Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus dan Telaah Kritisi Jurnal Terapi

PSORIASIS VULGARIS
Oleh:
Sinta Afrida
Mutiana Safitri

Pembimbing:
Cut Yunita

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
TAHUN 2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Shalawat beserta salam kita ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, serta kepada
sahabat dan keluarga beliau.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Cut Yunita, M.Ked(DV),
Sp.DV yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
dalam penyusunan laporan kasus yang berjudul Psoriasis Vulgarisserta para
dokter di bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang telah memberikan
arahan serta bimbingan hingga terselesaikannya laporan kasus ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah laporan kasus.
Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa
penyebabnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap
laporan kasus ini demi perbaikan di masa yang akan datang.

Banda Aceh, Agustus 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

LAPORAN KASUS ........................................................................................... 8


Identitas Pasien ............................................................................................ 8
Alloanamnesis ............................................................................................. 8
Pemeriksaan Fisik Kulit............................................................................... 10
Diagnosis Banding ....................................................................................... 11
Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 11
Resume ........................................................................................................ 12
Diagnosa Klins ............................................................................................ 12
Tatalaksana .................................................................................................. 12
Edukasi ....................................................................................................... 12
Prognosis ..................................................................................................... 12

ANALISA KASUS ............................................................................................ 14


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Foto klinis regio Antebrachii................................................................10


Gambar 2. Foto klinis region Thoracal posterior ...................................................10
Gambar 3. Foto pemeriksaan Kaarsvlek phenomen dan Austpiz sign..................11
Gambar 4. Patofisiologi psoriasis vulgaris.............................................................15
Gambar 5. Histopatologi psoriasis .........................................................................16

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Diagnosis banding ....................................................................................17

v
PENDAHULUAN

Psoriasis merupakan kondisi kulit autoimun dimana gangguan kulit yang


bersifat kronis dengan predisposisi genetik dikombinasikan dengan berbagai
faktor lingkungan pemicu lainnya seperti trauma, infeksi, atau pengobatan.
Kondisi ini ditandai dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi
sel epidermis dan diikuti manifestasi kelainan vaskular, gangguan biokimiawi,
dan imunologik.1,2
Prevalensi psoriasis pada populasi bervariasi mulai dari 0,1% sampai
11,8%, berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan. Insidensi laporan tertinggi
di Eropa terjadi di Denmark (2,9%) dan Kepulauan Faeroe (2,8%). Penelitian
terbaru pada 1,3 juta penduduk Jerman ditemukan prevalensi 2,5%. Prevalensi
yang hampir sama juga didapatkan di Amerika Serikat dengan rentang 2,2 sampai
2,6%. Sedangkan insidensi psoriasis di Asia sekitar 0,4%.Secara teori tidak ada
pengaruh ras dalam perbedaan angka prevalensi. Psoriasis menunjukkan
prevalensi yang sama antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, onset
terjadinya dapat menyerang semua umur, namun lebih sering muncul pada
rentang usia 15 sampai 30 tahun. Kebanyakan ahli setuju bahwa ada bukti yang
kuat untuk menunjukkan adanya hubungan genetik keluarga pada psoriasis.2
Gambaran psoriasis berupa plak eritematos, kering, dan terdapat skuama.
Ukuran lesi dapat bervariasi. Lesi biasanya ditutupi oleh skuama berwarna putih
keperakan. Area predileksi lesi bisa dijumpai pada kepala, kuku, permukaan
ekstensor dari ektremitas, regio umbilikus, dan sakrum. Erupsi biasanya simetris.
Gejala subjektif, seperti gatal dan rasa terbakar, dapat muncul dan dapat
menyebabkan ketidaknyamanan yang berat. Penyakit ini sangat bervariasi dalam
durasi, periodiksitas serangan, dan luasnya lesi.3
Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya psoriasis seperti obat-obatan
contohnya -bloker, litium, dan antimalaria memiliki hubungan dengan terjadinya
psoriasis. Stress emosional, infeksi Streptocoocus dan infeksi bakteri lainnya, dan
infeksi virus, seperti HIV, dapat memicu psoriasis seperti menginduksi terjadinya
serangan pada penyakit ini. Psoriasis juga dapat dipicu oleh adanya pembedahan
ataupun trauma, dengan menghasilkan lesi awal plak yang terjadi langsung pada
lokasi luka atau insisi (Koebner fenomena).1

