Anda di halaman 1dari 19

PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara ini dibuat untuk mengingatkan dan sebagai daftar


pengecek bahwa semua aspek yang relevan telah ditanyakan. Pedoman wawancara
dibuat sebagai panduan dalam melaksanakan wawancara tanpa menentukan urutan
pertanyaan karena akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat wawancara
berlangsung dan juga dengan suasana serta kesediaan informan.
Pedoman wawancara tidak terstruktur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bentuk pertanyaan terbuka sebagai berikut :
I. Karakteristik
a. Nama, tempat, dan tanggal lahir, alamat, jumlah saudara pekerjaan.
b. Bagaimana hubungan saudara dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa?
c. Coba ceritakan bagaimana kehidupan pasien selama :
a) Kecil
b) Remaja
c) Dewasa

II. Pengetahuan dan Sikap tentang gangguan jiwa


A. Pengetahuan
1. Apa yang saudara ketahui tentang gangguan jiwa?
2. Bagaimana menurut saudara cara pencegahan gangguan jiwa dan
penanganannya?
3. Siapa saja yang mempunyai potensi untuk mengalami gangguan
jiwa?
4. Bagaimana tanda-tanda seseorang menderita gangguan jiwa?
5. Bagaimana peran anggota keluarga dalam menangani pasien
gangguan jiwa?

Universitas Sumatera Utara


B. Sikap
1. Bagaimana sikap saudara terhadap penderita gangguan jiwa?
2. Menurut saudara, bagaimana sikap saudara terhadap tindakan
pemasungan pada penderita gangguan jiwa?
3. Bagaimana perlakuan petugas kesehatan terhadap pasien gangguan
jiwa?

III. Proses menjadi pasien (sakit) gangguan jiwa


a. Ceritakan gambaran awalnya pasien menderita gangguan jiwa?
b. Menurut saudara apa penyebab gangguan jiwa?
c. Bagaimana tanda-tanda gangguan jiwa?
d. Pada usia berapa pertama terjadi gangguan jiwa?
e. Kemana saja pasien tersebut dibawa berobat?
f. Mengapa saudara mengambil keputusan untuk memasung pasien
gangguan jiwa?

IV. Penanganan pasien gangguan jiwa


a. Menurut saudara penanganan apa saja yang sudah dilakukan pada
pasien gangguan jiwa?
b. Mengapa saudara melakukan tindakan pemasungan pada pasien
gangguan jiwa?
c. Dengan melakukan pemasungan, menurut saudara merupakan sebuah
solusi penanggulangan gangguan jiwa?
d. Keadaan seperti apa yang saudara harapkan dalam melakukan
pemasungan terhadap pasien gangguan jiwa?

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN FIELD NOTE

HASIL WAWANCARA PENELITI


DENGAN PASIEN JIWA DI LANGSA

Nama Pasien : NURAINI


Umur : 22 tahun
Alamat : Desa Lhok Banie Kota Langsa

Nama Orangtua/Wali : JUNAIDI


Umur : 32 tahun
Alamat : Desa Lhok Banie Kota Langsa

Wawancara dengan keluarga pasien dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 4


Januari 2010 Pukul 08.30 Wib pagi di Desa Lhok Banie tepatnya di rumah
keluarga pasien, dengan jumlah INFORMAN sebanyak : 5 orang yang terdiri
dari :

1. Zakaria : Ayah Kandung Pasien


2. Salamah : Ibu Kandung Pasien
3. Murhaban : Adik Kandung Pasien
4. Mariana : Adik Kandung Pasien
5. Fitria : Adik Kandung Pasien

HASIL-HASIL WAWANCARA

Peneliti : Bagaimana gejala awal pasien, sehingga dia menjadi


sakit dan apakah pasien punya masalah?
Ayah pasien : Tidak ada tanda-tanda gejala awal dari pasien

Peneliti : Bagaimana dengan masa kecilnya?


