Anda di halaman 1dari 22

CASE REPORT

OLIGOHIDRAMNION PADA MULTIGRAVIDA


HAMIL SEROTINUS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh:
Ferdy Arif Fadhilah, S.Ked

Pembimbing :
dr. Sutiyono,Sp.OG (K), Obsos

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
OLIGOHIDRAMNION PADA MULTIGRAAVIDA HAMIL
SEROTINUS

CASE REPORT
Diajukan Oleh :

Ferdy Arif Fadhilah, S.Ked ( J510165008)

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari ,tanggal

Pembimbing :
dr. Sutiyono, Sp.OG (K), Obsos (.........................................)

Dipresentasikan dihadapan :
dr. Sutiyono, Sp.OG (K), Obsos (.........................................)

Disahkan Ka. Prodi Profesi FK UMS :


dr. D. Dewi Nirlawati (.........................................)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
BAB I
PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. P
Usia : 33 tahun
Alamat : Gebyog 1/7, Mojogedang, Karanganyar
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
No RM : 4036XX
Tanggal Pemeriksaan : 9 Mei 2017
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di ruang bersalin RSUD
Karanganyar pada tanggal 9 Mei 2017 pukul 13.30 WIB.
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan kehamilan sudah lewat waktu perkiraan lahir
(lebih sekitar 3 minggu) tapi belum ada kenceng-kenceng

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Ruang Bersalin RSUD Karanganyar dengan
keluhan kehamilan sudah melewati waktu perkiraan lahir lebih dari 3
minggu. Namun, kenceng-kenceng (-), air merembes dari jalan lahir (-),
lendir darah (-), gerak janin masih dirasa namun merasa sakit ketika ada
gerakan janin.
Riwayat Menstruasi
Haid pertama umur : 13 tahun.
Siklus : teratur, 28 hari, lamanya 6-7 hari.
Banyaknya : 1 hari ganti pembalut 2 kali
HPMT (Hari Pertama Menstruasi Terakhir) : 11 Juli 2016
HPL (Hari Perkiraan Lahir) : 18 April 2017
Usia kehamilan : 43minggu + 1 hari
Riwayat Obstetrik
G3P1A1
Hamil I : Laki-laki, usia 18 tahun, lahir spontan normal, berat lahir
2600 gram
Hamil II : Abortus
Hamil III : Sekarang
Riwayat KB
Pasien tidak menggunakan KB
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : tidak diketahui
Riwayat hipertensi : tidak diketahui
Riwayat DM : tidak diketahui
Riwayat penyakit jantung : tidak diketahui
Riwayat asma : tidak diketahui
Riwayat alergi : tidak diketahui
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa : tidak diketahui
Riwayat hipertensi : tidak diketahui
Riwayat DM : tidak diketahui
Riwayat penyakit jantung : tidak diketahui
Riwayat asma : tidak diketahui
Status Perkawinan
Jumlah Perkawinan : 1 kali
Lama Perkawinan : 17 tahun
Riwayat Operasi
Pasien belum pernah operasi
Riwayat Ante Natal Care
Waktu hamil periksa di bidan 1 bulan sekali, setelah umur 8 bulan 2
minggu sekali.
Kebiasaan sehari-hari :
Konsumsi suplemen / vitamin : (-)
Minum jamu : (-)
Merokok : (-)
Minum alkohol : (-)
Anamnesis Sistem :
- Sistem Cerebrospinal : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Cardiovaskular : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Respirasi : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Gastrointestinal : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Urogenital : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Reproduksi : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Integumen : Tidak Ada Keluhan
- Sistem Muskuloskeletal : Tidak Ada Keluhan

C. RESUME ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan kehamilan lewat dari waktu
perkiraan lahir dan keluhan nyeri pada saat ada gerakan bayi. Tidak di
dapatkan riwayat kehamilan serupa pada ibu sebelumnya. Pada
pemeriksaan USG yang dilakukan di Poli kandungan RSUD Karanganyar
dicurigai terdapat oligohidramnion.

