Anda di halaman 1dari 23

Dedi Mulyana

I34062926

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin
mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini membuat hamper tidak ada
bidang kehidupan manusia yang bebas dari penggunaannya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat,
peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting.

Hassan (1999) mengemukakan teknologi komunikasi cenderung memungkinkan terjadinya


transformasi berskala luas dalam kehidupan manusia. Transformasi terseut telah memunculkjan
perubahan dala berbagai pola hubungan antar manusia (patterns of human communication), yang
pada hakikatnya adalah interaksi antar pribadi (interpersonal relations). Pertemuan tatap muka
(face to face) secara berhadapan dapat dilaksanakan dalam jarak yang sangat jauh melalui tahap
citra (image to image).

Isi pesan media komunikasi seringkali tidak mempengaruhi masyarakat yang kini melainkan
bentuk dan jenis media itu sendiri. Banyak bentuk-bentuk teknologi baru dalam komunikasi yang
kita kenal, seperti telepon selular (ponsel), surat elektronik, satelit, mesin faksimili, dan lain-lain.
Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik
dalam penggunaannya. Ponsel yang mudah dibawa kemana saja kini tidak mengenal usia dan
kalangan, bahkan sekarang ini ponsel telah menjadi teknologi yang merakyat.

Penggunaan ponsel menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan saat ini yang
memerlukan mobilitas tinggi. Fasilitas-fasilitas yang terdapat didalamnya pun tidak hanya
terbatas pada fungsi telepon dan SMS (short messages service) saja. Ponsel dapat digunakan
sebagai sarana bisnis, penyimpan berbagai macam data, sarana musik/hiburan, bahkan sebagai
alat dokumentasi. Hal ini menjadikan ponsel sebagai salah satu perkembangan komunikasi yang
paling actual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir (Nurudin, 2005). Terlihat juga
pada kompetitif kualitas dari berbagai merk ponsel seperti Nokia, Sony Ericson, Samsung,
Siemens, Motorola, Alcatel, dan lain-lain. Masing-masing tidak berhenti bersaing mencari
pangsa pasar melalui produk terbaru hanya dalam kurun waktu yang relatif singkat.

Simanjuntak (2004) dalam tulisannya mengenai aspek sosial telepon selular menyatakan paling
tidak ada lima implikasi dari penggunaan ponsel. Pertama, terhadap setiap individu yang
menggunakan ponsel tersebut. Kedua, terhadap interaksi-interaksi antar individu. Ketiga,
terhadap pertemuan tatap muka. Keempat, terhadap suatu kelompok-kelompok atau organisasi.
Selajutnya yang kelima adalah terhadap sistem hubungan di organisasi dan kelembagaan
masyarakat.
Penggunaan ponsel sekarang bukan hanya sebagai alat komunikasi semata, melainkan juga
mendorong terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka. Disini
interaksi terbentuk kemudian dipercepat prosesnya melalui suara dan teks atau tulisannya
(Brotosiswoyo, 2002). Hal ini berbeda dengan dahulu yang biasa disebut telepati (komunikasi
antara dua manusia yang tidak tergantung pada tempatnya) dan sudah menjadi perwujudan riil
yang biasa, yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Ponsel disamping itu juga dapat merubah
makna dari kesendirian. Kesendirian itu dapat menjadi suatu suasana yang lebih ramai dan
hidup. Dengan satu ponsel yang canggih saja, kita dapat mendengarkan musik, bermain games,
internet, foto-foto, menonton video, dan lain-lain meskipun kita berada dalam satu ruangan
sendirian tanpa ada apapun.

Dari sekian kelebihan yang telah ditawarkan dari suatu ponsel, tetapi terdapat juga banyak
dampak negatif bermunculan. Budyatna (2005) mengemukakan bahwa untuk pendekatan
komunikasi yang paling ideal adalah bersifat transaksional, dimana proses komunikasi dilihat
sebagai suatu proses yang sangat dinamis dan timbal balik. Disini Budyatna melihat bahwa
dengan munculnya penggunaan ponsel mempengaruhi proses transaksional tersebut. Seringkali
komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun kualitas dan kuantitasnya pada
interaksi tatap muka.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka dapat diketahui bahwa
penggunaan media teknologi komunikasi ponsel saat ini dirasakan penting. Penggunaan ponsel
sebagai alat komunikasi seharusnya dapat mempererat interaksi sosial remaja dengan
lingkungannya. Perumusan masalah yang akan menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penggunaan ponsel pada remaja saat ini?


2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan ponsel pada remaja?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan ponsel pada remaja terhadap interaksi sosialnya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:

1. Mengidentifikasi penggunaan ponsel pada remaja saat ini


2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan ponsel pada remaja
3. Menganalisis pengaruh penggunaan ponsel pada remaja terhadap interaksi sosialnya

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna bagi peneliti dalam rangka men gembangkan studi dan memnperluas
wawasannya mengenai kehidupan interaksi remaja perkotaan pada saat ini, terkait dengan
perkembangan teknologi komunikasi ponsel. Penelitian ini juga dapat menjadi informasi
tambahan atau acuan literature untuk penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi para
akademisi atau bagi mereka yang tertarik untuk memahami pengaruh penggunaan media
teknologi komunikasi ponsel terhadap interaksi sosial remaja.

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Media Teknologi Komunikasi Ponsel

Teknologi Komunikasi

Menurut Kamus Sosial Edisi baru, istilah Teknologi yaitu: (1) Penerapan ilmu pengetahuan; (2)
pola praktek menggunakan semua sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu; serta (3)
semua ciri untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Johannesen (1996) teknologi
diartikan sebagai aktivitas budaya yang khas ketika manusia membentuk dan mengubah realitas
alami demi tujuan-tujuan praktis. Setiap langkah kemajuan teknologi menyebabkan serangkaian
perubahan yang berinteraksi sengan perubahan lainnya yang timbul dari sistem teknologi secara
keseluruhan.

