IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Nn. A Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 22 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Belum Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Sukapura Masuk Rumah Sakit : 22 Agustus 2017
Pukul 16.29 WIB
ANAMNESIS :
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 22 Agustus 2017 ; Jam : 15:00 WIB
Keluhan utama :
Nyeri perut bagian bawah sejak 4 bulan SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
OS berusia 22 tahun, datang dengan keluhan setiap haid terasa sangat sakit sejak 4
bulan yang lalu. Pasien mengeluh setiap haid dirasakan lebih sakit dari pada haid
sebelumnya sejak 1 tahun yang lalu.
Pasien mengatakan bahwa sakit perut ini selalu dirasakan setiap kali haid disertai
darah haid yang banyak dengan mengganti pembalut 4-5 kali/hari.
Namun beberapa bulan ini pasien mengakui sering memakai pampers saat haid. Selain
nyeri pasien juga mengalami keringat dingin namun tidak sampai pingsan.
Penurunan berat badan yang cepat disangkal. Nafsu makan dan minum pasien baik.
Tidak ada gangguan pada BAK ataupun BAB. OS tidak memiliki riwayat operasi
sebelumnya.
Pasien merupakan rujukan dari rumah sakit islam sukapura karena anemia.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun Siklus haid : 28 hari
Dismenorrhea :(+) Lama haid : 6-7 hari
Leukorrhea :(-) HPHT :-
Menopause :(-)
Riwayat ANC
(-)
Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)
( - ) Pil KB ( - ) IUD
( - ) Suntikan 3 bulan ( - ) Lain-lain
( - ) Susuk KB
- Vertebra: Normal
KULIT
- Tidak ada lesi patologis
Palpasi Anterior - Tidak ada nyeri tekan
- Sela iga paru tidak melebar
PERGERAKAN : Simetris saat statis dan dinamis
- FREMITUS : simetris kanan kiri
Posterior - tidak nyeri tekan
FREMITUS: simetris kanan kiri
Perkusi Anterior Sela iga 1-6 sonor Sela iga 1-6 sonor
Posterior Linea skapularis : Sonor Linea skapularis : Sonor
Auskultas Anterior Vesikuler, Rhonki (-), Whezing (-) Vesikuler, Rhonki (-),
i Whezing (-)
Posterior Vesikuler, Rhonki (-), Whezing (-) Vesikuler, Rhonki (-),
Whezing (-)
Jantung (Cor)
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : Batas atas : Pada sela iga II garis parasternal kiri
Batas kiri : Pada sela iga V, 2 cm medial dari garis midclavicularis kiri
Batas kanan : Pada sela iga V, pada garis parasternal kiri.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke 4
katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi
Bentuk : datar
Lesi luka post operasi (-)
Palpasi : Nyeri tekan ( + ), massa ( + ), Defans musculer (-)
Hati : Tidak teraba
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher (23 Agustus 2017)
Inspeksi : vagina/vulva/uretra : (normal)
Vagina toucher : Fluksus (+), flour (-)
Vulva, Uretra, Vagina : tidak ada kelainan
Portio : + sebesar telur ayam, licin
Grace 11.2015.204 Page 6
Laporan kasus Mioma Uteri 2017
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 29 Juli 2017
Darah rutin
Hemoglobin 9,6 g/dL (N: 11,7 15,5)
Leukosit 9,56 (N: 3.600 11.000)
Hematokrit 32,5 % (N: 30-43)
Trombosit 379000 (N: 150.000-440.000)
Golongan darah/Rh A/+
Hemostasis
Pendarahan IVY 3.00 (1.00-5.00)
10.1 (9,9 11,8)
Kimia
Gula Darah Sewaktu 104 mg/dL (75 - 110 mg/dL)
Imunoserologi
HBsAG stik Negatif Negatif
Hiv stik Negatif Negatif
Pemeriksaan Laboratorium
22 Agustus 2017
Darah rutin
Hemoglobin 8,1 g/dL (N: 11,7 15,5)
USG : Mioma uteri
B. RINGKASAN (RESUME)
OS berusia 22 tahun, datang dengan keluhan setiap haid terasa sangat sakit sejak 4
bulan yang lalu. Pasien mengeluh setiap haid dirasakan lebih sakit dari pada haid
sebelumnya sejak 1 tahun yang lalu.