Ibu Pasien : Pasien hanya menamatkan sekolah sampai SD saja, saat
itu kondisi pasien biasa-biasa saja, bermain seperti
anak-anak lain pada umumnya

Peneliti : Menurut pengamatan yang diketahui, kira-kira pasien


ini apa sakitnya?
Ayah pasien : Jika melihat dari tanda-tanda sakitnya pasien, kami
punya kesimpulan bahwa pasien terkena pengaruh
guna-guna atau sakit duniawi. Oleh karena itu sejak

Universitas Sumatera Utara


Mei 2007 pasien telah kami bawa berobat ke Banda
Aceh dan pulang kembali ke Langsa pada bulan Juli
2007 ( 2 bulan) selebihnya pasien berobat ke
dukun/orang pintar)
Peneliti : Apa perlakuan yang diberikan saat ini kepada pasien?
Ayah pasien : Pasien kami kurung di dalam kamar, dan menurut kami
cara ini lebih baik, karena faktor ekonomi yang tidak
mendukung

Peneliti : Mengapa pasien dikurung di dalam kamar?


Adik kandung : Pasien suka mengamuk, jika sakitnya mulai kambuh,
pergi tanpa tujuan yang jelas, mengganggu orang lain,
pasien juga akan memukul dan melempar orang lain

Peneliti : Bagaimana Kondisi pasien di dalam kamar?


Adik kandung : Pasien jika BAB dan BAK di kamar mandi dan dikawal
oleh keluarga pasien, tidur di atas tikar dan papan,
tidak menggunakan kasur.

Peneliti : Bagaimana tanda-tandanya jika pasien akan mulai


kambuh sakitnya?
Adik kandung : Pasien mulai sakit kepalanya, mata melotot dan mulai
memukul-mukul kepalanya

Peneliti : Apakah ada saran-saran agar pasien di bawa ke rumah


sakit jiwa?
Ayah pasien : Ya benar ada, tapi keluarga kami tidak mempunyai
biaya untuk membawa pasien ke rumah sakit jiwa.

Peneliti : Bagaimana kondisi pasien saat ini dan usaha-usaha apa


yang sudah pernah dilakukan?
Ayah pasien : Upaya-upaya yang kami lakukan saat ini terhadap
pasien, hanya sebatas membawa pasien berobat ke
dukung kampung, untuk berobat secara medis kami
tidak mempunyai biaya.

Peneliti : Apakah ada perubahan yang berarti ketika pasien


berobat ke dukun kampung?
Ayah pasien : Tidak ada, tidak ada perubahan apapun yang kami
lihat. Berobat hanya sekedar meredakan agar pasien
tidak selalu kambuh sakitnya.

Universitas Sumatera Utara


Peneliti : Bagaimana cara-cara berobat trandisional yang
dilakukan terhadap pasien?
Ibu Pasien : Dengan cara di sembur/dirajah

Peneliti : Apakah orangtua punya niat untuk membawa pasien


ke rumah sakit jiwa? Dan apakah keluarga pasien sudah
berkoordinasi dengan perangkat desa?
Ayah pasien : Dengan Geuchik/Perangkat desa belum ada koordinasi
yang sungguh-sungguh bagaimana solusi yang baik
agar anak kami bisa berobat, pun demikian, kami punya
niat membawannya ke rumah sakit jiwa dan mudah-
mudahan ada pihak yang peduli dengan nasib anak
kami, dengan harapan anak kami segera bisa
disembuhkan.

Peneliti : Baiklah, kami mengucapkan terima kasih atas


informasi-informasi yang diberikan oleh keluarga ini
tentang kondisi pasien. Segala informasi yang kami
terima ini kami catat dan akan menjadi rahasia kami,
serta akan kami manfaatkan sebaik-baik mungkin
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan penelitian,
tentunya atas seizin keluarga ini. Terima kasih.
Ayah pasien : Kami bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
informasi-informasi yang kami berikan tentang pasien

Universitas Sumatera Utara


HASIL WAWANCARA PENELITI DENGAN PASIEN PASUNG
DI IDI CUT KAB. ACEH TIMUR

I. DATA PASIEN
Nama Pasien : SOFYAN
Umur : 23 tahun
Anak ke : II dari 4 bersaudara
Alamat : Idi Cut Kab. Aceh Timur

II. DATA KELUARGA PASIEN


1. Nama Ayah : SULAIMAN
Umur : 58 tahun
Pekerjaan : Mocok-mocok
Penghasilan : Rp. 600.000,- / bulan
Alamat : Idi Cut Kab. Aceh Timur

