Anda di halaman 1dari 13

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI MENGATASI MISKONSEPSI

SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN KONSEP

LAJU REAKSI DAN KESETIMBANGAN KIMIA

1Silvia Wulandari P (140384204033)

2Quratul Aina (140384204004)

1Universitas Maritim Raja Ali Haji (s.wulandari382@gmail.com)

2Universitas Maritim Raja Ali Haji (quratul2597@gmail.com)

Abstract: Inquiry Learning Model Overcome Misconceptions of Students in


Chemistry Subjects Reaction Rate and Chemical Equilibrium

Chemistry is one of natural science which includes a set of the knowledge that
consists of facts, concepts and the principles of chemistry. The science of chemistry
was not just solve the problem but also establish the concept of appropriate based
on the facts, the result of thought and research so that students often difficulty.
Students initially has the concept which is the beginning of knowledge. In the
process of learning to help visualize abstract concepts teachers can use appropriate
learning models that can activate the students to develop thinking skills of students
have direct experience concept the issues to be resolved. One of subject the science
of chemistry is the concept of rate and chemical equilibrium. On this subject
students is required to understand the concept. To minimize the the misconception
that occurs on the subject of concept chemical equilibrium rate and the required use
of appropriate learning model used the model of learning is inquiry learning model
for inquiry learning model emphasizes on thinking process of students critically and
analytically. As well as learning methods demonstration and experimentation on
the concept of reaction rates and chemical equilibrium.
Keywords: learning model, misconception, reaction rate and chemical equiilibrium

Abstrak: Model Pembelajaran Inkuiri Mengatasi Miskonsepsi Siswa pada


Mata Pelajaran Kimia Pokok Bahasan Laju Reaksi dan Kesetimbangan
Kimia

Kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang meliputi
sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-
prinsip kimia. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan masalah tetapi juga
membangun konsep yang sesuai berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan hasil
penelitian sehingga siswa sering mengalami kesulitan. Pada proses pembelajaran
untuk membantu memvisualisasikan konsep-konsep abstrak guru dapat
menggunakan model pembelajaran yang tepat yang dapat mengaktifkan siswa,
dapat mengembangkan keterampilan berfikir siswa dan siswa mengalami langsung
konsep permasalahan yang akan diselesaikan. Salah satu pokok bahasan ilmu kimia
adalah konsep laju dan kesetimbangan kimia. Pada pokok bahasan ini siswa dituntut
untuk memahami konsep. Untuk meminimalisir miskonsepsi yang terjadi pada
pokok bahasan konsep laju dan kesetimbangan kimia diperlukan penggunaan model
pembelajaran yang sesuai yaitu model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran inkuiri karena model pembelajaran inkuiri menekankan pada proses
berpikir peserta didik secara kritis dan analitis.

Kata Kunci : Model Pembelajaran, miskonsepsi, laju reaksi dan kesetimbangan


kimia

Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha penyiapan subjek didik untuk
menghadapi lingkungan hidup yang selalu mengalami perubahan yang semakin
pesat. Terkait dengan hal tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip
penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan
reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan
diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang
memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan
kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma
proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.

Mengacu pada standar proses pendidikan, agar proses pembelajaran dapat


membantu memfasilitasi pengembangan potensi anak didik, maka diperlukan
proses pembelajaran yang mengarah pada penekanan aktivitas siswa dan pergeseran
tanggung jawab belajar ke arah siswa, sehingga siswa dapat mengembangkan
potensi yang mereka miliki. Paham konstruktivisme menyatakan bahwa
pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari,
melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman,
maupun lingkungannya (Budiningsih, 2005: 56). Pengambilan bagian oleh siswa
dalam aneka ragam kegiatan pembelajaran meningkatkan keterlibatan mentalnya
dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh


pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan
menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai model sehingga peserta didik
dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil
optimal (Sugihartono, 2007: 81). Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan pada eksperimen yang mencari jawaban atas apa,
mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan
komposisi, struktur, sifat, transformasi, dinamika, dan energitika zat. Ilmu kimia
memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat dikarenakan kehidupan
manusia setiap hari tidak lepas dari zat-zat kimia. Ilmu kimia termasuk dalam
rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran kimia merupakan suatu
proses belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik tentang ilmu kimia.

Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang hakikat


pengetahuannya berdasarkan fakta, hasil pemikiran, dan hasil penelitian yang
dilakukan para ahli. Materi pelajaran kimia secara garis besar merupakan materi
yang berisi konsep-konsep dan penerapan rumus dalam perhitungan kimia. Guru
tidak cukup hanya menuntut siswa menghafal saja tanpa ada pengalaman belajar
yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang berpusat pada guru tidaklah efektif.
Siswa sebagai penerima dan pelaksana tugas dari guru merasa kurang termotivasi
untuk aktif dalam pembelajaran dan cenderung merasa bosan.

Berdasarkan karakteristik ilmu kimia, maka proses pembelajaran kimia di


kelas haruslah menggunakan model yang sesuai dengan karakteristik konsep/materi
kimia itu sendiri. Pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan
konsep, hukum-hukum, dan teori tanpa memaparkan bagaimana proses
ditemukannya konsep, hukum-hukum dan teori tersebut sehingga tidak tumbuh
sikap ilmiah dalam diri siswa. Akibatnya pembelajaran kimia menjadi kehilangan
daya tariknya dan lepas relevansinya.

Upaya lain yang terkait untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah


dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat, siswa perlu aktif terlibat dalam
proses pembelajaran, dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya
akan terjadi melalui penemuan pribadi. Pengetahuan yang dimiliki siswa akan
bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan. Belajar bermakna
merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Salah satu kesulitan belajar yang dialami siswa diantaranya adalah ketika
siswa mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi (Hammer,1996) merupakan
pemahaman konsep yang terdapat didalam pikiran siswa yang bertentangan dengan
konsep ilmiah, yang dipengaruhi oleh pengalaman siswa. Miskonsepsi yang terjadi
pada siswa tidak bisa diabaikan begitu saja. Menurut Hammer (1996) remediasi
terhadap miskonsepsi tersebut harus segera dilakukan agar miskonsepsi yang ada
pada siswa tidak menyebar pada siswa lainnya. Miskonsepsi yang dialami oleh
siswa tentunya sangat merugikan bagi kelancaran dan keberhasilan belajar siswa
itu sendiri.

Menurut Sanjaya, pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan


pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Pembelajaran inkuiri dibangun dengan asumsi bahwa sejak lahir manusia memiliki
dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang
keadaan alam di sekililingnya tersebut merupakan kodrat sejak ia lahir ke dunia,
melalui indra penglihatan, indra pendengaran, dan indra-indra yang lainnya.
Keingintahuan manusia terus menerus berkembang hingga dewasa dengan
menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimilikinya akan menjadi
bermakna manakala didasari oleh keingintahuan tersebut.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan kesempatan kepada


siswa untuk mempelajari cara menemukan fakta, konsep dan prinsip melalui
pengalamannya secara langsung. Jadi siswa bukan hanya belajar dengan membaca
kemudian menghafal materi pelajarannya, tetapi juga mendapatkan kesempatan
untuk berlatih mengembangkan keterampilan berpikir dan bersikap ilmiah sehingga
memungkinkan terjadinya proses konstruksi pengetahuan dengan baik sehingga
siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya pada materi yang dipelajari
(Ibrahim, 2010).

Didasari hal inilah maka pembelajaran inkuiri cocok digunakan dalam


pembelajaran kimia khususnya materi laju dan kesetimbangan kimia. Mengingat
laju dan kesetimbangan kimia menekankan terhadap konsep sehingga sering terjadi
miskonsepsi pada siswa. Miskonsepsi yang terjadi merupakan kesalahpahaman
terhadap konsep.

