Anda di halaman 1dari 6

Modifikasi Pengolahan Minyak Moh.

Sui, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 20 - 25

MODIFIKASI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS


AMPAS MINYAK KELAPA
(Kajian dari konsentrasi Na-metabisulfit dan Pemarutan) Na-metabisulfit

Moh. Su'I 1), Sukamto 1) dan Harmanto 2)


1)
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Widyagama Malang
2)
Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Widyagama Malang

Abstrak
Ampas minyak kelapa dari pengolahan minyak cara kering (dari kopra) selama ini belum
dimanfaatkan untuk produk pangan karena proses pengolahannya kurang higienis dan tidak ada proses
pendahuluan sehingga banyak debu dan ditumbuhi jamur warnanya tidak putih (coklat keabu-abuan).
Padahal ampas kelapa masih memiliki kandungan zat gizi yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari pengaruh perendaman dalam larutan Na-metabisulfit dan pengecilan ukuran terhadap
kualitas ampas dengan Penelitian ini meliputi 2 faktor yaitu Konsentrasi Na-metabisulfit (0, 750 ppm,
1500 ppm) dan pemarutan (diparut dan tanpa diparut) yang disusun secara faktorial yang diulang tiga
kali. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kalompok (RAK). Parameter yang
diamati meliputi kadar air, kadar protein, FFA, residu sulfit dan uji organoleptik (warna dan aroma).
Pemarutan akan menurunkan kadar air, FFA dan meningkatkan kesukaan aroma. Peningkatan konsentrasi
Na-metabisulfit akan meningkatkan kadar protein, kesukaan warna dan aroma.

Kata Kunci : minyak, kelapa, Na-metabisulfit

Abstract

The waste of coconut oil by dry processing have not be used, because that was not higienes. The objective
of this research is to study effect of Na-metabisulfit concentration and sliecing waste quality. The
method used in the research was Randimized Completed Block Design consisting Na-metabisulfit
concentration rate (0, 750 and 1500 ppm) and sliecing (be slieced and was not slieced). The quality
parameters evaluated in waste of cocnut were water conten, protein, free fatid acid, silfit residue, and
organoleptic aspects including smell and colour. The statisical analiysis result indicated that sliecing
were significant on water content, free fatid acid, and smell. Na-metabisulfit concentrations were
significant on the protein, colour and smell.

Key word : oil, coconut, Na-metabisulfit.

PENDAHULUAN seperti Besi 41,06 (mg/100 g), Kalsium


137 mg/100g, dan Fosfor 433 mg/100 g.
Ampas minyak kelapa dari Ampas kelapa jika
pengolahan minyak cara kering (dari kopra) dikeringkan maka akan menjadi produk
selama ini belum dimanfaatkan untuk produk ampas kelapa kering. Ampas kelapa
makanan. Hal ini karena proses pengolahan kering ini digunakan sebagai campuran
kurang baik seperti kurang higienis (banyak atau bahan pengganti dari kelapa parut
debu dan ditumbuhi jamur) , sehingga ampas kering untuk produk kue kering atau
yang dihasilkan kotor serta tidak ada proses biskuit (Anonymous, 1983).
pendahuluan sehingga warnanya tidak putih Pemakaian senyawa Na-
(coklat keabu-abuan). metabisulfit adalah salah satu langkah
Ampas kelapa masih memiliki dalam proses pengeringan yang
kandungan zat gizi yang cukup tinggi. Menurut bertujuan untuk mempertahankan warna
Ketaren (1975), ampas kelapa dengan kadar air dan cita rasa, mempertahankan asam
16%, mengandung protein, 23%, lemak 15%, askorbat dan karoten, sebagian bahan-
karbohidrat 40% , kalori 368 kal, serta mineral bahan pengawet kimia untuk
menurunkan atau menghindarkan

