Anda di halaman 1dari 29

Pengaruh Pengkondisian Udara, Pencahayaan,

Dan Pengendalian Kebisingan Pada Perancangan Ruang Dan Bangunan

FIRMAN EDDY

Jurusan Teknik Sipil


Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN

1.1. KENYAMANAN RUANG

1.1.1. PENGUDARAAN
Pada dasarnya kenyamanan manusia dalam bangunan dapat dirasakan secara
fisik maupun non fisik. Kenyamanan fisik didasarkan pada kebutuhan standar,
sedangkan non fisik pada persepsi manusia. Pembahasan dititik beratkan pada
kenyamanan fisik pengudaraan, pencahayaan, dan bunyi/ kebisingan.
Kenyamanan pengudaraan ruang ditentukan 3 faktor yaitu:
a. Temperatur/ suhu
b. Kelembaban
c. Aliran udara

Adapun standar kenyamanan untuk setiap ruang ditentukan oleh macam


kegiatan yang dilakukan dalam ruang dan iklim setempat. Untuk daerah tropis
dengan ciri-ciri temperatur, kelembaban, dan aliran udara yang tinggi. maka untuk
menunjang kenyamanan. AC (pengkondisian udara buatan) sangat penting. Adapun
manfaat lebih dalam penggunaan AC antara lain:
a. Temperatur dan kelembaban (RH) udara konstan.
b. Kecepatan udara dapat diatur.
c. Udara bersih dan melindungi peralatan, arsip, file dan lainnya dari debu
d. Memberikan kenyamanan sehingga meningkatkan kemampuan kerja dalam ruang.

1.1.2. PENCAHAYAAN
Setiap ruang kegiatan memiliki standar kuat penerangan (illumination) yang
berbeda-beda sesuai dengan kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Adapun
kualitas cahaya yang baik adalah yang tidak menyilaukan, karena kesilauan dapat
melelahkan mata dan tekanan psikis. Pada daerah tropis, cahaya matahari
merupakan potensi besar untuk penerangan ruang, yang dalam hal ini harus
diperhatikan adalah terang langit dan radiasi panasnya. Standar terang langit
minimal ( untuk kegiatan kerja seperti mengetik, menghitung dengan kalkulator dan
lain- lain) adalah 3000 lux12, dengan day light faktor (perbandingan terang langit di
dalam dan di luar ruang) sebesar 4%. Pencahayaan alami ini sering berubah-ubah
kualitas maupun kualitasnya. Selain itu untuk kasus ruang tertentu cahaya alami
mempunyai keterbatasan untuk masuk, dan keterbatasan pemerataan kuat
penerangan dalam ruang, sehingga pencahayaan buatan merupakan suatu hal yang
mutlak.

1.1.3. KEBISINGAN
Kebisingan merupakon aspek yang perlu diperhatikan dalam perancangan
ruang dan bangunan. Karena mempengaruhi kenyamanan, ketenangan, maupun

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 1


konsentrasi dalam melakukan kegiatan. Dalam hal ini kebisingan ditentukan oleh
unsur- unsur bunyi yaitu:
a. Tingkat bunyi (perbandingon dua tekanan bunyi yang lain Pn dan Pnn oleh
telinga).
b. Nyaring bunyi (Fonn/phon : kesatuan kenyaringan subyektif yang diterima
telinga).
c. Pantulan dan Serapan bunyi.

Kebisingan tergantung pada kebiasaan masing-masing yang disebut bunyi


ambang, yaitu kebisingan yang biasa dalam suatu ruangan, yang berasal dari
bermacam-macam sumber bunyi dan sudah terbiasa pada kita. Sehingga tidak
merasa terganggu olehnya. Suatu kebisingan mengganggu ataupun tidak tergantung
dan pikiran dan keinginan dari pendengarnya. Namun walaupun terbiasa dengan
suatu kebisingan, hal ini dapat mengakibatkan kerugian fisik maupun psikis.
Contohnya, sampai tingkat bunyi 65 db (mesin tik listrik berjarak 3 ml dapat
menimbulkan kegelisahan psikis (bingung, gemetar, peka, dan letih).
Kebisingan dari laur bangunan terutama pada jalan- jalan dengan kepadatan
tinggi mempunyai intensitas lebih kurang 70 db, tidak terlalu mengganggu untuk
ruang-ruang yang tertutup (memakai ACI atau dengan peredam kebisingan yang
baik. Sedangkan kebisingan dari dalam akibat penggunaan mesin/alat, gerak dari
kegiatan yang terjadi, maupun karena suara dari percakapan. Slander tingkat bunyi
yang dapat diterima pada ruang kegiatan berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan
kegiatan yang berlangsung dalam ruang.
Untuk mencapai kenyamanan dari segi pengudaraan buatan, pencahayaan
buatan dan kebisingan, faktor hemat energi tetap merupakan bahan pertimbangan.
Ada beberapa pertimbangan dalam pencapaian hemat energi yaitu:
a. Penggunaan energi matahari yang dapat dirubah menjadi energi listrik.
b. Sistem pengudaraan dan pencahayaan alami dilakukan secara optimal.
c. Disain bangunan dan ruang dengan efisiensi tinggi.
d. Manajemen dan pengontrolon energi yang baik.

1.2. PERANCANGAN BANGUNAN

1.2.1. BENTUK MASSA


Bentuk massa sangat dipengaruhi oleh matahari dan penataan ruang dalam.
Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Matahari
Matahari dapat mempengaruhi pemilihan bentuk dasar massa bangunan karena
mempengaruhi sinar matahari langsung yang masuk ke dalam bangunan untuk
membantu penerangan dalam ruang. Radiasi panas yang masuk sangat
mempengaruhi beban pendinginan AC. Pada label berikut dapat di lihat
perbandingan tiga bentuk dasar ruang/bangunan dengan luas yang sama.

Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa cahaya alami yang masuk hampir
sama, radiasi minimal pada bentuk segi empat sama sisi. Maka segi empat soma sisi

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 2


merupakan bentuk terbaik dari segi pencahayaan alami maupun pengkondisian
udara buatan.

b. Penataan Ruang
Bentuk massa mempengaruhi penataan ruang. Penataan ruang harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Efisiensi dan efektifitas penggunaan dan pengaturan ruang.
2. Fleksibilitas penataan perabot dan perubahannya.
3. Memperhatikan modul ruang berdasarkan ruang gerak manusia.
modul bahan yang dipakai maupun ukuran perabot.