Teknologi komunikais pada hakikatnya adalah penyaluran informasi dari satu tempat ke tempat
lain melalui perangkat telekomunikasi (kawat, radio atau perangkat elektromagnetik lainnya)[1].
Informasi tersebut dapat berbentuk suara (telepon), tulisan dan gambar (telegraf), data
(komputer), dan sebagainya. Teknologi komunikasi merupakan teknologi yang cepat
berkembang, seiring dengan berkembangnya industri elektronika dan computer. Trend teknologi
ini semakin kearah teknologi wireless (tanpa kabel).

Bentuk-bentuk teknologi kominukasi menurut Kadir dan Triwahyuni (2003) mencakup telepon,
radio, dan televisi. Bentuk-bentuk teknologi komunikasi ditampilkan dalam tingkat antarpesona,
kelompok, organisasional, dan public. Pada tingkat kelompok yaitu konferensi telepon,
telekomunikasi computer, dan dan surat elektronik. Pada tingkat organisasional yaitu intercom,
konferensi telepon, surat elektronik, manajemen dengan bantuan computer, sistem informasi, dan
faksimili. Sedangkan pada tingkat public yaitu televise, radio, film, videotape, videodisk, TV
kabel, TV satelit langsung, video dengan teks, teleteks, dan sitem informasi digital.

Pada saat ini telepon merupakan alat komunikasi yang banyak ditemukan dalam dunia bisnis.
Bahkan setiap hari sekitar lebih dari 500 juta panggilan telepon dilakukan diseluruh dunia[2].
Menurut Gouzali Saydam (2005), istilah telepon pada awalnya merupakan suara dari jarak jauh.
Selain itu keberadaan telepon itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu telepon biasa (fix telephone)
dan telepon bergerak.

Perkembangan Ponsel

Ponsel atau biasa juga disebut Handphone (telepon genggam atau telepon selular) merupakan
telepon yang termasuk dalam sambungan telepon bergerak, dimana yang menghubungkan antar
sesama ponsel tersebut adalah gelombang-gelombang radio yang dilewatkan dari pesawat ke
BTS (Base Tranceiver Station) dan MSC (Mobile Switching center) yang bertebaran di
sepanjang jalur perhubungan kemudian diteruskan ke pesawat yang dipanggil (Gouzali Saydam,
2005).

Ponsel merupakan bentuk yang dianggap paling fenomenal dan juga unik. Dalam pemakaian
ponsel, besarnya tagihan bergantung pada lama waktu percakapan serta jarak atau zona jangkau
(SLJJ) percakapan yang telah dilakukan dalam percakapan. Terdapat tiga hal penting mengenai
biaya yang dikeluarkan bagi pelanggan ponsel, yaitu biaya airtime, biaya bulanan dan biaya
pulsa atau pemakaian[3].

Semakin maraknya penggunaan ponsel saat ini, muncul ide untuk menciptakan kebergantungan
pemilik ponsel tersebut pada kartu telepon prabayar (voucher). Perkembangan produk kartu
prabayar dalam waktu yang singkat dapat menyaingi penggunaan sistem abonemen (pascabayar).
Salah satu yang paling menarik pada prabayar adalah layanan transfer pulsa. Layanan ini
menyediakan solusi bagi para pengguna prabayar yang membutuhkan pulsa dalam waktu cepat
atau berada dalam keadaan darurat serta kesulitan mencari pulsa isi ulang.

Sekarang ini terdapat beberapa orang yang menggunakan dua ponsel, dimana satu pada
umumnya merupakan ponsel CDMA. Kartu-kartu CDMA ini antara lain StarOne, Esia, Felxi,
dan Fren. Para pemakai ponsel yang menggunakan kartu prabayar biasanya digolongkan pada
konsumen konsumen kelas dua, sedangkan konsumen kelas satu di mata operator
penyelenggara ponsel adalah mereka yang menjadi pelanggan tetap jaringan ponsel.

Fasilitas pada ponsel

Disamping berfungsi sebagai alat komunikasi yang personal, ponsel juga berpotensi sebagai
sarana bisnis yang efektif. Ponsel sangat bervariasi tergantung pada modelnya, yang seiring
dengan perkembangan teknologi mempunyai fungsi-fungsi antara lain:

1. Penyimpanan informasi
2. Pembuat daftar pekerjaan atau perencanaan kerja
3. Reminder (pengingat waktu) atau appointment
4. Alat perhitungan (kalkulator)
5. Pengiriman atau penerimaan e-mail
6. Permainan (games)
7. Integrasi ke peralatan lain seperti PDA, MP3
8. Chatting dan Browsing internet
9. Video
Mengenai fitur-fitur lain dalam ponsel terdapat beberapa macam, antara lain: profile, voice mail,
called ID, memory, numeric paging, dan text messaging (SMS)/multimedia messaging (MMS),
tones, locking/unlocking, call waiting, call forwarding, three-way calling, calling history, one-
touch emnergency dialing, dan lain-lain. Diantara sekian banyak fitur tersebut, mungkin yang
paling menarik untuk dibahas adalah SMS, MMS dan kamera.

SMS (Short message service) adalah layanan langsung dalam dua arah yang mampu
mengirimkan pesan singkat 160 karakter yang bias disimpan dan direkam oleh pengelola ponsel.
Selain itu SMS juga dapat digunakan dalam mode cell broadcast guna mengirim berita-berita
terbaru dan pemberitahuan penting-penting lain yang bersifat masal. Sedangkan MMS
(multimedia message service) disebut juga dengan SMS multimedia, yang bmemiliki daya
angkut data yang besar. MMS memberikan layanan pengiriman berbasis teks menuju pesan
multimedia (gambar, suara, video) dan dapat juga memberikan layanan berupa gambar diam
berupa kartu, peta, kartu nama, layer saver (untuk PC). Fitur lainnya yang saat ini sedang
gencarnya ditonjolkan oleh ponsel yaitu kamera, mulai dari jenis kamera opsional atau terpisah
hingga kamera yang builtin yang sudah menyatu dengan ponselnya.

