Anda di halaman 1dari 34

sabu

asetaminofen,kodein

Morfin berasal dari perkataan Morpheus yaitu dewa mimpi dalam mitologi Yunani.
Morfin adalah sejenis bahan yang terdapat di dalam cecair candu dan digunakan oleh dokter
untuk meringankan rasa sakit. Morfin juga dikenali sebagai M, White Stuff, White
Powder, Monkey, Dreamer, Morpho, Tab, Morb, Cubes, Emsel dan Melter.
Biasanya morfin didapati di dalam bentuk ketulan atau debu dan biasanya berwarna cokelat atau
putih kelabu. Terdapat juga morfin dalam bentuk tablet putih kecil atau kapsul. Biasanya tanda-
tanda yang terdapat pada ketulan-ketulan morfin ialah cap gajah, cap kupu-kupu dan cap 999
atau 999. Morfin adalah komponen utama dari opium/candu yang diperoleh tumbuhan Papaver
Somniferum.
Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek
samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan
penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan
konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya.
Terdapat beberapa jenis morfin, antara lain :
Morfin Mentah / Kasar
Morfin mentah atau morfin kasar ini didapati dalam bentuk blok atau serbuk. Warna blok
berbeda-beda dari putih ke cokelat gelap dan kebanyakkannya mempunyai tanda 999.
Blok-blok ini biasanya mengandungi 70 % hingga 90 % morfin hidroklorid.
Bes Morfin
Bes morfin adalah sejenis alkaloid yang diperolehi secara langsung dari candu. Bahan ini
kadangkala mempunyai bau seperti opium dan berupa seperti serbuk kopi halus.
Kandungan morfin yang terdapat di dalamnya adalah antara 60 % hingga 70 %.
Pil Morfin
Pil-pil morfin ini mengandungi morfin sulfat atau morfin hidroklorid yang dikeluarkan
secara sah atau legal, namun seringkali disalahgunakan ke pasaran gelap. pil-pil ini
berukuran kecil dan berwarna putih atau cokelat pucat.
Kesan-kesan Penggunaan Morfin
Mata hitam mengecil
Tekanan darah turun
Peredaran darah lambat
Kurang selera makan
Sentiasa khayal
Pertuturan tidak nyata

Morfin pertama kali diisolasi pada 1804 oleh ahli farmasi Jerman Friedrich Wilhelm
Adam Sertrner. Tapi morfin belum digunakan hingga dikembangkan hypodermic needle (1853).
Morfin digunakan untuk mengurangi nyeri dan sebagai cara penyembuhan dari ketagihan
alkohol dan opium.

Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek
samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan
penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan
konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien
morfin juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk.
Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek utama mengikat dan mengaktivasi
reseptor -opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor ini terkait dengan analgesia, sedasi,
euforia, physical dependence dan respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis
reseptor -opioid yang terkait dengan analgesia spinal dan miosis.
Di dalam tubuh, morfin terutama dimetabolisme menjadi morphine-3-glucuronide dan
morphine-6-glucuronide (M6G). Pada hewan pengerat, M6G tampak memiliki efek analgesia
lebih potensial ketimbang morfin sendiri. Sedang pada manusia M6G juga tampak sebagai
analgesia. Perihal signifikansi pembentukan M6G terhadap efek yang diamati dari suatu dosis
morfin, masih jadi perdebatan diantara ahli farmakologi.
Morfin diberikan secara parenteral dengan injeksi subkutan, intravena, maupun epidural.
Saat diinjeksikan, terutama intravena, morfin menimbulkan suatu sensasi kontraksi yang intensif
pada otot. Oleh karena itu bisa menimbulkan semangat luar biasa. Tak heran bila dikalangan
militer terkadang menggunakan autoinjector untuk memperoleh manfaat tersebut.
Pemberian secara oral, biasa dalam sediaan eliksir, solusio, serbuk, atau tablet. Morfin
jarang disuplai dalam bentuk suppositoria. Potensi pemberian oral hanya seperenam hingga
sepertiga dari parenteral. Hal ini dikarenakan bioavailabitasnya yang kurang baik. Saat ini morfin
juga tersedia dalam bentuk kapsul extended-release untuk pemberian kronik dan juga formulasi
immediate-release.
Sebuah review dilakukan oleh Wiffen PJ dkk tentang penggunaan morfin oral untuk nyeri
kanker. Review yang dilaporkan dalam The Cochrane Database of Systematic Reviews 2006
Issue 3 ini mengikutkan 55 studi (3061 subjek) yang memenuhi kriteria. Empat belas studi
membandingkan preparat oral sustained release morphine (MSR) dengan immediate release
morphine (MIR). Delapan studi membandingkan MSR dengan kekuatan yang berbeda. Sembilan
studi membandingkan MSR oral dengan MSR rectal. Satu studi masing-masing
membandingkan: MSR tablet dengan MSR suspensi; MSR dengan frekuensi dosis yang berbeda;
MSR dengan non-opioid; MIR dengan non opioid; morfin oral dengan morfin epidural; dan MIR
dengan rute pemberian yang berbeda.
Hasil review memperlihatkan, morfin merupakan analgesik efektif untuk mengatasi nyeri
kanker. Pengurangan nyeri tidak berbeda untuk sediaan MSR dan MIR. MSR efektif untuk dosis
12 atau 24 jam tergantung pada formulasinya. Efek samping umum dijumpai, namun hanya 4%
pasien yang menghentikan pengobatan karena tidak bisa menolerir.
Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek
samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan
penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan
konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien
morfin juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk.
Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek utama mengikat dan mengaktivasi
reseptor -opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor ini terkait dengan analgesia, sedasi,
euforia, physical dependence dan respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis
reseptor -opioid yang terkait dengan analgesia spinal dan miosis.
Di dalam tubuh, morfin terutama dimetabolisme menjadi morphine-3-glucuronide dan
morphine-6-glucuronide (M6G). Pada hewan pengerat, M6G tampak memiliki efek analgesia
lebih potensial ketimbang morfin sendiri. Sedang pada manusia M6G juga tampak sebagai
analgesia. Perihal signifikansi pembentukan M6G terhadap efek yang diamati dari suatu dosis
morfin, masih jadi perdebatan diantara ahli farmakologi.
Morfin diberikan secara parenteral dengan injeksi subkutan, intravena, maupun epidural.
Saat diinjeksikan, terutama intravena, morfin menimbulkan suatu sensasi kontraksi yang intensif
pada otot. Oleh karena itu bisa menimbulkan semangat luar biasa. Tak heran bila dikalangan
militer terkadang menggunakan autoinjector untuk memperoleh manfaat tersebut.
Pemberian secara oral, biasa dalam sediaan eliksir, solusio, serbuk, atau tablet. Morfin
jarang disuplai dalam bentuk suppositoria. Potensi pemberian oral hanya seperenam hingga
sepertiga dari parenteral. Hal ini dikarenakan bioavailabitasnya yang kurang baik. Saat ini morfin
juga tersedia dalam bentuk kapsul extended-release untuk pemberian kronik dan juga formulasi
immediate-release.
Sebuah review dilakukan oleh Wiffen PJ dkk tentang penggunaan morfin oral untuk nyeri
kanker. Review yang dilaporkan dalam The Cochrane Database of Systematic Reviews 2006
Issue 3 ini mengikutkan 55 studi (3061 subjek) yang memenuhi kriteria. Empat belas studi
membandingkan preparat oral sustained release morphine (MSR) dengan immediate release
morphine (MIR). Delapan studi membandingkan MSR dengan kekuatan yang berbeda. Sembilan
studi membandingkan MSR oral dengan MSR rectal. Satu studi masing-masing
membandingkan: MSR tablet dengan MSR suspensi; MSR dengan frekuensi dosis yang berbeda;
MSR dengan non-opioid; MIR dengan non opioid; morfin oral dengan morfin epidural; dan MIR
dengan rute pemberian yang berbeda.
Hasil review memperlihatkan, morfin merupakan analgesik efektif untuk mengatasi nyeri
kanker. Pengurangan nyeri tidak berbeda untuk sediaan MSR dan MIR. MSR efektif untuk dosis
12 atau 24 jam tergantung pada formulasinya. Efek samping umum dijumpai, namun hanya 4%
pasien yang menghentikan pengobatan karena tidak bisa menolerir.

Keracunan morfin dapat terjadi secara akut dan secara kronis. Keracunan akut biasanya
terjadi akibat percobaan bunuh diri atau dosis yang berlebihan. Keracunan kronis terjadi akibat
pemakaian berulang-ulang dan inilah yang sering terjadi. Adiksi (kecanduan) atau morfinisme
tidak lain dari pada suatu keadaan keracunan kronis. Adiksi morfin ditandai dengan adanya
habituasi, ketergantungan fisik dan toleransi. Gejalanya antara lain merasa sakit, iratabilitas,
tremor, lakrimasi, berkeringat, menguap, bersin-bersin, anoreksia, midriasis, deman, pernafasan
cepat, muntah-muntah, kolik, diare dan pada akhirnya penderita mengalami dehidrasi, ketosis,
asidosis, kolaps kardiovackuler yang bisa berakhir dengan kematian.
Morfin dapat diabsorpsi oleh usus, tetapi efek analgetik yang tinggi diperoleh melalui
parentral. Dari satu dosis morfin, sebanyak 10 % tidak diketahui nasibnya, sebagian mengalami
konjugasi dengan asam glukoronat di hepar dan sebagian dikeluarkan dalam bentuk bebas.