PEMBAHASAN

Kimia merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang


sifat, materi, komposisi materi, serta energi yang menyertai perubahan materi
secara umum yang diperoleh dari eksperimen dan penalaran. Oleh karena itu, dalam
mempelajarinya harus benar-benar memahami konsep dan materinya. Dalam hal ini
salah satu materi kimia yaitu laju dan kesetimbangan kimia dimana bersifat abstrak,
Dimana menurut kesetimbangan dalam skala mikro sebenarnya kesetimbangan
tetap berlangsung, tetapi secara kasat mata hal itu tidak dapat dilihat. Sehingga
peserta didik hanya bisa membayangkan. Keadaan ini menyebabkan peserta didik
mengalami kesulitan dalam mengembangkan pemahamannya. Hal ini diperkuat
dengan hasil rata-rata ujian nasional (UN) kimia dari tahun ajaran 2008 sampai
2012 (Kemendikbud).

Tabel 1.1 Hasil Rata-rata UN Kimia SMA

Tahun Ajaran Rata-rata UN

2008/2009 6,23

2009/2010 7,51

2010/2011 7,28

2011/2012 7,11
Sumber : Kemendikbud (2012)

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang masih kesulitan
dalam menguasai materi kimia dengan baik. Sehingga tidak jarang terjadi
miskonsepsi pada mata pelajaran kimia.

Miskonsepsi adalah kesalahpahaman peserta didik dalam menangkap atau


menafsirkan suatu materi yang sedang diterima. Miskonsepsi merupakan masalah
yang urgen (Aryungga dan Suyono, 2014). Dalam pembelajaran, peserta didik yang
mengalami miskonsepsi akan merugikan dirinya sendiri karena dalam suatu
pembelajaran khususnya pada materi kimia dari materi sebelumnya sampai materi
berikut mempunyai kaitan yang sangat erat sehingga ini yang akan menyulitkan
peserta didik SMA. Selain peserta didik, terdapat beberapa hal yang menjadi
penyebab miskonsepsi, yaitu pendidik, buku ajar dan metode mengajar.

Miskonsepsi merupakan permasalahan umum dalam pembelajaran kimia


disekolah menengah dan perguruan tinggi yang signifikan menghambat belajar dan
pengembangan kognitif. Penelitian pendidikan kimia banyak melaporkan
permasalahan miskonsepsi ini, namun sampai sekarang miskonsepsi masih
merupakan permasalahan dalam pembelajaran kimia yang memerlukan
penanganan serius. Hal yang sama direfleksikan oleh Johnstone (2000:34).
Research literature has been dominated by work on misconceptions, but little has
as yet appeared about how to reverse these or to avoid them altogether. Pemecahan
permasalahan miskonsepsi memerlukan pembelajaran dengan strategi khusus.
Pembelajaran tradisional sulit mengatasi permasalahan miskonsepsi atau
pengubahan konseptual (Ates, 2003 ; Coll dan Treagust, 2001)

Kenyataan yang terjadi di sekolah saat ini adalah mata pelajaran kimia
dianggap sulit oleh sebagian besar siswa SMA, sehingga banyak dari mereka tidak
berhasil dalam belajar kimia. Selain itu, ada anggapan bahwa pelajaran kimia
merupakan pelajaran yang menakutkan dan membosankan (Yuniasri, 2013).
Banyak faktor yang menyebabkan kimia dianggap sebagai pelajaran yang sulit,
diantaranya kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia dan
banyak konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak. Siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami konsep-konsep pada pelajaran kimia terkadang
membuat penafsiran sendiri terhadap konsep yang dipelajari sebagai suatu upaya
untuk mengatasi kesulitan belajarnya. Namun, hasil tafsiran siswa terhadap konsep
terkadang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang disampaikan oleh para ahli. Hal
inilah yang akan berdampak pada munculnya miskonsepsi.