6
Psoriasis memiliki beberapa macam tipe klinis pada manifestasi kulit
yakni psoriasis vulgaris, psoriasis gutata (eruptif), psoriasis plak kecil, psoriasis
inverse (fleksura), psoriasis ertirodermik, psoriasis pustular, sebopsoriasis,
psoriasis napkin, dan psoriasis linear. Psoriasi vulgaris merupakan bentuk
psoriasis yang paling sering dijumpai, hampir pada 90% pasien. Diagnosa
psoriasis dapat ditegakkan melalui klinis dan pemeriksaan fisik kulit berupa lesi
yang khas dan sesuai dengan daerah predileksi, serta dengan uji kulit seperti
Auspitzs sign. Apabila diagnosis psoriasis belum pasti dapat dilakukan
pemeriksaan biopsi kulit. Gambaran patologi dikarakteristikkan oleh elongasi
yang beraturan dari dermis, dengan dilatasi pembuluh darah, penebalan dari
bagian suprapapillari, dan parakeratosis intermiten. Epidermis dan infiltrasi
dermis perivaskular dari limfosit, kadang dapat dijumpai.2
Setiap pasien dengan psoriasis menunjukkan masalah individual. Kondisi
yang kronis pada pasoriasis vulgaris menimbulkan dampak stress tersendiri bagi
pasien, akan tetapi kita harus memahami bahwa ada kemungkinan untuk sembuh,
sehingga diperlukan dukungan terhadap pasien sebagai salah satu bagian dari
tatalaksana. Dalam penilaian dampak kualitas hidup pasien terhadap psoriasis
dibuatlah Psoriasis Disability Index(PDI). Hal ini berupa kuesioner dan
mencangkup semua aspek dari pasien, ini dapat membantu menilai efektifitas
terapi yang didaptkan oleh pasien. Sedangkan untuk terapi medikamentosa dapat
diberikan obat topikal, obat sistemik, atau beberapa macam dari sinar ultraviolet
(fototerapi). Pemilihan terapi harus sesuai dengan jenis psoriasis. Usia dan status
kesehatan pasien, faktor sosial, dan faktor pekerjaan juga dapat dipertimbangkan
dalam pemilihan terapi. Pengobatan pada pasien psoriasis bergantung pada derajat
psoriasis itu sendiri yang dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya
yang paling sering digunakan adalah PASI (Psoriasis Area and Severity Index),
berdasarkan kemerahan, ketebalan, dan skuama dari lesi.7 Tujuan pengobatan
adalah untuk menurunkan derajat keparahan penyakit sehingga pasien dapat
beraktivitas dalam pekerjaan, kehidupan sosial, dan sejahtera dalam kondisi
kualitas hidup yang baik.4,5

7
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.F
Umur : 57 tahun
JenisKelamin : perempuan
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Banda Aceh
TanggalPemeriksaan : 22 Agustus 2017
Nomor RM : 1138471

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Bercak kemerahan pada tangan dan punggung

Keluhan Tambahan
Gatal

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan ke Poliklinik Ilmu Kesehtan Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainol Abidin Banda Aceh dengan keluhan
timbul bercak kemerahan di kedua tangan dan punggung, keluhan ini dialami
pasien sejak 5 tahun yang lalu, kemerahan hilang timbul dan memberat sejak 2
tahun terakhir ini. Awalnya bercak kemerahan timbul karena garukan yang
dilakukan oleh pasien setiap hari. Pasien juga mengeluhkan gatal yang dirasakan
hilang timbul, gatal memberat pada saat pasien berkeringat. Gatal hilang dengan
minum obat yang diresepkan oleh dokter. Sekarang pasien juga sudah merasa
putus asa dalam menjalani pengobatan yang tidak kunjung sembuh dan
menganggu aktivitasnya sehari-hari. Riwayat diabetes mellitus dan hipertensi
disangkal.

