Skenario I
Skenario I
NAMA :
1. Nurmala Thalib ( 841415207)
2. Putri ayu benazir otaya (841415079)
3. Minarti (841415194)
4. Novita zarah (841415
KELOMPOK : 3
TUTOR :
LEMBAR KERJA MAHASISWA
1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
a. TD : tekanan darah normal pada anak 2-6 tahun ( sistol: 80-110,
distol: 50-80)
b. BB : berat badan normal pada anak 3-4 tahun (14,5 kg)
c. SB: suhu badan normal pada anak 36,3 37,7 derajat Celcius
d. TB : tinggi badan normal pada anak usia
e. RR: respiration rate pada anak-anak ( 22 34 kali/menit)
2. KATA/PROBLEM KUNCI
a. kebiruan
b. sering berjongkok
c. klien susah berbicara
d. tidak bisa bermain dengan teman sebaya
3. MIND MAP/ Lembar Cheklist.
5. JAWABAN PERTANYAAN
1. Patofisiologi terjadinya sianosis
Sianosis mengacu kepada warna kulit dan membran mukosa yang
kebiruan sebagai akibat dari peningkatan kadar hemoglobin tereduksi
(reduce hemoglobin) atau derivat hemoglobin dalam kapiler kulit pada
daerah tersebut yang lebih dari 5g%. Biasanya gejala sianosis terlihat
paling mencolok di daerah bibir, dasar kuku, telinga, da eminensia
malar. Derajat sianosis dimodifikasi oleh kualitas pigmen kutaneus
dan ketebalan kulit, serta dengan keadaan kapiler kutaneus.
Sianosis terjadi akibat Penurunan saturasi oksigen pada jaringan
karena adanya hubungan antara rongga-rongga jantung yang
bertekanan tinggi dengan rongga-rongga jantung yang bertekanan
rendah akan terjadi aliran darah dari rongga jantung yang bertekanan
tinggi ke rongga jantung yang bertekanan rendah. Sebagai contoh
adanya defek pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Kejadian ini disebut pirau (shunt)
kiri ke kanan. Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek
septum ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan lebih tinggi dari
tekanan rongga jantung kiri sehingga darah dari ventrikel kanan yang
miskin akan oksigen mengalir melalui defek tersebut ke ventrikel kiri
yang kaya akan oksigen, keadaan ini disebut dengan pirau (shunt)
kanan ke kiri yang dapat berakibat kurangnya kadar oksigen pada
sirkulasi sistemik.
2. Anak sering jongkok bila capek bermain.
Anak sering jongkok bila capek bermain karena dengan posisi
skuating (lutut-dada) anak akan merasa nyaman/lebih baik sebab
sianosis akan berkurang. Mekanisme terjadinya hal tersebut, yaitu
jongkok akan menurunkan aliran darah balik yang kurang kandungan
oksigennya. Akibatnya, resistensi sistemik akan meningkat sehingga
pirau kanan ke kiri akan menurun dan aliran darah paru meningkat.
Saturasi oksigen pun meningkat dan sianosis berkurang.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
Mengetahui pencegahan dari penyakit jantung bawaan serta mengurangi
resiko yang akan memperburuk penyakit jantung bawaan pada pasien
anak-anak.
4. INFORMASI TAMBAHAN
Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung memberikan gejala
yang menggambarkan derajat kelainan, dari yang asimtomatis sampai
gagal jantung yang berat disertai gagal tumbuh. Infeksi berulang sering
merupakan masalah besar bagi pasien PJB. Lingkaran antara infeksi dan
malnutrisi jelas berdampak negatif pada pertumbuhan anakdengan
penyakit PJB. Pasien PJB yang mengalami infeksi akut misalnya infeksi
saluran penafasan akan menyebabkan anoreksia malabsorbsi dan gangguan
metabolisme anoreksia dan sesak napas dapat menyebabkan problema
makanan pada anak-anak. Pada anak tidak cukupnya konsumsi makanan
akan menyebabkan turunnya berat badan, pertumbuhan terhambat,
menurunnya imunitas dan kerusakan mukosa. Anak PJB sering kali
mengalami infeksi saluran nafas dan bila terkena lebih lama sembuh faktor
yang di anggap menyebabkan lamanya infeksi tersebut adalah adanya
kompresi bronkus besar oleh atrium kiri atau arteri pulmonalis yang
membesar akibat hipertensi pulmonal, terjadinya atelektasis atau edema
paru akibat hiperfusi paru, hipoksemia pulmonal dan hipoplasia jalan
nafas.
