Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS AKTIVITAS PROFITABILITAS PADA PT BRI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisa Laporan Keuangan

Disusun oleh:
Hasby Harvianto Ramadhan 120110140003
Siti Nurmayiroh Lutfi 120110140038
Sekar Ayu Kartika Sari 120110140061

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Analisis Aktivitas Profitabilitas
pada Bank BRI.
Dengan ini kelompok kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik
tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa
juga kelompok kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kelompok kami dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada:
1. Hj. Prima Yusi Sari, S.E., M.E., Ak. sebagai dosen mata kuliah Analisa Laporan
Keuangan
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar menjadi bahan perbaikan dalam
pembuatan makalah lainnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandung, 5 Mei 2017


1.1 ROA

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan.
Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Growth Growth
2014- 2013-
2015 2015 2014 2014 2013
Net Income before tax 32,494,018 5.20% 30,804,112 9.4% 27,910,066
Net Income after tax 25,410,788 4.55% 24,253,845 12.0% 21,354,330
Q4 Previous year 801,955,000 21.92% 626,183,000 12.0% 551,337,000
Q1 806,005,000 23.61% 615,719,000 14.0% 529,509,000
Q2 773,314,000 16.79% 643,484,000 13.5% 556,459,000
Q3 802,299,000 12.09% 705,287,000 16.7% 587,706,000
Q4 Current year 878,426,000 8.71% 801,955,000 21.9% 626,183,000
Average assets 812399800 16.48% 678,525,600 16.0% 570238800
ROA -a.t 3.13% 3.57% 3.74%
ROA -b.t 4.00% 4.54% 4.89%
Return On Assets (before tax)
6.00%

4.89%
5.00% 4.54%
4.00%
4.00%

3.00%

2.00%

1.00%

0.00%
2013 2014 2015

ROA (before tax)

Return On Assets (after tax)


6.00%

4.89%
5.00% 4.54%
4.00%
4.00%

3.00%

2.00%

1.00%

0.00%
2013 2014 2015

ROA (after tax)

Pada akhir tahun 2015, BRI membukukan tingkat imbal hasil rata-rata aset (ROA) sebesar
4,00%, sedikit menurun dibandingkan tahun 2014 yang berada di level 4,54%. Peningkatan beban
pencadangan risiko kredit yang naik signifian di tahun 2015 menjadi faktor dominan dalam
penurunan rasio ini.
CKPN adalah cadangan kerugian yang dihitung dari besarnya penurunan nilai pada suatu
asset keuangan yang dievaluasi baik secara individual maupun kolektif. Kesimpulan analisa yang
kami dapat adalah ternyata dalam 3 tahun terakhir ROA Bank BRI mengalami penurunan

Meskipun ROA Bank BRI masih dikatakan aman, namun diketahui penyebab ROA
menurun ini adalah karena rasio NPL yang naik. NPL merupakan rasio untuk mengukur kredit
bermasalah di suatu perbankan dan merupakan salah satu kunci untuk menilai kinerja bank.
Artinya, indikasi adanya masalah dalam bank tersebut yang mana jika tidak segera mendapatkan
solusi maka akan berdampak bahaya pada bank. Jika NPL terus meningkat secara terus-menerus
akan memberikan pengaruh negative pada bank, salah satunya adalah mengurangi jumlah modal
yang dimiliki oleh bank. Apabila semakin rendah NPL maka bank tersbeut akan semakin
mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL tinggi bank tersebut akan mengalami
kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.

Non Performing Loan


2.50%

2.00%

1.50%

Non Performing Loan


1.00%

0.50%

0.00%
2011 2012 2013 2014 2015

Pada grafik di atas dapat di lihat bahwa NPL Bank BRI terus mengalami peningkatan,

Dari sisi nominal, NPL BRI mengalami kenaikan sebesar 34,2% dibandingkan tahun 2014 dan
Rasio NPL naik dari 1,78% menjadi 2,10% di tahun 2015 atau naik 320 bps. Namun demikian
NPL Coverage Ratio masih terjaga di 151,15%, sehingga rasio kredit bermasalah masih terjaga
ditingkat risiko yang masih dapat ditolerir.
Dari rasio NPL yang selalu naik, maka kebalikannya rasio ROA akan turun, dan
kesimpulan penyebabnya adalah risiko kredit yang meningkat karena perekonomian global sedang
mengalami perlambatan ekonomi. Itu artinya, tingkat pendapatan bunga tidak bertumbuh sebesar
dari tahun 2013 ke 2014, pertumbuhan tingkat pendapatan bunga mengalami penurunan akibat
kelesuan perekonomian global ini sehingga lebih banyak kredit macet sehingga untuk
mengatasinya CKPN di Bank BRI ditingkatkan.