2. Nama Ibu : SYARIBANUN


Umur : 55 tahun
Pekerjaan : Mocok-mocok
Alamat : Idi Cut Kab. Aceh Timur

3. Nama Saudara Kandung


a. Abang laki-laki I : Heri Safrijal
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Tidak tetap
Alamat : Idi Cut Kab. Aceh Timur
b. Adik laki-laki III : Heri Munandar
Umur : 15 tahun
Pekerjaan : Pelajar Kelas II SMP
Alamat : Idi Cut Kab. Aceh Timur
c. Anak ke IV : Meninggal

Wawancara dengan keluarga Pasien dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 24


Januari 2010 Pukul 15.00 Wib sore di Idi Cut Kab. Aceh Timur tepatnya di rumah
keluarga pasien, dengan jumlah INFORMAN sebanyak 6 orang yang terdiri dari:
1. Sulaiman : Ayah kandung pasien
2. Syaribanun : Ibu kandung pasien
3. Heri Safrijal : Abang kandung pasien
4. Nurul Abiat : Makcik Pasien
5. Usmani : Pakcik Pasien
6. Zaini : Pakcik Pasien

Universitas Sumatera Utara


HASIL-HASIL WAWANCARA

A. Riwayat Pasien Sakit


Pasien sakit sejak tahun 2003 dan saat itu pasien baru berumur 16 tahun
(kondisi / situasi Aceh saat itu berstatus Darurat Militer)
Saat itu pasien masih duduk di bangku kelas II SMA Negeri I Darul
Aman di Idi Cut Kab. Aceh Timur.
Masa kecil, masa remaja (masuk umur 16 tahun) pasien tidak mengalami
tanda-tanda gangguan jiwa.

B. Masalah Pasien
Pada masa darurat militer pasien pernah dipukul oleh TNI, pasien
merasa takut yang luar biasa (saat ini pasien trauma dengan baju hijau)
sehingga makan bubur kacang hijaupun pasien tidak mau.
Pasien sangat depresi/tertekan, karena mendengar dari orang-orang/
masyarakat bahwa ayah kandungnya bersuku Jawa, sedangkan pada
masa itu (konflik di Aceh) orang-orang yang bersuku Jawa (etnis Jawa)
semua dibunuh oleh tentara GAM (Gerakan Aceh Merdeka) sehingga
pasien sungguh-sungguh depresi.
Pasien pernah ditangkap oleh BRIMOB dan ditahan selama 3 jam
Pasien sangat trauma dengan tragedi BERDARAH Idi Cut pada masa
kondisi darurat militer, yang memakan korban jiwa dari warga setempat
cukup banyak dan itu terjdi di depan matanya.
Pada suatu hari pasien Sofyan berjalan-jalan sendirian di depan
rumahnya, kemudian terjatuh, tiba-tiba giginya tergancing seketika, dan
sembuhnya dengan cara pengobatan tradisional.

Universitas Sumatera Utara


C. Pengobatan Yang Sudah Pernah Dilakukan Keluarga Terhadap Pasien
a. Pada tahun 2003, saat mula pertama pasien mulai sakit, dimana
kejadiannya pada malam hari, saat itu kondisi pasien tiba-tiba matanya
menjadi merah dan pasien menjadi marah dan mengamuk. Oleh pihak
keluarga pasien di bawa berobat ke dukun, karena menyangka si pasien
terkena guna-guna. Informasi dari sang dukun pasien memiliki NAZAR
berupa seekor kambing yang harus dilepaskan sesajenannya.
b. Pada tahun 2004 piha keluarga membawa pasien untuk berobat ke rumah
sakit jiwa Banda Aceh. Pasien sempat sembuh total selama kurang lebih
satu tahun, dan saat itu pasien kembali ke bangku sekolah, duduk di
kelas II SMP Negeri Darul Aman Idi Cut Kab. Aceh Timur.
c. Pada Tahun 2005, kurang lebih enam bulan setelah pasien masuk sekolah,
pasien kembali sakit dan oleh keluarga pasien di bawa kembali ke rumah
sakit jiwa Banda Aceh (kurang lebih 1,5 bulan), dan setelah itu pasien
merasa dirinya sudah sembuh benar, lalu pasien pulang sendirianya ke
kampung halaman Idi Cut.
d. Tahun 2006 pasien kembali kambuh, dan dirantai
e. Pada tahun 2007, pihak keluarga kembali membawa pasien ke Rumah
Sakit Jiwa Banda Aceh kurang lebih 3 bulan. Sepuluh hari di Rumah Sakit
Jiwa Banda Aceh, pasien membaik, dan pasien tidak mau lagi
mengkonsumsi obat-obatan. Namun setelahnya pasien kembali kambuh
lebih parah lagi, sehingga pihak keluarga mengambil kesimpulan untuk
memasung pasien.
f. Sampai dengan sekarang tahun 2010, pasien masih tetap saja terus
dipasung.