Pasien mengatakan bahwa sakit perut ini selalu dirasakan setiap kali haid disertai
darah haid yang banyak dengan mengganti pembalut 4-5 kali/hari.
Namun beberapa bulan ini pasien mengakui sering memakai pampers saat haid. Selain
nyeri pasien juga mengalami keringat dingin namun tidak sampai pingsan.
Penurunan berat badan yang cepat disangkal. Nafsu makan dan minum pasien baik.
Tidak ada gangguan pada BAK ataupun BAB. OS tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya.
Pasien merupakan rujukan dari rumah sakit islam sukapura karena anemia.
Pemeriksaan Fisik
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Keadaan Umum : Sakit sedang
Nadi : 84x/ menit (kuat angkat, teratur)
Suhu : 36,5 o C
Pernafasaan : 22x/ menit. Torako-abdominal
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : 163 cm
Berat Badan : 40 kg
Mata : CA +/+ SI -/-
Thorax : Vesikuler Rh -/- wh -/-
BJ I/II reguler , murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : tampak pembesaran pada perut bagian bawah , linea nigra (-),
strie livide (-), strie albicans (-), bekas operasi (-).
Palpasi : teraba massa keras berbatas tegas, kenyal, permukaan rata,
mobile pada region supra pubik sampai setinggi 2 jari di bawah tali pusat
sebesar tinju dewasa, nyeri tekan (+)
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher (21 Juli 2015)
Inspeksi : vagina/vulva/uretra : (normal)
Vagina toucher : Fluksus (+), flour (-)
Vulva, Uretra, Vagina : tidak ada kelainan
Portio : + sebesar telur ayam, licin
Ostium uteri eksterna : sebesar tinju dewasa, mobile (+)
Adnexa dan Parametrium : dextra + sebesar telur angsa
Sinistra + sebesar telur bebek, terfiksir, nyeri tekan (+)
Cavum douglasi : tak ada kelainan
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
Diagnosis kerja : Mioma uteri
Dasar diagnosis : - Teraba massa padat dan nyeri tekan (+) pada regio suprapubik
- USG : gambaran mioma
Diagnosis banding
1. Adenomiosis
2. Endometriosis
3. Kista ovarium
FOLLOW UP
1. 22 Agustus 2017
S : nyeri perut (+).
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis TD 110/80mmHg, Nadi 84x/mnt,
RR 22x/mnt, teraba massa padat dibagian perut bawah, Hb : 8,1 g/dL
A : mioma uteri
P : Puasa
IVFD RL 12tpm
Transfusi PRC,
Inj. Cefixime
Asam mefenamat 3x500mg
Pro operasi
2. 23 Agustus 2017 Mulai : Pukul 09.40 Selesai 11.45
Uraian Pembedahan Laparatomi
VI. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Mioma Uteri
I. Definisi
Mioma uteri adalah salah satu tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya.
Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan
fibrous, sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya
dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan. Mioma uteri biasa
juga disebut leiomioma uteri, fibroma uteri, fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma
simpel. Mioma uteri sering dijumpai selama kehamilan.1
Sebagian besar mioma bersifat asimtomatik dan berukuran kecil. Bila bergejala,
maka gejala yang paling sering timbul adalah perdarahan uteri yang abnormal.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari peningkatan area permukaan endometrial dan
perubahan aliran darah miometrium terkait stasis yang meningkat dari kompresi atau
reduksi kontraksi uterus akibat adanya massa hingga kontraksi inadekuat otot uterus
selama menstruasi.1
Neoplasma yang berasal dari otot uterus yang merupakan jenis tumor uterus
yang paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar.2,3
II. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan
lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
a. Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke
arah vagina menyebabkan infeksi.
b. Isthmica (7,2%), lebih sering
menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
c. Corporal (91%), merupakan lokasi paling
lazim, dan seringkali tanpa gejala.