1.2 Rate Return on Loans

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kegiatan
pengkreditannya.

Rate Return on loan = Interest income / Total Kredit (setelah dikurangi CKPN)

2015 Growth 2014 Growth 2013


Interest Income (a) 83,007,745 11.98% 73,065,777 21.00% 57,720,831
Total Kredit (-CKPN)
(b) 547318355 12.44% 479211143 12.53% 419144730
Rate Return on loans
(a/b) 15.17% 15.25% 13.77%

Maka, setelah di hitung di dapat hasil seperti di atas. Ada kenaikan antara tahun 2013 ke tahun
2014 yaitu dari 13,77% menjadi 15,25% namun terjadi penurunan meskipun tidak signifikan
pada tahun 2015 yaitu 15,17%.
Penurunan rasio rate return on loan disebabkan oleh meningkatnya CKPN (Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai) secara signifikan dari tahun 2014 sebesar Rp15,886,145 menjadi
Rp17,162,183. Peningkatan CKPN disebabkan oleh peningkatan penyaluran kredit kepada
masyarakat.
Rate Return on Loans
15.50%

15.00%

14.50%

14.00%

13.50%

13.00%
2013 2014 2015

Series 1

Maka analisa yang kami berikan adalah, manajemen bank mampu untuk tetap menjaga kegiatan
pengkreditannya meskipun mengalami sedikit penurunan. Selain itu, penurunan-penurunan yang
terjadi pada tahun 2015 ini kiranya disebabkan oleh sedang lesunya perekonomian secara
keseluruhan.

Sebagaimana diketahui, perekonomian global tahun 2015 mengalami perlambatan disertai


dengan terjadinya volatilitas di pasar modal dan pasar uang. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh
perlambatan ekonomi China yang tumbuh hanya sekitar 6,5% yang sebelumnya pada tingkat
pertumbuhan 10,4% di tahun 2010. Perlambatan ekonomi dunia tersebut telah mempengaruhi
kinerja perekonomian domestik di mana pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan hanya
mencapai 4,8% melambat dibandingkan tahun 2014 yang tumbuh 5,02%. Kondisi ini antara lain
disebabkan oleh penurunan harga komoditas dunia dan ekspor nasional yang cenderung menurun
walaupun neraca perdagangan masih mengalami surplus. Nilai rupiah terhadap dolar Amerika
pada posisi bulan Desember 2015 juga melemah hingga mencapai Rp13,795/USD sedangkan
tingkat inflasi tahun 2015 sebesar 3.35%.

hingga akhir tahun 2015, perekonomian yang kurang kondusif serta adanya tekanan likuiditas
telah mempengaruhi kinerja ekspansi bisnis maupun profiabilitas perbankan nasional. seiring
menurunnya kinerja di tengah berbagai tantangan eksternal, BRI mampu bertahan dengan
menunjukkan kinerja yang baik dimana mampu mempertahankan rasio-rasio keuangan seperti
rasio rate return on loan meskipun terjadi sedikit penurunan.

Selain itu, penurunan rasio ini juga disebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan interest
income dari tahun 2013 ke 2014 yaitu 12,80% dan dari 2014 ke 2015 dengan penurunan tingkat
pertumbuhan 12,47%. Sehingga, saat total kredit meningkat secara signifikan 14,21% maka rate
return on loan sedikit menurun.

1.3 BOPO
BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi (Siamat, 2005).
Biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisien dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja,
biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya).
Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank, yaitu pendapatan bunga yang
diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Bank yang
efisien dalam menekan biaya operasionalnya dapat mengurangi kerugian akibat ketidakefisienan
bank dalam mengelola usahanya sehingga laba yang diperoleh juga akan meningkat.
Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas
usahanya sehingga semakin sehat bank tersebut (Herdiningtyas, 2005). Diuraikan dalam rumus
sebagai berikut :

Dalam menganalisa laporan keuangan PT BRI Persero mempergunakan metode


komparatif yaitu membandingkan kondisi keuangan untuk tiga periode akuntansi atau lebih dan
analisis horizontal dalam arti membandingkan naik turunnya pos-pos neraca dalam laporan
keuangan yang mempengaruhi Profitabilitas PT BRI Persero untuk periode-periode tersebut.
2013 2014 2015
Total Beban Operasional 41681966 56114437 67330171
Total Pendapatan Operasional 67809543 84421353 97657792
BOPO 61.46917404% 66.46948314% 68.94500646%