Mengenai kecanggihan teknologi, ponsel juga memiliki beberapa keunggulan seperti adanya
teknologi Infrared dan Bluetooth. Bluetooth merupakan teknologi nirkabel yang dapat
menyambungkan beberapa perangkat melalui gelombang radio berfrekuensi rendah (daya
jangkau maksimal 50 meter) tanpa dihubungkan dengan kabel. Sedangkan pada infrared kedua
perangkat harus dibuat berhadapan.

Mengenai media hiburan, MP3 pada ponsel sudah menggunakan teknologi yang lebih canggih
lagi saat ini. Telah dibuat suatu pengembangan yang lebih lanjut, dinamakan MP3 Surround.
MP3 Surround atau biasa disebut suara keliling ini pada dasarnya akan memberikan ilusi suara
pada pendengarnya seolah-olah berada dalam sebuah lingkungan tertentu. Selain itu, teknologi
pada ponsel yang paling terbaru saat ini yaitu menyaksikan televisi melalui layer ponsel. Ponsel
seperti ini termasuk dalam ponsel generasi ketiga, atau disebut dengan 3G.

Dampak penggunaan ponsel

Penggunaan ponsel dapat membawa dampak-dampak tertentu. Dampak-dampak tertentu dibagi


pada aspek psikologis, sosial, keuangan, dan kesehatan atau keselamatan jiwa seseorang. Tetapi
yang akan dijelaskan disini adalah pada aspek psikologis dan sosial[4].

1. Aspek Psikologis

Banyaknya pesan melalui SMS yang berisi ajakan-ajakan bersifat rasisme dapat mempengaruhi
kondisi psikologis seseorang. Contohnya yang marak ditemukan adalah pesan yang berisi
pemboikotan barang produksi Amerika. Selain itu juga terdapat peredaran pesan teks, gambar,
maupun video yang bersifat pornografi. Mudahnya askes keluar-masuk pesan tersebut melalui
ponsel membawa dampak negatif, terutama untuk generasi muda sekarang ini.

1. Aspek Sosial
Salah satu hal yang sering terjadi adalah tindakan seseorang yang membiarkan ponsel miliknya
tetap dalam keadaan hidup atau aktif sehingga mengeluarkan bunyi yang nyaring. Hal ini jelas
mengganggu konsentrasi serta mengejutkan orang-orang disekitarnya. Seperti ketika sedang
rapat bisnis, dirumah sakit, sedang ditempat-tempat ibadah, dan lain-lain. Selain penggunaan
ponsel sebagai media komunikasi tidak langsung dapat menurunkan kualitas dan kuantitas dari
komunikasi secara langsung (tatap muka). Sering terjadi kesalahpahaman dalam pemaknaan
pesan melalui komunikasi secara tidak langsung.

2.1.2. Interaksi Sosial

Definisi dan Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah bentuk-bentuk yang tampak apabila orang perorangan ataupun kelompok-
kelompok manusia mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan mengetengahkan
kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur social. Interaksi sosial dapat
dipandang sebagai dasar proses-proses social yang ada, menunjuk pada hubungan-hubungan
social yang dinamis.

Interaksi sosial adalah suatu hubungan anatr dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi individu yang lain. Kelangsungan interaksi social ini,
sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks.
Pengertian lain bahwa suatu interaksi social diartikan sebagai suatu sistem sosial dua orang atau
lebih yang dilengkapi dengan beberapa aturan dan harapan, serta beberapa ganjaran dan
hukuman yang berlaku.

Gea, Wulandari, dan Bahari (2003) melihat suatu kebutuhan berinteraksi manusia dimana setiap
orang membutuhkan hubungan social dengan orang-orang lainnya. Kebutuhan ini terpenuhi
melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang
satu dengan lainnya, yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi.

Mengenai interaksi yang terjalin tersebut, yang dinggap paling ideal adalah secara tatap muka
(langsung). Interaksi tatap muka lebih memungkinkan suatu proses yang bersifat dinamis dan
timbal balik secara langsung. Pertukaran informasi secara tatap muka dapat mempercepat proses
saling mempengaruhi antara pihak-pihak yang berinteraksi didalamnya. Sedangkan menurut
Soekanto (2002), suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat, yaitu :

1. Adanya kontak social (social-contact)


2. Adanya komunikasi

Kontak dan Komunikasi

Kata Kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango
(yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Tetapi
secara gejala social, kontak tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah. Seperti pada
perkembangan teknologi dewasa ini orang-orang dapat berhubungan satu dengan lainnya melalui
telepon, telegrap, radio, surat, dan seterusnya[5].

Kontak dapat bersifat primer maupun sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan
hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka atau face-to-face (berjabat tangan, saling
senyum, dll). Sebaliknya kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Hubunga-hubungan
sekunder tersebut dapat dolakukan melaui perantara seperti telepon, telegrap, radio, surat, dll.

Mengenai komunikasi dapat dilihat secara bahasa, yakni berasal dari kata Latin kommunicatio
yang artinya hal memberitahukan, hal memberi bagian dalam, atau pertukaran. Secara lebih
sempit dapat diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima
dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima. Menurut Soekanto (2002),
menyatakan bahwa komunikasi adalah ketika seseorang memberikan tafsira pada perilaku orang
lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang
ingiin disampikan oleh orang tersebut. Dengan begitu orang yang bersangkutan kemudian akan
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.

Gea, Wulandari, dan Babari, (2003) menggambarkan suatu komunikasi yang efektif apabila si
penerima pesan menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh
pengirim pesan. Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yand diberikan benar-
benar diterima secara tepat sebagaimana yang dimaksud adalah dengan mendapatkan umpan
balim pesan tersebut. Umpan balik adalah proses ynag memungkinkan seseorang pengirim
mengetahui bagaimana pesan yang dikirimkannya telah ditangkap oleh si penerima atau tidak.
Selain itu cara seseorang mendengarkan dan menanggapi lawan bicara juga sangatlah penting
dalam berkomunikasi. Memberikan tanggapan penuh pemahaman dalam mendengarkan dapat
meenghindari kecenderungan kesalahpahaman komunikasi antara pihak terkait.

