Leptospirosis
Lukman Zulkifli Amin
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia
ABSTRAK
Leptospirosis merupakan penyakit bakterial yang masih menjadi masalah penyakit infeksi di negara-negara tropis dan subtropis. Kasus ini dapat
menyebabkan penyakit Weil atau leptospirosis berat yang memberikan klinis ikterus dan bila tidak diberikan terapi dengan cepat dan tepat
maka akan berakibat kematian. Penegakan diagnosis leptospirosis menggunakan pemeriksaan serologi virus dan pengobatan dari kasus ini
adalah penggunaan antibiotik yang tepat.
ABSTRACT
Leptospirosis is a bacterial disease that is still be the problem of infectious diseases in the tropics and subtropics countries. This case can cause
Weils disease or severe leptospirosis which provides clinical jaundice and if not given proper treatment quickly, can cause death. The diagnosis
of leptospirosis is using viral serology examination and treatment of this case is the use of appropriate antibiotics. Lukman Zulkifli Amin.
Leptospirosis.
intak (mata, mulut, nasofaring, atau esofagus). muntah. Demam sering melebihi 40oC dan hingga kesembilan, intensitas maksimum
Patogenesis terutama pada kasus berat, masih didahului kekakuan. Terdapat juga mialgia 4 atau 5 hari kemudian dan terus berlanjut
kurang dimengerti. Temuan mikroskopik dengan karakteristik nyeri tekan betis, paha, selama rata-rata 1 bulan. Mayoritas pasien
utamanya adalah vaskulitis sistemik dengan abdomen, dan regio paraspinal (lumbosakral), memiliki hepatomegali dan nyeri ketok pada
cedera endotel, sel endotel rusak dengan jika mengenai regio leher dan kuduk akan perkusi hati menunjukkan penyakit masih
berbagai derajat pembengkakan dan nekrosis. menyerupai meningitis. Nyeri tekan abdomen aktif.1
Leptospira ditemukan di pembuluh darah dapat menyerupai akut abdomen. Pada kasus
berukuran medium dan besar serta kapiler ringan demam akan menghilang setelah 3-9 Perdarahan kadang terjadi pada kasus anikterik
berbagai organ. Organ utama yang terkena hari.1,5 tetapi paling sering pada penyakit yang berat.
adalah:1,5 Manifestasi perdarahan yang paling sering
ginjal, dengan inflamasi tubulointerstisial Injeksi konjungtiva biasanya muncul 2-3 adalah purpura, petekie, epistaksis, perdarahan
difus dan nekrosis tubular, hari setelah awitan demam dan melibatkan gusi, dan hemoptisis minor. Kematian dapat
paru, biasanya kongesti, dengan konjungtiva bulbi. Tidak ada pus ataupun terjadi akibat perdarahan subaraknoid dan
perdarahan intraalveolar fokal atau sekret serosa dan tidak ada perlengketan perdarahan masif saluran cerna. Adanya
masif, deposisi linear imunoglobulin dan bulu mata dan kelopak mata. Injeksi ringan perdarahan konjungtiva sangat berguna
komplemen pada permukaan alveolar, sering terlewatkan (Gambar 2). Dapat pula untuk diagnostik, dan jika disertai sklera ikterik
hati, yang menunjukkan kolestasis terkait ditemukan injeksi faring, splenomegali, dan injeksi konjungtiva, merupakan temuan
perubahan degeneratif ringan pada hepatomegali, limfadenopati, dan lesi kulit, yang sangat sugestif untuk leptospirosis.1
hepatosit. namun jarang dan tidak jelas.1
Semua bentuk leptospirosis dapat
Pada pasien yang bertahan hidup, fungsi hati menyebabkan disfungsi ginjal. Gambaran
dan ginjal akan sembuh sempurna sesuai mulai dari yang ringan berupa proteinuria
dengan ringannya kerusakan struktural pada ringan dan abnormalitas sedimen urin hingga
organ tersebut.1 berat berupa cedera ginjal akut. Yang sering
ditemukan adalah gagal ginjal non-oliguria
Sistem lain juga dapat terkena, pada dengan hipokalemia ringan (41-45% kasus).