Salah satu miskonsepsi yang dialami siswa terjadi pada beberapa konsep
pada materi laju dan kesetimbangan kimia, yakni konsep bahwa katalisator
merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi, ini merupakan
miskonsepsi umum yang terjadi pada siswa yang biasanya terjadi karena kesalahan
pada saat penjelasan konsep. Miskonsepsi ini termasuk kedalam miskonsepsi pada
tingkat pengertian.
Kesetimbangan yang dicapai dari reaktan berbeda dengan kesetimbangan
yang dicapai dari produk. Miskonsepsi ini tergolong pada tingkat atribusi konsep,
karena siswa tidak dapat menjelaskan ciri kesetimbangan yang dapat dicapai dari
reaktan maupun produk. Miskonsepsi ini merupakan ketidakmampuan siswa untuk
menjelaskan konsep yang berhubungan dengan kesetimbangan.
Saat terjadi kesetimbangan, tidak terjadi reaksi sampai ada penambahan dari
luar. Hal ini juga merupakan miskonsepsi umum yang terjadi pada siswa karena
kesalahan penyampaian saat menjelaskan konsep. Karena siswa tidak dapat
menjelaskan ciri kesetimbangan, yaitu pada saat kesetimbangan tercapai, reaksi
tetap berlangsung. Miskonsepsi semacam ini merupakan bentuk miskonsepsi
dialek, karena berasal dari kata kesetimbangan atau seimbang yang sudah dikenal
siswa dalam kehidupan sehari-hari, yang berarti setara dan diam.
Pada reaksi blue bottle (reaksi antara methylene blue dan glukosa dalam
suasana basa), semakin biru warna larutan, semakin lama waktu yang diperlukan
untuk menjadi tidak berwarna. Miskonsepsi ini dijaring dengan menggunakan
demonstrasi sebagai instrumen tesnya, dengan mengingat bahwa hukum laju
melibatkan konsentrasi MB berorde positif, dan ini sudah diberitahukan kepada
siswa kita dapat melihat bahwa siswa mengalami miskonsepsi di sini. Miskonsepsi
semacam ini dapat ditinjau sebagai miskonsepsi pada tingkat aplikasi, karena siswa
tidak dapat mengaplikasikan hukum laju terhadap fakta demonstrasi yang diberikan
Jika ditinjau dari sumbernya, kita dapat melihat bahwa miskonsepsi ini berasal dari
kenyataan yang berbeda dengan yang biasa dijumpai oleh siswa, semakin banyak
warna, semakin sukar untuk dihilangkan. Ini tidak dikontraskan dengan teori yang
mereka peroleh di kelas. Miskonsepsi semacam ini dapat digolongkan dalam
kepercayaan non ilmiah.
Beberapa miskonsepsi yang terjadi disebabkan salah satunya karena
penggunaan metode belajar yang kurang tepat. Hal ini menunjukkan pentingnya
suatu model pembelajaran yang dapat membantu guru dalam menerapkan model
pelajaran yang mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran dan membantu siswa dalam menemukan konsep, salah satu model
pembelajaran yang dapat memfasilitasi hal tersebut adalah dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri dapat melatih
keterampilan proses sains dan dapat menemukan konsepnya sendiri dari fakta dan
data yang diperoleh sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa.
Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil adalah suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membangun kurikulum, untuk merancang bahan
pembelajaran yang diperlukan serta untuk memandu pengajaran di dalam kelas atau
pada situasi pembelajaran yang lain (1980). Definisi oleh Joyce dan Weil ini terlalu
umum dan menyangkut sejumlah besar tugas atau peran seorang guru, dan tidak
berkonotasi metodologi saja. Fungsi penting model pembelajaran adalah untuk
meningkatkan keefektifan pembelajaran dalam suatu atmosfer pembelajaran yang
interaktif serta untuk memperbaiki bangunan kurikulum.
Ellis dan juga sejumlah ahli yang lain mengomentari hasil riset Joyce dan
Weil itu dengan menyatakan: Models of teaching are strategies based on the
theories (and often the research) of educators, psychologist, philosophers, and
other who question how individuals learn. Jadi konsep model pembelajaran adalah
suatu strategi yang berangkat dari suatu teori atau hasil riset dari para pendidik, ahli
psikologi, para filosof, dan lainnya yang lebih dahulu daripada Joyce dan Weil, dan
mempertanyakan tentang bagaimana cara setiap individu dapat belajar.