Gambar 1. Jenis mioma dan
Lokasinya
Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3
jenis:
a. Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini
dapat menyebabkan dysmenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks
dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak
regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks.2 Dari sudut klinik
mioma uteri submukosa mempunyai sering kali memberikan keluhan
pendarahan melalui vagina, walaupun masih berukuran kecil.3-5
b. Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
melalui tangkai. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal
sebagai suatu massa.4,5 Perlengketan dengan usus, omentum atau
mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil
Grace 11.2015.204 Page 13
Laporan kasus Mioma Uteri 2017
alih dari tangkai ke omentum. Dan dapat terlepas sebagai massa tumor bebas
pada rongga peritoneum yang disebut mioma parasitic. 2,3
c. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel
apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah
bentuknya. Gejala klinis nya tidak berarti, hanya rasa tidak enak pada daerah
perut bawah.2,4 Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat
dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
III. Epidemiologi
Random sampling daripada wanita berusia
35 49 tahun yang menjalani pemeriksaan rutin, hasil rekam medis dan pemeriksaan
sonografi didapatkan pada usia 35 tahun insidensi terjadinya mioma uteri adalah
sebanyak 60% untuk wanita Afrika-Amerika; insidensi ini meningkat sehingga 80%
pada usia 50 tahun. Wanita caucasia pula mempunyai insidensi setinggi 40% pada usia
35 tahun dan meningkat sehingga 70% pada usia 50 tahun. 6,7
Keluhan utama terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan
pervaginam abnormal (44,1%). Mioma uteri tipe intramural adalah yang terbanyak dari
tipe mioma uteri secara patologi anatomi (51,3%). Kadar haemoglobin (Hb) rata-rata
penderita mioma uteri adalah 10,92 gr% dan 37,6% diantaranya dilakukan transfusi
darah. Histerektomi total ditemukan sebagai tindakan penatalaksanaan terbanyak pada
kasus-kasus mioma uteri (91,5%).6,7
IV. Etiologi
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun
dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada Cell Nest yang selanjutnya
Grace 11.2015.204 Page 14
Laporan kasus Mioma Uteri 2017
dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen. Namun demikian, beberapa
faktor yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia 35-
45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi
faktor pencetus dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.2,3,8
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi
genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
a. Estrogen.
Mioma Uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan
dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%),
perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia
endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi
ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase : enzim ini
mengubah estradiol menjadi estron, aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak
daripada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon Pertumbuhan (Growth Hormon)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu Human Placental Lactogen
(HPL), terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat
dari leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik
antara HPL dan Estrogen. 2,3,8
Faktor Risiko
a. Usia penderita
Grace 11.2015.204 Page 15
Laporan kasus Mioma Uteri 2017
Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an, tetapi
masih tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi disebabkan oleh
peningkatan formasi atau peningkatan pembesaran secara sekunder terhadap
perubahan hormon pada waktu usia ini. Mioma belum pernah dilaporkan terjadi
sebelum menarke dan setelah menopause hanya 10% mioma yang masih
bertumbuh.2,3,8,9
b. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause berada pada kadar yang
rendah atau sedikit. Awal menarke (usia di bawah 10 tahun) dijumpai peningkatan
resiko (RR 1,24) dan setelah menarke (usia setelah 16 tahun) menurunkan resiko
(RR 0,68) untuk menderita mioma uteri.
c. Riwayat Keluarga
Resiko meningkat 2,5 kali pada wanita dengan keturunan pertama pada penderita
mioma uteri, yang mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-
(Vascular Endothelial Growth Factor alfa) dibandingkan dengan penderita mioma
yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri.
d. Etnik
Dari studi yang dijalankan mengenai mioma uteri, rekam medis, dan pemeriksaan
sonografi menunjukkan golongan etnik Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan
risiko menderita mioma uteri setinggi 2,9 kali berbanding wanita etnik caucasia,
dan risiko ini tidak mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang lain.
e. Berat Badan
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita
mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10 kg berat badan dan
dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan yang sama juga dilaporkan untuk
wanita dengan 30% kelebihan lemak tubuh. 2,3,8,9
V. Patofisiologi
Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti, berbagai penelitian
telah dilakukan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth
factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak ini. Faktor yang diduga berperan untuk
Grace 11.2015.204 Page 16
Laporan kasus Mioma Uteri 2017
inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada
miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium,
perubahan hormonal, atau respon pada cedera iskemik ketika haid. Setelah terjadinya
mioma uteri, perubahan-perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promotor
(hormon) dan efektor (growth factors). 2,4,8,9
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam
abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron
atau testosteron. Puukka dan kawan - kawan pula menyatakan bahwa reseptor estrogen
pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal
mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.