kasus berat dapat berupa miokarditis, Anuria total dengan hiperkalemia merupakan
meningoensefalitis, dan uveitis. Cedera Gambar 2. Injeksi konjungtiva dan ikterus.5 tanda prognostik buruk.3 Gangguan
vaskuler dapat disebabkan oleh efek toksik kesadaran pada leptospirosis berat biasanya
Leptospira secara langsung atau oleh respons Sebagian besar pasien menjadi asimptomatik disebabkan oleh ensefalopati uremikum, pada
imun. Protein membran sisi luar Leptospira dalam 1 minggu. Setelah beberapa hari (2-3 kasus anikterik biasanya disebabkan ensefalitis
(outer membrane protein / OMPs) dan hari), pada beberapa pasien gejala kembali aseptik. Pada pasien penyakit Weil yang
lipopolisakarida dapat menimbulkan inflamasi muncul, disebut fase kedua atau fase berhasil bertahan, fungsi ginjal akan kembali
melalui jalur yang bergantung Toll like receptor imun. Leptospira hilang dari darah, cairan normal.1,6
2. Trombositopenia dan aktivasi kaskade serebrospinal, dan jaringan, namun muncul
koagulasi juga sering ditemukan. Pada masa di urin (leptospiruria). Muncul antibodi Faktor utama penyebab cedera ginjal akut
penyembuhan, Leptospira terus diekskresikan IgM, karena itu disebut fase imun. Gejala pada leptospirosis adalah nefrotoksisitas
di urin selama beberapa hari.5 utama fase ini adalah meningitis pada 50% langsung dari leptospira dan respons imun
kasus, meskipun pleiositosis pada cairan yang diinduksi toksin. Adanya leptospira di
KLINIS serebrospinal dapat ditemukan pada 80-90% jaringan ginjal akan memicu proses nefritis
Infeksi dapat asimptomatik, tetapi pada 5-15% pasien pada minggu kedua. Dapat terjadi interstisial dan nekrosis tubular akut. Pada
kasus dapat berat atau fatal.1 Masa inkubasi pula neuritis optik dan neuropati perifer. leptospirosis berat akan dijumpai perubahan
leptospirosis 7-12 hari.5 Perjalanan penyakit Uveitis biasanya merupakan manifestasi yang status hemodinamik seperti sepsis. Akibat
secara klasik bifasik, yaitu fase bakteremik muncul belakangan, 4-8 bulan setelah awitan vasodilatasi sistemik, kadar aldosteron
akut diikuti fase imun; pada kasus berat penyakit.1,5 dan hormon antidiuretik akan meningkat,
kedua fase ini bergabung, pada kasus ringan sehingga terjadi vasokonstriksi ginjal dan
fase imun mungkin tidak terjadi. Manifestasi Leptospirosis Ikterik (Penyakit Weil) penurunan diuresis. Bilirubin yang tinggi
klinis leptospirosis secara umum terbagi Penyakit Weil merujuk pada leptospirosis berat juga menurunkan filtrasi glomerulus dan
dua, yaitu penyakit anikterik yang self limited dan mengancam nyawa, dicirikan oleh ikterus, kemampuan pemekatan urin. Rabdomiolisis
dan penyakit ikterik (Penyakit Weil) dengan disfungsi ginjal, dan perdarahan. Meskipun yang sering terjadi pada leptospirosis juga
tampilan lebih berat.1,5 ikterus merupakan tanda utama, kematian dapat menyebabkan cedera ginjal melalui
bukan disebabkan oleh gagal hati. Prognosis vasokonstriksi ginjal, obstruksi tubulus, dan
Leptospirosis Anikterik tidak ditentukan oleh derajat ikterus, namun toksisitas langsung mioglobin (Gambar 3).6
Fase akut dicirikan oleh demam awitan oleh adanya ikterus karena semua kematian
mendadak, menggigil, nyeri kepala pada leptospirosis terjadi pada kasus ikterik. Komplikasi paru yang paling sering pada
retroorbita, anoreksia, nyeri perut, mual, dan Ikterus tampak pertama kali antara hari kelima leptospirosis adalah sindrom perdarahan
Pemeriksaan laboratorium dapat urin yang baik, tidak ada meningismus/ iritasi sampel fase akut (penyakit kurang dari 7
menemukan leukositosis (15000-30000), meningen; sepsis/syok sepsis; sulit bernapas; hari). Jika sampel serum diambil setelah hari
neutrofilia, trombositopenia, dan creatinine atau ikterus, dan bisa mengonsumsi obat ketujuh, sensitivitas meningkat menjadi >90%.
