Anda di halaman 1dari 5

Bekerja di industri migas, khususnya pada kegiatan eksplorasi produksi (E&P) memiliki karakteristi

k yang khas. Karakteristiknya berhubungan erat dengan sifat pekerjaan itu sendiri. Biasanya wilay
ah kerjanya terpencil, terisolasi, jauh dari keramaian dan dengan fasilitas umum yang serba terba
tas. Kegiatan E&P ini bisa di hutan (on shore) maupun dilepas pantai (off shore). Sistem kerjany
a pun spesifik, tidak harian seperti pekerja kantoran, tetapi memakai sistem kerja on-off dan bek
erja siang malam. Risiko yang dihadapi juga tidak kecil seperti kebakaran, ledakan, blow out dan
bahaya kesehatan lainnya. Salah satu potensi bahaya kesehatan di industri migas ini adalah stre
s kerja.

Stres di Tempat Kerja

Stres adalah reaksi dari tubuh, jiwa dan perilaku seseorang dalam menghadapi tekanan yang ber
asal baik dari luar maupun dari dalam individu itu sendiri. Reaksi seseorang terhadap stress terg
antung dari keturunan, kepribadian dan pengalaman orang tersebut. Jika seseorang bereaksi posi
tif dalam menghadapi stres, maka stres tersebut akan menjadi pendorong untuk maju. Sebalikny
a, jika seseorang bereaksi negatif terhadap stress, maka akan timbul berbagai keluhan dan gang
guan di dalam tubuh. Stres memiliki dampak pada fisik, jiwa maupun perilaku. Dampak stress ter
hadap fisik menimbulkan keluhan seperti kelelahan, sesak napas, nyeri kepala, pucat, berkeringat,
mulut kering, berdebar-debar, otot-otot tegang, tekanan darah dan gula darah naik, diare, perub
ahan nafsu makan serta perubahan berat badan. Dampak stress terhadap kejiwaan menyebabkan
kecemasan, mudah marah, sedih, perasaan yang berubah-ubah, sulit konsentrasi, kehilangan day
a serta kehilangan minat. Dampak stress terhadap perilaku menyebabkan aktivitas berkurang dan
tidak ada tenaga, aktivitas berlebih dan tidak bisa istirahat, mudah marah dan menyerang, geme
tar disertai nada suara tinggi serta banyak minum alkohol, merokok, minum kopi dan pengguna
an NAPZA untuk meredakan ketegangan.

Stres di tempat kerja tergantung dari:

1. Jenis pekerjaan

Pekerjaan yang banyak, bertumpuk dan dikejar batas waktu (deadline) menimbulkan potensi stres
yang lebih besar. Demikian pula bila jenis pekerjaan tersebut menimbulkan potensi bahaya yang
besar. Misalnya seorang yang bekerja pada kegiatan E&P di lepas pantai dan bertugas di mena
ra rig, tingkat stresnya lebih besar daripada pekerja kantoran.

2. Kondisi lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang terpencil, terisolir, jauh dari penduduk dan tanpa fasilitas umum yang me
madai menimbulkan potensi stres yang lebih besar. Misalnya seorang yang bekerja di hutan ting
kat stresnya lebih tinggi dari orang yang bekerja di kota. Demikian pula lingkungan kerja yang s
emrawut dan tidak kondusif, SOP kerja tidak jelas dan tidak adanya alat perlindungan diri memb
uat potensi stres semakin meningkat.

3. Managemen dan hubungan kerja

Sistem dan managemen kerja yang baik serta hubungan kerja baik antar sesama pekerja maupu
n atasan yang baik menurunkan potensi stres. Sebaliknya sistem kerja yang kurang baik dan bija
ksana, hubungan interpersonal yang penuh kedengkian dan atasan yang sadis akan menyebabka
n seseorang mudah mengalami stres.

4. Ketahanan individu

Seseorang memiliki tingkat ketahanan menghadapi stres yang berbeda tergantung dari keturunan
, kepribadian, pengalaman dan nilai-nilai hidup yang dianut. Seseorang yang taat menjalankan a
gamanya (religius), suka berolah raga, berekreasi dan melakukan kegiatan relaksasi juga memiliki
ketahanan terhadap stress yang lebih baik.

5. Masalah diluar pekerjaan

Stres terkadang tidak disebabkan secara langsung oleh pekerjaan, namun oleh faktor lain diluar
pekerjaan misalnya perselisihan dengan isteri di rumah, orang terdekat sakit dan lain sebagainya.
Faktor-faktor ini juga bisa menyebabkan stres di tempat kerja.

Bagi perusahaan, banyaknya pekerja yang mengalami stres menimbulkan kerugian secara ekono
mi yang ditunjukkan dengan angka kesakitan dan kecelakaan yang meningkat (absenteisme tingg
i), banyaknya pekerja yang keluar masuk (turn over) dan menurunnya kemampuan interaksi sehin
gga menimbulkan keluhan pelanggan.

Kerja Shift

Menurut Akerstedt (1990), kerja shift adalah pengaturan waktu kerja yang mempekerjakan dua at
au lebih tim pekerja dengan tujuan untuk memperpanjang waktu operasional kerja melebihi jam
kerja kantoran. Menurut awal dan akhir jam kerja shift, lama satu shift dan keteraturannya, siste
m shift dibagi menjadi:

1. Sistem 3 shift biasa

Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama selama 24 jam yaitu dinas pagi
pukul 06.00-14.00, dinas sore pukul 14.00-22.00 dan dinas malam pukul 22.00-06.00. Dinas pagi
memungkinkan keluarga dapat makan bersama pada malam harinya, bisa mengerjakan hobi pad
a sore atau malamnya. Dinas sore sangat tidak baik untuk kehidupan sosial, namun untuk tidur
sangat menguntungkan. Dinas malam sangat buruk ditinjau dari berbagai segi: kegiatan hobi ter
ganggu dan tidur pun terganggu akibat berbagai sebab misalnya bising disiang hari, tidur terput
us karena harus makan siang, tidur terus sampai sore dan akhirnya mereka mengalami kelelahan
karena tidur yang tidak pulas.

2. Sistem Amerika

Sistem ini dinas pagi mulai pukul 08.00-16.00, dinas sore pukul 16.00-24.00 dan dinas malam pu
kul 24.00-08.00. Sistem ini memberikan keuntungan fisiologis dan social. Kesempatan tidur akan
banyak terutama pada pekerja pagi dan sore. Setiap shift akan mengalami makan bersama kelua
rga paling sedikit sekali dalam sehari.

3. Sistem 12-12

Sistem ini sering dipakai dalam kegiatan migas lepas pantai (off shore). Selama 12 jam dinas pa
gi (07.00-19.00) dan selama 12 jam dinas malam (19.00-07.00). Satu minggu kerja siang dan satu
minggu kerja malam. Selama 2 minggu mereka pisah dengan keluarga dan setelah 2 minggu, bi
asanya setelah dinas malam, mereka pulang ke rumah dan tinggal bersama keluarga.

Secara alamiah manusia dilahirkan untuk menjadi makhluk siang hari (diurnal), artinya mereka ba
ngun pada siang hari dan tidur beristirahat pada malam hari. Kehidupan seperti itu mengikuti su
atu pola jam biologis yang disebut circadian rhythm yang berdaur selama 24 jam. Masa selama
siang hari disebut fase ergotropik, karena kinerja manusia berada dalam puncaknya, sementara
masa malam disebut sebagai fase trophotropik, dimana terjadi proses istirahat dan pemulihan te
naga. Fungsi tubuh yang diatur oleh jam biologis adalah tidur, kesiapan bekerja, metabolisme, s
uhu tubuh, nadi dan tekanan darah. Meskipun setiap orang mempunyai jam biologis sendiri -sen
diri, kehidupan mereka diatur menjadi sama dan seragam dalam daur 24 jam sehari. Pengaturan
ini dilakukan oleh penangguh waktu yang ada diluar tubuh seperti perubahan gelap-terang, ko
ntak sosial, jadwal kerja dan jam weker. Salah satu gangguan pada pekerja shift dimana jam bio
logisnya dikacau adalah gangguan tidur. Tidur pada siang hari tidak akan sepulas jika tidur pada
malam hari. Kesiapan bekerja pada malam hari juga terlihat dengan banyaknya kecelakaan pada
pekerja malam. Penderita kencing manis (diabetes mellitus) yang mengalami gangguan metaboli
sme karbohidrat juga akan mengalami kesulitan mengendalikan kadar gula darahnya jika tetap b
ekerja shift.

Beberapa alasan mengapa operasional kerja selama 24 jam adalah:


1. Sifat industri; pengeboran minyak bumi, industri gelas, pengecoran logam dan sejenisnya
tidak dapat dilakaukan pada siang hari. Karena jika demikian bahan baku industri itu akan mem
beku dan merusak mesin yang dipakai.

2. Karakterisrik pelayanan, rumah sakit, telepon, listrik, keamanan dan sejenisnya merupakan
industri jasa yang harus dilakaukan selama 24 jam karena orang sakit dan kasus pencurian tida
k mengenal waktu, setiap saat dapat terjadi.

3. Prinsip ekonomi, investasi yang mahal seperti perangkat komputer harus dimanfaatkan s
epenuhnya , sehingga harus dilakukan selama 24 jam.

Kurang lebih sekitar 25% angkatan kerja yang harus bekerja bergilir selama 24 jam sehari. Beber
apa pekerja bahkan lebih senang untuk bekerja malam saja, karena: mendapatkan upah yang le
bih baik, kurang mendapatkan pengawasan, merasa sebagai manusia malam, ada kesempatan ng
obyek di siang hari, lebih banyak waktu untuk keluarga dan bertemu anak sehingga menghemat
biaya penitipan anak.

Namun demikian, dibalik keuntungan diatas, beberapa kerugian dapat terjadi pada pekerja mala
m, seperti:

1. 60-80% pekerja bergilir akan mengalami gangguan tidur

2. 4-5 kali lebih banyak mengalami gangguan lambung

3. 80% akan mengalami kelelahan

4. 5-15 kali lebih sering mengalami gangguan emosi dan depresi

5. Lebih sering merokok dan memakai narkoba

6. Mengalami kecelakaan serius ditempat kerja

7. Lebih sering mengalami perceraian.

Cara Mengatasi Stres

Berikut ini adalah beberapa tip yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres pada individu:

1. Mengenali masalah dan mengatasinya sesuai urutan prioritas

2. Melakukan relaksasi otot, pernapasan dan mental


3. Berpikir positif (positive thingking)

4. Terima segala sesuatu yang tidak dapat diubah

5. Temui orang orang yang berpikir positif dan belajarlah dari mereka

6. Bila kecewa, kerjakanlah sesuatu yang membuat anda lebih baik

7. Baca buku atau dengar kaset tentang orang yang dapat mengubah hidupnya dengan b
erpikir positif

8. Belajar mencintai diri sendiri

9. Tetapkan tujuan yang dapat di capai

10. Berbuatlah sesuai kemampuan dan minat

11. Hiduplah pada hari ini; masa lalu tak dapat diubah dan masa depan belum tentu ditem
ui

12. Berikan sesuatu yang anda miliki kepada orang lain dan jangan takut menerima pember
ian dari orang lain (take and give)

13. Bicarakan persoalan anda dengan orang lain

14. Binalah persahabatan dengan orang lain

15. Luangkan waktu untuk diri anda sendiri

16. Hindari membuat beberapa keputusan besar sekaligus

17. Berekreasi untuk mengendurkan ketegangan

18. Mendekatkan diri kepada Tuhan YME

19. Bila tak berhasil berkonsultasilah dengan ahli (psikolog/psikiater)

Anda mungkin juga menyukai