Universitas Sumatera Utara


D. BAB & BAK Pasien
a. BAB : Pasien BAB di tempat dimana dia dipasung, lalu ibu
kandung pasien yang membuangnya
b. BAK : Pasien BAK di tempatnya di pasung

E. Tempat Tidur / Istirahat Pasien


Pasien tidur/istirahat di atas 4 keping papan, dengan berlantaikan tanah
Luas tempat tidur pasien lebih kurang berukuran 3 x 4 cm
Kondisi dan situasi ruangan pasien sangat tidak wajar, jorok, bau tidak
memenuhi standar kesehatan.
Kondisi dalam kamar pasung, memiliki lampu penerangan seadanya
Kondisi pasien tidak memakai baju (telanjang bulat)
Pasien suka mencongkel tanah, memakan tanah, membuat lubang
dengan tangannya sendiri, dan melemparkannya ke dinding kamarnya
Pasien suka berbicara sendiri, tidak diketahui maksud pembicaraannya
Kaki sebelah kiri pasien dipasung, dan isyarat matanya dia ingin bebas
dari pasungan seperti orang lain

F. Perlakuan Keluarga Terhadap Pasien


Pasien pernah di bawa berobat ke Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh tiga kali,
dan pasien sempat sembuh lalu sakit kembali (Sakit & Sembuh berulang-
ulang)
Pasien pernah dibawa dan berobat ke Puskesmas Idi Cut Kabupaten Aceh
Timur.
Pihak keluarga terpaksa harus memasung pasien, karena merasa kondisi
dan situasi pasien sangat mengganggu lingkungan sekitar dimana dia
bertempat tinggal, mengganggu orang-orang yang melihatnya, merusak
bangunan-bangunan pendidikan yang ada di tempat pasien tinggal.

Universitas Sumatera Utara


Sebelum pasien dipasung di dalam kamar, pasien pernah dirantai selama
kurang lebih 6 bulan di batang pohon kapuk (udara terbuka) di dekat
rumah pasien.
Pihak keluarga selalu mengurus dengan baik pasien SOFYAN dengan
cara :
- Memandikan pasien 1 minggu sekali
- Memberikan pakaian kepada pasien, tetapi selalu di sobek sehingga
aurat pasien tampak (telanjang bulat)
- Memberi makan pasien sehari sebanyak tiga kali
Pasien hanya mau ditemani oleh kakak kandungnya yang tertua (Heri
Safrijal) untuk kondisi apapun

G. Kondisi Umum
1. Tempat Tinggal
a. Gubuk/tempat tinggal keluarga pasien beratapkan daun rumbia,
terletak dari pasar Idi Cut yang berjarak 1 Km dari jalan raya Banda
Aceh Medan
b. Ukuran gubuk/tempat tinggal seluas 6 x 4 m2 dengan dinding dari
papan-papan bekas
c. Gubuk/tempat tinggal keluarga pasien dibangun di atas tanah milik
orang lain
d. Kamar tidur keluarga menyatur dengan tempat pemasungan pasien
Sofyan
e. Ruang dapur seadanya, memasak menggunakan kayu bakar
f. Tempat BAB dan BAK keluarga tidak ada, keluarga jika hendak BAB
dan BAK ke hutan-hutan kecil atau pinggir-pinggir rawa-rawa.