Dari berbagai jenis komunikasi yang ada, komunikasi antar manusia yang langsung (bertatap
muka) adalah yang efektif serta paling lengkap mengandung aspek psikologis. Aspek tersebut
antara lain :

1. Tatap muka itu sendiri yang membedakannya dengan komunikasi jarak jauh atau
komunikasi menggunakan alat

Dalam komunikasi tatap muka ada peran yang harus dijalankan oleh masing-masing pihak
(pemberi informasi-penerima informasi, ibu-anak, ayah-anak, suami-isteri, guru-murid, dan lain-
lain) dan ditunjukkan dengan jelas.

1. Adanya hubungan dua arah secara langsung

Dengan adanya pertukaran pesan dalam komunikasi tatap muka, terjadi saling pengertian akan
makna atau arti pesan. Jadi dalam komunikasi ini yang penting bukanlah pesannya semata,
melainkan arti (meaning) dari pesan tersebut.

1. Adanya niat, kehendak, atau intensi dari kedua belah pihak


Hal tersebut akan mempercepat proses adanya saling pengertian secara kognitif dalam
komunikasi antar manusia.

Komunikasi yang dilakukkan secara tidak langsung (memerlukan perantara, seperti telepon,
telegrap, radio, surat, dll.) mempunyai dampak yang berbeda dengan komunikasi secara
langsung (tatap muka). Menurut Gea, Wulandari, dan Babari, (2003), komunikasi tidak langsung
dapat menyebabkan timbulnya kegagalan saling berkomunikasi (hambatan-hambatan), dalam arti
si penerima menangkap makna pesan berbeda dari yang dimaksud oleh si pengirim. Hambatan-
hambatan tersebut antara lain:

1. Gagalnya menagkap maksud konotatif dibalik maksud seseorang

2. Hanya mengartikan kata atau kalimat secara murni dan tidak mengembangkan
pemahamannya

3. Kesalahpahaman atau distorsi dalam komunikasi

4. Adanya gangguan fisik, misalnya gangguan suara pada telepon, hasil cetakan yang tidak
baik, tampilan layer yang kurang jelas (kabur), desain format yang tidak baik, dll.

Dalam komunikasi antar manusia dapat berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat menurut keluasannya
atau breadth (banyaknya atau jenis-jenis topic yang dibicarakan) dan kedalamannya atau depth
(derajat kepersonalan atau inti dalam mebicarakan topic itu). Sedangkan menurut penelitian
Mardiyanti (1996), secara garis besar terdapat beberapa hal yang dapat dilihat dalam kaitannya
dengan kontak social dan komunikasi sebagai pengukuran interaksi secara langsung (tatap
muka), antara lain adalah minat, frekuensi, ruang lingkup rekan-rekan, jenis dan banyaknya topic
pembicaraan, tempat melakukan kegiatan, kedalaman komunikasi serta pada interaksi itu sendiri
(asosiatif dan disosiatif).

2.1.3. Remaja

Definisi dan Rentangan Usia Remaja

Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan
mental, emosional, social, dan fisik (Hurlock, 1980). Apabila digolongkan sebagai anak-anak
maka golongan remaja telah melewati masa tersebut, tetapi bila digolongkan dengan orang
dewasa juga masih belum sesuai. Oleh karena itu banyak istilah golongan remaja ini dirasakan
tumpang tindih pengertiannya. Istilah lain yang sering digunakan adalah menurut Rumini dan
Sundari H.S (2004), dimana masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan
masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi memasuki masa dewasa.

Hurlock (1980) juga menambahkan definisi masa remaja dengan menggunakan ciri-ciri tertentu
yang dapat membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya, yaitu : Masa remaja
sebagai periode yang penting, masa remaja sebagi periode peralihan, masa remaja sebagai
periode perubahan, masa remaja sebagai usia yang bermasalah, masa remaja sebagai masa
mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulakan ketakutan, masa remaja sebagai
masa yang tidak realistic, dan yang terakhir yaitu masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Menurut Mappiare dalam bukunya Psikologi Remaja (1982), dapat disimpulkan bahwa secara
teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun
samapai 21 tahun bagi wanita, dan 13 sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal
dan remaja akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan
remaja akhir dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun.

Lingkungan Sosial Remaja

Lingkungan sosial yang paling dekat serta berpengaruh dalam kehidupan remaja adalah
lingkungan social awal, yakni keluarga, lalu kemudian dilanjutkan dengan lingkungan
sebayanya, yang terdiri dari kelompok pertemanan atau kelompok permainan (sahabat).

Keluarga adalah lingkungan paling utama dimana kita mengalami kedekatan dan kebersamaan
yang sangat intensif, serta lingkungan tempat kita menjalani proses sosialisasi berbagai nilai
dasar kemanusiaan. Menurut Soekanto (2002), orang tua dan saudara melakukan sosialisasi yang
bias diterapkan melalui kasih saying. Atas dasar kasih sayang tersebut, seorang individu dididik
untuk mengenal nilai-nilai tertentu. Konsep hubungan keluarga mempengaruhi konsep diri
remaja dimana seorang remaja yang mempunyai hubungan erat dengan seorang anggota keluarga
akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian
yang sama[6].

Menurut Mappiare (1982), kelompok teman sebaya merupakan lingkunga social pertama dimana
remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya.
Didalamnya timbul persahabatan yang merupakan ciri khas pertama dan sifat interaksinya dalam
pergaulan. Manfaat penting dari adanya persahabatan dalam masa remaja ini adalah mereka
dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan mengisi waktu luang. Lebih penting lagi,
bahwa dalam persahabatan itu remaja dapat merasa adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya
(Mappiare, 1982).