BOPO
70.00% 68.94%

68.00%
66.47%
66.00%

64.00%

61.47%
62.00%

60.00%

58.00%

56.00%
2013 2014 2015

BOPO

BOPO atau Beban Operasional atas Pendapatan Operasional merupakan perhitungan


terakhir dalam analisa profitabilitas yaitu dengan melakukan perbandingan biaya operasional
selama periode tertentu terhadap pendapatan operasional pada periode yang sama.
Dari hasil perhitungan di atas, BOPO yang diperoleh pada tahun 2013 sebesar 61.47%.
Pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi sebesar 66.47% dan tahun 2015 juga mengalami
peningkatan menjadi sebesar 68.94%.
Hasil perhitungan untuk periode 3 tahun tersebut terlihat jelas bahwa naiknya beban
operasional dipengaruhi oleh biaya administrasi dan umum, biaya personalia dan biaya-biaya
lainnya untuk mendukung perkembangan Bank BRI itu sendiri. Begitu pula dengan pendapatan
operasional, peningkatan ini disebabkan oleh karakteristik tindakan manajemen yang masih sama
dan tetap berkomitmen dalam mempertahankan efisiensi operasional bank. Jadi, secara
keseluruhan perolehan rasio BOPO menunjukkan predikat sehat karena masih <93,52%.
Dari tahun ke tahun BOPO BRI selalu terjadi kenaikan. Hal ini sejalan dengan kondisi
ekonomi yang kurang mendukung yang berdampak pada peningkatan pencadangan risiko kredit
(CKPN). Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) merupakan cadangan yang dibentuk oleh
bank untuk menghadapi terjainya risiko kerugian akibat penanaman dana dalam aktiva produktif.
Sehingga, beban menjadi ikut naik meski pendapatan selalu naik juga, akhirnya presentase tetap
meningkat setiap tahunnya.
1.4 Net Income on Total Asset
Merupakan ukuran kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan
sejumlah aktiva bank, semakin besar maka semakin baik baik perusahaan tersebut.

NITA = Net Income/Total Assets

2015 2014 2013


Net Income (a) 21,354,330 18,681,350 15,296,501
Total assets (b) 878426312 801984190 626100633
NITA (a/b) 2.43% 2.33% 2.44%

NITA
2.46%
2.44%
2.44% 2.43%

2.42%
2.40%
2.38%
2.36%
2.34% 2.33%

2.32%
2.30%
2.28%
2.26%
2013 2014 2015

NITA

Sepanjang tahun 2013, Direksi mampu menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan.
Secara konsolidasi, laba bersih mampu menembus angka Rp 20 triliun yaitu sebesar Rp 21,35
triliun dan total aset mencapai Rp 626,18 triliun. Pencapaian ini juga diikuti oleh perbaikan pada
indicator penting lainnya seperti pertumbuhan kredit yang mencapai 23,85% dan pendapatan fee-
based income yang berdasarkan angka bank saja mencapai Rp 4,86 triliun dengan kontribusi
terhadap pendapatan mencapai 7,2% . Perseroan juga mencatat peningkatan rasio-rasio utama yang
lebih baik dibanding bank pesaing.
Ditengah tekanan penurunan ekonomi nasional pada tahun 2015, Dewan Komisaris
menilai Direksi berhasil menerapkan strategi yang tepat sehingga laba bersih Perseroan mampu
tetap tumbuh walaupun dengan pertumbuhan yang rendah yaitu sebesar 4,3% dari tahun
sebelumnya sehingga menghasilkan laba bersih sebesar Rp 25,20 triliun. Pencapaian laba bersih
tersebut tidak terlepas dari keberhasilan Perseroan dalam mempertahankan tingkat rentabilitas
walaupun dengan capaian yang lebih rendah dari tahun sebelumnya.

1.5 Leverage Multiplier

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank dalam mengelola
aset yang dikuasainya, mengingat atas penggunaan aktiva tetap tersebut bank harus mengeluarkan
sejumlah biaya tetap. semakin besar semakin bagus.

Leverage Multiplier = Total Asset/Total Capital

2015 2014 2013


Total assets (a) 878426312 801984190 626100633
Total Equity (b) 113127179 97705834 79574306

Leverage Multiplier (a/b) 7.76 8.21 7.87


Leverage Multiplier
8.30%
8.21%
8.20%

8.10%

8.00%

7.87%
7.90%

7.80% 7.76%

7.70%

7.60%

7.50%
2013 2014 2015

Dari tahun ke tahun, leverage multiplier di Bank BRI mengalami fluktuasi, itu semua
disebabkan oleh proporsi total asset dengan total ekuitas yang berbeda.