25
Modifikasi Pengolahan Minyak Moh. Sui, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 20 - 25

kerusakan oleh mikroba, dan tujuan Bahan-bahan yang


mempertahankan stabilitas bahan selama dipergunakan dalam penelitian ini
penyimpanan (Muchtadi dkk., 1979). adalah buah kelapa varitas dalam, Na-
Menurut Susanto dan Yunianto metabisulfit, air. Sedangkan bahan-
(1987), sulfit dioksida (SO2) dan garam-garam bahan kimia yang dipergunkan untuk
sulfit seperti Na2SO3, Na2S2O5 banyak analisa adalah alkohol, NaOH, K-
digunakan dalam makanan untuk mencegah oksalat, I2, formaldehid, indicator pp.
terjadinya reaksi pencoklatan (browning). Penelitian ini menggunakan
Namun dapat pula mencegah pertumbuhan metode eksperimen dengan 2 faktor
bakteri. Reaksi antara SO2 dengan gugus yaitu Faktor I yaitu konsentrasi Na-
karbonil dari karbohidrat mengakibatkan metabisulfit (K) yang terdiri 3 level : 0,
karbonil tersebut dapat digunakan sebagai 750 ppm dan 1500 ppm. Faktor II,
sumber energi oleh mikroba. SO2 juga dapat pemarutan kelapa sebelum dikeringkan
mereduksi ikatan disulfida (-S=S-) dari enzim yang terdiri atas 2 level yaitu : diparut
sehingga menghambat metabolisme sel dan tidak diparut (diiris ukuran 10 mm x
mikroba. 5 mm) yang disusun secara faktorial dan
Batas maksimum penggunaan sulfur diulang 3 kali. Rancangan percobaan
dioksida dalam bahan makanan yang yang digunakan adalah Rancangan
dikeringkan di AS, telah ditetapkan oleh Food Acak Kelompok (RAK).
and Drug Administration yaitu antara 2000 Buah kelapa yang relatif tua
sampai dengan 3000 ppm (Muchtadi dkk, dilakukan pengupasan sabut, tempurung
1979). dan kulit dalam (testa), kemudian
Pengolahan minyak kelapa menurut dilakukan pemotongan dan pencucian
Berliana (1999), setelah pengupasan sabut, serta diblanching selama 10 menit pada
kemudian pembelahan, pengasapan I, suhu 90 0C. Kemudian dilakukan
pengupasan tempurung, pengasapan II, perendaman dalam larutan Na-
penghancuran, pengepresan sehingga diperoleh metabisulfit selama 30 menit sesuai
minyak. Dari proses tersebut terlihat bahwa dengan perlakuan, kemudian ditiriskan.
selama pengeringan, kelapa mempunyai luas Lalu melakukan pengecilan ukuran
permukaan yang kecil sehingg memerlukan sesuai perlakuan dan dikeringkan pada
waktu yang relatif lama. Selama pengeringan suhu 60 0C selama 6 jam, kemudian
tersebut kemungkinan terjadinya perubahan dilakukan pengepresan untuk
yang tidak dikehendaki sangat besar seperti mengeluarkan minyak.
hidrolisa, pertumbuhan jamur dan sebagainya. Parameter yang diamati
Penelitian ini ingin mempelajari antara lain kadar air, kadar protein,
pengaruh perendaman dalam Na-metabisulft FFA, residu sulfit dan uji organoleptik
dan pemarutan sebelum pengeringan terhadap warna dan aroma.
kualitas ampas minyak kelapa.

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada Kadar Air


bulan Desember 2002 sampai bulan Maret Kadar air ampas berkisar
2003 di laboratorium Teknologi Hasil 12,39 % sampai 15,80 %. Dari analisa
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas ragam diperoleh bahwa, konsentrasi Na-
Widya Gama Malang. metabisulfit dan interaksi antara
Alat-alat yang dipergunakan adalah keduanya tidak berpengaruh nyata
pisau steinless stell, dandang, kompor, blender, (p=0,05), sedangkan pemarutan
mesin parut, pres hidrolik, blower, beaker berpengaruh sangat nyata (p=0,01).
glass, erlenmeyer, buret, labu ukur, pipet ukur, Rerata kadar air ampas pada perlakuan
pipit tetes, pengaduk dan corong. pemarutan dapat dilaht pada Tabel 1.