1.2.2. ORIENTASI MASSA


Untuk mengatasi radiasi panas, sengat, dan silau matahari langsung dan kebisingan
akibat kepadatan lalu lintas, maka orientasi massa bangunan sangat dipengaruhi
oleh:
a. Matahari
penyinaran langsung mengakibatkan radiasi, sengat, dan silau yang masuk melalui
bukaan. Hal ini mengurangi kenyamanan dan pemborosan energi listrik (radiasi
panas meningkatkan beban AC).Orientasi bangunan terhadap matahari dapat dilihat
pada label berikut:
Arah bukaan Arah bukaan
Barat - Timur Utara - Selatan
Daerah terkena radiasi luas Daerah terkena radiasi relatif
Beban pendinginan besar kecil
Cahaya langsung menimbulkan Beban pendinginan kecil
sengat dan silau Cahaya alami tidak langsung

Maka orientasi bangunan harus sedemikian rupa sehingga bidang bukaan terbesar
mengarah utara selatan. Bukaan pada arah Timur Barat di atasi buffer seperti
vegetasi, sunscreen, pemilihan bahan bangunan, dan lain-lain.

b. Jalan
Kebisingan dan getaran dari lalu lintas dapat mengurangi kenyamanan dalam ruang.
Orientasi bangunan terhadap jalan dapat diuraikan sebagai berikut:

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 3


Bangunan tegak lurus jalan Bangunan sejajar jalan

Areal yang terganggu Areal yang terganggu oleh


oleh kebisingan lalu kebisingan lalu lintas
lintas kecil besar
Getaran akibat Getaran akibat aktifitas
aktifitas jalan kurang jalan sangat terasa
terasa

Berdasarkan uraian di alas orientasi massa bangunan terbaik adalah tegak lurus
jalan, dan mengarah Utara-Selatan.

1.2.3. JARAK BANGUNAN


Kenyamanan ruang dirasakan apabila ruang bebas dari efek bayangan, pantulan
silau, kebisingan dari luar, maka diperlukan pengaturan jarak antar bangunan
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Matahari
Sinar matahari langsung pada deretan bangunan yang berdekatan dapat
mengakibatkan bayangan pada bangunan di dekatnya (daerah gelap/daerah
yang tertutup). Untuk mendapatkan jarak minimal antar bangunan, harus
diketahui sudut jatuh sinar matahari terhadap bidang datar, dengan rumus:

Tg N = H I X
X= H /tg N

N = sudut jatuh sinar matahari


H = ketinggian bangunan
X = jarak minimal antar bangunan

Gambar 3. Bangunan yang terkena bayangan

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 4


Sinar matahari langsung pada deretan bangunan yang berdekatan
mengakibatkan pantulan sinar dan radiasi panas pada bangunan didekatnya.
Jarak minimal dapat tentukan seperti rumus di atas.

Gambar 4. Pantulan sinar dari bangunan yang satu pada


bangunan yang lain

b. Bunyi
Bunyi akan terdengar baik dan sumber bunyi maupun dan bunyi yang dipantulkan.
Kedekatan bangunan menimbulkan pantulan bunyi yang kuat. Untuk mengurangi
intensitas kebisingan dengan menjauhkan bangunan dan sumber bunyi. Sumber
bunyi yang dijaukan 2x dan jarak semula, maka intensitasnya berkurang 6 db. Maka
jarak bangunan sebaiknya dihindari dari efek pantulan bunyi. Apabila sumber bunyi
terutama datang dan jalan maka jarak jalan dengan bangunan perlu diperhatikan.
Selain dengan disain bangunan dan sistem isolasi yang baik.

Gambar 5. Pantulan bunyi.

c. Peraturan
Peraturan di sini berkaitan dengan KDB, KLB, dan ketinggian bangunan, yang setiap
kata dapat berbeda. Sebagai contoh dapat dilihat pada tabel di bawah ini (kota
Jakarta):

Jarak bebas samping


/belakang untuk bukaan
dua arah
KDB : 60 % 5 lantai min 12 m
KLB : 3,6 % 8 lantai min 15 m
KDB : 50 % 8 lantai min 16 m
KLB : 4 10 lantai min 23 m

d. Visual
Pandangan ke luar ruang/bangunan dapat mengurangi kejenuhan/kebosanan. Untuk
mendapatkan kebebasan arah dan jarak pandang maka jarak bangunan harus cukup
sehingga dapat memberikan view yang luas dan bervariasi.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 5


Gambar 6. Arah pandangan.

II. FAKTOR-FAKTOR PENGARUH

II.1. PENGARUH LUAR BANGUNAN


Pengaruh luar yang sangat mempengaruhi kenyamanan dolom bongunon adalah
iklim don matahari.

II.1.1.IKLlM
Pada daerah tropis temperatur dan kelembaban relatif sangat tinggi, sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan. Dengan pengkondisian udara (penggunaan AC)
dapat dicapai kondisi ideal lebih kurang 25 dan RH 50%. Namun perbedaan yang
terjadi di dalam dan di luar bangunan dapat menimbulkan masalah pada suhu tubuh
manusia, sehingga diperlukan ruang transisi untuk menetralisir efek perbedaan suhu
tersebut.

II.1.2. MATAHARI
Sinar matahari sebagai potensi sumber cahaya dapat menimbulkan masalah bila
secara berlebihan masuk kedalam ruang/ bangunan. Sinar ini sangat membantu
penerangan dalam ruang namun bersamaan dengan masuknya sinar, masuk pula
radiasi panas yang meningkatkan beban bagi pengkondisian udara. Masuknya radiasi
panas terutama adalah akibat:
a. Penyinaran langsung
b. Transmisi melalui kulit bangunan
c. Pantulan dari lingkungan sekitar bangunan
Silau ditimbulkan karena sinar yang berlebihan dan kontras antara dalam dan luar
ruang. Efek bayangan jarok antar bangunan kurang) menyebabkan sinar tidak dapat
masuk ke dalam bangunan (pencahayaan alami tidak optimal), namun mengurangi
beban pengkondisian udara. Dalam hal ini bentuk, orientasi, jarak, pengolahan
eksterior, dan optimalisasi pencahayaan alami perlu diperhatikan.

II.1.2. PENGARUH DALAM BANGUNAN

II.2.1. KEBUTUHAN MANUSIA


Kenyamanan manusia dari segi pengudaraan yaitu dituntut distribusi udara yang
merata dalam ruang/bangunan (temperatur dan kelembaban ideal). Dari segi
pencahayaan dituntut penerangan yang merata (bebas dari silau dan bayangan).
Sedangkan kebisingan dituntut bunyi yang tidak mengganggu kegiatan yang
dilakukan. Dalam hal ini faktor hemat energi harus dipertimbangkan dengan
koordinasi perancangan yang hemat dan sistem operasional tepat guna (efisien).