Perilaku Remaja

Suatu perilaku (behavior) yang merupakan cara bertindak dapat dipandang sebagai reaksi yang
bersifat sederhana maupun yang bersifat kompleks[7]. Sebagai makhluk social, perilaku remaja
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri remaja itu sendiri maupun dari
lingkungannya. Menurut Kurt Lewis dalam Azwar (2003), perilaku adalah fungsi karakteristik
individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-
nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian
berinteraksi pula dengan factor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Sedangkan
menurut Rakhmat (2001) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu:

1) faktor-faktor personal, yaitu faktor biologis dan faktor sosio-psikologis.


2) faktor-faktor situasional, yaitu faktor ekologis, faktor rancangan dan artsitektural, faktor
temporal, suasana perilaku, teknologi, faktor-faktor sosial dan lingkungan psiko-sosial.

Kompleksitas perilaku remaja telah menjadi bahasan yang penting, terutama memahami perilaku
remaja dalam lingkungan sosialnya, memahami motivasi perbuatan dan mencoba meramalkan
respon remaja agar dapat memperlakukan sesama manusia dengan sebaik-baiknya (Hurlock,
1980). Perilaku terhadap suatu objek dapat dilihat dari beberapa dimensi (Calhoun, 1995) yaitu:

1. Frekuensi

Menunjukkan jumlah atau kuantitas dari perilaku seseorang

1. Kepada siapa berperilaku

Perilaku yang dilakukan tidak hanya ditunjukkan untuk diri sendiri tetapi juga ditujukan bagi
orang lain.

1. Untuk apa

perilaku yang dilakukan seseorang itu mempunyai manfaat atau tujuan baik untuk dirinya sendiri
maupun bagi orang lain.

1. Bagaimana

Menunjukkan upaya atau cara yang dilakukan seseorang dalam berperilaku untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.

Perilaku remaja juga berkaitan dengan minat mereka terhadap keberadaan media massa yang
termasuk pada minat rekreasi. Menurut Hurlock (1980) minat rekreasi juga sangat dipengaruhi
oleh derajat kepopulerannya. Beberapa bentuk rekreasi yang digemari remaja saat ini antara lain
mendengarkan radio dan kaset, menonton televise, serta membaca. Selain itu perilaku remaja
yang menonjol terletak pada nilai kemandiriannya. Mereka cenderung melepaskan diri dengan
lingkungan sosial, terutama dengan lingkungan keluarganya sendiri.

Remaja laki-laki dengan perempuan juga terdapatperbedaan-perbedaan dalam perilakunya.


Remaja perempuan cenderung memiliki tingkat keintiman yang dalam dengan orang-orang
sekitarnya dibanding dengan remaja laki-laki. Hal ini dikarenakan remaja laki-laki ingin
menunjukkan kemandirian yang lebih dan adanya jarak dengan sekitarnya[8]. Selain itu menurut
Apriyanti (2005) secara spesifik mengemukakan remaja putri lebih banyak membutuhkan
sejumlah barang-barang baru perlu dibeli dan juga barang-barang baru yang disesuaikan dengan
kebutuhannya.

2.2. Kerangka Pemikiran

Ponsel merupakan salah satu perkembangan teknologi komunikasi paling aktual di Indonesia
selama lebih dari lima tahun terakhir. Ponsel disamping memiliki fungsi utama sebagai alat
komunikasi, juga dapat digunakan sebagai sarana bisnis, penyimpanan berbagai macam data,
sarana musik atau hiburan, bahkan sebagai alat dokumentasi. Dalam hal ini pengguna ponsel
tersebar pada kelompok remaja prkotaan, terutama pada pulau Jawa. Respon kelompok remaja
terhadap keberadaan ponsel cukup tinggi, walaupun belum tentu penggunaan ponsel tersebut
dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dalam kehidupan sehari-sehari mereka.

Tingkat penggunaan ponsel pada remaja diduga dapat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik,
antara lain karakteristik yang berkaitan dengan diri individu (internal) maupun dengan
lingkungannya (eksternal). Karakteristik internal mencakup jen is kelamin, status ekonomi
keluarga, tujuan penggunaan ponsel serta aktivitas-aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh
remaja tersebut. Karakteristik eksternal mencakup pengaruh dari teman-teman dekat remaja serta
terpaan media (media exposure) massa.

Jenis kelamin diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena remaja putri
cenderung memiliki gaya hidup dan pola konsumtif yang tinggi dalam melihat setiap
perkembangan ponsel yang ada dibandingkan remaja putra. Selain itu, remaja putri juga
cenderung sering dan intens berkomunikasi melalui ponsel dengan sesamanya, dimana dalam
komunikasi yang berlangsung tersebut biasanya banyak hal-hal yang dibicarakan. Status
ekonomi keluarga diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena biaya-biaya
yang harus disediakan oleh para pengguna ponsel. Semakin tinggi pendapatan orang tua tiap
bulannya yang menggambarkan status ekonomi dalam keluarga diduga dapat meningkatkan
penggunaan ponsel pada remaja, yang pada akhirnya meningkatkan biaya pengeluaran setiap
bulannya.

Tujuan dalam menggunakan pnsel diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel,
karena dengan tujuan yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan pula pemaja menggunakan
ponselnya.aktivitas-aktivitas yang diikuti remaja diduga dapat mempengaruhi tingkat
penggunaan ponsel, karena dengan semakin banyak aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dapat
menunjukkan bahwa remaja tersebut memiliki mobilitas yang tinggi (di dalam maupun luar
sekolah). Diduga hal tersebut dapat meningkatkan penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi
dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Pengaruh teman dekat diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena pada
masa remaja inilah kelompok persahabatan atau teman sebaya merupakan lingkungan sosial
yang memegang peranan penting dalam sosialisasi remaja. Hal tersebut menyebabkan remaja
dalam menggunakan ponselnya akan melihat dan bergantung pada lingkungan teman sebayanya.
Terpaan media massa diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena melalui
media massa (cetak maupun elektronik) tersebut remaja memperoleh berbagai informasi
mengenai perkembangan ponsel. Semakin sering frekuensi dan beragam jenis media massa
tentang ponsel yang diterpa oleh remaja diduga mempunyai pengaruh penting, disamping
pengaruh dari teman dekatnya.