Universitas Sumatera Utara


H. Informasi Lain
a. Pasien Sofyan pernah mengkonsumsi obat-obatan pada saat di rumahnya
dengan cara meminum semua obat sekaligus, hal ini dilakukannya
karena Sofyan sudah sangat bosan dengan obat tersebut, sehingga
kondisinya pada saat itu, keracunan, lidahnya menjadi keras
b. Pasien menghisap rokok gudang garam merah sebanyak 2 bungkus
setiap harinya yang didapatkan dari keluarga dan orang-orang yang
menjenguknya.

Universitas Sumatera Utara


1. Keterangan Petugas Kesehatan Jiwa Puskesmas Langsa Tengah
Informan : - Dedy Iskandar AMK
- Yusnizar SKM

Dedy mengatakan bahwa semua informasi masyarakat tentang keadaan


pasien gangguan jiwa di wilayah puskesmas Kota Langsa sebagai berikut:
a. Melakukan survey ke lokasi bersama dengan kader kesehatan/
keluarganya untuk dilakukan pendataan apakah termasuk pengguna
askes, jamkesmas, jamsostek dan umum
b. Membuat asuhan keberadaan tentang kesehatan jiwa
c. Melakukan koordinasi dengan dokter di poli jiwa untuk mendapatkan
terapi
d. Melakukan pengawasan kepada pasien bersama-sama keluarga untuk
tidak mengganggu lingkungan
e. Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang perawatan
kesehatan jiwa
f. Membuat rujukan ke rumah sakit jiwa Banda Aceh dengan
ditandatangani oleh dokter yang bertanggung jawab di puskesmas
ketika adanya kesepakatan keluarga
g. Melakukan koordinasi lintas sektoral jika pasien bukan pengguna
askes, jamkesmas untuk membuat surat keterangan miskin dari
kepala desa yang ditanda tangani oleh camat.

Informasi tentang Rusmiah


a. Kunjungan ke rumah 1 x seminggu untuk memberikan penyuluhan
dan obat

Universitas Sumatera Utara


b. Keluarga Rusmiah terutama ibunya tidak menunjukkan sifat simpati
kepada petugas kesehatan jiwa karena mempunyai asumsi bahwa
anaknya bukan terkena penyakit yang bisa diobati secara medis
c. Keterangan bapaknya kepada petugas kesehatan, bahwa Rusmiah
diobati oleh dukun dan menunjukkan sikap simpati kepada petugas
kesehatan yang bersedia datang ke rumah untuk memberikan obat
d. Keterangan kakaknya kepada petugas kesehatan, kiranya segera
dapat dibawa ke rumah sakit di Banda Aceh agar kondisi Rusmiah
dapat segera sembuh
e. Keterangan tetangga Rusmiah, bahwa kehadiran petugas kesehatan
mendapatkan respon positif, karena ketika Rusmiah mendapatkan
konsumsi obat secara rutin, kondisinya semakin membaik.

2. Keterangan dari Pak Murti petugas Puskesmas Idi Cut


- Informan untuk pasien Sofyan (dipasung)
a. Pak Mukti merasa prihatin dengan keluarga Sofyan, ketika ada tekad
dari keluarga untuk diobati ke rumah sakit jiwa, sementara kondisi
sosial ekonomi sangat memprihatinkan, jangankan untuk biaya
transportasi ke rumah sakit jiwa, bahkan untuk kehidupan sehari-hari
pun sangat kurang
b. Oleh pak Murti membantu menyiapkan transportasi (ambulance) ke
rumah sakit jiwa, dengan seluruh biaya transport di tanggung oleh
Pak Muri karena merasa kasihan melihat kondisi Sofyan yang
dipasung di kamar 3 x 2 dengan lantai tanah.
c. Setelah mendapatkan penanganan dari rumah sakit jiwa untuk
beberapa lama, Sofian kembali ke kampung halamannya.
d. Sofian mendapatkan obat-obat dari puskesmas yang disediakan oleh
Pak Murti, tetapi Sofian sering tidak minum obat karena bosan

Universitas Sumatera Utara


dengan obat-obat tersebut, dan Sofian pernah keracunan obat karena
meminum seluruh obat yang ada padanya.