II.2.2. PERALATAN
Penggunaan alat mekanikal elektrikal (menunjang kenyamanan) menggunakan listrik
yang dirubah menjadi daya penggerak, panas, getaran, dan bunyi. Yang semuanya
dapat mengganggu kenyamanan dalam ruang. Panas membebani AC, getaran dan

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 6


bunyi menyebabkan ganguan yang mempengaruhi segi psikologis seperti panas,
ingin cepat

III. PEMBAHASAN

III.1. PENGKONDISIAN UDARA BUATAN


Pengkondisian udara buatan dalam ruang harus memperhatikan:
a. Pemilihan type AC dan sistem pendinginannya.
b. Sistem distribusi .
c. Perletakan outlet.

III.1.1. PEMILlHAN DAN SISTEM PENDINGINAN AC


Pemilihan AC harus mempertimbangkan:
Kapasitas yang dibutuhkan.
Kemampuan distribusi yang baik dengan temperatur dan kelembaban
tertentu.
Latak mesin AC dan AHU yang tidak menimbulkan kebisingan.
Instalasi dan mesin yang tahan lama.
Biaya awal dan maintenance relatif murah dan mudah.

Type AC yang dikenal antara lain:


Window unit.
Package unit.
Split unit.
Central station unit.

Type window unit kapasitasnya terbatas yaitu kurang lebih sebesar 2,5 TR, dan
biasanya digunakan untuk penambahan yang tidak direncanakan sebelumnya.

III.1.2. SISTEM DISTRIBUSI


Sistem distribusi udara dingin tergantung pada:
a. Pembagian zone
b. Letak AHU (bila diperlukan)
c. Sistem ducting (bila diperlukan)
Ketiganya diuraikan sebagai berikut:

a. Pembagian zone
Tujuannya untuk mengetahui suplay daerah yang lebih banyak pada saat tertentu
dan daerah yang tidak membutuhkan suplay udara untuk penghematan, dengan
pertimbangan bahwa:
Beban panas tiap zone ruang tidak sama akibat orientasi matahari dan
material bangunan yang digunakan.
Kegiatan tiap zone ruang yang berlainan mengakibatkan volume udara dingin
yang dibutuhkan berlainan pula.
Kenyamanan dengan temperatur dan kelembaban yang ideal diharapkan
merata pada ruang.
Maka sistem distribusi harus mempunyai pembagian sebagai berikut:

Secara vertikal
Pembagian ruang arah Timur dan Barat, di mana ruang daerah Timur (orientasi ke
Timur) disuplay lebih banyak pada pagi hari, sebaliknya daerah Barat pada siang
hari. Penghematan dilakukan dengan pengaturan suplay sesuai kebutuhan daerah
Timur dan Barat.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 7


Secara horisontal
Pembagian ini berdasarkan kegiatan yang ada dalam ruang. Semakin banyak
kegiatan maka semakin banyak suplay yang harus diatur sesuai dengan tingkat
kenyamanan yang diinginkan. Misalnya pada ruang-ruang peralihan ( hall/lobby).
dan pada koridor (kegiatan jarang), suplay dapat dikurangi.

b. Letak AHU
Kapasitas AHU bervariasi sesuai dengan kapasitas mesin AC sentral station unit yang
ada. Pemakaian AHU dapat lebih dari satu, apabila ducting terlalu panjang sehingga
udara dingin berkurang temperaturnya akibat besarnya geseran. Bila bangunan lebih
dari satu lantai dan cukup luas biasanya disediakan AHU pada setiap lantai.

c. Sistem ducting
Agar distribusi udara dingin tidak kehilangan temperatur dan menimbulkan
kebisingan, maka harus memperhatikan:
Jarak jangkau terpendek dari AHU ke outlet.
Jumlah keluarnya udara yang sama pada tiap outlet.
Isolasi ducting.
Sistem ducting yang dikenal yaitu individual ducts dan trunk and branch ducts, yang
diperbandingkan sebagai berikut.

Individual ducts Trunk and branch ducts


Jarak AHU ke outlet pendek Jarak AHU ke outlet jauh.
Udara pada setiap cabang Udara semakin jauh dari AHU
sama, sehingga temperatur semakin sedikit, temperatur
tiap outlet sama setiap outlet berbeda.
Temperatur tiap cabang Temperatur tiap cabang siatur
dapat langsung diatur dari dengan memasang kelep kelep
AHU pada masing masing cabang.

III.1.3. PERLETAKAN OUTLET


Perletakan outlet harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut:
Dapat menyebarkan udara dingin secara merata.
Letaknya tidak terganggu oleh peletakan prabot.
Letaknya tidak mengganggu fleksibilitas penataan ruang.
Adapun perletakan outlet dapat pada:
Lantai
Dinding
Plafond

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 8


Dari ketiga tempat perletakan outlet, perletakan pada plafond paling efisien,
terutama bila terjadi perubahan pada dinding penyekat. Perubahan pada penataan
perabot.

III.2. PENERANGAN DALAM RUANG


Untuk mendapatkan penerangan yang baik dalam ruang perlu
memperhatikan:
Cahaya alami
Kuat penerangan
Kualitas cahaya
Daya penerangan
Pemilihan dan perletakan lampu
Pencahayaan alami di sini dapat membantu penerangan buatan dalam batas-batas
tertentu, baik dan kualitasnya maupun jarak jangkauannya dalam ruangan.

III.2.1. CAHAYA ALAMI


Cahaya alami di sini terutama pada siang hari dapat membantu penerangan dalam
ruang bila:
Kuat penerangan minimal yang dibutuhkan selalu ada atau dilampaui tidak
hanya yang di dekat jendela, namun sedapat mungkin diseluruh ruangan.
Cahaya yang masuk hendaknya sekecil mungkin memasukkan radiasi panas.
Tidak terdapat kontras yang dapat mengurangi kenyamanan pengelihatan/
persepsi manusia.
Pencahayaan alami siang hari efektif membantu penerangan maksimal sampai
kedalaman 2.5 x tinggi bukaan atau 2,5 - 3 kali. Sedangkan ketinggian ruang atau
bukaan sangat mempengaruhi perambatan sinar yang masuk. Dari percobaan yang
ada, apabila ketinggian bukaan dikurangi lebih kurang 2 feet. Maka terjadi
pengurangan penerangan lebih kurang 19% dari semula. Sedangkan bila bukaan
semakin lebar, maka peneranganpun semakin besar. Penentuan ketinggian ruang
berdasar pada:

Kebutuhan udara dalam ruang sebagai syarat kesehatan.