8
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah pernah mengalami hal yang sama sejak tahun 2007 awalnya
kemerahan berada di kepala, perut dan punggung, sudah sembuh sempurna hanya
saja dibagian pungung berkurang dan menghilang sedikit.

Riwayat Penggunaan Obat


Pasien sudah berobat ke RSUDZA Poli kulit dan kelamin, pasien diberikan
obat Loratadin tablet 2x10 mg (pagi, malam), tablet berwarna putih yang diminum
2 kali sehari, dan obat oles Asam salisilat 3 % + Dexosimethason 0.25% ointment
(pagi) , Asam salisilat 3 % + LCD 5% + Vaseline Album 60 Gram (sore), Asam
salisilat 3 % + Clobetasol propionate 0.1% Cream (malam).

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada di keluarga pasien yang mengeluhkan penyakit dan keluhan
yang sama.

Riwayat Kebiasaan Sosial yang Relevan


Pasien seorang PNS Daerah. Pasien mandi 2 kali sehari. Pasien sangat
mudah berkeringat, pasien merasa putus asa karena setelah 5 tahun berobat
penyakit dan tidak kunjung sembuh dan mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

9
Pemeriksaan Fisik Kulit

Gambar 1. Regio Antebrachii

Regio : Antebrachii dextra dan sinistra

Deskripsi Lesi : Tampak plak eritematos, permukaan terdapat skuama tipis,


berbatas tegas, tepi irregular, ukuran plakat, jumlah multiple, distribusi bilateral

Gambar 2. Regio Thoracalis Posterior

Regio : Thoracalis posterior

Deskripsi Lesi : Tampak plak eritematos dengan skuama dipermukaannya,


berbatas tegas, tepi irregular, ukuran numular-plakat, jumlah multiple, distribusi
regional.

10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kaarsvleks phenomen
Hasil pemeriksaan didapatkan hasil positif, yaitu tampak skuama yang berubah
warnanya menjadi putih menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores
yang disebabkan oleh berubahnya indeks bias.
2. Autpitz Sign
Hasil pemeriksaan tampak adanya bintik-bintik perdarahan setalah skuama
digores dan dilepas.
3. Koebner phenomen
Tes ini tidak dilakukan hanya dilakukan inspeksi untk mencari lesi bentuk
khas(linier) akibat trauma seperti garukan , sunburn atau pembedahan.

Gambar 3. Kaarsvlek phenomen dan Austpiz sign

DIAGNOSIS BANDING
1. Psoriasis vulgaris
2. Tinea korporis
3. Pytiriasis rosea
4. Dermatitis Numular

11
RESUME
Pasien mengeluhkan adanya bercak kemerahan dan gatal di tangan dan pungung.
Pasien juga mengeluhkan gatal yang memberat saat berkeringat. Bercak
kemerahan awalnya timbul di daerah kepala, perut dan punggung sejak 2007 dan
sudah sembuh sempurna hanya saja dibagian pungung berkurang dan menghilang
sedikit. Dari pemeriksan fisik didapatkan pada regio antebrachii dextra dan
sinistra adanya plak eritematos, permukaan terdapat skuama tipis ,berbatas tegas,
tepi irregular, ukuran plakat, jumlah multiple, distribusi bilateral. Pada
pemeriksaam fisik regio thoracalis posterior, adanya plak eritematos permukaan
skuama tipis, tepi ireguler, batas tegas, jumlah lesi multiple, desiminata, distribusi
regional. Pada pemeriksaan penunjang, kaarsvlek phenomen dan Autpitz sign
didapatkan hasil positif.
DIAGNOSIS KLINIS
Psoriasis Vulgaris

TATALAKSANA
1. Loratadin tab 10 mg 2x1 (pagi, malam)
2. Asam salisilat 3 % + Dexosimethason 0,25% (pagi)
3. Asam salisilat 3 % + LCD 5% + Vaseline Album 60 Gram (sore)
4. Asam salisilat 3 % + Clobetasol propionate 0,5 % Cream (malam)

EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa penyakit ini bersifat kronis dan besar
kemungkinan untuk kambuh kembali
2. Hindari menggaruk daerah gatal dan kemerahan karena akan menyebabkan
ruam kemerahan semakin bertambah banyak
3. Teratur memakai obat