Ekskresi morfin terutama melalui ginjal. Urine mengandung bentuk bebas dan bentuk
konjugasi. Berdasarkan hal ini, dapat dilakukan identifikasi morfin dalam urine dari penderita
yang diduga keracunan morfin.

Adiksi (kecanduan) atau morfinisme tidak lain dari pada suatu keadaan keracunan
kronis. Adiksi morfin ditandai dengan adanya habituasi, ketergantungan fisik dan toleransi.
Gejalanya antara lain merasa sakit, iratabilitas, tremor, lakrimasi, berkeringat, menguap, bersin-
bersin, anoreksia, midriasis, deman, pernafasan cepat, muntah-muntah, kolik, diare dan pada
akhirnya penderita mengalami dehidrasi, ketosis, asidosis, kolaps kardiovackuler yang bisa
berakhir dengan kematian.
opium

sabu
jamur lsd
kecubung jamur tahi sapi

magic musrun
kanabis

PENGERTIAN NARKOBA:

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat / bahan berbahaya atau istilah lainnya yang
diperkenalkan oleh Dep. Kesehatan RI adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif. Berdasarkan pengertian ini maka narkoba dikelompokan menjadi:

1. NARKOTIKA - terdiri dari : Cocaine, Canabis dan Opioid (Candu, Morfin, Heroin, Demerol,
Codein dan Methadon).
2. PSIKOTROPIKA - terdiri dari: Ecstasy dan Shabu-Shabu.

3. BAHAN BERBAHAYA - terdiri dari: Minuman Keras, Nikotin, Volatile Solvent / Inhalensia
dan Zat Desainer.

Topik ini berisi informasi tentang narkotika dan efek penyalahgunaannya.

Sumber: Polda Metro Jaya


17 Aug 10 17:20
La Eluna

Farmer

PENGERTIAN NARKOTIKA :

Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan
dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia.

Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat , halusinasi atau
timbulnya khayalan - khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya.

Istilah 'narkotika' ada hubungannya dengan kata 'narkan' (bahasa Yunani) yang berarti menjadi
kaku. Dalam dunia kedokteran dikenal juga istilah narkose atau narkosis yang berarti dibiuskan.
Obat narkose yaitu obat yang dipakai untuk pembiusan dalam pembedahan. Jenis - jenis
narkotika adalah : Cocaine, Canabis dan Opioid (Candu, Morfin, Heroin, Demerol, Codein dan
Methadon)

JENIS-2 NARKOTIKA DAN EFEK YANG DITIMBULKAN.

I. COCAINE / KOKAIN
Kokain adalah salah satu jenis narkotika yang adiktif dan sangat berbahaya serta sering
disalahgunakan. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon
coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya
dikunyah - kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.

Saat ini kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata,
hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain
diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif
dan efek merugikannya telah dikenali.

Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack (kokain dalam bentuk yang paling
murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat).

EFEK KOKAIN
Kokain digunakan karena secara karakteristik menyebabkan elasi, euforia, peningkatan harga diri
dan perasan perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain dalam dosis rendah dapat disertai
dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas kognitif.

Gejala Intoksikasi Kokain :


Pada penggunaan Kokain dosis tinggi gejala intoksikasi dapat terjadi, seperti agitasi iritabilitas
gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif dan kemungkinan berbahaya
agresi peningkatan aktivitas psikomotor Takikardia Hipertensi Midriasis .

Gejala Putus Kokain:


Setelah menghentikan pemakaian Kokain atau setelah intoksikasi akut terjadi depresi
pascaintoksikasi (crash) yang ditandai dengan disforia, anhedonia, kecemasan, iritabilitas,
kelelahan, hipersomnolensi, kadang - kadang agitasi.

Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain menghilang dalam 18 jam.
Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung sampai satu minggu, dan mencapai
puncaknya pada dua sampai empat hari.

Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang yang
mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya dengan alkohol,
sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam ( Valium ).