Kebutuhan ruang (tinggi lantai ke lantai balok, ducting, sanitasi dan rangka
plafond).
Modul vertikal berdasarkan ruang gerak vertikal dan ukuran bahan.
Beban energi AC dan listrik untuk penerangan buatan.
Kebutuhan kenyamanan psikologis agar merasa tidak tertekan.
Selain itu penerangan alami dapat menambah beban panas, yang mengakibatkan
ketidak nyamanan dan menambah beban ada pemborosan energi listrik, oleh karena
itu perlu diperhatikan:

a. Orientasi bangunan
Orientasi menghindarkan penyinaran langsung pada sisi bukaan terbesar yang
menimbulkan silau dan panas yang besar.

b. Sunshading
Sunshanding digunakan untuk mengurangi radiasi panas dengan tetap
memanfaatkan pencahayaan alami secara maksimal, antara lain dilakukan dengan:

Overstek bangunan
Berfungsi memantulkan sinar dan mengurangi panas yang masuk ke dalam ruang
(mengurangi beban pendingin AC listrik). Juga dapat melembutkan terang dan
kontras pada ruang, sehingga menambah kenyamanan pandangan.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 9


Gambar 8. Overstek yang dapat mengurangi panas, melembutkon sinar dan kontras
ke dalam ruang.

Bukaan sedikit ke dalam


Dapat melembutkan kotras

Refleklor
Memberikan penutup pada sisi luar jendela/ bukaan dengan jarak tertentu dari
bahan reflektor. pada sisi bangunan yang terkena penyinaran langsung. Hal ini
mengurangi radiasi panas namun sedikit menghalangi masuknya sinar. Sedangkan

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 10


venetian blind mengurangi radiasi sedikit dan menghindari silau, yang seolah
memberikan kesan tertutup/ terkurung dalam ruang masif. Akan tetapi dapat diatasi
dengan pemilihan warna, motif, dan tekstur yang dapat menetralisir kesan
kemasifan.

Adapun perbandingan antara tanpa shading. pemakaian shading di dalam . don


pemakaian shading di luar dapat dilihat pada label dibawah ini:

Dari gambar di atas terlihat bahwa eksterior shading dapat mengurangi kontribusi
panas 90% - 95%. Alat pengontrol sinar alami dapot memasukan sinar sesuai
dengan yang diinginkan dan mengeliminer sinar yang berlebihan. Alat ini ada yang
dinamis (dapat diatur/ bergerak) dan yang statis (tidak dapat diatur/ permanen),
yang statis lebih menyulitkan penyesuaian terhadap kondisi langit, tetapi efektif dan
kecil resiko (contoh sunscreen), sedangkan yang dinamis lebih mudah menyesuaikan
terhadap kondisi langit, efisiensi perancangan tinggi, namun membutuhkan
perawatan khusus (pembersihan). Dilihat dari cara mengatasi terhadap datangnya
sinar matahari, sunshading dibagi dua yaitu sunshanding horisontal dan
shanshanding vertikal. Sunshading horisontal dapat mengatasi sinar datang tegak
lurus bangunan (efektif mengatasi sinar dengan sudut tinggi/ siang hari). Sedangkan
sunshading vertikal dapat mengatasi sinar datang dari arah samping ( efektif
mengatasi sinar dengan sudut rendah/ pagi dan sore hari).

Gambar 11. Sunshading horisontal dan vertikal

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 11


Ada beberapa tipe shading/reflektor :

Dari tipe diatas, venetian blind paling efektif dalam mengontrol cahaya, karena dapat
mengatasi cahaya sekaligus memasukan pantulan (dari plafond) dengan tetap
memberi pandangan ke luar.

c. Bidang Pantul Lengkung


Digunakan untuk pengumpul dan pemantul sinar, dapat diletakan di dalam dan di
luar ruang, sehingga sudut sinar menjadi besar dan sinar dapat masuk lebih dalam.

Gambar 14. Bidang pengumpul dan pemantul cahaya.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 12


Keterangan gambar.
Sinar mengenai overstek menjadi panas, dimana panas tidak dapat masuk
karena terhalang kaca, sedangkan pantulannya diteruskan ke dalam ruang
mengenai bidang pantul plafond ke ruang.
Bidang lengkung plafond dapat memperbesar sudut penyinaran dalam ruang.
Bidang lengkung luar ruang menambah beban penyinaran ke dalam.
Sudut penyinaran terbesar dicapai dengan mendekatkan kedua bidang pantul
lengkung.
Panel pengumpul sinar meneruskan sinar ke ruang melalui bukaan kaca
miring di atasnya dan akan memancar jauh ke dalam ruang oleh bidang
lengkung kedua.

Untuk memperluas daerah pancaran sinar dalam ruang dengan cara:


Arah sinar lebih dari satu arah bukaan, sehingga membantu distribusi sinar dan
mengurangi kontras terang-gelap antara luar dan dalam.

Gambar 15. Bukaan lebih dari satu arah.

BUKAAN 2 ARAH

Penyelesaian permukaan interior yang sebanyak mungkin dapat merefleksi sinar,


misal dengan warna muda yang kuat memantulkan cahaya.

III.2.2. KUAT PENERANGAN


Kuat penerangan tergantung jenis kegiatan dalam ruang dan kebutuhannya,
kegiatan yang berbeda membutuhkan kuat penerangan yang berbeda pula. Besar
kuat penerangan yang disesuaikan dengan kegiatan dapat dilihat pada standar
ashrae (Mechanical and Electrical Equipment for Building). Pengaturan kuat
penerangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dapat menghemat energi listrik.
Maka dpat pula ditentukan perletakan, jumlah titik lampu, dan sistem
operasionalnya.

Gambar 16. Pengaturan kuat penerangan sesuai dengan kebutuhan.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 13


Gambar 17. pengaturan kuat penerangan pada ruangan

Bila memakai 2 sistem penerangan (penerangan umum dan penerangan setempat),


maka lampu setempat bila sudah tidak dipakai dapat dipadamkan tanpa
mengganggu kegiatan disekitarnya (maupun sebaliknya).

III.2.3. KUALITAS CAHAYA


Kualitas cahaya ditentukan oleh:
Penggunaan ruang yang dilihat dari beratnya beban mata akibat kegiatan
yang harus dilakukan.
Lamanya waktu kegiatan dengan penggunaan daya mata yang tinggi dan sifat
kegiatannya.
Sedangkan penggolongan kegialan dikaitkan dengan kualitas cahaya adalah:
Kegiatan halus sekali, adalah kegiatan cermat yang terus menerus, seperti
menggambar ditail kecil.
Kegiatan halus, adalah kegialan cermat yang tidak intensif, seperti menulis.
Kegiatan sendang, adalah kegiatan tanpa konsentrasi besar.
Kegiatan kasar, adalah kegiatan ideal yang besar-besar.
Dari penggolongan di atas dapat dilihat bahwa kegiatan halus sekali membutuhkan
kualitas cahaya lebih tinggi dibandingkan kegiatan halus, demikian pula seterusnya.
Kualitas penerangan dipengaruhi pula oleh:
Kecerlangan/ brightness.
Letak sumber cahaya.
Background brightness.
Kualitas cahaya yang berlebihan dapat menimbulkan silau dan ketidak nyamanan
persepsi psikologis manusia, dapat disebabkan:

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 14


Perbedaan kecerlangan luar-dalam yang terlalu besar, sehingga pandangan
akan gelap bila peralihan dan luar ke dalam.
Letak sumber cahaya terhadap bidang pandangan kurang baik, maka perlu
diperhatikan posisi lampu terhadap sudut jatuh sinar ke mata. dengan
memperhatikan zone-zone penerangan umum dan setempat.