Setiap model terdiri dari langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa
dan guru, dan suatu metode untuk menilai kemajuan siswa. Model pembelajaran
juga dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kesadaran diri dan
kreativitasnya serta membantu siswa menguasai materi pelajaran.

Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses untuk memperoleh dan


mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan eksperimen untuk
mencari jawaban dan memecahkan masalah terhadap rumusan masalah terhadap
pertanyaan atau masalah dengan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
logis. Model pembelajaran inkuiri juga dapat dimaknai sebagai proses perpindahan
dari pengamatan menjadi pemahaman dan pengetahuan. Peserta didik belajar
menggunakan keterampilan berfikir kritis dan analitis. Pembelajaran tidak
diorientasikan untuk mengingat dan menghafal sederetan fakta, konsep,
pengetahuan tetapi dikemas dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk
menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh peserta didik, baik secara
individual ataupun secara kelompok.

Materi kimia laju reaksi dan kesetimbangan kimia merupakan materi yang
membutuhkan analisa serta pemahaman konsep yang jelas. Sehingga, untuk
meminimalisir miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat diterapkan model
pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran ini dimulai dari tahap simulasi yaitu
guru mulai bertanya atau mengajukan persoalan, memberikan tugas kepada siswa
untuk membaca materi lebih terlebih dahulu atau mendengarkan penjelasan dan
uraian dari guru yang memuat masalah. Kemudian tahap yang kedua yaitu
perumusan masalah dimana pada tahap ini siswa mencoba mengidentifikasi
berbagai masalah, memilih masalah yang paling menarik dan susah untuk dipahami
kemudian siswa dapat merumuskan hipotesis sebagai jawaban sementara dari
masalah yang diajukan. Selanjutnya tahap pengumpulan data, pada tahap ini siswa
mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah untuk menjawab masalah
dengan membaca buku acuan, browsing di internet, mengamati objek, melakukan
wawancara dan lain sebagainya. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data yang
mana semua data yang diperoleh siswa diolah dengan melakukan perhitungan
dengan cara tertentu atau ditafsirkan dalam tingkat kepercayaan tertentu. Kemudian
tahap verifikasi yaitu pembuktian benar atau salah terhadap hipotesis yang diajukan
berdasarkan hasil analisis pengolahan data yang akurat. Tahap yang terakhir adalah
simpulan umum, siswa menarik kesimpulan sendiri berdasarkan verifikasi data
yang telah dilakukan oleh siswa dari masalah yang diajukan guru.

Agar penggunaan model pembelajaran inkuiri pada laju reaksi dan


kesetimbangan kimia dapat efektif maka metode pembelajaran yang sesuai untuk
digunakan adalah demonstrasi dan eksperimen. Pada dasarnya kesalahpahaman
konsep atau miskonsepsi yang sering terjadi dapat juga diakibatkan oleh penalaran
siswa yang tidak ada fakta nyata yang dapat diperoleh oleh siswa.

Metode demonstrasi merupakan salah satu metode yang cukup efektif


karena membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdarakan
fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian
materi pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses agar siswa dapat mengintrepretasi konsep tersebut melaui
demonstrasi.

Metode demonstrasi adalah petunjuk tentang proses terjadinya suatu


peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar
dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata (Saiful Sagala : 2005).
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan
oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi guru lebih banyak berperan, tetapi
dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret sehingga tidak terjadi miskonsepsi
pada siswa. Agar dapat meningkatkan pemahaman siswa, guru juga dapat
menerapkan metode eksperimen setelah diterapkan metode demonstrasi. Sehingga
siswa dapat terlibat langsung. Sehingga pendekatan ini merupakan pendekatan
student centered approach. Dimana posisi peserta didik sebagai subjek dalam proses
pembelajaran sangat memungkinkan bagi mereka untuk berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Maka, strategi pembelajaran pada metode ini, dapat
digunakan strategi pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran inkuiri menekankan
kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, tidak
hanya itu strategi inkuiri tidak hanya menuntut siswa paham akan materi tetapi juga
bagaimana siswa dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

KESIMPULAN

Mata pelajaran kimia memiliki karakteristik abstrak, saling berkaitan antara


satu dengan yang lainnya. Hal ini menjadi salah satu faktor terjadinya miskonsepsi
pada siswa. Selain itu miskonsepsi pada siswa juga dapat terjadi karena faktor buku
ajar, model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran guru tidak bisa hanya meminta siswa untuk membaca dan
memahami. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang tepat.

