Tumor
Tumor
Anatomi Usus
2.4.Angka Kejadian
Di USA kanker kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling sering
terjadi dan nomor dua sebagai penyebab kematian di negara berkembang. Di
seluruh dunia dilaporkan lebih dari 940.000 kasus baru dan terjadi kematian pada
hampir 500.000 kasus tiap tahunnya (World Health Organization, 2003). Menurut
data di RS Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektum menempati
urutan keenam dari 10 jenis kanker dari pasien yang dirawat di sana.
Insiden kanker kolon di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya.
Insiden pada pria sebanding dengan wanita. Sekitar 75% ditemukan di rektosigmoid
(De Jong, 2005).
Dari seluruh pasien kanker kolorektal, 90% berumur lebih dari 50 tahun. Hanya 5%
pasien berusia kurang dari 40 tahun. Di negara barat, laki laki memiliki insiden
terbanyak mengidap kanker rektum dibanding wanita dengan rasio bervariasi dari
8:7 -9:5.
2.5.Etiologi
Etiologi kanker kolorektal hingga saat ini masih belum diketahui,
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki korelasi terbesar
untuk kanker kolorektal. Mutasi dari gen APC adalah penyebab familial
adenomatosa poliposis(FAP), yang mempengaruhi individu membawa resiko hampir
100% mengembangkan kanker usus besar pada usia 40 tahun (Tomislav Dragovich,
2014).
2.7.Patofisiologi
Umumnya kanker kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polip adenoma. Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan
beberapa gejala. Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke
dalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan.
Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan
usus, submukosa dan dinding luar usus. Struktur yang berdekatan seperti hepar,
kurvatura mayor,lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran
genitourinari dan dinding abdomen juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastase ke
kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran tumor.
Awalnya sebagai nodul, kanker usus sering tanpa gejala hingga tahap lanjut
karena pola pertumbuhan lamban, 5 sampai 15 tahun sebelum muncul gejala (Way,
1994). Manifestasi tergantung pada lokasi, tipe dan perluasan serta komplikasi.
Perdarahan sering sebagai manifestasi yang membawa pasien datang berobat.
Gejala awal yang lain sering terjadi perubahan kebiasaan buang air besar, diare
atau konstipasi. Karekteristik lanjut adalah nyeri, anoreksia dan kehilangan berat
badan. Mungkin dapat teraba massa di abdomen atau rektum. Biasanya pasien
tampak anemis akibat dari perdarahan.
2.9.Pemeriksaan
Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba
menunjukan keadaan sudah lanjut.
Karena kanker kolorektal sering berkembang lamban dan penanganan
stadium awal sangat dibutuhkan, maka organisasi kanker Amerika
merekomendasikan prosedur skrining rutin bagi deteksi awal penyakit.
Rekomendasinya sebagai berikut :
1. Pemeriksaan rektal tusse untuk semua orang usia lebih dari 40 tahun.
2. Test Guaiac untuk pemeriksaan darah feses bagi usia lebih dari 50 tahun.
3. Sigmoidoskopi tiap 3-5 tahun untuk tiap orang usia lebih dari 50 tahun.
Diagnosis kanker kolorektal ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, colok dubur dan rektosigmoidoskopi atau foto kolon
dengan kontras ganda (De Jong, 2005).
Pasien dengan sangkaan kanker kolorektal dapat dilakukan prosedur diagnostik
lanjut untuk pemeriksaan fisik. Test laboratorium, radiograpi dan biopsi untuk
memastikan.
Test laboratorium yang dianjurkan sebagai berikut :
1.Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik ditandai dengan
sel-sel darah merah yang kecil tanpa terlihat penyebab adalah indikasi umum untuk
test diagnostik selanjutnya untuk menemukan kepastian kanker kolorektal.
2.Test Guaiac pada feses untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feses, karena
semua kanker kolorektal mengalami perdarahan intermitten.
3.CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di membran
sel pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal.
4.Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat
meninggi, indikasi telah mengenai hepar.
5.Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada tidaknya dan
lokasi tumor.
6.X-ray dada untuk deteksi metastase tumor ke paru-paru.
7.CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging
(MRI) atau pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah
mengenai organ lain melalui perluasan langsung atau dari metastase tumor.
8.Endoskopi (sigmoidoskopi atau kolonoskopi) adalah test diagnostik utama
digunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor.
Sekalian dilakukan biopsijaringan. pemeriksaan endoskopi dan kolonoskopi
direkomendasikan untuk mengetahui lokasi danbiopsi lesi pada pasien dengan
perdarahan rektum.
2.12.Penatalaksanaan
Operasi merupakan terapi utama untuk kuratif, namun bila sudah dijumpai
penyebaran tumor maka pengobatan hanya bersifat operasi paliatif untuk mencegah
obstruksi, perforasi dan perdarahan. Tujuan ideal penanganan kanker adalah
eradikasi keganasan dengan preservasi fungsi anatomi dan fisologi. Kriteria untuk
menetukan jenis tindakan adalah letak tumor, jenis kelamin dan kondisi penderita.
Tindakan untuk kanker rektum :
1. Tumor yang berjarak < 5 cm dari anal verge dilakukan eksisi abdominoperineal.
2. Tumor yang berjarak 5-10 cm dari anal verge dilakukan low anterior reseksi.
3. Tumor yang berjarak > 5 cm dari anal verge dilakukan reseksi anterior standar.
Radioterapi
Terapi radiasi sering digunakan sebagai tambahan dari pengangkatan bedah dari
tumor usus. Bagi kanker rektum yang kecil, intrakavitari, eksternal atau implantasi
radiasi dapat dengan atau tanpa eksisi bedah dari tumor.
Kemoterapi
Agen-agen kemoterapi seperti levamisole oral dan intravenous fluorouracil (5-FU),
juga digunakan postoperatif sebagai terapi adjuvan untuk kanker kolorektal.
Keunggulan bagi kanker kolon adalah bersih, tetapi kemoterapi dapat digunakan
untuk menolong mengurangi penyebaran ke hepar dan mencegah kekambuhan.
Terapi Terkini
Metode pengobatan yang sedang dikembangkan pada dekade terakhir ini adalah:
2.13. Prognosis
Secara keseluruhan 5-year survival ratesuntuk kanker kolorektal adalah sebagai
berikut :
Stadium I -72%
Stadium II -54%
Stadium III -39%
Stadium IV -7%
50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa kekambuhan
lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih sering terjadi. Penyakit
kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun pertama setelah operasi.
Komplikasi
Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal : (1) obstruksi usus diikuti
dengan penyempitan lumen akibat lesi; (2) perforasi dari dinding usus oleh tumor,
diikuti kontaminasi dari rongga peritoneal oleh isi usus; (3) perluasan langsung tumor
ke or
gan-organ yang berdekatan.
Mata cekung
Mata tampak cekung menunjukkan keadaan kehilangan cairan dan elektrolit
berlebih.
Tubuh manusia 70-85% disusun oleh air yang terbagi menjadi cairan intrasel,
ekstrasel dan
interseluler. Ketika cairan ini kurang pada sel atau jaringan tubuh pada keadaan
dehidrasi,
maka sel-sel akan menciut, mengkerut, mengecil dan menjadi cekung. Karena
palpebral
terdiri dari jaringan ikat longgar maka manifestasi yang tampak adalah mata menjadi
cekung