3. Keterangan dari NS. Roslaini S.Kep (Pegawai Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh)
- Informan Untuk Nuraini (dirantai)
a. Penanganan pasien di rumah sakit jiwa, pada dasarnya tidak saja di
tuntut kepada pihak rumah sakit, melainkan juga beban keluarga
pasien untuk memberikan perhatian dan kepedulian untuk
mempercepat proses kesembuhan, sayangnya sangat minim keluarga
yang mau peduli, imbasnya pasien mengalami depresi sehingga
mereka urung sembuh.
b. Masyarakat kita masih enggan menerima mereka sebagai komunitas
masyarakat biasa lagi setelah dipulangkan dari rumah sakit jiwa,
seperti halnya Nuraini. Dulu pernah dirawat di rumah sakit selama
setengah bulan dan dia sudah sembuh dan dibawa pulang tidak lama
berada di rumah atau lingkungan masyarakat, penyakit jiwa Nuraini
kambuh kembali.
c. Pada dasarnya penanganan pasien di rumah sakit jiwa erat kaitannya
dengan perhatian dan cinta kasih dari pihak keluarga karena penyakit
yang dideritanya hanyalah masalah mentalitas dan ini belum
diperoleh oleh pasien jiwa di masing-masing keluarga.
d. Kepulangan mereka ke rumah masing-masing setelah sembuh tak
bertahan lama, hal ini karena masyarakat belum bisa menerima
mereka sebagai masyarakat biasa mereka yang dinyatakan sehat
masih saja dianggap orang gila sehingga jeratan stress itu kembali
mengikat lagi.
e. Fenomena ini masih sulit diubah di masyarakat Aceh, dan hal ini
sering disosialisasikan kepada masyarakat dan mengajak masyarakat

Universitas Sumatera Utara


khususnya bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa untuk memberikan kepeduliannya kepada
pasien gangguan jiwa.
f. Menghilangkan stigma masyarakat dan keluarga tentang pasien
gangguan jiwa, dan memberikan gambaran mantan pasien gangguan
jiwa masih bisa produktif dengan usaha-usaha seperti pendamping
dari keluarga
g. Melibatkan secara langsung keluarga dan unsur-unsur yang peduli
terhadap kesehatan jiwa, sehingga terbentuk suatu wadah berupa
forum komunikasi.

- Keuntungan adanya forum komunikasi


Sarana untuk mendapatkan informasi atau wawasan tentang
gangguan jiwa
Dapat mendukung proses penyembuhan pasien dengan segala upaya
yang dilakukan oleh organisasi
Sebagai tempat sharing, sharing pengalaman antar anggota forum
Adanya pengawasan orang sakit secara berkala

Universitas Sumatera Utara


ROSMIAH
Nama Dukun :
Informasi dari dukun
Rosmiah diguna-guna oleh pacarnya yang kecewa dan ilmu magis yang
dikirimkan sangat kuat, sehingga pada suatu malam habis saya dan batin
dia, saya didatangi oleh orang halus itu jangan coba-coba kamu obatin dia.
Nanti kamu tau resikonya, terakhir dukun tersebut nyerah tidak sanggup
mengobati Rosmiah. Pernah suatu hari saya sedang jampi-jampi Rosmiah,
tiba-tiba Rosmiah melemparkan botol aqua 600 cc ke muka saya dan dia
meludahi saya. Dia mengatakan pergi-pergi kamu jangan coba datang lagi
kemari, terakhir saya berpikir saya tidak cukup ilmu untuk mengobati dia,
pertamanya saya tertarik mengobati Rosmiah karena sudah banyak kali
dukun yang mengobatinya kenapa tidak sembuh.
Informasi dari Kakak Ipar Rosmiah
Rosmiah sering duduk/menunduk dan biasanya tidak nyambung dan saya
tidak pernah memaharinya kemudian ketika saya berbicara dia tidak
membantah dan dia didengar.
Dia sangat malas apapun tidak mau dilakukan, dikerjakan dan sering ada
yang bisik-bisik suruh jalan-jalan. Pada waktu malam dia selalu bilang : Miah
lapar kak. Dia sangat betah lama-lama di rumah saya.
Dia sering curhat sama kak ipar karena merasa lebih bebas dan dia tidak
merasa tertekan, dan sekali-kali dia masak bersama untuk menyiapkan
makan siang. Kakak sangat sayang karena dia sangat nurut dengan saya dan
tidak pernah memperlihatkan perilaku perilaku seperti ngamuk dan
memukul
Di rumah dia sering solek diri, menghias diri, berdandan dan sekali-kali
kakaknya menyuruh dia untuk beli sabun, rinso dan lain-lain. Kakaknya