Mioma uteri berasal dari sel otot polos miometrium, berdasarkan teori
onkogenik, patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan
promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui
pasti.10
Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab
mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma.2-4,8,9
VI. Patologi Anatomi
Pada gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas,
bersimpai, pada penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-
lingkaran konsentrik di dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi
kebiasaanya terjadi secara multipel dan bertaburan pada uterus dengan ukuran yang
berbeda-beda. Perubahan-perubahan sekunder yang terjadi pada mioma uteri adalah
sebagai berikut. 2-4
1. Atrofi: Sesudah kehamilan atau sesudah menopause mioma uteri mengalami
pengecilan.
2. Degenerasi Hialin: terjadi pada mioma yang telah matang atau tua di mana
bagian yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan nutrisi dan
berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak, atau melebur, menjadi cairan
gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi hialin.
3. Degenerasi Kistik: setelah mengalami hialinisasi, proses degenerasi akan
Grace 11.2015.204 Page 17
Laporan kasus Mioma Uteri 2017
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % - 50% dari pasien yang terkena.
Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
a. Perdarahan abnormal uterus
Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang
ditemukan berupa menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Penyebab
perdarahan ini adalah:
Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa. Permukaan
endometrium yang menjadi lebih luas akibat pertumbuhan mioma
sehingga lebih banyak dinding endometrium yang terkikis ketika
menstruasi dan ini menyebabkan perdarahan abnormal.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosa akibat hambatan pasokan
darah pada endometrium.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium.
Tekanan dan bendungan pembuluh darah di daerah tumor atau ulserasi
endometrium di atas tumor.5,8
b. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Nyeri panggul yang disebabkan mioma uteri bisa juga disebabkan
degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai
maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan mioma subserosum.
Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik dan menekan bagian tulang
pelvik yang menekan saraf sehingga menyebabkan rasa nyeri yang menyebar
ke bagian punggung dan ekstremitas posterior.
c. Penekanan rahim yang membesar
Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis,
pada rektum dapat menyebabkan obstipasi, pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
Terasa berat di abdomen bagian bawah.
Grace 11.2015.204 Page 19
Laporan kasus Mioma Uteri 2017
d. Infertilitas
Akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di kornu. Perdarahan
kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi implantasi.
Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien dengan
mioma intramural dan submukosa. Mekanisme gangguan fungsi reproduksi
dengan mioma uteri adalah:
Gangguan transportasi gamet dan embrio.
Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus.
Perubahan aliran darah vaskuler.
Perubahan histologi endometrium
e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
f. Abortus spontan. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah
kelahiran.
Pada mioma yang klasik, uterus membesar merata, dan sekitar 80% perempuan yang
menderita mioma uterus bertambah beratnya sampai 80 gram (berat normal uterus
hanya sekitar 50 gram).2-6
submukosum.
Kemungkinan abortus bertambah.
Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak
subserosum.
Menghalangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di serviks.
Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding
rahim atau apabila terdapat banyak mioma.
Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukosum dan
intramural. 9
X. Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan adalah :
Adenomiosis uteri
Adenomiosis adalah pertumbuhan lapisan basal endometrium turun ke dalam
miometrium. Sarang stroma atau kelenjar endometerium, atau keduanya, ditemukan
jauh di dalam endometrium diantara berkas otot. Adenomiosis secara klinis lebih
banyak persamaannya dengan mioma uteri. Adenomiosis lebih sering ditemukan pada
multipara dalam masa premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita
yang lebih muda dan yang umumnya infertil. Diagnosis untuk adenomiosis yang akurat
sekarang dapat dilakukan dengan tehnik MRI.