Tingkat penggunaan ponsel pada remaja dapat dilihat melalui empat hal, yaitu frekuensi
penggunaan, pemanfaatan fasilitas, tingkat biaya pengeluaran, dan pihak yang diajak
berkomunikasi. Selanjutnya tingkat penggunaan teknologi komunikasi ponsel tersebut sebagai
pengaruh dari luar masyarakat diduga dapat mempengaruhi interaksi sosial pada remaja tersebut.
Penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi seharusnya dapat meningkatkan interaksi sosial
remaja dengan lingkungannya. Tetapi diduga justru dapat menurunkan interaksi tatap muka
antara remaja dengan lingkungan sosialnya, yang terdiri dari lingkungan keluarga dan
lingkungan persahabatan (teman sebaya).

Interaksi sosial remaja secara tatap muka itu sendiri dilihat dari lamanya waktu serta intensitas
(tingkat keluasan atau banyaknya topik pembicaran) interaksi tatap muka. Berdasarkan literatur-
literatur yang telah dibahas, maka dapat dirumuskan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:

Interaksi Sosial Remaja (Tatap muka):


Waktu interaksi

Intensitas interaksi
Karakteristik Internal:
Jenis kelamin
Tingkat status ekonomi
keluarga
Tujuan penggunaan ponsel

Tingkat aktivitas

Keterangan: Mempengaruhi

2.3. Hipotesis Uji

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan, maka dapat disusun hipotesis penelitian
sebagai berikut:

1. Diduga remaja memiliki tingkat penggunaan ponsel yang cenderung tinggi


2. Diduga karakteristik internal mempengaruhi penggunaan ponsel pada remaja
3. Diduga karakteristik eksternal mempengaruhi penggunaan ponsel pada remaja
4. Diduga penggunaan ponsel pada remaja mempengaruhi interaksi social remaja.

2.4. Definisi Operasional

Variabel-variabel yang dikemukakan dalam penelitian ini diukur dengan merumuskan batasan
dari masing-masing variabel terlebih dahulu. Adapun variabel-variabel tersebut adalah:

1. Karakteristik Internal adalah jarakteristik yang mencirikan responden dan berkaitan


dengan ciri individu. Terdiri dari jenis kelamin, status ekonomi keluarga, tujuan
responden dalam menggunakan ponselnya, serta tingkat aktivitas.
2. Tingkat status ekonomi keluarga adalah status dari keluarga responden dalam masyarakat
yang dilihat melalui penghasilan orang tua (ayah dan ibu) responden setiap bulannya.
Dibagi menjadi kategori (skala ordinal), seperti:
1. Status ekonomi keluarga tinggi apabila penghasilan orang tua >Rp. 5.000.000,-
perbulannya
2. Status ekonomi menengah apabila penghasilan orang tua Rp. 2.000.000 hingga
Rp. 5.000.000 perbulannya.
3. Status ekonomi rendah apabila penghasilan orang tua < Rp. 2.000.000
4. Karakteristik Eksternal adalah karakteristik yang mencirikan responden dan
berkaitan dengan lingkungannya, terdiri dari pengaruh teman dekat serta terpaan
media massa.
5. Tingkat penggunaan ponsel adalah suatu tingkat yang menunjukkan perilaku
penggunaan ponsel oleh responden dan terdiri dari; (1) Frekuensi penggunaan, (2)
pemanfaatan fasilitas, (3) tingkat biaya pengeluaran, (4) pihak yang diajak
berkomunikasi. Pengukuran tingkat penggunaan ponsel dengan melihat akumulasi
skor keempat variabel tersebut. Dibagi menjadi kategori (skala ordinal):
1. Penggunaan ponsel tinggi, total skor 29-42
2. Penggunaan ponsel sedang, total skor 15-28
3. Penggunaan ponsel rendah, total skor 14
4. Tingkat terpaan media massa adalah frekuensi responden dalam menerima
informasi tentang ponsel melalui berbagai media, baik media cetak
maupun elektronik (6 jenis media: televisi, radio, koran, majalah,
brosur/selebaran, dan internet). Pengukuran tingkat terpaan media
informasi ini menggunakan skor yaitu (3) untuk jawaban sering; (2)
kadang-kadang, (1) tidak pernah. Dibagi menjadi kategori (skala ordinal):
1. Terpaan media massa tinggi, total skor 15-18
2. Terpaan media massa sedang, total skor 10-14
3. Terpaan media massa rendah, total skor 6-9

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMUN 1 Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa SMUN 1 merupakan salah satu SMUN
yang terletak di pusat kota dengan sampel yang tergolong dalam keluarga berkecukupan
sehingga memiliki asumsi bahwa banyak sampel yang sudah memiliki ponsel dan
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

3.2. Penetapan Populasi dan Sampel Penelitian

Unit analisis penelitian adalah individu sedangkan populasi penelitian adalah remaja SMUN 1
Bogor. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa SMU merupakan tempat sosialisasi utama para
remaja dengan lingkungan sosial mereka. Sampel penelitian ini adalah remaja (laki-laki dan
perempuan) SMUN 1 Bogor yang menggunakan ponsel. Pengambilan sampel penelitian
ditentukan dengan sengaja (purposive) secara accidental sampling. Populasi dibagi dalam kelas-
kelas SMUN 1 Bogor (kelas X, XI, XII) dan masing-masing sejumlah 14 orang (7 laki-laki dan 7
perempuan). Jumlah sampel secara keseluruhan yang diambil sebanyak 42 orang (21 laki-laki
dan 21 perempuan).

