Arsitek-Firman Edy3 PDF
Arsitek-Firman Edy3 PDF
FIRMAN EDDY
I. PENDAHULUAN
1.1.1. PENGUDARAAN
Pada dasarnya kenyamanan manusia dalam bangunan dapat dirasakan secara
fisik maupun non fisik. Kenyamanan fisik didasarkan pada kebutuhan standar,
sedangkan non fisik pada persepsi manusia. Pembahasan dititik beratkan pada
kenyamanan fisik pengudaraan, pencahayaan, dan bunyi/ kebisingan.
Kenyamanan pengudaraan ruang ditentukan 3 faktor yaitu:
a. Temperatur/ suhu
b. Kelembaban
c. Aliran udara
1.1.2. PENCAHAYAAN
Setiap ruang kegiatan memiliki standar kuat penerangan (illumination) yang
berbeda-beda sesuai dengan kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Adapun
kualitas cahaya yang baik adalah yang tidak menyilaukan, karena kesilauan dapat
melelahkan mata dan tekanan psikis. Pada daerah tropis, cahaya matahari
merupakan potensi besar untuk penerangan ruang, yang dalam hal ini harus
diperhatikan adalah terang langit dan radiasi panasnya. Standar terang langit
minimal ( untuk kegiatan kerja seperti mengetik, menghitung dengan kalkulator dan
lain- lain) adalah 3000 lux12, dengan day light faktor (perbandingan terang langit di
dalam dan di luar ruang) sebesar 4%. Pencahayaan alami ini sering berubah-ubah
kualitas maupun kualitasnya. Selain itu untuk kasus ruang tertentu cahaya alami
mempunyai keterbatasan untuk masuk, dan keterbatasan pemerataan kuat
penerangan dalam ruang, sehingga pencahayaan buatan merupakan suatu hal yang
mutlak.
1.1.3. KEBISINGAN
Kebisingan merupakon aspek yang perlu diperhatikan dalam perancangan
ruang dan bangunan. Karena mempengaruhi kenyamanan, ketenangan, maupun
Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa cahaya alami yang masuk hampir
sama, radiasi minimal pada bentuk segi empat sama sisi. Maka segi empat soma sisi
b. Penataan Ruang
Bentuk massa mempengaruhi penataan ruang. Penataan ruang harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Efisiensi dan efektifitas penggunaan dan pengaturan ruang.
2. Fleksibilitas penataan perabot dan perubahannya.
3. Memperhatikan modul ruang berdasarkan ruang gerak manusia.
modul bahan yang dipakai maupun ukuran perabot.
Maka orientasi bangunan harus sedemikian rupa sehingga bidang bukaan terbesar
mengarah utara selatan. Bukaan pada arah Timur Barat di atasi buffer seperti
vegetasi, sunscreen, pemilihan bahan bangunan, dan lain-lain.
b. Jalan
Kebisingan dan getaran dari lalu lintas dapat mengurangi kenyamanan dalam ruang.
Orientasi bangunan terhadap jalan dapat diuraikan sebagai berikut:
Berdasarkan uraian di alas orientasi massa bangunan terbaik adalah tegak lurus
jalan, dan mengarah Utara-Selatan.
a. Matahari
Sinar matahari langsung pada deretan bangunan yang berdekatan dapat
mengakibatkan bayangan pada bangunan di dekatnya (daerah gelap/daerah
yang tertutup). Untuk mendapatkan jarak minimal antar bangunan, harus
diketahui sudut jatuh sinar matahari terhadap bidang datar, dengan rumus:
Tg N = H I X
X= H /tg N
b. Bunyi
Bunyi akan terdengar baik dan sumber bunyi maupun dan bunyi yang dipantulkan.
Kedekatan bangunan menimbulkan pantulan bunyi yang kuat. Untuk mengurangi
intensitas kebisingan dengan menjauhkan bangunan dan sumber bunyi. Sumber
bunyi yang dijaukan 2x dan jarak semula, maka intensitasnya berkurang 6 db. Maka
jarak bangunan sebaiknya dihindari dari efek pantulan bunyi. Apabila sumber bunyi
terutama datang dan jalan maka jarak jalan dengan bangunan perlu diperhatikan.