D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Presens
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/ menit
Respirasi : 18 x/ menit
Suhu : 36,10 C

b. Status Generalis
Kepala : Normocephal
Leher : Dalam Batas Normal
Kulit : Dalam Batas Normal
Mata : sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung : Dalam Batas Normal
Telinga : Dalam Batas Normal
Mulut : Dalam Batas Normal
Thorax
Inspeksi : Hemithorax kanan dan kiri simetris
Palpasi : Vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi
Cor : BJ I/II : murni regular
Pulmo : SDV (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Perut membesar, tidak terdapat sikatrik, bekas
operasi (-)
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Supel (+)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Inspeksi : Dalam Batas Normal
Palpasi : Dalam Batas Normal
E. PEMERIKSAAN OBSTETRI
Pemeriksaan luar (Abdomen)
Inspeksi : Sikatrik (-), luka bekas operasi (-), Tampak pembesaran pada
abdomen mulai dari sympisis os pubis sampai procesus Xyphoideus. Striae
gravidarum ditemukan
Palpasi : Teraba janin tunggal, ballotement (-), nyeri perut (-)
Leopold I : Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah prosesus Xyphoideus
(TFU : 30 cm, TBJ : 2.945 gram), Teraba bagian lunak janin
(bokong)
Leopold II : Teraba panjang melengkung janin di bagian kanan
(Punggung) Teraba bagian kecil-kecil janin d bagian kiri
(ekstremitas)
Leopold III : bagian terbawah janin bulat keras (kepala)
Leopold IV : kepala sudah masuk panggul, H1
His : (-)
Auskultasi : Denyut jantung janin 144 kali permenit

Pemeriksaan dalam
Vaginal toucher :
Dinding vagina : dalam batas normal, licin
Portio : mencucu, pembukaan (-)
Kulit Ketuban : belum dapat dinilai
Presentasi : kepala
Penanda : belum dapat dinilai
STLD : (-)
F. DAFTAR MASALAH
- Kehamilan lewat lebih 3 minggu dari hari perkiraan lahir
- Dicurigai cairan ketuban sedikit

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 14.0 12.00-16.00
Hematokrit 42.1 37.00-47.00
Lekosit 15.2 5-10
Trombosit 308 150-300
Eritrosit 4.33 4.00-5.50
MPV 9,0 6.5-12.00

PDW 14.1 9.0-17.0

Index
MCV 97.2 82.0-92.0
MCH 32.3 27.0-31.0
MCHC 33.3 32.0-37.0
Hitung Jenis
Granulosit 80.2 50.0-70.0
Limfosit 13.1 25.0-40.0
Monosit 6.7 3.0-9.0
Eosinofil 1,5 0.5-5.0
Basofil 0,6 0.0-1.0
Kimia
Gula Darah
Glukosa Darah 107 70-150
Sewaktu
GINJAL
Ureum 17 10-50
Creatinin 0.63 0.5-0,9
HATI
SGOT 12 0-46
SGPT 17 0-42
Golongan Darah O
CT 04.00 2-8
BT 02.00 1-3
HbSAg Non Reactive Non Reactive

USG : Pemeriksaan USG (untuk mengetahui volume cairan ketuban),


didapatkan hasil cairan ketuban <500cc

H. DIAGNOSA
Oligohidramnion pada Multigravida Hamil Serotinus 43+1
I. DIAGNOSIS BANDING
- Oligohidramnion pada Multigravida Hamil Postdate

J. TERAPI
- Infus RL 20 tpm
- Inj amoxicilin 1 gr/8jam
- Rencana SC 10 Mei 2017
o Terapi Post SC : RL 20tpm, Inj Cefotaxim /12 jam, Inj
Ranitidin/12jam, Inj Ketorolac/8jam

K. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad sanam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat
waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy,
postdate/ pos datisme atau pascamaturitas, adalah : kehamilan yang berlangsung
sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir
menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari

B. Epidemiologi
Menurut penelitian galal dkk di Autralia tahun 2012 angka kejadian
kehamilan serotinus sekitar 7 % dari semua kehamilan. Prevalensi tergantung dari
karakteristik populasi. Kehamilan serotinus mempunyai hubungan yang erat
dengan mortalitas, morbiditas perinatal atau makrosomia. Sementara itu resiko
bagi ibu dengan kekhamilan serotinus dapat berupa partus lama, inersia uteri dan
pendarahan pasca persalinan ataupun tindakan obstetrik yang meningkat.
Sedangkan data dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta data tahun 2015 kehamilan
serotinus terjadi sebanyak 110 kasus dari 726 kasus persalinan.