Patologi:
Pembesaran uterus pada adenomiosis umumnya difuse. Didapat penebalan dinding
uterus, dengan dinding posterior biasanya lebih tebal. Uterus umumnya berbentuk
simetrik dengan konsistensi padat, dan tidak menjadi lebih besar dari tinju atau uterus
gravidus 12 minggu.
Gambaran mikroskopik yang khas pada adenomiosis ialah adanya pulau-pulau
jaringan endometrium di tengah-tengah otot uterus. Jaringan otot di sekitar pulau-
pulau endometrium mengalami hiperplasia dan hipertrofi dan segala sesuatu memberi
gambaran seperti anyaman dengan bintik hitam di dalamnya, tanpa adanya semacam
kapsula seperti pada mioma.
Diagnosis :
Diagnosis adenomiosis dapat diduga, apabila pada wanita berumur sekitar 40
tahun dengan banyak anak, keluhan menoragia dan dismenorea, dan ditemukan uterus
yang membesar simetrik dan berkonsistensi padat. Akan tetapi diagnosis yang pasti
baru bisa dibuat setelah pemeriksaan uterus pada waktu operasi atau sesudah
diangkatnya pada operasi itu.
Endometriosis.
Adalah suatu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi
terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar atau stroma,
terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus. Bila jaringan endometrium
terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, dan bila di luar uterus disebut
endometriosis.
Gambaran Mikroskopis :
Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan ciri ciri khas bagi endometriosis,
yakni kelenjar kelenjar dan stroma endometrium, dan perdarahan bekas dan baru
berupa eritrosit, pigmen hemosiderin, dan sel sel makrofag berisi hemosiderin. Di
sekitarnya tampak sel sel radang dan jaringan ikat, sebagai reaksi dari jaringan normal
di sekelilingnya (jaringan endometriosis).
Secara mikroskopik endometriosis merupakan suatu kelainan yang jinak, akan
tetapi kadang kadang sifatnya seperti tumor ganas. Antara lain bisa terjadi penyebaran
Grace 11.2015.204 Page 23
Laporan kasus Mioma Uteri 2017
endometriosis ke paru paru dan lengan, selain itu bisa terdapat infiltrasi ke bawah
kavum Douglasi ke fasia rektovaginal, ke sigmoid, dan sebagainya.
Gambaran klinis :
Gejala gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah : nyeri perut
bawah yang rogresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid (dismenorea),
dispareunia, nyeri waktu defekasi, khususnya pada waktu haid, poli dan hipermenorea,
infertilitas.
Patologi :
Gambaran mikroskopis dari endometriosis sangat variabel. Lokasi yang paling
sering terdapat ialah pada ovarium, dan biasanya di sini didapati pada kedua ovarium.
Pada ovarium tampak kista kista biru kecil sampai kista besar (kadang kadang
sebesar tinju) berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat atau endometrioma)
Diagnosis :
Biasanya dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dipastikan
dengan pemeriksaan laparoskopi. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi
seperti forniks vaginae posterior, perineum, parut laparotomi, dan sebagainya, biopsi
dapat memberi kepastian mengenai diagnosis. Laparoskopi merupakan pemeriksaan
yang sangat berguna untuk membedakan endometriosis dengan kelainan kelainan lain
di pelvis.
Perdarahan uterus disfungsional
Yaitu perdarahan bukan haid. Yang dimaksudkan di sini ialah perdarahan yang terjadi
dalam masa antara 2 haid. Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari
haid, atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu; yang pertama dinamakan metroragia,
yang kedua menometroragia. Metroragia atau menometroragia dapat disebabkan oleh
kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional. Perdarahan-
perdarahan dari uterus selain mioma uteri dapat disebabkan oleh kelainan pada :
1. Serviks uteri, sepeti polipus servisitis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada
porsio uteri, karsinoma servisitis uteri.
2. Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, abortus sedang
berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma,
subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri.
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik dinamakan
perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur
antara menarche dan menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu
masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang
dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur di atas 40 tahun, dan 3
% di bawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan
disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat
sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit kecuali perdarahan tersebut
disebabkan karena sebab-sebab tertentu seperi mioma.