4. Hindari Stress yang berlebihan

PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam

12
ANALISA KASUS
Pasien datang dengan ke Poliklinik Ilmu Kesehtan Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainol Abidin Banda Aceh dengan keluhan
timbul bercak kemerahan di kedua tangan dan punggung, keluhan ini dialami
pasien sejak 5 tahun yang lalu, kemerahan hilang timbul dan memberat sejak 2
tahun terakhir ini. Awalnya bercak kemerahan timbul karena garukan yang
dilakukan oleh pasien setiap hari. Pasien juga mengeluhkan gatal yang dirasakan
hilang timbul, gatal memberat pada saat pasien berkeringat. Gatal hilang dengan
minum obat yang diresepkan oleh dokter. Sekarang pasien juga sudah merasa
putus asa dalam menjalani pengobatan yang tidak kunjung sembuh dan
menganggu aktivitasnya sehari-hari.
Dari pemeriksan fisik kulit didapatkan pada regio antebracii adanya
plakeritematos, tepi reguler, batas tegas, jumlah lesi multiple, desiminata,
distribusi bilateral. Pada pemeriksaan fisik thorakal posterior, adanya eritematos
permukaan skuama tipis, tepi ireguler, batas tegas, jumlah lesi multiple,
desiminata, distribusi regional.
Psoriasis merupakan kondisi kulit autoimun dimana gangguan kulit yang
bersifat kronis dengan predisposisi genetik dikombinasikan dengan berbagai
faktor lingkungan pemicu lainnya seperti trauma, infeksi, atau pengobatan.
Kondisi ini ditandai dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi
sel epidermis dan diikuti manifestasi kelainan vaskular, gangguan biokimiawi,
dan imunologik.1,2
Secara teori, angka insidensi psoriasis sama antara jenis kelamin laki-laki
dan perempuan. Sedangkan berdasarkan usia, psoriasi dapat menyerang semua
usia, namun berdasarkan temuan jarang dijumpai di bawah usia 10 tahun dan
lebih sering pada usia antara 15 sampai 40 tahun.2,6
Pada kasus ini dijumpai lesi pada area tangan dan punggung. Lesi awalnya
muncul pada kepala, punggung dan perut. Dari pemeriksaan fisik kulit didapatkan
pada regio antebrachii, thorakal posterior, adanya plak eritematos, tepi ireguler,
batas tegas, jumlah lesi multiple, desiminata, distribusi bilateral. Berdasarkan teori
area yang paling sering terkena seperti kepala, permukaan ekstensor dari siku,
tungkai bawah bagian anterior, umbilikus, dan sakrum. Lesi yang dapat dijumpai

13
pada psoriasi vulgaris berupa plak yang biasanya simetris, warna plak yang
dijumpai dapat bervariasi mulai dari hitam, merah kehitaman, hingga merah pucat
(pink). Permukaan plak biasanya berskuama, bisa didapatkan skuama halus
hingga skuama tebal. Ukuran plak dapat bervariasi mulai dari ukuran kecil/gutata
hingga ukuran plak yang luas.5
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa lesi sudah mulai muncul sejak 5
tahun yang lalu, dan lesi yang muncul saat ini awalnya karena pasien sering
menggaruk sehingga muncul bercak kemerahan. Psoriasis merupakan gangguan
kulit inflamasi kronis, dan rentan untuk munculnya kembali lesi pasca
pengobatan. Banyak faktor yang memperberat terjadinya psoriasis, diantaranya
trauma, infeksi, hormonal, paparan sinar matahari, obat-obatan, rokok dan
alkohol, serta emosi. Jika psoriasis aktif maka lesi dapat muncul pada kulit yang
rusak akibat garukan ataupun luka pembedahan, seperti halnya pada pasien ini
akibat garukan.6
Secara klinis psoriasis dapat di kelopompokkan menjadi ringan, jika BSA
<3%, sedang jika BSA 3-10%, dan berat jika BSA >10%. Selain itu tingkat
keparahan dari psoriasis juga dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah
satunya yang paling sering digunakan adalah PASI (Psoriasis Area and Severity
Index), berdasarkan kemerahan, ketebalan, dan skuama dari lesi.7 Pada pasien ini
termasuk kedalam derajat ringan dengan nilai Psoriasis Area Severity Index
(PASI) 3,0.
Patofisiologi terjadinya psoriasis, penyebab primer psoriasis adalah
regulasi dari sel mediasi, respon imun adaptif. Disregulasi ini seperti mencetuskan
hiperaktivitas dari sistem immunologis bawaan terhadap adanya lingkungan
antigen. Individu dengan predisposisi secara genetik, respon jalur Th1 mengalami
stimulasi berlebih. Sehingga menyebabkan produksi berlebih dari Th1 yang
berkaitan dengan sitokin sesuai dengan IL-12,IL-17, dan IL-23 menyebabkan
hiperproliferasi dari keratinosit epidermis. Kejadian ini menyebabkan
terbentuknya plak psoriasis. Epidermis psoriasis membuat dirinya terlalu cepat
berproliferasi. Proliferasi dari kertinosit tidak dapat terkontrol, dan sejumlah sel
germinativum siklus sel. Pertumbuhan pada sel basal epidermis meningkat tujuh
kali lipat dibandingkan dengan kulit normal. Mekanisme yang tepat untuk

14
menjelaskan kejadian ini masih belum diketahui, namun diduga karena kulit
bereaksi seolah-olah berusaha untuk memperbaiki luka.6,8,9

Gambar 4. Patofisiologi Psoriasis

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan psoriasis diantaranya uji kulit,


pemeriksaan uji kulit yang dilakukan berupa pemeriksaan fenomena tetesan lilin
dimana bila lesi yang berbentuk skuama dikerok maka skuama akan berubah
warna menjadi putih yang disebabkan oleh karena perubahan indeks bias.
Autpitzs sign apabila skuama yang berlapis-lapis tersebut diangkat akan timbul
bintik-bintik perdarahan, dan fenomena koebner yaitu apabila kulit sehat terkena

15
trauma (garukan) akan muncul kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis,
reaksi koebner biasanya terjadi 7-14 hari setelah trauma.2,3
Selain berdasarkan klinis, temuan lesi, dan uji kulit, pemeriksaan
histopatologi juga dapat membantu mendiagnosis psoriasis. Perubahan yang
tampak pada histopatologi berupa parakeratosis, penebalan ireguler dari
epidermis, tetapi penipisan ada startum papilari dermis. Perdarahan dapat terjadi
ketika skuama dilepas (Auspitz sign). Kemudian juga dijumpai infiltrat leukosit
polimorfonuklear (PMN) epidermis dan mikroabses (Munro), dilatasi dan
lingkaran kapiler yang menyimpang pada startum papilar dermis, serta dijumpai
infiltasi limfosit T pada dermis bagian atas.6

Gambar 5. Histopatologi psoriasis (kanan) dibandingkan dengan kulit normal


(kiri)

16
Diagnosis banding dari psoriasis termasuk penyakit papulosquamos
lainnya seperti tinea corporis, pityriasis rosea, dan Dermatitis numular seperti
yang ditampilkan dalam tabel 1.8
Tabel 1 .Diagnosis banding Psoriasis vulgaris8
No Diagnosis Definisi Deskripsi lesi Gambar
1 Psoriasis Kondisi kulit Tampak plak
Vulgaris autoimun eritematos, tepi
dimana ireguler, batas
gangguan kulit tegas, jumlah lesi
yang bersifat multiple,
kronis dengan desiminata,
predisposisi distribusi
genetic generalisata
dikombinasikan
dengan berbagai
faktor
lingkungan
pemicu lainnya
seperti trauma,
infeksi, atau
pengobatan.

2 Tinea Penyakit karena Tampak plak


korporis infeksi jamur merah pucat (pink)
dermatofitosis berskuama dengan
pada kulit yang pruritus ringan,
tidak berambut tepi lesi yang
(globrous skin) berskuama, dan
kecuali telapak central healing.
tangan, telapak
kaki, dan lipat
paha

17
3 Ptyriasis Penyakut erupsi Tampak plak tipis
kulit papulo oval berukuran 1-2
rosea
skuamosa akut cm dengan skuama
yang belum sentral, jika lesi
diketahui mencapai 2-10 cm
penyebabnya, dijumpai herald
dengan lesi yang patch, biasanya
khas dan dapat berlangsung 6-8
sembuh dengan minggu, dan sering
sendirinya. pada remaja dan
dewasa muda.