Model pembelajaran yang dapat digunakan pada pokok bahasan laju dan
kesetimbangan kimia adalah model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran
inkuiri menekankan pada proses berpikir peserta didik secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Dalam model pembelajaran inkuiri digunakan metode pembelajaran
yang dapat membantu siswa menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan yaitu dengan menggunakan metode pembelajran demonstrasi.
Dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi siswa dapat mengalami
dan menemukan jawaban dari permasalahan yang dipertanyakan. Dalam model
pembelajaran inkuiri juga menggunakan pendekatan yang berorientasi kepada
siswa sehingga siswa dapat berperan aktif pada proses pembelajaran dan strategi
yang digunakan adalah strategi pembelajaran inkuiri yang menekankan pada
aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, tidak hanya itu
strategi inkuiri tidak hanya menuntut siswa paham akan materi tetapi juga
bagaimana siswa dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA

Asis Saefuddin dan Ika Berdiati.2014. Pembelajaran Efektif. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Banerjee, A. 2010. Teaching Science Using Guided Inquiry as the Central Theme:
A Professional Development Model for High School Science Teachers. Fall 2010
Vol. 19 (2)

Carl J. Wenning. 2011. Levels of Inquiry Model of Science Teaching: Learning


sequences to lesson plans. J. Phys. Tchr. Educ. Online. Vol. 6 (2). Hal 17-18

Daryanto dan Mulyo Rahardjo.2012.Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta :


Gava Media.

F. Mumba, A. banda, V. M. and Chabalengula. 2015. Chemistry Teachers


Perceived Benefits and Challenges of Inquiry-based Instruction in Inclusive
Chemistry Classrooms . Science Education International . Vol. 26( 2). Hal 182-
183
Imaniarta, Imalia, dkk. Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia SMA
Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Laju Reaksi dan Kesetimbangan
Kimia. Malang : Universitas Negeri Malang.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2015. Strategi Pembelajaran Bahasa.


Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Joyce, B. Weil, M., and Calhoun, E. 2009. Models of Teaching. Sevent edition.
Boston : Allyn and Bacon.

Lou Preston, Kate Harvie, Heather Wallace. 2015. Inquiry-based Learning in


Teacher Education: A Primary Humanities Example. Australian Journal of
Teacher Education. Vol 40 (2). Hal 74-76

Majid, A. 2015. Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Scruggs, T. E. and M.A. Mastropieri. 1993. Reading versus doing: The relative
effects of textbook based and inquiry-oriented approaches to science learning in
specialeducation classrooms. Journal of Special Education . Vol 27 (1). Hal 3-
4.
S.K. Lunsford, K.V. Nedunuri and Michael Sandy. Teaching Chemical Equilibrium
Concepts Using Field-Lab Experiences In A Multi-Disciplinary Integrated
Environment. Department of Chemistry, Wright State University .

Suja, I Wayan. 2014. Penggunaan Analogi dalam Pembelajaran Kimia. Singaraja :


Universitas Pendidikan Ganesha.
Suyono dan Hariyanto.2015.Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya.

Warsono dan Hariyanto. 2014. Pembelajaran Aktif : Teori dan Asesmen. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


PendidikanJ akarta : Kencana.

Wiyani, Novan Ardy. 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan : Tata Rancang


Pembelajaran Menuju Pencapaian Kompetensi. Yogyakarta : Ar-ruzz Media.

Yunianti, Endah Dwi. 2012. Pembelajaran Kimia Menggunakan Inkuiri


Terbimbing dengan Media Modul dan E-Learning Ditinjau dari Kemampuan
Pemahaman Membaca dan Kemampuan Berpikir Abstrak. Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai