebut, klien akan merasa diterima
dan t ugas konselor selanjutnya adalah menciptakan iklim yang konduksif serta
memberikan rasa kepercayaan klien untuk mengungkapkan masalahnya.
Misalnya, klien dating ke ruang konseling di suatu ruangan rawat inap rumah
sakit. Klien masuk dengan malu-malu bahkan takut tetapi karena konselor
menyambutnya dengan senyuman dan dengan ucapan yang sopan dan ramah
tamah, maka klien akan masuk dengan tanpa ragu-ragu dalam menyampaikan
maksud kedatangannya kepada konselor.

2.5.3 Memulai Proses (Getting Started)


Jika fase preamble dapat dilewati dengan baik maka permulaan proses
konseling dapat dimulai. Kesiapan klien untuk memulai proses konseling ditandai
dengan sukap duduknya yang santai, tidak menunjukan kegugupan dalam
berbicara bahkan tidak menunjukkan kecemasan atau ekspresi ayng tegang. Hal
ini penting guna mengetahui bagaimana perasaan klien sebenarnya sehingga hal
tersebut akanmudah memudahkan proses konseling. Sikap konselor dalam hal ini
sebaiknya mendengarkan semua hal yang disampaikan oleh klien. Setelah itu,
konselor mungkin perlu mengatakan pada klien, saya tidak melihat diri saya
sebagai orang ahli yang dapat menyelesaikan semua permasalahan anda. Saya

20 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
yakin anda lebih tahu tentang diri anda sendiri dibanding saya. Saya berharap
dalam pertemuan ini, kita bias bersama-sama memecahkan masalah anda.

2.5.4 Mendengarkan dengan Aktif (Active Listening)


Mendengar mungkin sesuatu yang sangat sulit atau bahkan
membosankan, apalagi jika yang disampaikan adalah suatu masalah yang perlu
pemecahan. Pendengar yang aktif berarti konselor selalu merespoms apa yang
disampaikan oleh klien.
Mendengarkan secara aktif akan dapat membantu konselor untuk
mengenal pribadi, sikap, perasaan, atau pun dunia klien.
2.5.5 Mengidentifikasi dan Mengklarifikasi Masalah (Problem
Identification and Clarification)
Konselor sebaiknya mencoba untuk mengidentifikasi danmengklarifikasi
permasalahan yang telah disampaikan oleh klien setelah melalui fase-fase
tersebut. Misalnya :
Konselor : Anank ibus edang di-opname di suatu ruangan di rumah
sakit, dan sekarang Ibu bingung untuk menenukan pilihan
obatnya, apakah obat dengan merk paten ataukan generic?
Benar begitu, Bu?
Klien : Iya, Pak

2.5.6 Memfasilitasi Perubahan Perilaku (Facilitating Attitude


Change)
Pada fase proses konseling ini, konselor harus menajajki apakah kloen
telah memahami tentang perasaan dan permasalahannya. Konselor mengajak
klien untuk lebih bersikap positif dan konstruktif terhadap permasalah yang
dihadapinya. Dengan kondisi seperti ini, keyakinan klien untuk bias berubah
perlu motivasi dan ditumbuhkan. Konselor dapat meyakinkan klien dengan
memberikan pertanyaan seperti, apakah dengan memabwa bapaknya pulang
akan menyelesaikan permasalahan atau sebaliknya akan menciptakan suatu
masalah baru. Dengan begitu diharapkan klien dapat termotivasi untuk merubah
keinginannya menjadi lebih kontruktif.

21 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
2.5.7 Mengeksplorasi Kemungkinan-kemungkinan dan
Memfasilitasi Tindakan (Exploring Options and Facilitating
Action)
Dalam fase ini tugas konselor adalah membantu klien untuk
mengeksplorasi dirinya sendiri. Konselor mengajak klien untuk menggali
kemungkinan-kemungkinan positif yang dimilikinya dalam menyelesaikan
permasalahannya sendiri. Dalam fase ini diperlukan situasi humoris yang bias
membuat kliek rileks bukan situasi yang penuh ketegangan atau keseriusan
karena akan membuat klien tidak bias menggali kemampuan-kemampuannya.
2.5.8 Terminasi (Termination)
Fase yang terakhir pada proses konseling adalah mengakhiri pertemuan
konseling. Usaha dalam mengakhiri proses konseling ini diambil bila klien telah
mengambil keputusan untuk mengatasi permasalahannya. Misalnya :
Konselor : Bagus anda telah membuat keputusan yang sangat berarti
bagi diri anda sendiri. Saya akan sangat senang jika anda sudi menghubungi saya
lagi untuk melaporkan apa yang telah anda lakukan dengan keputusan itu.
Sampai bertemu lagi.

22 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 SKEMA PROSES KONSELING


Konseling
a. Berfokus pada klien yaitu khusus sesuai dengan kebutuhannya, masalah, dan
lingkungan baik fisik mauapun perilaku klien.
b. Proses timbal-balik, kerja sama, dan saling menghargai
c. Menuju pada pencapaian tujuan
d. Membangun otonomi dan tanggung jawab diri pada klien
e. Memperhatikan situasi interpersonal sesuai dengan kondisi social-budaya
serta kesiapan untuk berubah
f. Mengajukan pertanyaan, menyediakan informasi, mengulas informasi, dan
mengembangkan rencana intervensi.

Layanan Konseling Bukanlah


a. Intrograsi
b. Pengarahan
c. Pemberian nasihat
d. Perbincangan
e. Pengakuan
f. Doa

Tujuan Konseling Secara Umum


a. Memberikan informasi
b. Membantu setiap individu untuk berperan sendiri dalam kelangsungan
hidupnya
c. Membangun kemampuan individu untuk mengambil keputusan yang bijak
dan realistis
d. Menuntun perilaku klien agar mampu menerima setiap konsekuensi.

23 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
3.2 Pengambilan Keputusan dalam Proses Konseling

TAHAP AWAL
IDENTIFIKASI MASALAH

Isu sentra/utama didefinisikan klien


atas bantuan konselor

Isu sentra/utama didefinisikan klien


atas bantuan konselor

Pengembangan alternative masalah


oleh klien dan konselor

Keputusan untuk memilih definisi masalah yang terbaik


sebagai hasil diskusi konselor dan klien

Tidak, Ya,
Apakah klien menerima
Kembali ke awal ke tahap
definisi masalah
selanjutnya

Sumber : Ivey dalam Soedarmadji, Boy dan Sutijono, 2005.

24 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
TAHAPAN KEDUA
FASE KERJA

Kerangka berfikir kritis yang melandasi


konselor dalam memahami masalah klien

Pendekatan elektrik
Kualitas pribadi konselor
Kualitas teknik konselor

Konselor dank lien memeriksa definisi masalah


Dan mengembangkan alternative/cara baru, potencial
answer, solusi, dan mengembangkan isu-isu baru untuk
diskusi selanjutnya

BERHASIL GAGAL

Sumber: Ivy dalam Soedarmadji, Boy dan Sutijono, 2005

25 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
TAHAPAN KETIGA
KEPUTUSAN UNTUK
BERTINDAK

Konselor dan klien berusaha menyusun solusi


untuk pemecahan masalah

Menguji solusi

Menguji solusi

Menguji solusi

Sumber: Ivy dalam Soedarmadji, Boy dan Sutijono, 2005

26 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
3.3 Tahapan Proses Konseling

DEFINISI
TAHAPAN AWAL 1. Empati MASALAH
2. Attending
3. Bertanya terbuka
4. Refleksi
5. Eksplorasi

1. Memimpin
2. Focus
3. Mengarahkan
4. Menafsirkan TAHAP KERJA
5. Memperjelas
TAHAP DENGAN
6. Konfrontasi
PERTENGAHAN DEFINISI
7. Mendorong
MASALAH
8. Informasi
9. Nasihat
10. Menyimpulkan
sementara
11. bertanya

1. Menyimpulkan
2. Mendorong
3. Merencana
TAHAP 4. Menilai (Evaluasi)
AKHIR TAHAPAN AWAL
5. Mengakhiri
proses/sesi
konseling

Sumber: Willis, 2004.

27 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bimbingan dan konseling dalam bidang kesehatan dapat dispesifikkan pada
pemberian pelayanan kesehatan,

Pelaksanaan konseling atau proses konseling bagi klien memerlukan adanya


kesepakatan antara klien dan keluarga lien dengan seorang konselor. Banyak
masalah klien membutuhkan bantuan bimbingan khusus atau proses konseling,
dan pada beberapa kasus membutuhkan perawat guna mengimplementasikan
solusi dari masalah tersebut, dengan demikian seorang perawat dapat berperan
sebagai konselor

Bimbingan konseling ini sangat bermanfaat untuk menurunkan bahkan


menghilangkan kecemasan klien (gangguan psikologis) dalam menjalani suatu
pemeriksaan atau tindakan pengobatan. Bimbingan konseling juga di lakukan
dengan prosedur-prosedur dan prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan.

4.2 Saran
1. Mahasiswa dapat berlatih, mengeksplore kemampuan dalam konseling guna
meningkatkan kapasitas dan kemampuan dalam konseling.
2. Mahasiswa mampu melakukan konseling di dunia kerja kelak
3. Perawat di Klinik maupun di komunitas dapat mengaplikasikan konseling
untuk masyarakat dalam berbagai kalangan.

28 | K o n s e l i n g D a l a m K e p e r a w a t a n

Anda mungkin juga menyukai