XI. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua
mioma uteri tidak membutuhkan pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila
mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan. Walaupun demikian mioma
uteri memerlukan pengamatan setiap 3 - 6 bulan. Penanganan mioma uteri menurut
usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, serta konservasi fungsi reproduksi terbagi
kepada: 3-5
1. Kuretase sebagai terapi untuk perdarahan
Kuret selain dapat digunakan sebagai prosedur terapi. Beberapa indikasi kuret antara
lain:
Prosedur penatalaksanaan untuk perdarahan uterus
Pengeluaran hasil konsepsi (contohnya abortus inkomplit, missed abortion, septic
abortion, induksi terminasi kehamilan)
Penanganan dan evaluasi terhadap penyakit tropoblastik gestasional
Penatalaksanaan terhadap perdarahan yang tidak respon dengan terapi hormonal.
Berkaitan dengan ablasi endometrium untuk evaluasi histologi endometrium.10
1. Penangganan konsevatif, bila: mioma yang kecil pada pra dan post menopause
tanpa gejala.
Cara penagganan konservatif sebagai berikut :
o Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3 6 bulan.
c. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih.
Histerektomi dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia,
keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan
12 - 14 minggu.
Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal (laparotomi),
vaginal dan pada beberapa kasus dilakukan laparoskopi. Pilihan ini bergantung
pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari, dan
berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal tetap merupakan pilihan
jika uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode lain. Histerektomi vaginal
awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga dikerjakan pada
kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal. Histerektomi vaginal
memiliki resiko invasif yang lebih rendah dibandingkan histerektomi abdominal.
Pada histerektomi laparoskopik, ada bagian operasi yang dilakukan secara
laparoskopi. 3-5
Jenis-jenis histerektomi yaitu :
1. Histerektomi Parsial (Subtotal)
Pada jenis ini, histerektomi dilakukan dengan pengangkatan rahim akan tetapi
mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan/ditinggal.
2. Histerektomi Total
Histerektomi ini dilakukan dengan mengangkat secara keseluruhan rahim
beserta mulut rahim.
Grace 11.2015.204 Page 28
Laporan kasus Mioma Uteri 2017
Prognosis baik jika ditemukan mioma berukuran kecil, tidak cenderung membesar dan tidak
memicu keluhan yang berarti, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali
termasuk pemeriksaan USG. 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu
pengobatan dalam bentuk apapun. Menopause dapat menghentikan pertumbuhan mioma uteri.
Pengecilan tumor sementara menggunakan obat-obatan GnRH analog dapat dilakukan, akan
tetapi pada wanita dengan hormon yang masih cukup (premenopause), mioma ini dapat
membesar kembali setelah obat-obatan ini dihentikan. Jika tumor membesar, timbul gejala
penekanan, nyeri hebat, dan perdarahan dari kemaluan yang terus menerus, tindakan operasi
sebaiknya dilakukan. Rekurensi setelah miomektomi sebesar 15 - 40 %, 2/3-nya memerlukan
pembedahan lagi. 8
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Obstetri
Williams. Edisi ke-21, Volume 2. Jakarta: ECG; 2004. h.934,1035-7.
2. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Edisi ke-3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008.
3. Howkins & Bourne. Shaws Textbook of Gynaecology. Edisi ke-12. New Delhi: B. I.
Churchill Livingstone; 22: 275 - 284
4. DeCherney AH, Nathan L. Current Obstetri and Gynaecology Diagnosis and Therapy.
McGraw-Hill, 2003; P: 693 699
5. Cunningham F.Gary, F Gant Norman, J Leveno Kenneth, C Gilstrap III Larry,C Hauth
John,D Wenstrom Katharine: Obstetri Williams. Edisi ke-21 Vol 2: Tentang Kelainan
Saluran Reproduksi. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006: 1031-1035
6. Manuaba IBG. Mioma Uteri. Dalam : Manuaba IBG, editor. Kapita selekta
penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 1998: 600 603.
7. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam :
Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2003; 151 156.
Diunduh dari http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/ 2
Maret 2015
8. Chelmow, David. Gynecologic myomectomy. 2005. Diunduh dari
http://www.emedicine.com/med/topic3319.htm 15 Agustus 2014
Grace 11.2015.204 Page 32
Laporan kasus Mioma Uteri 2017