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis deskriptif korelasional. Penelitian deskriptif korelasional dapat
memastikan berapa besar pengaruh yang disebabkan oleh satu variabel dalam hubungannya
denagn variasi yang disebabkan oleh variabel lain (Rakhmat, 2005). Pendekatan penelitian
adalah kuantitatif, data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif yang didukung
oleh data kualitatif. Data kuantitatif dialkukan dengan metode survai, yaitu melalui kuesioner
sebagai instrumen utama penelitian. Sedangkan data kualitatif sebagai pendukung penelitian
melalui wawancara untuk mendapatkan keterangan tambahan dari responden.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner dan hasil wawancara. Kuesioner dan
wawancara berisi sejumlah pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan karakteristik
responden (internal maupun eksternal), tingkat penggunaan ponsel dan interaksi sosial yang
terjadi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi Kantor SMUN 1 Bogor. Hal ini
guna memenuhi kebutuhan untuk informasi mengenai gambaran umum lokasi penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

Data primer yang telah terkumpul dibuat dalam bentuk tabel kemudian dilakukan analisis secara
statistik. Hasil dari analisis tersebut diinterpretasikan untuk memperoleh kesimpulan atau fakta
yang terjadi. Pengolahan dat tersebut dilakukan dengan menggunakan komputer melalui program
SPSS for windows versi 11, 5. Hal ini digunakan guna ketepatan, kecepatan proses perhitungan
dan kepercayaan hasil pengujian.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, saiffudin. Sikap Manusi, Teori dan Pengukurannya. Edisi kedua. Yogyakarta: Pusat
Pelajar, 2003.
Badwilan, Rayyan Ahmad. Rahasia Dibalik Handphone. Jakarta: Darul Falah, 2004.

Budyatna, M.Pengembangan Sistem Informasi: Permasalahan dan Prospeknya. Komunika. Vol


8 No 1, 2005.

Hassan, Fuad. Teknologi dan Dampak penggunaanya: Tantangan Dalam Laju Teknologi. Orasi
Ilmiah dies Natalis Institut Pertanian Bogor sepuluh November ke-39. Surabaya, 11 November
1999.

Hurlock, elizabeth B. Psikologis perkembangan, Suatu Pendekatan sepanjang Rentang


Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, 1980.

Kadir, Abdul & Terra CH Triwahyuni. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta: Penerbit
Andi Yogyakarta, 2003.

Morey, Doc. Phone Power: Meningkatkan Keefektifan Berkomunikasi di Telepon. Jakarta: PT


Gramedia, 2004.

Nurudin. Sistem-sistem Komunikasi di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Saydam, Gouzali. Teknologi telekomunikasi, perkembangan dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta,


2005.

Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta; PT Raja Grafindo, 2002.

LAMPIRAN

[1] Gouzali Saydam, Teknologi telekomunikasi: perkembangan dan Aplikasi ( Bandung:


Alfabeta, 2005).

[2]Doc Morey, Phone Power: Meningkatkan Keefektifan Berkomunikasi di Telepon. (Jakarta: PT


Gramedia, 2004).

[3] Abdul Kadir & Triwahyuni Terra CH, Pengenalan Teknologi Informas (Yogyakarta: Penerbit
Andi Yogyakarta, 2003).

[4] Rayyan Ahmad Badwilan, Rahasia Dibalik Handphone. (Jakarta: Darul Falah, 2004).

[5] Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002).

[6] Elizabeth B Hurlock, Psikologis perkembang, Suatu Pendekatan sepanjang Rentang


Kehidupan. Edisi Kelima. (Jakarta: Erlangga, 1980).

[7] Saiffudin Azwar, Sikap Manusi, Teori dan Pengukurannya. Edisi kedua. (Yogyakarta: Pusat
Pelajar, 2003).
[8] Ibid.

Like this:

Suka
Be the first to like this post.

Handphone Membuat Lemot Otak

Berbagai penelitian tentang kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan karena pemakaian
telepon selular terus dilakukan. Hasilnya, sejauh ini, masih pro dan kontra. Sebab, belum ada
sebuah penelitian yang sangat komprehensif yang bisa mengungkapkan dampak apa saja yang
bisa timbul akibat pemakaian handphone.

Salah satu penelitian terbaru tentang dampak negatif ponsel baru-baru ini dilakukan oleh
sejumlah peneliti dari Australia, Inggris, dan Belanda dan dipublikasikan di International Journal
of Neuroscience. Dalam rilis yang dimuat di jurnal itu dikatakan bahwa penggunaan handphone
bisa mempengaruhi fungsi kerja otak manusia. Salah satu dampak negatifnya adalah
melemahnya daya kerja otak atau istilah anak muda sekarang yakni lemot (lemah otak).

Penelitian ini melibatkan setidaknya 300 orang yang diteliti dalam jangka waktu yang cukup
panjang, yakni 2,4 tahun. Responden tersebut dibagi dalam tiga kategori, yakni 100 orang yang
menggunakan ponsel rutin, 100 orang tidak menggunakan ponsel dan 100 orang lagi hanya
kadang-kadang menggunakan ponsel. Kemudian, dalam kurun waktu tersebut, beberapa kali ke-
300 responden itu diukur perbedaan aktivitas otaknya dengan metode quantitive
electroencephalographic (EEG). Hal lain yang diteliti adalah fungsi neuropsikologi seperti
perhatian, memori, fungsi pelaksana dan kepribadian. Hasilnya, pengguna handphone yang rutin
menunjukkan aktivitas otaknya melemah. Meski begitu, menurut Brainclinics Diagnostics, salah
satu pihak yang ikut dalam riset ini, dampaknya bagi kesehatan secara menyeluruh belum
terungkap secara detail.