Foto : Cocaine
----------
La Eluna
17 Aug 10 17:26
La Eluna
Farmer

A kilo brick of cocaine


17 Aug 10 17:33
La Eluna

Farmer

Pengguna cocaine
17 Aug 10 17:38
La Eluna

Farmer
II. CANABIS / KANABIS (GANJA)

Kanabis adalah salah satu jenis narkotika yang berasal dari tanaman Cannabis Sativa. Semua
bagian dari tanaman mengandung kanabioid psikoaktif. Tanaman kanabis biasanya dipotong,
dikeringkan, dipotong kecil - kecil dan digulung menjadi rokok disebut joints.

Bentuk yang paling poten berasal dari tanaman yang berbunga atau dari eksudat resin yang
dikeringkan dan berwarna coklat - hitam yang berasal dari daun yang disebut hashish atau hash.

Nama populer untuk Kanabis :


Nama yang umum untuk Kanabis adalah, marijuana, grass, pot, weed, tea, Mary Jane. Nama lain
untuk menggambarkan tipe Kanabis dalam berbagai kekuatan adalah hemp, chasra, bhang,
dagga, dinsemilla, ganja, cimenk.

EFEK CANABIS - GANJA

Efek euforia dari kanabis telah dikenali. Efek medis yang potensial adalah sebagai analgesik,
antikonvulsan dan hipnotik. Belakangan ini juga telah berhasil digunakan untuk mengobati mual
sekunder yang disebabkan terapi kanker dan untuk menstimulasi nafsu makan pada pasien
dengan sindroma imunodefisiensi sindrom (AIDS). Kanabis juga digunakan untuk pengobatan
glaukoma. Kanabis mempunyai efek aditif dengan efek alkohol, yang seringkali digunakan
dalam kombinasi dengan Kanabis.

Foto : Ganja Kering


17 Aug 10 18:09
La Eluna

Farmer
Ladang Ganja
17 Aug 10 18:13
La Eluna

Farmer
Perdagangan Ganja
17 Aug 10 18:51
La Eluna

Farmer

III. OPIOID (OPIAD)


Jenis narkotika lainnya selain kokain dan canabis adalah opioid. Opioid atau opiat berasal dari
kata opium, jus dari bunga opium, Papaver somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid
opium, termasuk morfin. Nama Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau
derivat dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan
dari opium.

Opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacethylmorphine),
kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).

Bahan-bahan opioida yang sering disalahgunakan adalah : Candu, Morfin, Heroin, Demerol,
Codein dan Methadon.

A. CANDU

Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak
masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai 'Lates'. Getah ini dibiarkan mengering
pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi
suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu
kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan.

Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan
kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola dunia,
cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.
17 Aug 10 18:55
La Eluna

Farmer

B. MORFIN

Morfin adalah hasil olahan dari opium / candu mentah. Morfin merupakan alkaloida utama dari
opium (C17H19NO3). Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam
bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.

C. HEROIN (PUTAW)

Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiat
yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir - akhir ini . Heroin, yang secara
farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood
yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi
diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek
analgesik dan euforik-nya yang baik.

Foto : Heroin
17 Aug 10 18:59
La Eluna

Farmer

Penyalahgunaan Heroin
17 Aug 10 19:06
La Eluna

Farmer
Penyalahgunaan Heroin
17 Aug 10 19:09
La Eluna

Farmer

D. CODEIN

Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin,
dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil
atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.

E. DEMEROL
Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan suntikan.
Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.

F. METHADON

Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid.
Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid.
Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol),
methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Kelas obat tersebut
adalah nalaxone (Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine.
Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa
tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine (Buprenex). Beberapa
penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk
ketergantungan opioid. Nama popoler jenis opioid : putauw, etep, PT, putih.
17 Aug 10 19:29
La Eluna

Farmer
EFEK - EFEK OPIOID

Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan penglihatan pada malam
hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan
hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam
hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis.

GEJALA INTOKSIKASI OPIOID

Konstraksi pupil (atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat) dan satu (atau lebih)
tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu mengantuk
atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau daya ingat.

Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya: euforia
awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimbangaan,
atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan yang berkembang selama, atau segera setelah
pemakaian opioid.

GEJALA PUTUS OPIOID:

Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis terakhir. Biasanya
setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu atau pemberian antagonis
narkotik.
Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan
menghilang selama 7 sampai 10 hari setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin menetap
selama enam bulan atau lebih lama.

Gejala putus obat dari ketergantungan opioid adalah : kram otot parah dan nyeri tulang, diare
berat, kram perut, rinorea lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi
takikardia disregulasi temperatur, termasuk pipotermia dan hipertermia.

Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat putus opioid, kecuali orang
tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung.

Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat
mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi,
suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putus
opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah.

benzodiazepam amfetamin
amfetamin

Anda mungkin juga menyukai