Universitas Sumatera Utara


kadang sering kasih uang untuk jajan, kakanya menyiapkan kosmetik untuk
dia seperti bedak, lipstik dan lain-lain.
Gubuk tempat Rosmiah dikurung
Rumah Rosmiah berukuran 6 x 7 semi permanen. Ruangan tempat dia
dikurung berukuran 2.5 x 3 m dengan suasana gelap gulita karena semua
jendela ditutup rapat-rapat dan tidak ada ventilasi apa-apa dan sangat
pengap. Lantainya semen dan beralaskan gardus indomie dan dia tidur di
atas gardus tersebut. Di kamar tersebut ada lobang kecil sebesar ukuran 3,5
inci jika dia mau BAK langsung melalui lubang itu pada pagi hari orang tua
laki-laki menyiramnya.

Universitas Sumatera Utara


NURAINI (DIRANTAI)

Keterangan dari ibu Nunik (warung makan tempat dia bekerja di saat pulang
berobat di rumah sakit jiwa)
Ibu Nunik mengatakan bahwa dia bekerja selama 4 bulan pada saat itu
kegiatan dia di warung makan sebagai clining services setiap pagi, siang dan
malam dia membersihkan lantai meja dan rak tempat menaruh makanan,
sekali-kali dia disuruh membantu bibik upik memasak di dapur.
Selama 4 bulan dia tidak pernah terlihat perilaku seperti halnya orang
gangguan jiwa seperti ngomong sendiri, berbicara tidak dapat dimengerti,
emosi, tetapi dalam 3 bulan ia bekerja ada kelihatan sekali-kali dia masuk ke
kamar keluar kamar tidur yang tempat tidurnya bibik upik yang berlokasi di
belakang dapur warung tersebut.
Pada bulan ke 4 dia meminta istirahat untuk tidak bekerja lagi di warung
oleh ibu Nunik merasa keberatan karena dia orannya penurut dan rajin,
pakaiannya pun sopan dan rapi, tetapi oleh dia langsung saja untuk tidak
bekerja lagi, lantas ibu Nunik heran dan karena gajinya kurang atau dia ada
masalah sama anaknya atau bibik upik.
Gaji yang diberikan oleh ibu Nunik menurutnya (ibu Nunik) sudah sesuai
karena dimana-mana clining service di warung nasi biasa Rp. 700.000,-
Jadi saya pikir bukan persoalan gaji dan saya menanyakan ke bibik upik apa
ada masalah dengan dapur dengan dia baik-baik saja tidak ada sesuatu hal
apapun.

Bibik Upik
Di dalam kesehariannya pada bulan ke 4 sangat terlihat aneh dimana dia
sangat sering duduk sendirian dengan wajah yang murung dan dia juga
pernah cerita dulunya dia pernah bekerja di rumah majikannya dia sangat

Universitas Sumatera Utara


baik diperlakukan tidak pernah dimarahin dan disuruh-suruh, tetapi selama
dia bekerja ditempat warung ibu Nunik dia beberapa kali pernah dimarahin
apalagi pada saat-saat dikamar ibu Nunik mengatakan dengan kata-kata
malas kali kamu, bukannya liat itu apa yang harus dibersihkan kalau tidak
sanggung kerja bilang biar saya cari yang lain, tetapi di satu sisi dia sangat
mengharapkan kalau dia terus bekerja.
Pada saat pulang kerja sering dikasih nasi bungkus, tetapi nasi tersebut
dibagikan ke anak dan uang gajinya sering dibelikan baju untuk anak dan
uang tersisa juga dibagi rata sama anak-anak tetangga.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai