Anda di halaman 1dari 35

ASKEP PERIOPERATIF HERNIOTOMY

DI INSTALASI BEDAH SENTRAL

RUMAH SAKIT DAERAH

KEBUMEN

Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Peminatan Bedah

Diajukan Oleh :

Barkah Waladani

A10800421

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2011
Lembar Pengesahan Laporan

ASKEP PERIOPERATIF HERNIOTOMY

DI INSTALASI BEDAH SENTRAL

RUMAH SAKIT DAERAH

KEBUMEN

Telah disetujui pada Hari/Tanggal:

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(Dadi Santoso,S.Kep,NS) (Khabib Nawawi, S.Kep )


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis


medialis dengan perbandingan 2 : 1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering
7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia
kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh
kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.

Hernia, atau sering kita kenal dengan istilah Turun Bero, merupakan
penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Kita ambil contoh hernia abdomen (perut). Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik (lapisan otot) dinding perut. Hernia terdiri atas jaringan
lunak, kantong, dan isi hernia.

Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di


inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau
daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia
inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia
inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia
skrotalis.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mencoba merumuskan suatu masalah yaitu bagaimana melakukan asuhan
keperawatan perioperatif kepada Tn. S dengan kasus Hernia Inguinalis

C. RUANG LINGKUP

Dalam penulisan makalah ini hanya akan membahas asuhan keperawatan


perioperatif pada Tn. S dengan kasus Hernia Inguinalis
D. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Mampu melaksankan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan
Hernia Inguinalis

2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajiaan pada asuhan
keperawatan pasien dengan Hernia Inguinalis
b. Mampu menyiapkan instrumen pada tindakan Herniotomy
c. Mampu menyiapkan linen dan disposible material pada
tindakan Herniotomy
d. Mampu menjelaskan untuk menjadi instrumentator pada
tindakan Herniotomy
e. Mampu memberikan asuhan keperawatan pre, intra dan
post operasi dengan kasus hernia Inguinalis
E. MANFAAT PENULISAN

a. Bagi Individu
Dapat membandingkan teori yang didapat dibangku kuliah dengan
kenyataan yang ada di lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung
pelaksanaan praktek dirumah sakit
b. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan
keperawatan keperawatan perioperatif hernia herniotomyrotalis, membantu
untuk mendukung pelaksanaan meningkatkan pelayanan operasi yang
optimal.
c. Bagi Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada
umumnya dan ilmu keperawatan pada khususnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI

Hernia adalah ketidak normalan tubuh berupa tonjolan yang


disebabkan karena kelemahan pada dinding otot abdomen. Hernia inguinalis
adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang
pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah
saluran yang berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis
dari perut kedalam skrotum sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia Skrotalis
adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.

B. MACAM MACAM HERNIA

1. Ditinjau dari letaknya, hernia dibagi menjadi 2 golongan :

a. Hernia eksterna

Hernia yang tonjolannya tampak dari luar yaitu hernia inguinalis


lateralis (indirek), hernia inguinalis medialias (direk), hernia femoralis,
hernia umbilikalis, hernia supra umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan
lain lain.

b. Hernia interna

Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia


obturatorika, hernia diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan
hernia ligamen treitz.

2. Menurut/tofografinya : Hernia inguinalis, hernia umbilikalis,


hernia femoralis dan sebagainya.

3. Urut isinya : Hernia usus halus, hernia omentum, dan


sebagainya.

4. Causanya : Hernia congenital, hernia traumatika, hernia


visional dan sebagainya.

5. Keadaannya : Hernia responbilis, hernia irreponibilis (adalah


bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga), hernia inkarserata, hernia strangulata (bila ada
gangguan sirkulasi darah/vaskulirasi)

6. Nama penemunya : Hernia Petit (di daerah


lumbosakral) ;Hernia Spigelli (terjadi pada lenea semi
sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada
muskulus rektus abdominis bagian lateral;Hernia Richter : yaitu
hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.

Hernia inguinalis lateralis inakserata merupakan hernia yang sering atau


paling banyak didapat terutama pada laki laki, dengan bentuknya bulat
lonjong. Disebut inkaserata karena hernia yang isi kantongnya tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut disertai gangguan passage dan atau
vaskularisasi.

C. ANATOMI

Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari
peritoneum, isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi
organ intraperitoneal lain atau organ ekstraperitoneal seperti ovarium,
apendiks divertikel dan buli buli. Unsur terakhir adalah struktur yang
menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau
organ - organ lain misalnya paru dan sebagainya.

Kanalis inguinalis dibatasi dikranio lateral oleh annulus inguinalis


internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia tranversalis dan aponeurisis
m.transversu abdominis, dimedial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal
ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponurisis
m.oblikus eksternus, dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale.

Kanal berisi tali sperma padapria,dan ligamentum rotundum pada wanita. 3


Nervus ilioinguinalis dan iliofemoralis mempersarfi otot diregio inguinalis, sekitar
kanalis inguinalis, dan tali sperma, serta sensibilitas kulit diregio inguinalis,
skrotum dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimo medial.

Keterangan:
1. Kulit dan jaringan subkutis
2. Lapisan muskulo-aponeurisis
3. Peritoneum parietaldan jaringan preperitoneum
4. Rongga perut
5. Cincin atau pintu hernia (tempat keluarnya jaringan/ organ tubuh, berupa
LMR yang dilalui kantong hernia)
6. Kantong hernia
D. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya hernia ada dua yaitu :

a. Kongenital

Terjadi sejak lahir.

b. Didapat (acquired)

Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan
intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama

1) Mengangkat beban yang terlalu berat

2) Batuk

3) Kegemukan

4) Mengedan

5) Kehamilan

6) Asites (penumpukan cairan abnormal di dalam rongga


perut)

7) Aktifitas fisik yang berlebihan

E. MANIFESTASI KLINIS

Hernia inguinal sering terlihat sebagai tonjolan intermitten yang secara


berangsur,-angsur meningkat dalam ukuran dan menjadi ketidaknyamanan
yang progresif dan persisten yang progresif. Kadang hanya sedikit nyeri , sakit
atau rasa terbakar didaerah lipat paha yang mungkin didapatkan sebelum
perkembangan dari penonjolan yang nyata. Ketidaknyamanan ini memperjelas
onset dari symtomp hernia yang sering dideskripsikan sebagai rasa sakit dan
sensasi terbakar. Gejala itu mungkin tidak hanya didapatkan didaerah inguinal
tapi juga menyebar kedaerah pinggul, belakang, kaki, atau kedaerah genital.
Disebut "Reffered pain" gejala ketidaknyamanan ini dapat mempercepat
keadaan yang berat dan menyusahkan.

Gejala ketidaknyamanan pada hernia biasanya meningkat dengan


durasi atau intensitas dari kerja, tapi kemudian dapat mereda atau menghilang
dengan istirahat, meskipun tidak selalu.Rasa tidak enak yang ditimbulkan oleh
hernia selalu memburuk disenja hari dan membaik pada malam hari, saat
pasien berbaring bersandar dan hernia berkurang. Nyeri lipat paha tanpa
hernia yang dapat terlihat, biasanya tidak mengindikasikan atau menunjukkan
mula timbulnya hernia

F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN FISIK

Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi , sering


benjolan muncul dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari
telunjuk diletakkan disisi lateral kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang
funikulus spermatikus sampai ujung jari tengah mencapai annulus inguinalis
profundus. Suatu kantong yang diperjelas dengan batuk biasanya dapat diraba
pada titik ini. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis profundus
karena adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia. Hernia
juga diindikasikan, bila seseorang meraba jaringan yang bergerak turun
kedalam kanalis inguinalis sepanjang jari tangan pemeriksa selama batuk.

Walaupun tanda-tanda yang menunjukkan apakah hernia itu indirek


atau direk, namun umumnya hanya sedikit kegunaannya, karena keduanya
biasanya memerlukan penatalaksanaan bedah, dan diagnosis anatomi yang
tepat hanya dapat dibuat pada waktu operasi. Gambaran yang menyokong
adanya hernia indirek mencakup turunnya kedalam skrotum, yang sering
ditemukan dalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam hernia direk. Hernia
direk lebih cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada annulus
inguinalis superfisialis dan massa ini biasanya dapat direposisi kedalam
kavitas peritonealis, terutama jika pasien dalam posisi terbaring. Pada
umumnya pada jari tangan pemeriksa didalam kanalis inguinalis, maka hernia
inguinalis indirek maju menuruni kanalis pada samping jari tangan, sedangkan
penonjolan yang langsung keujung jari tangan adalah khas dari hernia direk.
H. PENATALAKSANAAN

1. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi


dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
herniayangtelahdireposisi.