Gambar 19. Zone penerangan terhadap jatuhnya sinar

Contoh pada kegiatan kerja, letak lampu pada zone 90 - 45 menimbulkan silau
penerangan langsung, sedangkan 45 - 0 menimbulkan silau pantulan. Maka yang
ideal bidang kerja pada zone 30 - 60 dari titik lampu.

Gambar 20. Posisi titik lampu terhadap sudut jatuh sinar ke mata.

Dari gambar di atas agar tidak silau maka sudut penyinaran terhadap mata ke
bidang kerja adalah 90. Bilo ketinggian 2,6 m, dan letak lampu terhadap bidang
kerja rata-rata 45, maka jarak lampu terhadap meja kerja (horisontal) adalah
berkisar 2.6 m.

III.2.4. DAYA PENERANGAN


Kaitan kuat penerangan dalam ruang dengan kebutuhan cahaya per m2 dapat
dijabarkan dengan rumus:

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 15


E = Kuat penerangan (lux)
I = Daya penerangan (Lumen)
T = Jarak lampu ke bidang kerja
= Sudut jatuh sinar ke meja kerja
Kebutuhan daya penerangan ini ditinjau pada bidang kerja dan tergantung pada
ketinggian titik lampu (pada kedudukan lampu tegak lurus bidang kerja dan dapat
menimbulkan silau). Sedangkan untuk mendapatkan daya penerangan yang tidak
silau, maka sudut jatuhnya sinar adalah 45

III.2.5. PEMILIHAN DAN PERLETAKAN LAMPU


Pemilihan jenis lampu tergantung dari kegiatan yang dilakukan dan suasana ruang
yang diharapkan, sehingga pemilihan ini mempengaruhi kualitas cahaya yang
dibutuhkan. Pada umumnya jenis lampu yang banyak digunakan adalah lampu
fluorecent (TL) dan incodecent (pijar) , yang keduanya dapat dibandingkan:

Lampu TL Lampu Pijar

Warna pancaran putih, Warna pancaran kekuni-


sehingga tidak cepat kuningan
menimbulkan kelelahan Efekpenampilan
mata permukaan lampu putih
Efek penampilan kekuningan.
permukaan lampu Efek pada ruang panas
netral/putih. Warnanya baik untuk
Efek pada ruangan dingin rendering
Warnanya dapat menyatu Menghasilkan
dengan cahaya alami pencahayaan langsung
Menghasiilkan Dayanya 10 15.000
pencahayaan baur. watt
Dayanya 15 100 wat. Untuk kuat penerangan
Untuk kuat penerangan yang sama membutuhkan
yang sama hanya yang sama membutuhkan
membutuhkan 1/3 daya 3 kali daya lampu TL
lampu pijar. Waktu hidup 750-1.000
Waktu hidup 12.000- jam
20.000 jam Kontrol terhadap silau
Kontrol terhadap silau baik baik
sekali Panasa besar, 20 %
Panas kecil , 45 % sisanya sisanya untuk
untuk penerangan. penerangan.

Dari perbandingan di alas maka lampu TL baik pada ruang-ruang untuk kerja
(penerangan baur diffuse), sedangkan pijar untuk ruang-ruang khusus seperti hall,
lobby, dan lain sebagainya (penerangan langsung). Untuk mendapatkan penerangan
yang diinginkan, baik langsung maupun tidak dapat juga ditentukan oleh jenis dan
penutup lampunya. Penutup lampu dapat berfungsi melembutkan pancaran dan
sebagai elemen estetis. Ada 2 macam sistem penutup lampu yaitu:

a. Membias
Sistem ini bahan penutupnya bertekstur, sehingga dapat membaurkan cahaya,
berarti dapat mengurangi silau dan bayangan (contohnya acrilic).

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 16


Gambar 21. efek bayangan akibat penyinaran lampu.

Penyinaran baur yang tidak menimbulkan


Efek bayangan pada benda.

Penyinaran langsung akan memberikan


Efek bayangan pada benda yang disinari.

b. Transaparan
Sistem ini menggunakan bahan penutup yang masih menghasilkan sinar langsung,
tetapi tidak menimbulkan silau pada ruang. Contohnya : kisi-kisi louver reflektor,
yang dapat merefleksikan cahaya sekitar 40%-60%

Gambar 22. louver sebagai penutup lampu.

Ada dua macam lauver, yaitu louver kisi rapat dan louver kisis searah.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 17


Gambar 23. Macam macam laouver

Louver ini lebih dapat mengurangi silau,


Karena pantulan sinar berulang ulang.
(louver kisi- kisi rapat).

Laover ini mengurangi sedikit silau (louver


Kisi- kisis searah).

Sedangkan pengaturan perletakan titik lampu perlu diperhatikan kebutuhan


penerangan dari jenis kegiatannya dan keterpaduan distribusi sinarnya. Hal ini
berkaitan dengan sistem penerangan yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Penerangan umum
Suatu sitem yang memberikan penerangan secara umum, sergam pada
permukaan ruang, dan hasil penyinarannya tergantung terang gelapnya
permukaa plafond. Pemilihon lampu umumnya jenis downlight.
Penerangan setempat
Suatu penerangan yang terbatas dan langsung pada suatu bidang kerja.
Kombinasi
Digunakan pada area yang membutuhkan intesitas penerangan umum rendah
namun intensitas penerangan setempat tinggi.
Adapun perletakan titik lampu dapat dibedakan menjadi:

Perletakan titik lampu untuk penerangan umum ada dua macam yaitu:
Keluar dari plafond
Dapat memberikan pencahayaan tidak langsung karena efek diffuse (pancaran
kesegala arah),yang mengenai plafond langsung dipantulkan kembali ke seluruh
ruang. Perletakan ini dapat menimbulkan silau bila jarak titik lampu dengan bidang
pantul terlalu dekat. Disarankan panjang penggantung lampu tidak lebih dari 12 inch
dengan ketinggian 9 feet (2.7m).
Penempatan lampu demikian memberikan kesan dominan pada ruang.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 18


Gambar 24. Presentase refleksi lampu berkaitan dengan jarak lampu

Penutup lampu yang dapat membiaskan sinar, memancarkan 85 % sinar ke atas dan
sisanya akan dipancarkan langsung.

Gambar 25. Efek pantulan pada ruangan.

Pencahayaan tidak langsung dapat merubah fungsi plafond dan dinding atas menjadi
sumber cahaya, bila faktor refleksi bidang tersebut tinggi maka pantulannya akan
merata.

Ditanam rata pada plafond


Penempatan lampu sedemikian dapat membatasi penyinarannya, karena sangat
dipengaruhi oleh besar/lebar dan kedalam box lampu tersebut, seperti terlihat pada
perbandingan gambar di bawah:

Gambar 26. Besaran/ lebar box lampu dapat mempengaruhi penyebaran sinar.

Dari gambar di atas terlihat bahwa besarnya penyebaran tergantung lebar,


kedalaman, dan letak titik lampu di dalam box tersebut.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 19


Gambar 27. Efek penerangan pada ruang dengan perbedaan lebar box lampu.

Pancaran cahaya menerangi seluruh


permukaan ruang, kecuali plafond yang
mendapat penerangan sinar pantul

Pancaran cahaya menerangi seluruh lantai


dan plafond, kecuali dinding.

Penempatan lampu inipun perlu mempertimbangkan kemungkinan timbulnya silau,


yang dapat pada perbandingan di bawah ini :

Gambar 28. perbandingan efek cahaya dari penempatan lampu

Cahaya terkonsentrasi pada kedua lampu


tersebut

Cahaya terbagi , sehingga mengurangi


silau

Cahaya terbagi rata, sehingga tidak


menimbulkan silau.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 20


Jadi dengan perbedaan letak lampu, efek silaunya berbeda pula.

Perletakan titik lampu untuk penerangan setempat.


Perletakannya dapat dibentuk pada plafond, dipasang pada furniture/ meja, dan lain
sebagainya dengan memperhatikan:
Jarak dan posisi lampu terhadap bidang pengamatan, agar tidak silau dan
memenuhi kuat penerangan yang dibutuhkan.
Efisiensi penggunaan ruang, sehingga penataan prabot mudah.
Estetika ruang, sehingga terkesan teratur dan titik lampu dominan dalam
ruang.

Kedua perletakan titik lampu ini akan memberikan kenyamanan pandangan dengan
memperhatikan jarak, letak posisi, dan pemilihan lampu kuat penerangan sesuai
dengan yang dibutuhkan.

III.3. KEBISINGAN DALAM RUANG


Ada dua cara mengatasi kebisingan:
Secara aktif yaitu dengan mengisolasi sumber bunyi.
Secara positif yaitu dengan mengisolasi pada ruangan.
(Isolasi di sini yaitu membatasi/memutuskan media penghantar bunyi antara sumber
bunyi dan pendengar. Media penghantar dapat melalui udara, lantai, ducting, dan
lain sebagainya.

III.3.1. ISOLASI AKTIF


Isolasi secara aktif dapat dengan:
a. Mengelilingi sumber bunyi dengan bahan kedap suara, misalnya:
Karpet pada lantai untuk meredam bunyi sepatu.
Glasswool dilapisi styroform untuk meredam bunyi ruang mesin, AHU, ruang
komputer dan lain-lain.
Struktur khusus atau dengan bantalan-bantalan (meredam getaran).
b. Pengaturan zona
Pemisahan sumber bunyi dan ruang (ruang khusus di luar bangunan)
Penempatan sumber bunyi pada ruang-ruang bawah tanah atau ruang
peredam.
Penempatan peralatan tertentu pada suatu ruang.

III.3.2. ISOLASI PASIF


Dilakukan pada ruang khusus yang memerlukan privacy tinggi, dengan cara:
Menutupi mengelilingi ruang dengan bahan kedap suara (plafond, dinding,
dan lantai, misal: lapisan karet pada jendela kaca.
Pemakaian bahan isolasi bunyi pada prabot.

III.4.KOORDINASI PENGKONDISIAN UDARA, PENERANGAN, DAN


PENGENDALlAN KEBISINGAN
Hal ini dikaitkan degan kenyamanan fisik manusia yang melakukan kegiatan don
hemat energi pada perancangan bangunan yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

III.4.1. PENGELOMPOKAN KEGIATAN


Pada daerah transisi antara luar dan dalam bangunan perlu kenyamanan suhu
dengan tidak terlalu besar perbedaannya, di samping kebisingan yang ditimbulkan
dan orang yang masuk dan kendaraan yang lewat. Oleh karena itu kegiatan
dikelompokkan dari luar ke zone publik (zone peralihan dan buffer baik suhu maupun
kebisingan), semi pubik, dan baru zone privat.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 21


Gambar 29. Daerah bising berdekatan dengan sumber bunyi yang bising
dari luar bangunan dan sebagai peralihan temperatur.

Sedangkan perletakan daerah service (core pada bangunan bertingkat)dapat


diperbandingkan sebagai berikut :

Gambar 30. Perletakan daerah service (core)

Ditepi bangunan Ditengah bangunan

Core di tepi bangunan Core di tengah bangunan

Distribusi udara dingin Distribusi udara dingin


dari AHU kurang dari AHU lebih merata
merata. karena radius pelaynan
Core pendek
menghalangi/menguran Pencahyaan alam lebih
gi daerah masuknya optimal
pencahyaan alami Kebisingan dari
Kebisingan dari peralatan mesin relatif
peralatan mesin besar karena ruang
terhadap ruang relatif mengelililngi sumber
kecil kebisingan
Sirkulasi relatif kurang Sirkulasi lebih merata
efisien

Peletakan daerah service secara vertikal ada 2 kemungkinan yaitu:


Di luar bangunan
Dapat menghindari kebisingan peralatan mekanikal, Namun penggunaan
cooling tower dapat mengganggu lingkungan sekitarnya (bila jarak dengan

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 22


bangunan lainnya berdekatan), sehingga membutuhkan lahan relatif luas
untuk kelancaran sirkulasi udara segar.
Di dalam bangunan
Kebisingan dari peralatan mekalikal perlu diperhatikan (genset, cooling tower.
mesin pompa dan lainnya). Biasanya dilakukan bila lahan terbatas. Pada
perletakan di bawah tanah kebisingan tidak terlalu mengganggu, sebab
dinding basement relatif dapat mengisolasi (jarang bukaan). Sedangkan
perletakan pada lantai tertentu atau di atap memerlukan konstruksi khusus
menahan beban dan getaran. Perletakan pada lantai tertentu umumnya untuk
mendapatkan distribusi yang efisien dan merata.

III.4.2. PEMBAGIAN RUANG


Pembagian ruang sampai yang terkecil sesuai dengan kegiatan-kegiatan terkecil
yang dilakukan dalam ruang secara tidak langsung berkaitan dengan perancangan
pengkondisian udara, penerangan dan penanggulangan kebisingan. Pembagian
ruang ini merupakan pembagian per ruang/ unit kegiatan yang memungkinkan
dalam perencanaan pengkondisian udara mudah menentukan outlet AC untuk udara
dingin, perencanaan daya penerangan pada setiap kegiatan dalam ruang maupun
isolasi terhadap kebisingan dapat disesuaikan dengan kebutuhannya.

III.4.3. PENATAAN RUANG


Penataan ruang perlu diperhatikan dalam mencapai kenyamanan fisik maupun psikis
manusia. Dalam hal ini koordinasi pengkondisian udara, penerangan, dan
penanggulangan kebisingan harus dapat menghemat energi namun tetap
memberikan kenyamanan optimal. Penataan ruang harus saling menunjang satu
sama lainnya yang meliputi elemen-elemen:
a. Plafond
b. Dinding elemen pembentuk ruang
c. Lantai
d. Furniture elemen pengisi ruang
Penataan elemen ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Plafond
Perencanaannya perlu memperhatikan pola perletakan titik lampu, outlet AC, modul
bahan, sistem konstruksi lantai dan pola perletakan partisi/dinding pemisah.
Perletakan titik lampu dan outlet AC dapat dibandingkan sebagai berikut:
Konvensional, lampu terpisah dengan outlet AC.
Intregasi antara titik lampu menjadi satu kesatuan dengan outlet AC (plot
lantai dan plafond sebagai ducting).
Kelebihan sistem integrasi antara lain:
Udara dingin (air supplay) melalui ducting poda sisi kiri dan kanan lampu
berupa outlet type linier.
Ruang lantai (bila bertingkat dan plafond dapat berfungsi sebagai ducting
untuk udara kembali (air return).

Gambar 31. Sistem lampu dan outlet AC yang yang terintegrasi

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 23


Sistem ini tidak memerlukan ducting untuk air return yang berarti menghemat
ketinggian lantai. Untuk mengatasi kebisingan pada outlet air return maka dibuat
miring (tidak lurus) dan dilapisi bahan peredam suara.

Gambar 32. Penanggulangan penjalaran bunyi melalui outlet.

Contoh penerapannya pada konstruksi lantai wafel prategang ( ketinggian 1/35


bentang) yang dapat menghemat ketinggian bangunan dari ducting dan
konstruksinya, sekaligus berfungsi sebagai plafond dan penghalang penjalaran
bunyi. Kemungkinan lain adalah integrasi outlet AC, pola perletakan titik lampu,
sistem partisi, sistem telepon, dan sound system, melalui profil-plofil aluminium
yang disesuaikan dengan pola plafond. Pola ini memiliki fleksibilitas penataan ruang
yang tinggi.

Gambar 33. sistem berintegrasi antara AC, Lampu, partisi, Telefon


soundsisytem, plafond, dengan frofil alumunium yang didisain
khusus

Kelebihan sistem ini:


Menghemat listrik dengan penerangan setempat yang dapat dihidup matikan
sesuai dengan kebutuhan.
Mengurangi ketinggian plafond, karena menggunakan ruang antara lantai dan
plafond sebagai ducting air return.
Kekurangan sistem ini:
Banyaknya lampu dan kabel yang tergantung berkesan ramai (kenyaman
phsikis dan visual kurang.
Terkait dengan perletakan lampu, sehingga perubahan penataan prabot harus
merubah penataan titik lampunya.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 24


Pemilihan bahan plafond sangat mempengaruhi kenyamanan phsikis dan fisik, maka
harus memperhatikan:
Frekwensi bunyi dari sumber bunyi.
Pantulan sinar lampu yang membantu penerangan dengan faktor refleksi 80%
- 90%.

Maka sebaiknya dipakai bahan berpori seperti gypsum, accoustic file bertekstur
halus, dan berwarna terang. Rangka sebaiknya dan aluminium dan penutup plafond
ditaruh bebas/ dapat digeser untuk mengurangi perambatan getaran dan lantai, dan
tidak merusak plafond bila ada perbaikan.

b. Dinding
Dinding berfungsi sebagai penyekat antar ruangan. Ruang privat biasanya berdinding
penuh sampai plafond, sedangkan ruang kurang privat biasanya tidak penuh atau
sesuai dengan tujuannya. Ruang-ruang pada bangunan dapat diatur dalam:
Sistem terbuka di mana pandangan ruang-keruang lebih bebas dan
pengontrolan suhu lebih merata, namun kekurangannya AC dapat menjalar
pada ruang yang tidak membutuhkan AC, dan kebisingan menjalar keseluruh
ruang.
Sistem tertutup di mana distribusi udara dingin mudah diatur sesuai
kebutuhan tiap ruang, dan penjalaran suara terbatas. Kekurangannya adalah
pandangan terbatas dan pengontrolan temperatur lebih rumit.
Bahan dinding ruang hendaknya memperhatikan:
Frekwensi bunyi dari sumber bunyi.
Membantuk penerangan dengan refleksi 40% - 60%.

Maka bahan yang dipakai berpori banyak seperti gypsum diisi glasswool (mengatasi
penjalaran suara dan isolasi api)

Gambar 34. Detail dinding pembatas antar ruang.

Sedangkan penutup dinding dapat dipakai wallpaper dan lain sebagainya, berwarna
cerah apabila ingin berkesan luas dan bersih.

c. Lantai
Sistem lantai berkaitan dengan perencanaan penerangan terutama sistem
penerangan yang bersatu dengan furniture. Bahan penutup lantai sebaiknya dapat
meredam suara, seperti karpet yang mempunyai faktor refleksi 20% - 40% dengan
warna agak gelap/ tidak berkesan kotor. Untuk zone entrance bangunan diperlukan
bahan yang kuat, tahan lama, dan mudah pemeliharaannya.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 25


d. Furniture
Dalam penghematan penerangan buatan, maka furniture dapat bersatu dengan
sistem penerangan (setempat)

Gambar 35. Furniture bersatu dengan lampu penerangan bidang kerja.

penerangan setempat ini dapat digunakan secara efisien, harus ditunjang dengan
perletakan outlet- outlet yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini
kenyamanan fisik baik, namun secara visual kesan ruang menjadi sempit (dengan
adanya tinggi-rendahnya lemari/ rak penyekat dan lain sebagainya). Dengan sistem
furniture maka bunyi dapat dikurangi dengan bahan furniture yang meredam suara.
Bahan furniture juga tidak menggunakan bahan yang kuat memantulkan sinar
(silau), dengan warna sedang (faktor refleksi 25% - 45%), tidak terlalu gelap dan
tekstur halus.

III.5. EKSTERIOR BANGUNAN


Banyak sedikitnya pengaruh luar yang masuk ke dalam bangunan tergantung pada
pengolahan eksteriornya. Pada dasarnya eksterior dibagi dua yaitu: yang bersifat
struktural dan non sturktural.

III.5.1. EKSTERIOR STRUKTURAL


Pengertiannya adalah kulit bangunan yang memperlihatkan struktur bangunannya.
Kenyamanan dicapai bila eksterior struktural mempertimbangkan kemungkinan
masuknya sinar matahari yang dapat membantu penerangan dalam bangunan.
Sehingga perlu pembukaan transparan seperti kaca yang dapat membentuk
menetralisir kesan pasif pada bangunan. Misalnya sistem struktur rangka (kolom dan
balok) dan dinding kaca sebagai elemen pengisi.
Gambar 36. Elemen struktur rangka.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 26


Sistem di atas memungkinkan radiasi panas masuk sehingga menambah beban
panas dan energi listrik, maka dipertimbangkan kemungkinan penggunaan kolom-
kolom rapat dan overstek.
Kolom-kolom rapat.
Kolom repot dengan dinding pengisi di sebelah dalam dapat berfungsi sebagai
sunshading vertikal, yang juga secara visual memberikan kesan garis-garis
vertikal.
Overstek
Overstek dapat berfungsi sebagai sunshading horisontal, yang juga secara visual
memberikan kesan garis horisontal, sehingga dapat menetralisir kesan ketinggian
bangunan.

III.5.2. EKSTERIOR NON STRUKTURAL


Pengertiannya adalah kulit bangunan yang tidak memperlihatkan struktur
bangunannya, yang biasanya ditempatkan di sebelah luar stuktur utamanya.
Eksterior non struktural ini dapat dibagi menjadi dua yaitu sunscreen dan kaca.

Sunscreen
Merupakan elemen tambahan kulit bangunan yang berfungsi sebagai takbir
terhadap silau dan radiasi panas, tetapi tetap dapat memasukan cahaya untuk
membantu penerangan dalam bangunan, membantu mengurangi kebisingan, dan
menambah estetika bangunan. Untuk mengatasi silau dengan sistem pemasukan
sinar tidak langsung (pengembangan prinsip sunshading horisontal) yaitu dengan
potongan-potongan bidang yang merefleksikan cahaya ke dalam ruang sesuai
waktu yang diinginkan. Sedangkan radiasi panas diatasi/dikurangi dengan
memberikan jarak yang cukup dengan kaca pengisi, sehingga dapat dinetralisir
aliran angin yang ada.

Faktor-faktor dalam pemilihan sunscreen adalah:


Ringan, sehingga tidak menambah beban struktur.
Koefisien serap panas rendah sehingga tidak cepat panas.
Tidak tembus cahaya dan daya refleksi tinggi agar cahaya tidak langsung
optimal.
Mudah perawatan dan tahan lama (biaya operasional kecil).

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 27


Kaca
Diperlukan untuk dapat memasukan cahaya semaksimal mungkin, di samping
memberikan kesan ringan pada bangunan. Namun hal ini dapat menambah
beban pengkondisian udara dan silau karena cahaya yang berlebihan. Untuk
mengurangi radiasi panas dapat digunakan kaca ganda yang diberi jarak,
sehingga radiasi tertahan pada daerah celah transisi, juga dapat sebagai isolasi
bunyi.

Gambar 38. Perbandingan transmisi panas pada penggunaan kaca tunggal,


double, dan triple.

Sedangkan mengatasi silau dapat digunakan kaca berwarna dingin dan dapat
mereflesikan cahaya, walau berakibat mengurangi cahaya yang masuk.

IV. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor utama yang
mempengaruhi kenyamanan fisik pengudaraan, pencahayaan dan gangguan
kebisingan adalah faktor iklim, manusia dan kebutuhannya, alat dan bahan yang
dipakai, yang ketiganya saling mempengaruhi sehingga harus memperhatikan
perancangan bangunan dan perancangan ruang.
Perancangan bangunan
Yang harus diperhatikan adalah matahari dan iklim yang dapat menimbulkan
radiasi panas, silau, transmisi panas, bayangan, dan kebisingan dari lalu lintas di
sekitarnya. Sehingga perlu diperhatikan:
Bentuk massa yang sedikit mungkin dapat memasukkan radiasi panas namun
sebanyak mungkin cahaya masuk, yaitu dengan bentuk-bentuk persegi
dengan orientasi bukaan dihindarkan dari sumber gangguan (Timur-Barat dan
sumber bunyi), dan dengan jarak antar bangunan minimal 0.7 x tinggi
bangunan untuk menghindarkan efek gelap akibat bayangan bangunan di
sampingnya.
Pengolahan eksterior bangunan dapat dengan pemakaian sunscreen,
pemilihan bahan bangunan yang dapat menunjang pengkondisian udara,
penerangan, dan penanggulangan ganguan kebisingan, juga menambah
estetika pada penampilan bangunan.

Perancangan ruang
Yang harus diperhatikan adalah pengkondisian udara, penerangan, dan
penanggulangan kebisingan, namun tetap hemat energi.Pengkondisian udara
dapat dilakukan dengan sistem yang bisa menghemat biaya konstruksi dan
biaya energi listrik.
Sedangkan penerangan sebaiknya tetap dibantu cahaya alami dengan tetap
mengurangi radiasi panasnya. Dapat menggunakan reflektor yang
memantulkan cahaya alami dan bukaan-bukaan yang tidak langsung,
sehingga dapat mengurangi penerangan buatan.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 28


Juga diperhatikan kebisingan dan penggunaan peralatan dan kegiatan yang
terjadi, yang dapat diatasi dengan isolasi aktif yaitu mengisolasi sumber
bunyi misal dengan memindahkannya dan isolasi pasif yaitu dengan
mengisolasi ruangan.
Dalam perletakan zone kegiatan disesuaikan dengan fungsinya. Daerah publik
dan semi publik yang menampung kegiatan umum dapat menjadi pelindung
terhadap gangguan kebisingan, peralihan temperatur maupun peralihan
penerangan.
Dalam penataan ruang antara plafond, dinding, lantai, dan furniture saling
berkaitan satu dengan yang lain.
Juga perlu diperhatikan penghematan tanpa mengurangi kenyamanan
misalnya seperti pengelompokan penggunaan titik lampu, pengaturan nyala
lampu dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Konya, Allan .1980. Design primer for hot climates. London: The Architectural Press.

Kureja, C.P.1978. Tropical architecture. New Delhi: Mc Graw Hill Company

Koenigsberger, OH.1974. Manual of tropical housing and building, Part I.Climatic


Design. London: Longman Group Limited.

Fry, Maxwell.1965. Tropical architecture in the humid zone. New York: Reynhold.

Flyn. John.1970. Architecture interior system. New York: Van Nostrond Rein Hold
Company.

Evans, Benyamin H.1981. Daylight in architecture. New York: Mc Grw Hill Book
Commpany. 1981.

Elder. AJ.1977.Handbook of building enclosure. London: The Architecture Press.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 29

Anda mungkin juga menyukai