Selain dengan disain bangunan dan sistem isolasi yang baik.
c. Peraturan
Peraturan di sini berkaitan dengan KDB, KLB, dan ketinggian bangunan, yang setiap
kata dapat berbeda. Sebagai contoh dapat dilihat pada tabel di bawah ini (kota
Jakarta):
d. Visual
Pandangan ke luar ruang/bangunan dapat mengurangi kejenuhan/kebosanan. Untuk
mendapatkan kebebasan arah dan jarak pandang maka jarak bangunan harus cukup
sehingga dapat memberikan view yang luas dan bervariasi.
II.1.1.IKLlM
Pada daerah tropis temperatur dan kelembaban relatif sangat tinggi, sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan. Dengan pengkondisian udara (penggunaan AC)
dapat dicapai kondisi ideal lebih kurang 25 dan RH 50%. Namun perbedaan yang
terjadi di dalam dan di luar bangunan dapat menimbulkan masalah pada suhu tubuh
manusia, sehingga diperlukan ruang transisi untuk menetralisir efek perbedaan suhu
tersebut.
II.1.2. MATAHARI
Sinar matahari sebagai potensi sumber cahaya dapat menimbulkan masalah bila
secara berlebihan masuk kedalam ruang/ bangunan. Sinar ini sangat membantu
penerangan dalam ruang namun bersamaan dengan masuknya sinar, masuk pula
radiasi panas yang meningkatkan beban bagi pengkondisian udara. Masuknya radiasi
panas terutama adalah akibat:
a. Penyinaran langsung
b. Transmisi melalui kulit bangunan
c. Pantulan dari lingkungan sekitar bangunan
Silau ditimbulkan karena sinar yang berlebihan dan kontras antara dalam dan luar
ruang. Efek bayangan jarok antar bangunan kurang) menyebabkan sinar tidak dapat
masuk ke dalam bangunan (pencahayaan alami tidak optimal), namun mengurangi
beban pengkondisian udara. Dalam hal ini bentuk, orientasi, jarak, pengolahan
eksterior, dan optimalisasi pencahayaan alami perlu diperhatikan.
II.2.2. PERALATAN
Penggunaan alat mekanikal elektrikal (menunjang kenyamanan) menggunakan listrik
yang dirubah menjadi daya penggerak, panas, getaran, dan bunyi. Yang semuanya
dapat mengganggu kenyamanan dalam ruang. Panas membebani AC, getaran dan
III. PEMBAHASAN
Type window unit kapasitasnya terbatas yaitu kurang lebih sebesar 2,5 TR, dan
biasanya digunakan untuk penambahan yang tidak direncanakan sebelumnya.
a. Pembagian zone
Tujuannya untuk mengetahui suplay daerah yang lebih banyak pada saat tertentu
dan daerah yang tidak membutuhkan suplay udara untuk penghematan, dengan
pertimbangan bahwa:
Beban panas tiap zone ruang tidak sama akibat orientasi matahari dan
material bangunan yang digunakan.
Kegiatan tiap zone ruang yang berlainan mengakibatkan volume udara dingin
yang dibutuhkan berlainan pula.
Kenyamanan dengan temperatur dan kelembaban yang ideal diharapkan
merata pada ruang.
Maka sistem distribusi harus mempunyai pembagian sebagai berikut:
Secara vertikal
Pembagian ruang arah Timur dan Barat, di mana ruang daerah Timur (orientasi ke
Timur) disuplay lebih banyak pada pagi hari, sebaliknya daerah Barat pada siang
hari. Penghematan dilakukan dengan pengaturan suplay sesuai kebutuhan daerah
Timur dan Barat.
b. Letak AHU
Kapasitas AHU bervariasi sesuai dengan kapasitas mesin AC sentral station unit yang
ada. Pemakaian AHU dapat lebih dari satu, apabila ducting terlalu panjang sehingga
udara dingin berkurang temperaturnya akibat besarnya geseran. Bila bangunan lebih
dari satu lantai dan cukup luas biasanya disediakan AHU pada setiap lantai.
c. Sistem ducting
Agar distribusi udara dingin tidak kehilangan temperatur dan menimbulkan
kebisingan, maka harus memperhatikan:
Jarak jangkau terpendek dari AHU ke outlet.