2. Reposisi

Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali


pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap
sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi
pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan
sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis dibandingkan dengan orang dewasa.

Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian


sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak
disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak
berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

3. Bantalan penyangga

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia


yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini
masih saja dipakai sampai sekarang.Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan
karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot
dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis
karena tekanan pada taki sperma yang mengandung pembuluh darah testis.

4. Operatif

Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip


dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti

1) Herniotomy

Pada herniotomy dilakukan pembebasan kantong hernia sampai


kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong

2) Herniorrhaphy : membuang kantong hernia


disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat
dinding perut bagian bawah di belakang kanalis
inguinalis.

3) Hernioplasti

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus


inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkandenganherniotomi. Dikenal berbagai
metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus
dangan jahitan terputus, menutupdan memperkuat fasia transversa, dan
menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m.
oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon
ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau
menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus
internus abdominis keligamentum cooper pada metode McVay Bila
defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian
bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk
menutup defek.

I. PERAWATAN PERIOPERATIF DI KAMAR BEDAH

1. Perawatan Pre Operasi:

a. Persiapan Pre Operasi:

1. Pasien sebaiknya tiba di ruang operasi


dengan daerah yang akan di operasi sudah
dibersihkan (di cukur dan personal
hygiene)

2. Kateterisasi

3. Persiapan saluran pencernaan dengan


puasa mulai tengah malam sebelum
operasi esok paginya (pada spinal anestesi
dianjurkan untuk makan terlebih dahulu)

4. Informed Consent

5. Pendidikan Kesehatan (Penkes) mengenai


tindakan yang dilakukan di meja operasi,
seperti anestesi yang digunakan, tindakan
yang dilakukan dan lamanya operasi
(terlampir)

Perawatan Pre Operasi:


b. Menerima Pasien:

1. Memeriksa kembali persiapan pasien:

a) Identitas pasien

b) Surat persetujuan operasi

c) Pemeriksaan laboratorium darah, rontgen, EKG.


d) Mengganti baju pasien

e) Menilai KU dan TTV

2. Memberikan Pre Medikasi: Mengecek nama pasien


sebelum memberikan obat dan memberikan obat pre
medikasi.

3. Mendorong pasien kekamar tindakan sesuai jenis kasus


pembedahan

4. Memindahkan pasien ke meja operasi

2. Perawatan Intra Operasi

a. Melaksanakan orientasi:

1. Memberi dukungan mental

2. Menjelaskan tentang fasilitas di sekitar


meja operasi

3. Mengenalkan pasien kepada ahli


anestesi, dokter ahli, dokter asisten,
perawat instrument.

b. Memasang alat-alat pemantau hemodinamik(infus,


kateter, alat monitoring,EKG)

c. Membantu pelaksanaan pembiusan

d. Mengatur posisi pasien

e. Menyiapkan bahan atau alat untuk desinfeksi daerah


pembedahan

f. Memasang selang section

g. Memasang drapping

h. Membantu pelaksanaan tindakan

i. Memeriksa kelengkapan instrument


j. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan:
Menyiapkan label, menyiapkan tempat, menyiapkan
formulir pemeriksaan.

k. Menutup luka dengan kasa steril dengan memberi


NaCl 0,9% kemudian diplester

3. Perawatan Post Operasi:

a. Setelah luka operasi ditutup kemudian


memindahkan pasien ke ruang pemulihan.

b. Pengaturan posisi pasien di ruang


pemulihan.

c. Memeriksa pipa-pipa yang terpasang untuk


memastikan apakah masih berfungsi
dengan baik atau tidak.

d. Memeriksa TTV secara berkala sampai


pasien sadar sepenuhnya setiap 15 menit
atau paling tidak dalam 1 atau 2 jam.

e. Memeriksa dan mencatat masukan dan


keluaran cairan.

f. Menganjurkan pasien untuk nafas dalam


jika pasien tidak berkemih dalam 12 jam
setelah operasi.

g. Memeriksa balutan opeasi.

h. Mencatat setiap keadaan pasien dan seluruh


obat yang diberikan pada status pasien.