C. Etiologi
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini penyebab
terjadinya kehamilan postterm belum jelas. Beberapa teori yang diajukan pada
umumnya mengatakan bahwa terjadinya kehamilan serotinus sebagai akibat
gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori yang diajukan antara lain
sebagai berikut :
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon dalam kehidupan dipercaya merupakan kejadian
perubahan endokrin yang penting memacu proses biomolekuler pada
persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin,
sehingga diduga terjadinya kehamilan serotinus adalah karena masih
berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan serotinus
memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis
memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan
oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan
lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan serotinus.
3. Teori Kortisol/ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin, kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga
produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin.
Pada cacat bawaan janin seperti anansefalus, hipoplasia adrenal janin dan
tidak adanya kelenjar hipofisis akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat
bulan.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Oada keadaan dimana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letakm tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai sebagai penyebab
terjadinya kehamilan serotinus.
5. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan serotinus mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya, seperti dikutip Cuningham, menyatakan
bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan serotinus saat
melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak
perempuannya akan mengalami kehamilan serotinus.
D. Faktor Resiko
Penyebab teoritis seecara pasti dari kehamilan serotinus belum diketahui,
beberapa faktor yang dianggap berkontribusi adalah :
1. Umur
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Wanita
hamil <20tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan
perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi atau servix
seorang wanita untuk hamil, hingga perlu diwaspadai kemungkinan
mengalami persalinan yang sulit dan gangguan lain karena ketidaksiapan ibu
menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang orang tua.
Kehamilan pada >35 tahun, tubuh ibu sudah kurang siap lagi menghadapi
kehamilan dan persalinan. Walaupun dari penelitian menunjukan tingkat
hubungan yang sangat rendah antara hubungan umur dengan kehamilan
serotinus.
2. Paritas
Semakin tingginya jumlah paritas semakin beresiko untuk terjadinya
kehamilan serotinus. Hal ini diduga disebabkan oleh karena seorang ibu hamil
dengan paritas grandemultipara rahimnya mengalami kualitas dan
keelastisannya pun menurun karena terlalu sering hamil dan melahirkan.
Sedangkan pada ibu hamil primipara rahimnya masih kaku karena masih
menyesuaikan diri untuk hamil pertama kali. Namun dari hasil penelitian
setyowati (2010) jumlah paritas dengan kejadian hamil serotinus memiliki
hubungan yang rendah.
3. Riwayat hamil serotinus dan herediter
Ibu yang memiliki riwayat kehamilan serotinus memiliki resiko lebih tinggi
untuk hamil serotinus pada kehamilan selanjutnya.
4. Obesitas pada ibu
Obesitas dihubungkan dengan kehamilan serotinus diduga diakibatkan
oleh adanya hubungan dengan relaksasi uterus akibat kompresi dari aktivitas
miometrium. Kolesterol merupakan komponen esensial pada membran sel
yang diketahui mempunyai peranan penting untuk mengatur kontraksi otot
polos. Komponen untuk menerima sinyal transduksi untuk otot polos dikenal
sebagai lipid rafts dan caveolae. Reseptor estrogen dan oksitosin pada
miometrium terletak pada caveolae. Kadar kolesterol serum meningkat pada
wanita hamil obesitas dan membran miometrium. Perubahan kolesterol
seperti itu dapat mempengaruhi kontraksi miometrium.
5. Abnormalitas janin (anenchephali, insufisiensi renal)
kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat bulan.
6. Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.