5. KLARIFIKASI INFORMASI
6. ANALISA & SINTESIS INFORMASI
Setelah menganalisis kasus diatas (skenario 1) berdasarkan manifestasi
klinis dan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital kami menyimpulkan bahwa
diagnosa medis yang tepat untuk kasus diatas adalah penyakit jantung
bawaan. Karena sebagian besar menifestasi klinis yang dialami pasien pada
kasus diatas lebih mengacu pada tanda dan gejala dari penyakib jantung
bawaan. Tanda dan gejala PJB yang sama pada kasus diatas: sianosis, gagal
tumbuh, tidak bisa bermain dengan teman sebaya akibat konsdisi pasein
yang mudah lelah jika beraktivitas serta sering jongkok akibat pasien
mengalami hipoksia oleh karena itu pasien akan berjongkok untuk
mengurangi sesak nafas dan mengambil oksigen sebanyak-banyaknya serta
berusaha menurunkan aliran darah balik yang kurang kandungan
oksigennya.
A. Konsep Medik
1. Definisi
Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan
pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari
lahir.
2. Klasifikasi
a. PJB dengan Pembuluh darah paru yang bertambah
1) Ventricular Septal Defect (VSD)
2) Atrial Septal Defect (ASD)
3) Patent Ductus Arteriosus (PDA)
4) Defec Septum Atrioventikuler
5) Partial Anomalous Pulmonary Venous Return
6) Total anomalous pulmonary venous connection
7) Transposisi pembuluh darah besar
8) Truncus arteriosus
b. PJB Dengan Pembuluh Darah Paru Yang Berkurang
1) Tetralogy of Fallot (ToF)
2) Pulmonary Atresia
3) Tricuspid Atresia
4) Anomali ebstein
5) Stenosis pulmonal
c. PJB Dengan Aliran Darah Sistemik Yang Berkurang
1) Coarctasio aorta
2) Stenosis aorta
3) Hipoplastik left heart syndrom
3. Etiologi
Faktor Prenatal :
1. Ibu alkoholisme.
2. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
3. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan
sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-
obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine,
aminopterin, amethopterin).
4. Infeksi virus pada masa kehamilan, misalnya rubella (campak
Jerman)
5. Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan
embrio
6. Kekurangan gizi selama masa kehamilan.
Faktor Genetik :
1. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan.
2. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
4. Patofisiologi
5. Manifestasi klinis
1. Gagal jantung
2. Sianosis
3. Dispnea
4. Gagal tumbuh kembang
5. Infeksi paru
6. Takipnea
7. Aritmia
8. Hipoksia
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medik
1. Restriksi dan pemberian obat-obatan
- Furosemid (lasix) diberikan bersama retriksi cairan untuk
meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan
beban kardiovaskuler
- Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk
mempermudah penutupan duktus, pemberian anti biotik
profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial
2. Pembedahan :
- Operasi penutup defek
- Pemotongan atau penutupan duktus (dianjurkan berusia
5-10 tahun)
- Obat vasodilator, obat antagonis kalsium untuk
membantu pada pasien dengan resistensi kapiler paru
yang sangat tinggi dan tidak dapat di operasi
- Pemotongan atau pengikatan duktus tanpa pembedahan
dilakukan dengan cara penutupan dengan dengan alat
penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung
b. Penatalaksanaan Non Medik
1. penatalaksanaan umum yaitu istirahat,
2. posisi setengah duduk
3. pemberian oksigen,
4. pemberian cairan dan elektrolit serta koreksi terhadap
gangguan asam basa dan gangguan elektrolityang ada
5. Bila pasien menunjukkan gagal napas, perlu dilakukan
ventilasi mekanis
7. Pemeriksaan Penunjang
6. EKG
EKG menunjukkan gambaran normal sampai ada kalainan
a. Hipertrofi ventrikel kiri dan Abnormalitas atrium kiri
didapatkan pada penderita dengan defek sedang.
b. Pada VSD dengan defek besar didapatkan adanya hipertofi
ventrikel kiri maupun kanan dengan atau tanpa abnormalitas
atrium kiri.
c. Pada sindroma Eisenmenger didapatkan gambaran hipertropfi
ventnikel kanan dengan atau tanpa hipertrofi ventrikel kiri.