Persiapan alat dan bahan


Set APP C Jumlah
Klem ovarium jermani 1
Stick mess besar BB 084R
Stick mess kecil 073R 1
Gunting bengkok INOK 1
Gunting bengkok CW 1
Gunting bengkok BMC 1
Gunting lurus SMIC 1
Gunting lurus pajang 1
Pincet anatomis 1
Pincet anatomis H 72 1
Pincet cirugis BD 660R 1
Pincet cirugis germany dimeda 1
Duk klem 1
Nald pouder besar germany 5
Nald pouder kecil germany 1
Klem lurus germane 15 1
Klem bengkok kecil germani BMC 4
Klem bengkok CW 2
Klem bengkok SMIC besar 2
Klem bengkok panjang BMC 1
Kocher lurus BH 212 2
Kom 1
Bengkok 1
1
TOTAL 43

Bahan Habis Pakai Ju


ml
ah
Hibi-scrub 50 cc
Saflon 100 cc
Betadine 100 cc
Alkohol 50 cc
Kassa Steril 5 bks
Hand Scoon 4 bh
Benang :
Chromic 1 40 cm
Chromic 2/0 30 cm
Side 1 20 cm
Side 2/0 50 cm
Hipafix 10
x1
5
cm

Instrumen Tambahan Ju
ml
ah
Jas Operasi 4
Duk Besar 1
Duk kecil 3
Duk Lubang 1

TOTAL 8

Pelaksanaan Asisten/Instrumen

No Tindakan Peralatan yang Disiapkan


1. Desinfeksi Kom 2, betadin, alcohol, klem
arteri, kasa
2. Drapping Duk besar 2, duk sedang 3, duk
klem 4
3. Pemasangan slang suction Slang suction, duk klem
4. Insisi area operasi, insisi dari kulit Bisturi no.22, skapel, klem
sampai ke pasia arteri, kasa steril, pinset sirugis
besar.
5. Menghentikan perdarahan Cutter, klem arteri
6. Operator melakukan insisi fasia haak, klem arteri, kocher
untuk memisahkan jaringan
7. Mencari kantong hernia dan Pinset sirugis, pinset anatomis,
dilakukan pengangkatan kantong klem arteri
hernia
8. Di lakukan pangikatan kantong Chromic 1
hernia
9. Dilakukan jahitan basini Side 2, jarum, nalfooder,
gunting
10. Heating fasia Surgicryl 0
11. Heating lemak Cromik 1
12. Heating kulit Side 2/0
13. Disinfeksi area jahitan Kassa betadine
14. Penutupan area jahitan Kassa betadine, kassa steril,
plester
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Biodata Pasien

a. Nama : Tn. S

b. Umur : 69 tahun

c. No Register : 214728

d. Dx Medis : HILS

e. Tindakan Operasi : Herniotomy


f. Kamar Op/Tanggal : OK II / 17 Desember 2011

g. Status Kesehatan :

1) Kesadaran : Compos Metis

2) Vital Sign :

TD : 130/80 mmHg

RR : 24x/menit

N : 88x/menit

S : 37 oC

3) Riwayat Kesehatan sekarang

Pasien di ruang operasi (persiapan herniotomy), pasien sudah


dipersiapkan untuk operasi Herniotomy, pasien mengatakan
khawatir dan takut akan melakukan operasi herniotomy untuk
pertama kalinya dan tampak gelisah dan berdoa.

4) Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan belum pernah dilakukan operasi, dan tidak


punya penyakit asma atau pun alergi lainnya

5) Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan dari keluarga juga tidak ada yang mempunyai


penyakit keturunan.

6) Cairan parenteral : Infus RL 500cc 32tpm

7) Jenis Anestesi : Spinal Anestesi

8) Pencukuran daerah operasi : Sudah

9) Latihan : Pasien sudah diajari teknik nafas


dalam untuk menurunkan rasa nyeri

10) Pengosongan kandung kemih : Pemasangan DC, produksi urin


lancar.