Jumlah keluarnya udara yang sama pada tiap outlet.
Isolasi ducting.
Sistem ducting yang dikenal yaitu individual ducts dan trunk and branch ducts, yang
diperbandingkan sebagai berikut.
a. Orientasi bangunan
Orientasi menghindarkan penyinaran langsung pada sisi bukaan terbesar yang
menimbulkan silau dan panas yang besar.
b. Sunshading
Sunshanding digunakan untuk mengurangi radiasi panas dengan tetap
memanfaatkan pencahayaan alami secara maksimal, antara lain dilakukan dengan:
Overstek bangunan
Berfungsi memantulkan sinar dan mengurangi panas yang masuk ke dalam ruang
(mengurangi beban pendingin AC listrik). Juga dapat melembutkan terang dan
kontras pada ruang, sehingga menambah kenyamanan pandangan.
Refleklor
Memberikan penutup pada sisi luar jendela/ bukaan dengan jarak tertentu dari
bahan reflektor. pada sisi bangunan yang terkena penyinaran langsung. Hal ini
mengurangi radiasi panas namun sedikit menghalangi masuknya sinar. Sedangkan
Dari gambar di atas terlihat bahwa eksterior shading dapat mengurangi kontribusi
panas 90% - 95%. Alat pengontrol sinar alami dapot memasukan sinar sesuai
dengan yang diinginkan dan mengeliminer sinar yang berlebihan. Alat ini ada yang
dinamis (dapat diatur/ bergerak) dan yang statis (tidak dapat diatur/ permanen),
yang statis lebih menyulitkan penyesuaian terhadap kondisi langit, tetapi efektif dan
kecil resiko (contoh sunscreen), sedangkan yang dinamis lebih mudah menyesuaikan
terhadap kondisi langit, efisiensi perancangan tinggi, namun membutuhkan
perawatan khusus (pembersihan). Dilihat dari cara mengatasi terhadap datangnya
sinar matahari, sunshading dibagi dua yaitu sunshanding horisontal dan
shanshanding vertikal. Sunshading horisontal dapat mengatasi sinar datang tegak
lurus bangunan (efektif mengatasi sinar dengan sudut tinggi/ siang hari). Sedangkan
sunshading vertikal dapat mengatasi sinar datang dari arah samping ( efektif
mengatasi sinar dengan sudut rendah/ pagi dan sore hari).
Dari tipe diatas, venetian blind paling efektif dalam mengontrol cahaya, karena dapat
mengatasi cahaya sekaligus memasukan pantulan (dari plafond) dengan tetap
memberi pandangan ke luar.
BUKAAN 2 ARAH
Contoh pada kegiatan kerja, letak lampu pada zone 90 - 45 menimbulkan silau
penerangan langsung, sedangkan 45 - 0 menimbulkan silau pantulan. Maka yang
ideal bidang kerja pada zone 30 - 60 dari titik lampu.
Gambar 20. Posisi titik lampu terhadap sudut jatuh sinar ke mata.
Dari gambar di atas agar tidak silau maka sudut penyinaran terhadap mata ke
bidang kerja adalah 90. Bilo ketinggian 2,6 m, dan letak lampu terhadap bidang
kerja rata-rata 45, maka jarak lampu terhadap meja kerja (horisontal) adalah
berkisar 2.6 m.