7. Foto Thoraks
Kardiomegali dengan gambaran adanya pembesaran Atrium
kiri, venrikel kiri, kadang-kadang ventrikel kanan, arteri
pulmonalis yang prominen serta peningkatan vaskularisasi paru
berkorelasi langsung dengan besarnya pirau.
8. Ekhokadiografi
Pemeriksaan two -dimeflsiOflal dan doppler
echocardlogrphy dapat mengidentifikasi besar dan lokasi defek,
memperkirakan besarnya tekanan arteri pulmonalis, juga
mengidentifikasi kelainan lain yang menyertai serta
mengidentifikasi besarnya pirau.
9. Kateterisasi Jantung
a. Terdapat peningkatan saturasi oksigen di ventrikel kanan serta
peningkatan tekanan di atrim kiri, ventrikel kiri maupun arteri
pulmonalis pada VSD yang sedang dan berat.
b. menentukan rasio aliran darah ke paru dan sistemik (Qp/Qs ) seda
menentukan rasio tahanan paru dan sistemik (RpiRs) ,nilai
tersebut kemudian dipakai sebagai pedoman indikasi dan
kontraindikasi penutupan defek.
c. jika tekanan di arteri pulmonalis sangat meningkat, tes dengan
pemberian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler
paru.
d. Angiogram pada ventrikel kiri untuk melihat jumlah dan lokasi
dan defek, sedangkan aortografi untuk menentukan adanya
kemungkinan regurgitasi oleh karena prolaps katub aorta.
10. Ultrasonografi doppler
8. Komplikasi
1. Bronkopneumonia
2. Tuberkulosis paru
3. Infeksi saluran pernafasan akut
4. Hipertensi pulmonal
5. Diare
6. dehidrasi berat
7. Decompensatio cordis
8. Infektif endokarditis
9. Mikrosefalus
10. Gagal tumbuh
B. Konsep Keperawatan
Hasil pengkajian seorang perawat di dapatkan pada Anak 5 tahun datang
kerumah sakit bersama orangtua dengan keluhan kebiruan. TB: 80 cm, BB: 10
kg. orang tua klien mengeluh sering berjongkok , tidak bisa bermain dengan
teman sebaya, klien susah berbicara. TD: 70/50 mmHg, nadi 120/menit,
RR45x/menit, SB: 35o c
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama :-
Umur : 5 Tahun
Agama :-
Jenis kelamin :-
Status :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku bangsa :-
Alamat :-
Tanggal masuk :-
Tanggal pengkajian :-
No. register :-
Diagnosa medis : Penyakit Jntung Bawaan
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama :-
Umur :-
Hub. Dengan pasien :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
b. Status Kesehatan
1) Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan utama
orang tua klien mengeluh sering berjongkok , tidak bisa bermain
dengan teman sebaya, klien susah berbicara.
b) Alasan masuk rumah sakit :
Kebiruan
c) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : -
2) Status Kesehatan Massa Lalu
a) Penyakit yang pernah dialami :-
b) Pernah dirawat :-
c) Alergi :-
d) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) : -
3) Riwayat Penyakit Keluarga :-
4) Diagnosa Medis dan Therapi :-
c. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan : -
2) Pola Nutrisi-Metabolik
a) Sebelum sakit :-
b) Saat sakit :-
3) Pola eliminasi
c) BAB
Sebelum sakit :-
Saat sakit :-
d) BAK
Sebelum sakit :-
Saat sakit :-
4) Saat sakit :
a) Aktivitas :
Sebelum sakit :-
Saat sakit :
sering jongkok dan tidak bias bermain dengan teman-teman
sebayanya.
b) Latihan
Sebelum sakit :-
Saat sakit :-
5) Pola kognitif dan Persepsi :-
6) Pola Konsep diri :-
7) Pola Tidur dan Istirahat
a) Sebelum sakit :-
b) Saat sakit :
8) Pola Peran-Hubungan :-
9) Pola Seksual-Reproduksi
a) Sebelum sakit :-
b) Saat sakit :-
10) Pola Toleransi Stress-Koping :-
11) Pola Nilai-Kepercayaan :-
d. Pengkajian Fisik
1) Keadaan umum : kebiruan.