11) Baju operasi : Sudah

2. Data Fokus
a. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Frekuensi 24x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping
hidung, tidak terlihat Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi

b. Cardiovaherniotomyular (B 2 : Bleeding)
Nadi 88x/menit kuat dan teratur, tekanan darah /80 mmHg, Suhu
130

37 C, perfusi hangat. Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra sistole/murmur


0

tidak ada

Hasil ECG : Tidak didapatkan kelainan (normal).

c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)

Verbal : Orientasi baik (5)

Motorik : Menurut perintah (6)

Compos Mentis : Pasien sadar baik

d. Perkemihan-Eliminasi Urine (B.4 : Bladder)


Tidak terpasang DC

Genital Hygiene cukup bersih.

e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)


Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun
diare, klien buang air besar 1x/hari

f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus
3. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : darah lengkap (14-12-2011 jam 12.14)

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal


WBC 6.1 103/uL 3.6- 11.0
Lymph # 2.3 103/uL 0.6- 4.1
Mid # 0.3 103/uL 0.1- 1.8
Grand # 3.5 103/uL 2.0- 7.8
Lymph % 38.1 % 25.0- 40.0
Mid % 4.9 % 0.1-18.0
Grand % 57.0 % 50.0- 70.0
HGB 13.4 g/dL 11.7- 17. 3
RBC 4.16 106/uL 3.8- 5.9
HCT 40.1 1% 35- 52
MCV 96.4 fL 80- 100
MCH 32.2 pg 26- 34
MCHC 33.4 g/dL 32- 36
RDW-LV 13.3 % 11.5-14.5
RDW-SD 48.0 fL 35-56
PLT 179 103/uL 150-450
MPV 7.7 fL
PDW 15.7 %
PCT 0.137
BT 230
CT 2
4. Informed consent : Sudah

5. Surat Ijin Operasi (SIO) : Sudah


PRE OPERASI

1. Analisa Data dan Dx Keperawatan


Hari/ Tgl/ Data Fokus Etiologi Problem
jam
17-12-11 DS: krisis situasi C
(prosedur e
10.00 Ps mengatakan khawatir dan takut akan pembedahan) m
WIB melakukan operasi Herniotomy untuk a
pertama kali s

DO :

Pasien tampak gelisah, tampak berdoa

- di bangsal
TD :110/70 mmHg, RR: 20x/mnt, N :
78x/mnt, S : 36,5o C

- di ruang pre op
TD :130/80 mmHg, RR:24x/mnt, N :
88x/mnt, S : 37o C

2. Rencana Pre Operasi

No Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Cemas Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dan dokumentasi
berhubungan keperawatan selama 1x10 tingkat kecemasan
dengan krisis menit diharapkan pasien
pasien
situasi tidak mengalami kecemasan
(prosedur dengan kriteria hasil:
b. Jelaskan informasi
pembedahan)
a. Pasien tidak gelisah tentang prosedur,
sensasi yang biasanya
b. Pesien tenang
dirasakan ketika
c. TTV dalam batas operasi.
normal
c. Berikan informasi
yang faktual terkait

3. diagnosis dan tindakan


operasi yang dilakukan
4.
d. Intruksikan pasien
5. untuk menggunakan
teknik distraksi
relaksasi

Kurangi rangsangan
yang berlebihan
dengan menyediakan
lingkungan yang
tenang,
1. Pelaksanaan dan Evaluasi Pre Operasi

No.dx Taggal/jam Implementsi Evaluasi


1 17-12-2011 Mengkaji dan Pasien mengungkapkan
pukul mendokumentasi tingkat tentang kecemasan
10.10WIB kecemasan pasien, serta cemas ringan,
monitor TTV
TD :120/80 mmHg

RR:22x/mnt, N :82x/mnt

S : 36,5o C
Menjelaskan informasi tentang Pasien mengerti
prosedur, sensasi yang
biasanya dirasakan ketika
operasi (terlampir)
Memberikan informasi yang Pasien mengerti
faktual terkait diagnosis dan
tindakan operasi yang
dilakukan (terlampir)
17-12-2011 Mengintruksikan pasien untuk Pasien kooperatif
pukul 10.10 menggunakan distraksi
WIB relaksasi
Menenangkan pasien dengan Pasien tenang dan tidak
gelisah
sentuhan dan doa

INTRA OPERASI

1. Data Fokus
Anamnesa : ps mengatakan lemas

A (Airway) : Tidak ada sumbatan jalan nafas

B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR 18 x/m

C (Circulation) : Tidak ada sianosis, CRT 3 detik, TD 102/70


mmHg, N: 78x/m

2. Analisa Data dan Dx Keperawatan

Tgl/ Jam Data Fokus Etiologi Problem


17-12-2011 Ds : - Resiko Proses

10.15 WIB Do : Insisi 10 cm perdarahan pembedahan


Perdarahan 250 cc
TD :
Nadi : 78x/menit
RR : 18x/menit

3. Rencana Intra Operasi

Dx Kep Tujuan Intervensi


Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor perdarahan
perdarahan tindakan keperawatan pada daerah
b.d proses selama operasi pembedahan setelah
pembedahan diharapkan dilakukan insisi.
perdarahan tidak
2. Ingatkan operator
terjadi
dan asisten bila
terjadi perdarahan
hebat

3. Monitor vital sign

Monitor cairan

4. Pelaksanaan dan Evaluasi

Dx Kep Tgl/ Jam Implementasi Evaluasi


Resiko 17-12-11 Monitor perdarahan pada Perdarahan 250
perdarahan 10.40 daerah pembedahan selama cc
b.d proses WIB operasi
pembedahan Manajemen terjadinya Operator dan
perdarahan assisten melakukan
suction pada area
perdarahan dan
melakukan
koagulan dengan
cutter.
Monitor vital sign Nadi : 88x/menit
RR : 18x/menit

POST OPERASI

1. Pengkajian
Pengkajian primer
A (Airway) : Tidak ada sumbatan jalan nafas

B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR : 22x/menit, SaO2 100%

C (Circulation) : Tidak ada sianosis, CRT 2 detik, TD 110/78


mmHg, N: 80x/m, masih ada efek anestesi
Pengkajian sekunder
Kesadaran pasien : Compos Metis

TD : 110/78 mmHg.

Nadi : 80x/menit

Pemeriksaan fisik :

Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan,


distribusi rambut baik dan bersih
Mata : Sklera unikterik, konjungtifa tidak anemis,
mata simetris
Hidung : Bersih, tidak ada nafas cuping hidung, tidak
terpasang alat bantu nafas
Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi bersih, tidak ada
pembesaran tonsil, bibir pucat
Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik.
Dada : Bentuk dada normal, tidak ada masa, ekspansi
dada normal, tidak ada otot bantu nafas
Abdomen : Terdapat luka insisi operasi arah vertical
peristaltic usus 10x/m, turgor kulit normal,
Genetalia : Tidak ada penyakit kelamin, tidak ada rambut,
terpasang DC
Ekstremitas : tangan kanan terpsang infuse RL, ekstremitas
lengkap, pasien belum bisa mengangkat kedua
tungkai kaki
Jenis anestesi : Spinal anestesi

Pemeriksaan Aldrete Herniotomyore

No. Kriteria Nilai


1 WARNA KULIT
Kemerahan/normal 2
Pucat 1
Sianosis 0
2 AKTIFITAS MOTORIK
Gerak 4 anggota tubuh 2

Gerak 2 anggota tubuh 1


Tidak ada gerakan 0
3 PERNAFASAN
Nafas dalam, batuk dan tangisan kuat 2
Nafas dangkal dan adekuat 1
Apnea atau nafas inadekuat 0
4 TEKANAN DARAH
< 20 mmHg dari pre operasi 2
20 50 mmHg dari pre operasi 1
> 50 mmHg dari per operasi 0
5 KESADARAN
Sadar penuh 2
Respon terhadap rangsangan +, reflek protektif + 1
Tidak ada respon, reflek protektif - 0
JUMLAH 10

(Nilai Normal Aldrete Herniotomyore 9 )

Nilai masuk 10, nilai keluar 9

Pemeriksaan Bromage Herniotomyore

No. Kriteria Nilai


1. Dapat mengangkat tungkai bawah 0
2. Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi masih 1
dapat menekuk lutut
3. Tidak dapat menekuk lutut tapi dapat mengangkat kaki 2
4. Tidak dapat mengangkat kaki 3
(Nilai Normal Bromage Herniotomyore < 2)
Nilai masuk 0, nilai keluar 1

2. Analisa Data dan Dx Kperawatan


No. Tanggal/jam Data fokus Masalah Etiologi
17 Desember DS: Risiko Efek anestesi
2011 pukul aspirasi
10.45 WIB Pasien mengatakan
mual dan lemas

DO:
Pasien tampak pucat,
adanya luka insisi
vertikal 13 cm, masih
ada efek enestesi,
pasien belum mampu
duduk RR 22x/m,
TD110/78 mmHg, N:
84x/m

3. Rencana Post operasi


No. Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Risiko Setelah dilakukan a. Pantau gejala
aspirasi tindakan keperawatan subjektif mual
berhubungan selama 1x30 menit
pada pasien
dengan efek diharapkan risiko aspirasi
anestesi tidak terjadi dengan
b. Ajarkan kepada
kriteria hasil
pasien menelan
1. Pasien tidak
secara sadar atau
muntah
nafas dalam untuk
2. TTV dalam
menekan reflek
batas normal
muntah.