Dari perbandingan di alas maka lampu TL baik pada ruang-ruang untuk kerja
(penerangan baur diffuse), sedangkan pijar untuk ruang-ruang khusus seperti hall,
lobby, dan lain sebagainya (penerangan langsung). Untuk mendapatkan penerangan
yang diinginkan, baik langsung maupun tidak dapat juga ditentukan oleh jenis dan
penutup lampunya. Penutup lampu dapat berfungsi melembutkan pancaran dan
sebagai elemen estetis. Ada 2 macam sistem penutup lampu yaitu:
a. Membias
Sistem ini bahan penutupnya bertekstur, sehingga dapat membaurkan cahaya,
berarti dapat mengurangi silau dan bayangan (contohnya acrilic).
b. Transaparan
Sistem ini menggunakan bahan penutup yang masih menghasilkan sinar langsung,
tetapi tidak menimbulkan silau pada ruang. Contohnya : kisi-kisi louver reflektor,
yang dapat merefleksikan cahaya sekitar 40%-60%
Ada dua macam lauver, yaitu louver kisi rapat dan louver kisis searah.
Perletakan titik lampu untuk penerangan umum ada dua macam yaitu:
Keluar dari plafond
Dapat memberikan pencahayaan tidak langsung karena efek diffuse (pancaran
kesegala arah),yang mengenai plafond langsung dipantulkan kembali ke seluruh
ruang. Perletakan ini dapat menimbulkan silau bila jarak titik lampu dengan bidang
pantul terlalu dekat. Disarankan panjang penggantung lampu tidak lebih dari 12 inch
dengan ketinggian 9 feet (2.7m).
Penempatan lampu demikian memberikan kesan dominan pada ruang.
Penutup lampu yang dapat membiaskan sinar, memancarkan 85 % sinar ke atas dan
sisanya akan dipancarkan langsung.
Pencahayaan tidak langsung dapat merubah fungsi plafond dan dinding atas menjadi
sumber cahaya, bila faktor refleksi bidang tersebut tinggi maka pantulannya akan
merata.
Gambar 26. Besaran/ lebar box lampu dapat mempengaruhi penyebaran sinar.
Kedua perletakan titik lampu ini akan memberikan kenyamanan pandangan dengan
memperhatikan jarak, letak posisi, dan pemilihan lampu kuat penerangan sesuai
dengan yang dibutuhkan.
Maka sebaiknya dipakai bahan berpori seperti gypsum, accoustic file bertekstur
halus, dan berwarna terang. Rangka sebaiknya dan aluminium dan penutup plafond
ditaruh bebas/ dapat digeser untuk mengurangi perambatan getaran dan lantai, dan
tidak merusak plafond bila ada perbaikan.
b. Dinding
Dinding berfungsi sebagai penyekat antar ruangan. Ruang privat biasanya berdinding
penuh sampai plafond, sedangkan ruang kurang privat biasanya tidak penuh atau
sesuai dengan tujuannya. Ruang-ruang pada bangunan dapat diatur dalam:
Sistem terbuka di mana pandangan ruang-keruang lebih bebas dan
pengontrolan suhu lebih merata, namun kekurangannya AC dapat menjalar
pada ruang yang tidak membutuhkan AC, dan kebisingan menjalar keseluruh
ruang.
Sistem tertutup di mana distribusi udara dingin mudah diatur sesuai
kebutuhan tiap ruang, dan penjalaran suara terbatas. Kekurangannya adalah
pandangan terbatas dan pengontrolan temperatur lebih rumit.
Bahan dinding ruang hendaknya memperhatikan:
Frekwensi bunyi dari sumber bunyi.
Membantuk penerangan dengan refleksi 40% - 60%.
Maka bahan yang dipakai berpori banyak seperti gypsum diisi glasswool (mengatasi
penjalaran suara dan isolasi api)
Sedangkan penutup dinding dapat dipakai wallpaper dan lain sebagainya, berwarna
cerah apabila ingin berkesan luas dan bersih.
c. Lantai
Sistem lantai berkaitan dengan perencanaan penerangan terutama sistem
penerangan yang bersatu dengan furniture. Bahan penutup lantai sebaiknya dapat
meredam suara, seperti karpet yang mempunyai faktor refleksi 20% - 40% dengan
warna agak gelap/ tidak berkesan kotor. Untuk zone entrance bangunan diperlukan
bahan yang kuat, tahan lama, dan mudah pemeliharaannya.
penerangan setempat ini dapat digunakan secara efisien, harus ditunjang dengan
perletakan outlet- outlet yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini
kenyamanan fisik baik, namun secara visual kesan ruang menjadi sempit (dengan
adanya tinggi-rendahnya lemari/ rak penyekat dan lain sebagainya). Dengan sistem
furniture maka bunyi dapat dikurangi dengan bahan furniture yang meredam suara.