Pada akhir tahun 2015, proporsi liabilitas dan ekuitas BRI untuk mendanai aset masing-
masing sebesar 87,12% dan 12,88%. Total aset tumbuh 9,53%, sedangkan liabilitas mengalami
pertumbuhan 8,66%, dan ekuitas tumbuh 15,78%. Hal tersebut menunjukkan bahwa modal masih
menjadi sumber dana utama ekspansi binis BRI.
Pada tahun 2015, ekuitas meningkat sebesar Rp15,42 triliun atau tumbuh 15,8%
dibandingkan tahun 2014 yang sebesar Rp97,71 triliun menjadi Rp113,13 triliun. Peningkatan
tersebut bersumber dari peningkatan laba tahun berjalan sebesar Rp18,12 triliun atau 20,5%
dibandingkan tahun 2014 menjadi Rp106,73 triliun sesuai dengan hasil keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2015 mengenai rasio pembayaran deviden (DPO) sebesar
30%.

1.6 Gross Profit Margin


Gross Profit Margin
70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

Gross Profit Margin


30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
2013 2014 2015

GPM 2015 2014 2013


Operating Income (a) 97843078 84421353 67809543
Operating Expense (b) 67330171 56114437 41682348
Gross Profit Margin (a-
b)/a 45.318% 50.445% 62.682%

Gross profit margin yaitu merupakan perbandingan antara gross profit terhadap pendapatan
operasional yang diterima. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar presentasi laba dari
kegiatan usaha murni bank setelah dikurangi biaya-biaya. Dapat dilihat dari tahun 2013 sampai
2015 terjadinya penurunan rasio, artinya walaupun bank mengalami peningkatan pendapatan
namun beban yang dikeluarkan pun semakin besar, adapun beban yang meningkat cukup
signifikan diantara yaitu beban bunga dan syariah dan juga Beban penyisihan kerugian penurunan
nilai atas aset keuangan
1.7 Assets Utilization

Asset Utilization
4.80%

4.60%

4.40%

4.20%

Asset Utilization
4.00%

3.80%

3.60%

3.40%
2013 2014 2015

Rasio Asset Utilization merupakan rasio yang membandingkan antara total income terhadap total
asetnya. Rasio ini digunakan untuk melihat pemanfaatkan aset yang dimiliki untuk memperoleh
laba operasi dan laba non operasi. Semakin besar ratio ini menunjukan semakin besar penggunaan
asset untuk memperoleh laba. Dari grafik yang telah ada terlihat adanya penurunan ratio dari tahun
2013 hingga tahun 2015. Penurunan ratio ini disebabkan oleh adanya penambahan jumlah asset
yang cukup signifikan dan tidak diimbangi dengan kenaikan laba yang setara. Kenaikan jumlah
asset ini karena adanya peningkatan nilai penyertaan saham di PT BTMU-BRI Finance, dan juga
adanya peningkatan aset lain-lain terutama karena peningkatan uang muka pajak sebesar 255,05%
dari Rp724 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp2,57 triliun, terutama dikarenakan adanya selisih
perhitungan pada pos beban CKPN yang akan diselesaikan dengan Direktorat Jenderal Pajak. Dan
juga ditahun 2015 adanya peningkatan nilai asset tetap di tahun 2015 akibat proyek satelit BRISat
yang saat ini proyek sudah sampai tahap final performance test

1.8 Interest Expense Ratio


Interest Expense Ratio
12.60%

12.40%

12.20%

12.00%

11.80%

11.60% Interest Expense Ratio

11.40%

11.20%

11.00%

10.80%
2013 2014 2015

Rasio interest expense merupakan rasio yang membandingkan interest expense terhadap total
deposit nya. Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya persentase bunga yang dibayar kepada
para deposan bank dengan total deposit yang ada di bank. Dilihat dari grafik tersebut ada
peningkatan rasio dari tahun 2013 ke tahun 2015. Rasio yang meningkat ini diakibatkan karena
meningkatnya interest income yang diterima oleh perusahaan.
800000000

700000000

600000000

500000000

400000000 Series 1
Series 2
300000000

200000000

100000000

0
Category 1 Category 2 Category 3

Anda mungkin juga menyukai