E. Diagnosis
Diagnosis kehamilan serotinus dengan cara :
1. melalui riwayat menstruasi
Jika HPMT diketahui, maka perkiraan lahir dapat ditentukan
dengan rumus Naegle yaitu tanggal ditambah 7, bulan dikurangi 3. Rumus
Naegle dapat akurat apabila pasien mempunyai siklus menstruasi 28 hari,
teratur, HPMT diketahui pasti. Rata-rata ovulasi terjadi pada hari ke-14
sebelum periode menstruasi berikutnya. Satu hari perlu ditambahkan pada
umur kehamilan untuk setiap hari kelebihan dari siklus 28 hari dan satu
minggu ditambahkan pada siklus 35 hari. Diagnosis kehamilan serotinus
akan diketahui bila pasien mengetahui saat ovulasi dengan pemeriksaan
suhu basal tubuh.
2. Melalui perkiraan tahap aktivitas janin dalam rahim
a. Denyut Jantung Janin
Dengan stetoskop Laennec denyut jantung janin mulai dapat
didengarkan pada saat usia kehamilan 18-21 minggu. Bila didengarkan
dengan fetalphone Doppler, maka sudah dapat di dengar pada usia
kehamilan 12 minggu. Sehingga apabila telah lewat 32 minggu sejak
dapat didengarnya denyut jantung janin dengan fetalphone Doppler
maka mempunyai kemungkinan terjadinya kehamilan serotinus.
b. Gerakan Janin
Pada usia kehamilan antara 18-20 minggu wanita hamil akan
merasakan gerakan-gerakan yang berdenyut halus di abdomen,
gerakan ini secara bertahap akan bertambah intensitasnya. Hal ini
disebabkan karena aktivitas janin dan waktu gejala pertama kali
dikenali oleh ibu hamil tersebut disebut sebagai quickening atau
persepsi tentang kehidupan. Tanda ini memberikan bukti yang dapat
mendukung diagnosis kehamilan dan bila waktunya ditentukan dengan
tepat, dapat menunjjang dalam menetapkan usia kehamilan. Kehamilan
serotinus dapat diduga apabila janin belum lahir setelah lewat 24
minggu dari saat dirasakannya gerakan janin yang pertama kali.
3. Menggunakan Ultrasonografi (USG) untuk memperkirakan berat janin,
waktu persalinan dan menentukan profil biofisik janin/kesejahteraan janin
intrauterin.
a. Kantung kehamilan/Gestasional Sac
Pada usia kehamilan 6 minggu sudah terlihat kantung kehamilan
yang sangat khas, gerakan denyut jantung janin terlihat jelas pada usia
kehamilan 8 minggu.
b. Crown-rump length/CRL
CRL atau panjang puncak-bokong janin yang diukur saat trimester
pertama dapat memberikan ketepatan +- 4 hari dari taksiran persalinan.
c. Biparietal Diamer/BPD dan panjang femur
BPD atau lingkar kepala dan panjang femur yang diukur saat
trimester kedua dapat memberikan ketepatan +-7hari dari taksiran
persalinan.
Karena variasi normal ukuran janin pada trimester ketiga, penentuan
tangal persalinan pada saat itu kurang dapat dipercaya (+-21 hari). Variasi
keakuratan USG untuk menentukan usia kehamilan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Usia kehamilan saat dilakuakan USG Variasi
< 20 minggu +-7hari
20-30 minggu +- 14 hari
>30 minggu +-21 hari
Jika perkiraan usia kehamilan menggunakan HPMT pasien berbeda dari
USG dengan perkiraan lebih dari variasi yang dapat diterima, makka perkiraan
usia kehamilan yang digunakan adalah hasil perkiraan dengan menggunakan
USG.
Kehamilan dapat diduga sebagai kehamilan serotinus bila didapatkan 3 atau
lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan:
1. telah lebih dari 36 minggu sejak tes kehamilan dinyatakan positif
2. telah lebih dari 32 minggu sejak denyut jantung janin terdengar pertama
dengan fetalphone doppler
3. telah lebih dari 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
4. telah lebih dari 22 minggu sejak terdengar denyut jantung janin pertama
dengan stetoskop laennec.