Bahan furniture juga tidak menggunakan bahan yang kuat memantulkan sinar
(silau), dengan warna sedang (faktor refleksi 25% - 45%), tidak terlalu gelap dan
tekstur halus.
Sunscreen
Merupakan elemen tambahan kulit bangunan yang berfungsi sebagai takbir
terhadap silau dan radiasi panas, tetapi tetap dapat memasukan cahaya untuk
membantu penerangan dalam bangunan, membantu mengurangi kebisingan, dan
menambah estetika bangunan. Untuk mengatasi silau dengan sistem pemasukan
sinar tidak langsung (pengembangan prinsip sunshading horisontal) yaitu dengan
potongan-potongan bidang yang merefleksikan cahaya ke dalam ruang sesuai
waktu yang diinginkan. Sedangkan radiasi panas diatasi/dikurangi dengan
memberikan jarak yang cukup dengan kaca pengisi, sehingga dapat dinetralisir
aliran angin yang ada.
Sedangkan mengatasi silau dapat digunakan kaca berwarna dingin dan dapat
mereflesikan cahaya, walau berakibat mengurangi cahaya yang masuk.
IV. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor utama yang
mempengaruhi kenyamanan fisik pengudaraan, pencahayaan dan gangguan
kebisingan adalah faktor iklim, manusia dan kebutuhannya, alat dan bahan yang
dipakai, yang ketiganya saling mempengaruhi sehingga harus memperhatikan
perancangan bangunan dan perancangan ruang.
Perancangan bangunan
Yang harus diperhatikan adalah matahari dan iklim yang dapat menimbulkan
radiasi panas, silau, transmisi panas, bayangan, dan kebisingan dari lalu lintas di
sekitarnya. Sehingga perlu diperhatikan:
Bentuk massa yang sedikit mungkin dapat memasukkan radiasi panas namun
sebanyak mungkin cahaya masuk, yaitu dengan bentuk-bentuk persegi
dengan orientasi bukaan dihindarkan dari sumber gangguan (Timur-Barat dan
sumber bunyi), dan dengan jarak antar bangunan minimal 0.7 x tinggi
bangunan untuk menghindarkan efek gelap akibat bayangan bangunan di
sampingnya.
Pengolahan eksterior bangunan dapat dengan pemakaian sunscreen,
pemilihan bahan bangunan yang dapat menunjang pengkondisian udara,
penerangan, dan penanggulangan ganguan kebisingan, juga menambah
estetika pada penampilan bangunan.
Perancangan ruang
Yang harus diperhatikan adalah pengkondisian udara, penerangan, dan
penanggulangan kebisingan, namun tetap hemat energi.Pengkondisian udara
dapat dilakukan dengan sistem yang bisa menghemat biaya konstruksi dan
biaya energi listrik.
Sedangkan penerangan sebaiknya tetap dibantu cahaya alami dengan tetap
mengurangi radiasi panasnya. Dapat menggunakan reflektor yang
memantulkan cahaya alami dan bukaan-bukaan yang tidak langsung,
sehingga dapat mengurangi penerangan buatan.
DAFTAR PUSTAKA
Konya, Allan .1980. Design primer for hot climates. London: The Architectural Press.
Fry, Maxwell.1965. Tropical architecture in the humid zone. New York: Reynhold.
Flyn. John.1970. Architecture interior system. New York: Van Nostrond Rein Hold
Company.
Evans, Benyamin H.1981. Daylight in architecture. New York: Mc Grw Hill Book
Commpany. 1981.