phosphokinase yang tinggi. Bilirubin dapat per oral dianggap leptospirosis ringan dan Oleh karena itu, sampel kedua hendaknya
sangat meningkat (predominasi fraksi direk), dapat ditatalaksana dengan rawat jalan. diambil pada kasus tersangka leptospirosis
tetapi transaminase jarang melebihi 3 kali Kasus tersangka leptospirosis dengan tanda dengan hasil awal negatif atau meragukan.1,3,5,8
batas atas.1,3,5 Pemanjangan prothrombin vital tidak stabil, ikterus atau sklera ikterik, Antibiotik yang diberikan sejak awal penyakit
time sering terjadi namun mudah dikoreksi nyeri perut, mual, muntah dan diare, oliguria/ mungkin menyebabkan respons imun dan
dengan vitamin K. Pada gangguan fungsi anuria, meningismus/ iritasi meninges, sepsis/ antibodi tertunda. IgM positif menunjukkan
ginjal ureum dan kreatinin akan meningkat, syok sepsis, perubahan status mental atau leptospirosis saat ini atau baru terjadi, namun
didapatkan hematuria, piuria, proteinuria sulit bernapas dan hemoptisis dianggap antibodi IgM dapat tetap terdeteksi selama
(biasanya kurang dari 1 g/24 jam), dan berat leptospirosis sedang berat dan perlu dirawat beberapa tahun.9
jenis urin tinggi. Dapat ditemukan juga inap.3
hipokalemia akibat kebocoran melalui ginjal Pada uji aglutinasi mikroskopik, peningkatan
dan hipomagnesemia.1 Neutrophil gelatinase Diagnosis Laboratorium titer empat kali lipat dari serum akut ke
associated lipocain (NGAL) akan meningkat Leptospira dapat diisolasi dari sampel darah dan konvalesens merupakan konfirmasi diagnosis.
pada nekrosis tubular akut dan membantu cairan serebrospinal pada hari ketujuh hingga Akan tetapi metode ini kompleks, deteksi
membedakan dari azotemia prerenal. Rontgen kesepuluh sakit, dan dari urin selama minggu antibodi terhadap suspensi antigen hidup
toraks dapat menunjukkan infiltrat paru, efusi kedua dan ketiga. Kultur dan isolasi masih dengan cara serum pasien diencerkan lalu
pleura, atau pneumonitis difus.5,6 menjadi baku emas, dapat mengidentifikasi diletakkan pada panel leptospira patogenik
serovar, tetapi membutuhkan media khusus hidup. Hasilnya dilihat pada mikroskop
DIAGNOSIS dengan waktu inkubasi beberapa minggu, lapangan gelap dan diekspresikan sebagai
Klinis dan membutuhkan mikroskop lapangan persentase organisme yang dibersihkan
Setiap pasien demam akut mempunyai gelap, sehingga tidak sesuai untuk perawatan dari lapang pandang melalui aglutinasi. Uji
riwayat, setidaknya 2 hari, tinggal di daerah individual. Sejumlah metode deteksi DNA hanya dilakukan di laboratorium rujukan,
banjir atau memiliki risiko tinggi terpapar leptospira dengan reaksi rantai polimerase dapat memberikan informasi mengenai
(berjalan kaki di banjir atau air yang lebih sensitif daripada kultur, dan dapat serovar yang diduga menginfeksi, sehingga
terkontaminasi, kontak dengan cairan dari memberikan konfirmasi diagnosis lebih awal memiliki nilai epidemiologis. Di daerah
hewan, berenang di air banjir atau menelan pada fase akut, namun belum menjadi standar endemis, titer yang meningkat hanya sekali
air yang terkontaminasi dengan atau tanpa rutin.1,3,5,8 harus diinterpretasikan secara hati-hati karena
luka) dan menunjukkan setidaknya dua dari antibodi bertahan selama bertahun-tahun
gejala berikut: mialgia, nyeri tekan betis, injeksi Respons antibodi IgM yang kuat, muncul setelah infeksi akut. Reaksi silang juga dapat
konjungtiva, menggigil, nyeri perut, sakit sekitar 5-7 hari setelah awitan gejala, dapat terjadi pada sifilis, hepatitis virus, HIV, relapsing
kepala, ikterus, atau oliguria. Pasien dengan dideteksi menggunakan beberapa uji fever, penyakit Lyme, legionellosis, dan penyakit
gejala tersebut hendaknya dipertimbangkan komersial berbasis ELISA, aglutinasi latex dan autoimun.1,3,5 Pemeriksaan mikroskopik
sebagai tersangka kasus leptospirosis.3 teknologi uji cepat imunokromatografik. Uji langsung dari sampel klinis bernilai diagnostik
serologi ini mendeteksi antibodi IgM yang kecil, pewarnaan imunohistokimia dari
Setiap kasus tersangka leptospirosis dengan spesifik terhadap genus Leptospira. Tetapi spesimen otopsi sangat berguna.5
tanda vital stabil, sklera anikterik, keluaran uji ini sensitivitasnya rendah (63-72%) pada
Mengingat sulitnya konfirmasi diagnosis Tabel 2. Dosis antibiotik rekomendasi untuk leptospirosis3,10
leptospirosis, dibuatlah sistem skor yang
mencakup parameter klinis, epidemiologis,
Antibiotik Dosis Antibiotik Dosis
dan laboratorium (Tabel 1). Berdasarkan
Agen Lini Pertama
kriteria Faine yang dimodifikasi, diagnosis
Doksisiklin 100 mg 2 kali sehari per oral Penisilin G 1,5 juta unit setiap 6-8 jam
presumtif leptospirosis dapat ditegakkan jika:
Agen Alternatif
(i) Skor bagian A atau bagian A + bagian B = Amoksisilin 500 mg 4 kali sehari atau 1 g Ampisilin iv 0,5-1 g setiap 6 jam
26 atau lebih; atau (ii) Skor bagian A + bagian setiap 8 jam per oral
B + bagian C = 25 atau lebih. Skor antara 20 Ampisilin 500-750 mg 4 kali sehari Azitromisin dihidrat 500 mg sekali sehari selama
5 hari
dan 25 menunjukkan kemungkinan diagnosis
Azitromisin dihidrat Inisial 1 g, dilanjutkan 500 Seftriakson 1 g setiap 24 jam
leptospirosis tetapi belum terkonfirmasi.10 mg per hari untuk 2 hari
berikutnya Sefotaksim 1 g setiap 6 jam
Tabel 1. Kriteria Faine yang dimodifikasi (2012)10
TATALAKSANA
luka/lesi kulit (-) luka/lesi kulit (+) luka/lesi kulit (+/-)
Antibiotik hendaknya diberikan pada semua
pasien leptospirosis pada fase penyakit mana
pun. Pada kasus ringan obat terpilih adalah
doksisiklin.1 Obat alternatif adalah amoksisilin
Risiko ringan Risiko sedang Risiko tinggi
dan azitromisin dihidrat. Pasien sakit berat
hendaknya dirawat inap. Antibiotik terpilih
pada leptospirosis sedang-berat adalah Doksisiklin 100 mg 2 Doksisiklin 100 mg 2 Doksisiklin 100 mg 2
penicillin G. Obat alternatif di antaranya kali sehari dosis kapsul sekali sehari kapsul sekali seminggu
sefalosporin generasi ketiga (seftriakson, tunggal
tunggal dalam
dalam 24-72
24-72 jam untuk 3-5 hari, dimulai hingga akhir terpapar
sefotaksim) dan azitromisin dihidrat jam segera dalam 24-72 jam
parenteral. Antibiotik harus diberikan selama 7
terpapar
hari, kecuali azitromisin dihidrat selama 3 hari Gambar 4. Profilaksis pasca-paparan leptospira. 3
Daftar pustaka:
1. Watt G. Leptospirosis. In: Magill AJ, Hill DR, Solomon T, Ryan ET, editors. Hunters tropical medicine and emerging infectious diseases. 9th ed. London: Saunders
Elsevier; 2013. p. 597-601.
2. World Health Organization. Leptospirosis burden epidemiology reference group [Internet]. [cited 2013 Dec 4]. Available from: http://www.who.int/zoonoses/
diseases/lerg/en/index2.html.
3. Leptospirosis clinical practice guidelines 2010 [Internet]. [cited 2013 Dec 20]. Available from: http://www.psmid.org.ph/contents/Leptospirosis_GUIDELINES_
(contents).pdf.
4. Kementerian Kesehatan. Profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan tahun 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2012.
5. Day NPJ, Edwards CN. Leptospirosis. In: Cohen J, Opal SM, Powderly WG, editors. Infectious diseases. 3rd ed. London: Mosby Elsevier; 2010. p. 1241-2.
6. Daher Ede F, de Abreu KL, da Silva Junior GB. Leptospirosis-associated acute kidney injury. J Bras Nefrol. 2010;32(4):400-7.
7. Gulati S, Gulati A. Pulmonary manifestations of leptospirosis. Lung India 2012;29:347-53.
8. Toyokawa T, Ohnishi M, Koizumi N. Diagnosis of acute leptospirosis. Expert Rev Anti Infect Ther. 2011;9(1):11121.
9. Verasahib K. Guidelines for the diagnosis, management, prevention and control of leptospirosis in Malaysia. 1st ed. Malaysia: Disease Control Division, Department
of Public Health, Ministry of Health Malaysia; 2011.
10. Kumar SS. Indian guidelines for the diagnosis and management of human leptospirosis. API Medicine Update 2013;23:23-9.
11. Trivedi SV, Vasava AH, Bhatia LC, Patel TC, Patel NK, Patel NT. Plasma exchange with immunosuppression in pulmonary alveolar haemorrhage due to leptospirosis.
Indian J Med Res. 2010;131: 429-33