c. Naikan bagian
kepala tempat
tidur atau letakan
pada posisi lateral
untuk mencegah
aspirasi

Monitor TTV
4. Pelaksanaan dan Evaluasi post operasi
No Tanggal/ jam Implementasi Evaluasi
1 17-12-2011 - Memantau gejala - Pasien mengatakan
pukul 10.50 subyektif mual mual berkurang
pada pasien
- Mengajarkan - Pasien kooperatif
kepada pasien
menelan secara
sadar atau nafas
dalam untuk
menekan reflex
muntah - Pasien kooperatif
- Menaikan bagian
kepala tempat
tidur atau letakan
pada posisi lateral - RR 20X/menit, TD
110/ mmHg, N:
75
untuk mencegah 80x/m
aspirasi
- Memonitor TTV
5. Evaluasi
No Tanggal/ jam Evaluasi TTD
1. 17-12-2011 S : ps mengatakan mual berkurang

Pukul 11.00 O: ps tidak mual dan muntah

RR 20X/menit, TD 110/75 mmHg, N: 80x/m

A: masalah teratasi

P: pertahankan kondisi
BAB IV

PEMBAHASAN

Selama memberikan asuhan keperawatan penulis menemukan beberapa


kesenjangan antara konsep teoritis dan kasus yang ditemukan. Dalam bab ini
penulis akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang sudah
diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang


berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui
kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan
dilakukan. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode
wawancara atau tanya jawab dengan keluarga pasien dan klien serta observasi
dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi
pada status pasien.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus herniotomy


penulis mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :

1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi (prosedur pembedahan)

2. Resiko perdarahan b.d proses pembedahan


3. Resiko aspirasi berhubungan dengan efek anestesi

C. Intervensi Keperawatan

Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan


sesuai dengan kriterianya, maka penulis membuat rencana berdasarkan acuan
pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di
buat selama proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi
sampai pasien keluar dari ruang RR. Dari diagnosa ini intervensi dapat
diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik antara perawat,
keluarga, dan klien. Dalam menyusun tindakan yang akan dilakukan ini
disesuaikan dengan diagnosa yang ditemukan sehingga mendapatkan tujuan
yang diinginkan.

Pada intra operasi balance cairan sangat di monitor demi mempertahankan


status cairan, karena pada saat operasi berisiko terjadinya perdarahan yang
mencapai 250 cc.

Setelah selesai operasi yang berjalan 45 menit dipindahlah pasien ke


ruang RR (recovery room), disini pasien dinilai apakah sudah boleh
dipindahkan dan dirawat di bangsal dengan cek respon pasien melalui Aldrete
Score dan Bromage Score. Dimana nilai normal untuk aldrete score adalah
9 dan bromage score > 2. Sedangkan nilai aldrete score pasien adalah 9 dan
bromage score adalah 1, maka pasien boleh dipindahkan dan dirawat
dibangsal.

D. Implementasi dan Evaluasi

Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan


dan sekaligus dilakukan evaluasi tindakan
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pada pre ditemukan masalah keperawatan cemas


berhubungan dengan krisis situasi (prosedur pembedahan)

2. Pada intra ditemukan masalah keperawatan resiko


perdarahan b.d proses pembedahan

3. Pada post operasi ditemukan diagnose Risiko aspirasi


berhubungan dengan efek anestesi

B. SARAN

1. Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya


semua persiapan pre operasi benar-benar dipersiapkan secara
maksimal, guna mencegah terjadinya komplikasi pembedahan.

2. Pasien/keluarga pasien yang sudah dioperasi sebaiknya di beri


pendidikan kesehatan terkait perawatan post operasi.
3. Kerja sama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapainya model
praktek keperawatan professional di ruang IBS.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart.
Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC
Wilkinson, Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria NOC. Jakarta : EGC

http://www.wartamedika.com/2008/02/hernia-inguinalis.html
Kamis 10 Februari 2011 pukul 22.10 WIB
http://www.klikdokter.com/illness/detail/74
Kamis 10 Februari 2011 pukul 22.40 WIB
http://www.klikdokter.com/illness/detail/74
Kamis 10 Februari 2011 pukul 23.10 WIB

Anda mungkin juga menyukai