4 Dermatitis Dermatitis yang Tampak papul dan


penyebabnya vesikel dengan
Numular tidak diketahui, dasar eritematosa,
dengan berbentuk coin,
efloresensi berupa berbatas
papul dan vesikel,
tegas,umumnya
dengan dasar
eritematosa, mengenai tungkai
berbentuk mata bawah, jumlah lesi
uang (coin) dapat satu atau
berbatas tegas, lebih.
umumnya
mengenai tungkai
bawah.

Tatalaksana pada psoriasis vulgaris diberikan berdasarkan derajat dari


psoriasis.Terapi pada psoriasis dapat berupa topikal, fototerapi, sistemik dan
biologik. Terapi topikal dapat diberikan analog vitamin D seperti calcipotriol,
calcitrol, dan tacalcitol, dapat digunakan pada psoriasis ringan hingga sedang
yang menyerang kuang dari 40% kulit. Analog vitamin D bekerja dengan
mempengaruhi reseptor vitamin D pada keratinosit, mengurangi proliferasi
epidermis dan mengembalikan kenormalan lapisan kulit. Terapi kortikosteroid
topikal dapat mengurangi gejala kemerahan dan skuama. Kotikosteroid topikal
potent memiliki efektivitas yang hamir mirip dengan analog vitamin D, namun
jangan digunakan dalam jangka panjang karena beresiko terhadap penipisan kulit.
Terapi ini cocok untuk jangka pendek, atau intermiten psoriasis.2,8 Pada kasus ini
diberikan desoximetasone ointment, dan clobetasol propionate cream.
Pada pasien ini juga diberikan loratadin. Pada kondisi pelepasan histamine
akan memicu reaksi sperti bersin, gatal, ruam kulit dan sebagainya. Untuk

18
mengurangi gejala tersebut maka akan diberikan antihistamin untuk menekan
pelepasan histamine dan mengurangi gejala yang ditimbulkan termasuk gatal dan
ruam kulit. Salah satu obat golongan antihistamin adalah loratadin. Loradatadin
merupakan turunan piperidin dan merupakan antagonist H1 slektif jangka
panjang yang kurang memiliki efek depresan sistem saraf pusat digunakan untuk
penanganan gangguan alergi kulit. Dosis 10 mg satu kali sehari pada dewasa dan
5 mg (jika <30 kg) atau 10 mg (jika >30 kg) pada anak-anak usia 2-12 tahun.
Pemberian obat melalui oral merupakan yang paling sering dan cara paling mudah
dalam pemberian obat.10
Tar merupakan campuran ribuan senyawa yang mengandung komposisi
yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Tar telah digunakan sebagai
pengobatan berbagai penyakit kulit, salah satunya psoriasis. Meski mekanisme
kerja tar masih belum dipahami dengan baik, namum diketahui bahwa tar dapat
menekan sintesis DNA dengan mengurangi indeks mitosis keratinosit. Tar dapat
memicu supresi sintesis DNA dan menurunkan aktivitas mitotik di lapisan basal
epidermis. Meskipun penggunaan produk tar untuk terapi psoriasis telah menurun
seiring waktu di United States, namun tar masih sering digunakan diluar United
States. Dalam sebuah penelitian kecil terhadap 18 pasien, Liquor Carbonis
Detergent (LCD) 5 %. Lebih efektif dibandingkan emollient dasarnya dalam
penanganan psoriasis. Pada kasus ini diberikan Liquor Carbonis Detergent
(LCD) 5 %.11
Vaseline album merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari hidrokarbon
(jumlah karbon lebih dari 25). Vaselin album diperoleh dari minyak bumi, titik
cair 10-50 derjat celcius, dapat mengikat kira-kira 30%air. Vaseline album
digunakan sebagai vehiculum dari suatu obat. Vaselin album juga berfungsi
sebagai pelembab untuk menjaga kelembapan kulit, sehingga menghindari kulit
kering yang dapat memicu garukan.11Asam salisilad, merupakan pengobatan
umum psoriasis, biasanya digunakan konsentrasi 2%. Ahli dermatologi sering
menggunakan 3-6%. Asam salisilad berfungsi dalam pengelupasan skuama yang
mengandung faktor kemotaktik.2,8 Pada kasus ini digunakan asam salisilad 3%.
Steroid sistemik tidak digunakan untuk pengobatan rutin pada psoriasis.
Ketika steroid sistemik digunakan, kesembuhannya akan cepat namun penyakit

19
biasa lebih parah, sehingga membutuhkan dosis lebih tinggi untuk mengontrolnya.
Jika terapi diberhentikan, maka penyakit ini biasa kambuh segera dan rebound
dalam bentuk psoriasis eritrodermik dan pustular.3
Radiasi ultraviolet. Pada kebanyakan pasien mengalami perbaikan dengan
paparan sinar matahari dapat disarankan untuk berjemur beberapa saat untuk
mendapatkan radiasi ultraviolet (UVB). UVB spektrum luas maupun sempit dapat
digunakan dalam penyembuhan psoriasis dalam paparan minimal dengan panjang
gelombang kurang dari 300 nm. Terapi ini harus diberikan oleh ahlinya, dua
sampai tiga kali seminggu selama 8 minggu sampai lesi hilang.8
Terapi biologis juga dapat diberikan pada pasien psoriasis. Terapi biologis
merupakan modalitas terapi yang bertujuan untuk memblok ademolekul spesifik
yang berperan dalam pathogenesis psoriasis, agen-agen biologis memiliki
efektivitas yang setara dengan metotreksat dengan risiko hepatotoksistas yang
lebih rendah. Meski demikian harganya cukup mahal, serta memiliki berbagai
efek samping seperti imunosupresi, reaksi infus, pembentukan antibody, serta
membutuhkan evaluasi keamanan penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu,
terapi ini hanya diindikasikan bila penyakit tidak respons atau memiliki
kontraindikasi terhadap metrotreksat.2

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Aldredge LM, Tallent J. Papulosquamous Disorder. In : Bobonich, Mrgaret A


and Mary E. Advances Practice Clinicians. Unites States. Wolters Kluwer.
20015. P. 54-64.
2. Gudjonsson JE, Elde JT.Psoriasis. In : Gold Smith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffel DJ, WolFF K, editors. Fitzpatricks Dermatology In
General Medicine 8th ed. United States : Mc Gwar Hill. 2012. P. 197-203.
3. Grif GEM, Barke JNW. Psoriasis. In Burn T, Breathnach S, Cox N,
Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology 8th ed. United Kingdom:
Willey-Blackwell Publishing; 2010. p.20.10-20.30.
4. Buxton, Paul.K. ABC of Dermatology 4th edition. United Kingdom: BMJ
Publishing Group Ltd; 2008. p.8-16.
5. Higgins E. Psoriasis. Medicine. 2017; 45(6): 368-378.
6. Weller R, Hunter H, Mann M. Clinical Dermatology 5th edition. United
States: John Wiley and Sons Ltd. 2015. p. 52-66.
7. Lipoff, Jules. Dermatology Simplified: Outlines and Mnemonics. United
States: Springer International Publishing; 2016. p. 24-27.
8. Soutur C, Hordinsky M. Clinical Dermatology 1st edition. United States: Mc
Graw Hill. 2013. p. 60-65.
9. Sticherling Michael, Psoriasis and autoimmunity.Autoimmunity Reviews.
2016;9(4): 4-15.
10. Kathiresan K, Vijin P, Moorthi C, Manavalan R. Formulation and evaluation
of loratadine chewable tablets. Research Journal of Pharmaceutical,
Biological, and Chemical Sciences. 2010; 1(4): 763-764
11. Menter A, Korman NJ, Elmets CA, Feldman SR, Gelfand JM, Gordon KB, et
al. Guidelines of care for the management of psoriasis and psoriatic arthritis.
Journal America Academy Dermatology. 2009;60(4): 643-659.

21
22

Anda mungkin juga menyukai