25
Modifikasi Pengolahan Minyak Moh. Sui, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 20 - 25

Tabel 1. Rerata pengaruh pemarutan terhadap kadar air ampas.


Pemarutan Rerata (%) Notasi BNT 5%
Diparut 4,37 a 1,97
Tidak diparut 15,70 b
Keterangan : Nilai rerata yang didampingi oleh notasi yang berbeda berarti menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (p=0,01).

Berdasarkan uji BNT 5 % (tabel 1) Kadar Protein


ternyata diketahui bahwa kelapa yang tidak Kadar protein ampas berkisar
diparut mempunyai kadar air yang lebih besar. 6,93 % sampai 26,68 %. Dari analisa
Hal ini karena kelapa yang tidak diparut ragam diperoleh bahwa konsentrasi Na-
mempunyai luas permukaan yang lebih kecil metabisulfit berpengaruh sangat nyata
sehingga jumlah air yang bisa menguap tiap (p=0,01), sedangkan interaksi kedua
satuan waktu menjadi lebih kecil. Menurut faktor dan pemarutan tidak berpengaruh
Winarno (1984), faktor-faktor yang nyata (p=0,05). Rerata kadar protein
mempengaruhi pengeringan terutama adalah ampas pada beberapa konsentrasi Na-
luas permukaan bahan, suhu pengeringan, metabisulfit dapat dilaht pada Tabel 2.
aliran udara dan tekanan uap di udara.

Tabel 2. Rerata kadar protein ampas minyak kelapa pada beberapa konsentrasi Na-metabisulfit.
Konsentrasi Na-metabisulfit Rerata Notasi BNT 5%
Tanpa Na-metabisulfit 7,28 a
750 ppm 14,52 b 4,36
1500 ppm 26,28 c
Keterangan : Nilai rerata yang didampingi oleh notasi yang berbeda berarti menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (p=0,01).

Berdasarkan uji BNT 5 % (tabel 2)


ternyata diketahui bahwa semakin tinggi FFA (Asam Lemak Bebas)
konsentrasi Na-metabisulfit maka semakin FFA ampas minyak kelapa
tinggi kadar protein ampas yang dihasilkan. berkisar 0,22 % sampai 0,99 %. Dari
Hal ini diduga bahwa, sulfit dapat analisa ragam diperoleh bahwa
mengurangi kerusakan protein karena reaksi konsentrasi Na-metabisulfit dan
maillard dan reduksi enzim oleh sulfit. interaksi antara keduanya tidak
Menurut Winarno (1992), reaksi maillard berpengaruh nyata (p=0,05), sedangkan
adalah reaksi antara asam amino (bagian dari pemarutan berpengaruh sangat nyata
protein) dengan gula reduksi. Sulfit dapat (p=0,01). ). Rerata kadar FFA ampas
mereduksi ikatan disulfida enzim dan bereaksi pada perlakuan pemarutan dapat dilahat
dengan keton membentuk hidroksisulfonat. pada Tabel 3.

Tabel 3. Rerata kadar FFA ampas minyak kelapa karena pemarutan


Pemarutan Rerata (%) Notasi BNT 5%
Diparut 0,23 a 0,10
Tidak diparut 0,82 b
Keterangan : Nilai rerata yang didampingi oleh notasi yang berbeda berarti menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (p=0,01).

Berdasarkan uji BNT 5 % (tabel 3) Itu artinya, selama pengeringan, jumlah


ternyata diketahui bahwa kelapa yang tidak air pada kelapa yang tidak diparut lebih
diparut kadar FFA lebih tinggi. Hal ini karena tinggi sehingga terjadinya hidrolisa
kadar air ampas yang tidak diparut lebih tinggi. lemak menjadi asam lemak bebas lebih

25
Modifikasi Pengolahan Minyak Moh. Sui, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 20 - 25

besar. Menurut Winarno (1984), adanya air, diperoleh bahwa, konsentrasi Na-
akan terjadi hidrolisa lemak menjadi gliserol metabisulfit, pemarutan dan interaksi
dan asam lemak bebas. antara keduanya berpengaruh sangat
nyata (p=0,01). Rerata kadar residu
Residu Sulfit sulfit ampas pada perlakuan pemarutan
Residu sulfit ampas berkisar 341,57 dan konsentrasi Na-metabisulfit yang
ppm sampai 621,34 ppm. Dari analisa ragam berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rerata kadar residu sulfit ampas minyak kelapa dengan perlakuan pemarutan pada
beberapa konsentrasi Na-metabisulfit.