2) Tanda-tanda Vital
a) SB : 35o c
b) TD : 70/50 mmHg,
c) N : 120/menit
d) RR : 45x/menit,
3) Keadaan fisik
a) Kepala :-
b) leher : -
c) Dada
Paru :-
Jantung :-
d) Payudara dan ketiak : -
e) Abdomen :-
f) Genetalia :-
g) Integumen :
- Kebiruan (sianosis)
h) Ekstermitas
Atas :-
Bawah :-
i) Neurologis
Status mental dan emosi : -
Pengkajian saraf kranial :-
Pemeriksaan reflex :-
e. Pemeriksaan penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan :-
2) Pemeriksaan radiologi :-
3) Hasil konsultasi :-
4) Pemeriksaan penunjang diagnostik lain :
- TB: 80 cm
- BB: 10 kg.
2. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi dan Rasional
No. Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Ketidakefektifan bersihan jalan NOC NIC untuk membuka jalan nafas agar
nafas (00032) Respiratory status: Airway Suction jalan nafas lebih efektif
Domain: 11 ventilation - informasikan pada klien dan pemasangan alat untuk membantu
Kelas: 2 Respiratory status: airway keluarga tentang suction jalan nafas yang efektif
patency - minta klien nafas dalam mengatur alat oksigenasi agar lebih
Definisi: ketidakmampuan sebelum melakukan suction efisiensi
membersihkan secret atau obstruksi - berikan O2 dengan memantau aliran pernafasan lebih
Tujuan:
saluran napas guna mempertahnkan menggunakan nasal untuk efektif
Setelah dilakukan tindakan
jalan nafas yang bersih menfasilitasi suction
keperawatan selama .........x 24 jam
nasotrakeal
ketidakefektifan pola nafas
Batasan Karakteristik: - ajarkan keluarga bagaiman
berkurang / teratasi dengan
DS: melakukan suction
Kriteria Hasil:
Sering berjongkok - hentikan suction dan berikan
Mendemonstrasikan batuk
oksigen apabila klien
DO: efektif dan suara nafas yang
menunjukkan brakikardi dll
Takipnea bersih, tidak ada sianosis atau
dispneu
Faktor yang berhubungan
Eksudat dialveoli menunjukkan jalan nafas yang Airway Mangement
Infeksi paten (klien tidak meras - posisikan pasien untuk
tercekik, irama nafas, frekuensi memaksimalkan ventilasi
pernfasan dalam rentang - identifikasi pasien perlunya
normal, tidak ada suara nafas pemasangan alat jalan nafas
abnormal buatan
tanda-tanda vital normal
Mengungkapkan secara verbal - Fasilitasi kontak dengan Agar klien mampu meningkatkan
perubahan gaya hidup individu lain dalam kelompok interaksi sosialnya
kecil
DO:
Perubahan actual pada struktur
dan fungsi tubuh
perilaku menghindar
perubahan dalam keterlibatan
social
Stenosis
pulmonary Shunt kiri ke Shunt kiri ke Darah dari aorta
kanan kanan masuk ke arteri
pulmonalis
Volume ventrikel Volume atrium
kanan meningkat Aliran darah
sitemik kanan dan ventrikel Darah kaya
menurun kanan lebih besar akan co2 dan
Hipertrofi kekurangan
ventrikel kanan o2
Aliran darah Suplai darah Cardiac output
pulmoner ke jaringan menurun
Ventrikel meningkat menurun Volume
septal defek darah arteri
Penurunan Suplai oksigen pulmonal
curah Peningkatan Saturasi o2 ke jaringan meningkat
jantung tekanan paru menurun menurun
Shunt kiri ke
kanan Tekanan
Volume paru Hipoksia ATP menurun arteri
Aliran darah
jaringan pulmonal
Aliran darah sitemik menurun
meningkat
pulmoner menurun
meningkat Mudah lelah
Kerusakan Sianosis Shunt kanan ke kiri
Suplai O2 kapiler paru
Peningkatan
dan nutrisi
tekanan paru ke jaringan Ketidakefektifan Intoleransi Asidosis
dan sel perfusi jaringan aktivitas respiratorik
dispnea
Volume paru menurun
menurun
Ganguan Takipnea
pertukaran gas
Kerusakan
kapiler paru Ketidakefektifan
pola nafas
ISPA berulang
Suplai o2 ke
jaringan
menurun
Gagal tumbuh
Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. Diagnosa keperawatan definisi & klasifikasi 2015-2017 edisi 10.
EGC. Jakarta
Huda Nurarif, Amin. Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
& NANDA NIC NOC edisi revisi jilid 1. Mediaction Publishing
Jogja. Jogjakarta