F. Penatalaksanaan
Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi janin
postterm sehingga setiap persalinan kehamilan posterm harus dilakukan
pengamatan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di rumah sakit dengan pelayanan
operatif dan perawatan neonatal yang memadai.
Pengelolaan kehamilan serotinus dibagi menjadi 2, yaitu:
1. pengelolaan ekspektatif/konservatif
pengelolaan ekspektatif adalah kehamilan dibiarkan berlangsung sampai
berusia 42 minggu dan seterusnya hingga terjadi persalinan spontan selama
hasil pengujian kesejahteraan janin masih baik. Induksi dilakukan bila servix
sudah matang atau terdaat indikasi obstetris untuk mengakhiri kehamilan,
antara lain bila hasil tes non-stress abnormal.
Uji kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan profil
biofisik secara tepat (rapid biophysic profile) yang terdiri atas pemeriksaan
gerakan janin yang terprovokasi suara (sound provoke fetal movement) dan
pengukuran indeks air ketuban (amniotic fluid index/AFI) keduanya dilakukan
dengan menggunakan USG. Rapid biophysic profile memiliki kelebihan yaitu
sederhana, murah, interpretasi hasil lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih
pendek dan bila dibandingkan dengan profil biofisik yang lengkap (Non stress
test/NST dan AFI serta 3 komponen gerakan spontan janin yaitu gerak napas,
gerak janin dan tonus janin) maupun profil biofisik yang telah di modifikasi
(hanya NST dan AFI) memiliki ketepatan hampir sama.
2. Pengelolaan aktif
pengelolaan aktif merupakan upaya untuk menimbulkan persalinan pada
setiap kahamilan sebelum terjadi kehamilan serotinus. Sehingga terdapat
perbedaan mengenai waktu untuk dilakukan induksi persalinan yaitu pada usia
kehamilan 41 minggu atau 42 minggu. Beberapa penulis menganjurkan suatu
tindakan aktif dengan melakukan induksi persalinan pada usia kehamila 41
minggu untuk menghindari kemungkinan komplikasi dari kehamilan serotinus.
Pada usia kehamilan 41 minggu dengan servix belum matang, maka dilakukan
uji kesejah teraan janin dan dilakukan pematangan servix terlebih dahulu.
Prinsip dari tatalaksana kehamilan serotinus ialah merencanakan
pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil
pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik (pelvic score=PS). Ada
beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain:
1. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.
2. Induksi dengan oksitosin.
3. Bedah seksio sesaria.
The American College of Obstetricians and Gynecologist mempertimbangkan
bahwa kehamilan postterm (42 minggu) adalah indikasi induksi persalinan.
Penelitian menyarankan induksi persalinan antara umur kehamilan 41-42 minggu
menurunkan angka kematian janin dan biaya monitoring janin lebih rendah.
Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi
beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran
panggul normal, tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin presentasi kepala,
serviks sudah matang (porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka).
Selain itu, pengukuran pelvik juga harus dilakukan sebelumnya.
Table 1. Skor Bishop
0 1 2 3
Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6
Penurunan kepala
-3 -2 -1, 0 +1, +2
dari Hodge III
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Searah sumbu
Posterior Anterior
jalan lahir

Tatalaksana yang biasa dilakukan ialah induksi dengan Oksitosin 5 IU.


Sebelum dilakukan induksi, pasien dinilai terlebih dahulu kesejahteraan janinnya
dengan alat KTG, serta diukur skor pelvisnya. Jika keadaan janin baik dan skor
pelvis > 5, maka induksi persalinan dapat dilakukan. Induksi persalinan dilakukan
dengan Oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%. Tetesan infus dimulai dengan 8
tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30 menit sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul his
yang adekuat. Selama pemberian infus, kesejahteraan janin tetap diperhatikan
karena dikhawatirkan dapat timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat,
tetesan infus dipertahankan hingga persalinan. Namun, jika infus pertama habis
dan his adekuat belum muncul, dapat diberikan infus drip Oksitosin 5 IU ulangan.
Jika his adekuat yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan terminasi
dengan seksio sesaria.
Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
a) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin,
atau
c) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
Pada kehamilan yang telah melewati 40 minggu dan belum menunjukkan tanda-
tanda inpartu, biasanya langsung segera diterminasi agar resiko kehamilan dapat
diminimalis.