Pemarutan Konsentrasi Na-metabisulfit Rerata


Diparut Tanpa Na-metabisulfit 0
750 ppm 341,57
1500 ppm 468,19

Tidak diparut Tanpa Na-metabisulfit 0


750 ppm 579,30
1500 ppm 621,34

Hubungan antara konsentrasi Na-metabisulfit


terhadap residu sulfit pada berbagai pengecilan
ukuran dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh konsentrasi Na-metabisulfit dan pemarutan terhadap residu sulfit ampas
minyak kelapa.
Residu sulfit (ppm)

800
600 Pemarutan (P1)
400 Tanpa Pemarutan (P2)
200
0
0 750 1500
Konsentrasi Na-metabisulfit (ppm)

Dari gambar 1 dapat diketahui tidak diparut (luas permukaan kecil)


bahwa kelapa yang tidak diparut, peningkatan menyebabkan SO2 yang menguap
residu sulfit lebih tajam dari pada kelapa yang selama pengeringan lebih rendah
diparut. Hal ini diduga bahwa kelapa yang

25
Modifikasi Pengolahan Minyak Moh. Sui, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 20 - 25

dibandingkan dengan kelapa yang diparut. nyata (p=0,05), sedangkan konsentrasi


Organoleptik Warna Na-metabisulfit berpengaruh sangat
Berdasarkan hasil uji panelis, nyata (p=0,01). Rerata kadar protein
organoleptik warna ampas berkisar 3,4 (agak ampas pada beberapa konsentrasi Na-
tidak menyukai) sampai 5,5 (menyukai). Dari metabisulfit dapat dilaht pada Tabel 4.
analisa ragam diperoleh bahwa pemarutan dan
interaksi antara keduanya tidak berpengaruh

Tabel 4. Rerata skor warna ampas minyak kelapa pada beberapa konsentrasi Na-metabisulfit.
Konsentrasi Na-metabisulfit Rerata (skor) Notasi DMRT 5%
Tanpa Na-metabisulfit 3,65 a
750 ppm 5,00 b 1,12
1500 ppm 5,15 c 1,18
Keterangan : Nilai rerata yang didampingi oleh notasi yang berbeda berarti menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (p=0,01).

Berdasarkan uji DMRT 5 % (tabel Organoleptik Aroma


4) ternyata diketahui bahwa semakin tinggi Berdasarkan hasil uji dari
konsentrasi Na-metabisulfit maka semakin panelis, organoleptik aroma ampas
tinggi tingkat kesukaan warna terhadap ampas berkisar 2,9 (agak tidak menyukai)
yang dihasilkan. sampai 5,3 (agak menyukai). Dari
Hal ini karena sulfit dapat analisa ragam diperoleh bahwa
mencegah terjadinya warna coklat/browning. konsentrasi Na-metabisulfit dan
Seperti yang dikemukakan oleh Susanto dan pemarutan berpengaruh nyata (p=0,05),
Saneto (1994), SO2 dapat mengadakan reaksi sedangkan interaksi dari keduanya tidak
adisi dengan suatu senyawa yang mempunyai berpengaruh nyata (p=0,05). Rerata skor
gugus karbonil. Dengan terjadinya adisi ini, aroma ampas pada perlakuan pemarutan
senyawa tersebut tidak dapat bereaksi lagi dapat dilahat pada Tabel 5. Rerata skor
dengan asam amino, sehingga tidak terjadi aroma ampas pada beberapa konsentrasi
reaksi pencoklatan maillard. Na-metabisulfit dapat dilahat pada
Tabel 6.

