Disusun Oleh :
AHMADI
AHMAD ALFARISI
AHMAD HUDATURRAHMAN
DEWI AGNA
GINA RIYANI
IMANIAR TRIJUWITA
KATARINA JILIAN
M. AULIA NOOR RAHMAN
OKTAVIANI RISHERDIANTI
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam makalah ini kami membahas Faktor Sosial Budaya dalam Pemenuhan Oksigen
Pada Lansia. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman dalam mata
kuliah Sosiologi. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Sosiologi yang
telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya terima
kasih.
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................. i
Daftar isi............................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan........................................... 1
BAB II
2.6.Pengkajian............................................7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................... 8
Daftar Pustaka................................ 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-
nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu
kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan
serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. (Sumber : Drs. Gering Supriyadi,MM dan
Drs. Tri Guno, LLM )
1.2 Tujuan
Tujuan dibentuknya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sosiologi,selain itu agar mahasiswa mengetahui faktor sosial budaya yang yang
berpengaruh dalam pengkajian pemenuhan kebutuhan oksigen pada berbagai tingkat
usia.
2
BAB II
Perubahan faktor sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan
pola budaya dalam suatu masyarakat.Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang
terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat.Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat
dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. (wikipedia bahasa
indonesia).
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi, cara
dan pola pikir masyarakat, faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk,
penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi dan faktor eksternal seperti bencana alam
dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Sedangkan
faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan
komunikasi dengan masyarakat lain, perkembangan IPTEK yang lambat, sifat masyarakat
yang sangat tradisional, ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam
masyarakat, prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan
pada masyarakat bila terjadi perubahan, hambatan ideologis dan pengaruh adat atau
kebiasaan.
3
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal
elemen ini iperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler
dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang
dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam
kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalaam
mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah.
Dalam melakukan pengkajian oksigenasi pada berbagai tingkat usia kita sebagai
perawat harus mengetahui perinsip sosial budaya apa saja yang dapat mempengaruhinya.
Misalnya pada tradisi orang sunda. Tradisi yang mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen yaitu dengan cara tradisonal seperti mengoleskan balsem ke permukaan kulit.
4
Sistem yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigen adalah sistem
pernafasan, sistem persarafan dan kardiovaskuler. Masalah kebutuhan oksigen merupakan
masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini terbukti pada seseorang
yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan akan terjadi kematian. Proses
pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen
melalui saluran pernafasan, membebaskan saluran pernafasan dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar
berfungsi secara normal.
2.3.Pemberian Oksigen.
Tujuan :
Prosedur Kerja :
a. Kateter nasal.
2. Cuci tangan.
5
3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1 - 6
bergelembung.
5. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan
tanda.
12. Kaji cuping, septum dan mukos hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen
setiap 6 - 8 jam.
13. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien.
6
b. Kanula Nasal
2. Cuci tangan.
gelembung air.
4. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk mengatur kenyamanan
pasien.
6. Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen
c. Masker oksigen
2. Cuci tangan
4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6
7
5. Tempatkan masker oksigen di atas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat
6. Periksa kecepatan aliran tiap 6-8 jam, catat kecepatan aliran oksigen, rute
9. Dokumentasi tindakan.
a. Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak
dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat
dikontrl serta tidak terjadi penumpukan CO2
b. Kerugian
Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain
pada aliran rendah.
Pemberian O2 bukan hanya memberiakan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan
efek merugikan, antara lain :
1. Kebakaran
8
2. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada
klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi
3. Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu
relatif lama.Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi dan
kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.
2.6 Pengkajian.
Ditujukan kepada keluhan-keluhan klien serta hasil pemeriksaan baik yang sifatnya
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan diagnostik yang
berkaitan dengan system pernafasan serta system lain yang terlibat. Pengkajian keperawatan
dapat dilakukan dengan metode wawancara yang berkaitan dengan keluhan klien antara lain
batuk dan lendir, sesak nafas, serta keluhan lain yang berkaitan dengan masalah transportasi
O2.
Metode yang lain adalah metode observasi dengan melakukan pemeriksaan fisik
pernafasan. Data yang didapa dapat berupa kecepatan, iram dan kedalam pernafasan, usaha
nafas, sianosis,k berkeringat, peningkatan suhu tubuh, abnormalitas sistem pernafasa serta
kardiovaskular. Selanjutnya data-data ini dapat didukung oleh hasil pemeriksaan penunjang
seperti gasa darah asteri seerta pememriksaan diagnostik foto torak.
9
Rencana ini selajutnya ditindak lanjuti atau diImplementasi dan pada akhirnya akan
diEvaluasi sejauhmana tindakan dapat mencapai tujuan sehingga tindakan dapat dilajutkan,
dimodifikasi atau diganti.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal
elemen ini iperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler
dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang
dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam
kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalaam
mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah.
Sistem yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigen adalah sistem
pernafasan, sistem persarafan dan kardiovaskuler. Masalah kebutuhan oksigen merupakan
masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini terbukti pada seseorang
yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan akan terjadi kematian. Proses
pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen
melalui saluran pernafasan, membebaskan saluran pernafasan dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar
berfungsi secara normal.
Terapi O2 merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk
keperawatan terhadap adanya gangguan pemenuhan oksigen pada klien. Pengetahuan perawat
yang memadai terhadap proses respirasi dan indikasi serta metode pemberian O2 merupakan
bekal bagi perawat agar asuhan yang diberikan tepat guna dengan resiko seminimal mungkin.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Alimul Aziz., dan Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Pratikum Kebutuhan
http://rizkiariandy.blogspot.com/2010/05/prinsip-budaya-dalam-
12