G. Pathway

H. Komplikasi
1. Komplikasi pada ibu
Morbiditas/mortalitas ibu: dapat meningkat sebagai akibat dari
makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan
terjadinya distosia persalinan, incoordinate uterine action, partus lama,
meningkatkan tindakan obstetrik dan persalinan traumatis/pendarahan postpartum
akibat bayi besar. Aspek emosi : ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana
kehamilan terus berlangsung melewati taksiran persalinan.
2. komplikasi pada janin
a. kelainan pertumbuhan janin
Berat janin
Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka
penurunan berat janin. Dari penelitian Vorherr tampak bahwa sesudah
umur kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin
mendatar dan nampak adanya penurunan setelah 42 minggu.
sindrom prematuritas
Dapat dikendalikan pada neonatus dengan ditemukan beberapa
tanda seperti gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput
seperti kertas (hilangnya lemak subcutan), kuku tangan dan kaku
panjang, tulang tengkorak paha dan genitalia luar, warna coklat
kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, muka tampak
menderita dan rambut kepala banyak atau tebal
b. Komplikasi Perinatal
kematian perinatal mennunjukan angka peningkatan setelah
kehamilan 42 minggu atau lebih sebagian besar terjadi intrapartum,
umumnya disebabkan oleh :
insufisiensi plasenta, akibatnya : pertumbuhan janin terhambat
Oligohidramnion : terjadi kompresi tali pusat
Keluar mekonium kental, berakibat terjadinya aspirasi mekonium
pada janin
Makrosomia : bayi serotinus lebih besar daripada bayi cukup bbulan
dan memiliki insidensi makrosomia janin yang lebih tinggi (2.5-10%
dibandingkan 0.8-1%).
I. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan
yang teratur atau Antenatal Care (ANC), minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali
pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara
13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu).
Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali
sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 8 bulan dan seminggu
sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui
dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang
berbahaya.
Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter
kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui
dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu.
Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu
dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu).
BAB III
PEMBAHASAN

Telah dilaporkan suatu kasus wanita 33 tahun dengan usia kehamilan


43minggu+1 hari dengan diagnosa oligohidramnion pada multigravida hamil
seeerotinus. Tinggi fundus uterus 30 cm, taksiran berat janin 2.945 gram.
Diagnosis terhadap pasien diperkuat oleh tanggal hari pertama menstruasi terakhir
(HPMT), yaitu tanggal 11 Juli 2016. Taksiran persalinannya ialah 18 April 2017.
Berdasarkan HPMT pasien, usia kehamilannya ialah 43minggu+1 hari. Syarat
kehamilan lewat bulan ialah kehamilan yang telah lewat 42 minggu. Maka
diagnosa untuk pasien ini sudah tepat. Pada pasien juga di diagnosis
oligohidramnion sebagai bagian dari komplikasi maternal akibat hamil serotinus
di dasarkan hasil pemeriksaan fisik uterus lebih kecil dari ukuran seharusnya,
tidak ada ballotement dan ibu merasa kesakitan ketika ada gerakan janin.

Prinsip dari kehamilan lewat bulan adalah terminasi kehamilan segera.


Pada kasus ini terminasi dilakukan secara sectio caesaria dikarenakan kehamilan
sudah melewati waktunya dan terdapatnya komplikasi yaitu oligohidramnion yang
dapat mengganggu proses persalinan secara pervaginam. Sehingga lebih
diputuskan dilakukan sectio caesaria. Tindakan sudah tepat.

Faktor penyebab dari kehamilan lewat bulan ialah kelainan janin


(anensephalus, hipoplasia, kelainan kelenjar suprarenal janin, janin tidak memiliki
hipofisa), tali pusar pendek, dan kelainan letak janin. Faktor lain ialah kesalahan
dalam penanggalan, primigravida, riwayat serotinus, jenis kelamin laki-laki, dan
genetik. Pada kasus ini belum dapat dipastikan penyebab pasti dari kehamilan
lewat waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Galal et al. 2012. Postterm Pregnancy. FVV in Obgyn


Rusmiyawati & Widayati. 2017. Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin Dengan
Kehamilan Serotinus Di RSDM Surakarta. Indonesian Journal On Medical
Science
Saifuddin AB, Rachimhadhi Tm Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawihardho Edisi 4 Cetakan 2. Jakarta: PT Bina Pustaka
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY, Ppendit
BU, Setia R. Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta: EGC
Manuba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
EGC
Caughey AB et al. 2009. Who Is At Risk For Prolonged and Postterm Pregnancy?.
AJOG
Zhang J et al. 2007. Poor Uterine Contractility In Obese Women. BJOG
Walker, Nicholas. 2015. Prolonged Pregnancy. Obstetrics, Gynaecology and
Reproductive Medicine
Simpson PD. 2011. Prolonged Pregnancy. Obstetrics, Gynaecology and
Reproductive Medicine
Kistka ZAF. 2007. Risk For Postterm Delivery After Previous Postterm Delivery.
AJOG

Anda mungkin juga menyukai