Tabel 5. Rerata skor aroma ampas minyak kelapa karena pemarutan


Pemarutan Rerata (skor) Notasi BNT 5%
Diparut 4,23 a
Tidak diparut 3,36 a 1,17
Keterangan : Nilai rerata yang didampingi oleh notasi yang berbeda berarti menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (p=0,05).

Berdasarkan uji BNT 5 % (tabel 5) diparut kandungan air semakin kecil


ternyata diketahui bahwa kelapa yang diparut sehingga dapat menekan terjadinya
tingkat kesukaan aroma terhadap ampas lebih reaksi hidrolisa yang menyebabkan
tinggi. Hal ini diduga karena kelapa yang ampas berbau asam.

25
Modifikasi Pengolahan Minyak Moh. Sui, dkk
J. Tek. Pert. Vol 5. No. 1 : 20 - 25

Tabel 6. Rerata skor aroma ampas minyak kelapa pada beberapa konsentrasi Na-metabisulfit.
Konsentrasi Na-metabisulfit Rerata (skor) Notasi DMRT 5%
Tanpa Na-metabisulfit 3,10 a
750 ppm 3,80 a b 1,17
1500 ppm 4,50 b 1,23
Keterangan : Nilai rerata yang didampingi oleh notasi yang berbeda berarti menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (p=0,05).

Berdasarkan uji BNT 5 % (tabel 6) Penelitian Dan


ternyata diketahui bahwa semakin tinggi Pengembangan Pertanian.
konsentrasi Na-metabisulfit maka semakin Volume 18 : Nomor 4.
tinggi tingkat kesukaan aroma terhadap ampas Bogor.
yang dihasilkan. Hal ini diduga dengan adanya
sulfit dapat mencegah aroma tengik pada Ketaren S. 1975. Peranan Lemak Dan
bahan yang mengandung lemak, dimana sulfit Pembuatan Bahan
tersebut dapat berperan sebagai antioksidan. Pangan. Departemen
Sesuai yang dikemukakan oleh Winarno Teknologi Pertanian
(1992), sulfur dioksida juga dapat berfungsi Fatemeta IPB. Bogor.
sebagai antioksidan.
Muchtadi, Deddy, Tien R, Muchtadi dan
1V. KESIMPULAN DAN SARAN Gumbira E. 1979.
Pengolahan Hasil
Kesimpulan Pertanian II Nabati.
Pemarutan akan menurunkan kadar Departemen Teknologi
air, FFA dan meningkatkan kesukaan aroma. Hasil Pertanian Fatemeta
Peningkatan konsentrasi Na-metabisulfit IPB. Bogor.
sampai 1500 ppm akan meningkatkan kadar
protein, kesukaan warna dan aroma. Interaksi Susanto T dan Saneto B. 1994.
antara kedua faktor terjadi pada residu sulfit. Teknologi Pengolahan
Penggunaan konsentrasi Na-metabisulfit 1500 Hasil Pertanian. Bina
ppm dengan pemarutan kualitas ampas minyak Ilmu. Surabaya.
kelapa yang dihasilkan lebih baik
dibandingkan perlakuan lain. ------------ dan Yunianto. 1987.
Pengawetan Dan
Saran Pengolahan Hasil
Penelitian ini difokuskan untuk Pertanian. Universitas
memperbaiki ampas minyak kelapa , maka Brawijaya. Malang.
untuk itu pengaruh sulfit terhadap minyak
kelapa perlu diteliti lebih lanjut, sekaligus Winarno FG, dkk. 1984. Pengantar
penanganan pengemasan pada ampas minyak Teknologi Pangan.
kelapa agar dapat bertahan lama. Gramedia. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA --------------.1992. Kimia Pangan Dan


Gizi. Gramedia. Jakarta.

Anonymous. 1983. Rahasia Pembuatan Roti.


PT Bogasari Flour Mills.
Indonesia.

Barlina R. 1999. Pengembangan Berbagai


Produk Pangan Dari Daging
Buah Kelapa Hibrida, Jurnal

25

Anda mungkin juga menyukai