Ke depan, peneliti yang merupakan gabungan antara Brainclinics Diagnostics dan Radbound
University asal Belanda, Institute of Psychiatry di London serta The Brain Resource Co. Ltd.
Sydney akan meningkatkan jumlah responden yang dilibatkan. Bahkan, dalam jangka panjang,
mereka menargetkan akan mencari 17.000 orang untuk dilibatkan dalam penelitian lebih lanjut.
Dengan begitu, penelitian ini akan lebih akurat hasilnya.
HANDPHONE DAN PERUBAHAN SOSIAL

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat membuat bola dunia terasa makin kecil dan
ruang seakan menjadi tak berjarak lagi. Cara pandang terhadap duniapun sudah berubah.
Teknologi informasi dalam perubahan cara pandang itu telah menjadi ujung tombak berbagai
perubahan lain yang dirasakan manusia di muka bumi ini. Namun, perubahan macam apa yang
diciptakan dan ke arah mana perubahan itu berjalan? Siapa yang diuntungkan dan siapa pula
yang dirugikan?
Dan, perkembangan teknologi informasi terhadap perubahan sosial tidak dapat di pisahkan
karena di zaman modern seperti saat sekarang ini dimana Teknologi memang sangat berkembang
pesat di dunia saat ini. Tiada hari tanpa ada
perkembangan teknologi terbaru. Mulai dari hadirnya telepon, televisi, computer, internet, pager,
mesin fax, dan handphone dengan berbagai
macam fasilitas pendukungnya. Bahkan dalam sebuah iklan yang sering muncul di televisi
mengungkapkan:
hari gini gak punya handphone?
Dari sinilah masyarakat Indonesia seakan dibius dengan kemewahan sebuah benda mati yang
murah meriah dan seakan menjadi barang wajib di lingkungan hidup kita.
Menurut sejarah perkembangannya, Alexander Graham Bell, sebagai penemu telepon pertama,
mungkin tidak pernah membayangkan bahwa temuannya akan berkembang pesat. Bahkan pada
lima belas tahun yang lalu pun ( periode 1990an ) belum terbayangkan adanya sinergi luar biasa,
antara dunia telekomunikasi dan teknologi informasi. Pada saat itu, komuniksai yang paling maju
lebih didominasi
dengan telepon rumah, telepon kantor, radio pager maupun handy talkie.
Saat ini, komunikasi sudah berbeda. Semenjak Hand Phone (HP) portable pertama diluncurkan
pada tahun 1983, banyak orang beralih dari pager maupun handy talkie ke HP. Pada awal
kemunculannya, HP cuma sebatas sms dan telpon.
Seiring perkembangan jaman, fungsi HP bukan hanya untuk sms dan telpon saja,
tetapi HP juga menawarkan fungsi fungsi lain, seperti fasilitas kamera, MP3,
games, layanan internet, menonton tv dll.
Masyarakat berlomba lomba mempunyai HP. Penggunaan HP dengan fitur minimalis yaitu
sms, sudah menyebabkan komunikasi bergerak dengan sangat cepat. Berita duka, berita gembira,
ucapan selamat hari raya, selamat ulang tahun tidak lagi menggunakan telepon rumah, tetapi
menggunakan sms. Dimana harga mengirim sms lebih murah dibandingkan dengan menelpon.
Saat ini, pengguna HP sudah tidak didominasi oleh pengusaha atau pejabat pejabat saja, namun
dari anak SD, SMP, SMA, Mahasiswa, pedagang, pengangguran, dll. Ibaratnya semua lapisan
individu sudah merasakan HP sebagai kebutuhan yang harus dimiliki.
Disini kita akan lebih memfokuskan pada Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat di
Indonesia akibat dari munculnya teknologi komunikasi yang semakin berkembang utamanya
telepon genggam.
Untuk mengetahui dampak menjamurnya telepon genggam di masyarakat Indonesia,
khususnya pada perubahan sosial di indonesia maka saya mengambil judul HANDPHONE
DAN PERUBAHAN SOSIAL

Tujuan
Adapun tujuannya yaitu:

Untuk mengetahui dampak-dampak teknologi handphone terhadap perubahan sosial di


indonesia

C. Permasalahan
Adapun Pokok Permasalahan yaitu:

Dampak-dampak teknologi handphone terhadap perubahan sosial di indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN
Globalisasi adalah satu kata yang mungkin paling banyak dibicarakan orang selama lima tahun
terakhir ini dengan pemahaman makna yang beragam. Namun, apa yang dipahami dengan istilah
globalisasi akhirnya membawa kesadaran bagi manusia, bahwa semua penghuni planet ini saling
terkait dan tidak bisa dipisahkan begitu saja satu sama lain walau ada rentang jarak yang secara
fisik membentang. Dunia dipandang sebagai satu kesatuan dimana semua manusia di muka bumi
ini terhubung satu sama lain dalam jaring-jaring kepentingan yang amat luas.
Pembicaraan mengenai globalisasi adalah pembicaraan mengenai topik yang amat luas yang
melingkupi aspek mendasar kehidupan manusia dari budaya, politik, ekonomi dan sosial.
Globalisasi di bidang ekonomi barangkali kini menjadi kerangka acuan dan sekaligus contoh
yang saat ini paling jelas menggambarkan bagaimana sebuah kebijakan global bisa berdampak
pada banyak orang di tingkat lokal, sementara wacana globalisasi dalam hal yang lain mungkin
tidak begitu mudah diamati secara jelas.
PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam
suatu masyarakat.Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai
pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku
ataupun sikap-sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.
Perubahan itu dapat mengenai lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi, mengenai nilai-nilai
sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan, strukturstruktur,organisasi, lembaga-
lembaga, lapisan-lapisan masyarakat, relasi-relasi sosial, sistem-sistem komunikasi itu sendiri.
Juga perihal kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, kemajuan teknologi dan seterusnya.
Teknologi Informasi (TI)
Teknologi Informasi (TI) yang kini berkembang amat pesat, juga tak bisa dipungkiri memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap seluruh proses globalisasi ini. Mulai dari wahana TI yang
paling sederhana berupa perangkat radio dan televisi, hingga internet dan telepon gengam
dengan protokol aplikasi tanpa kabel (WAP), informasi mengalir dengan sangat cepat dan
menyeruak ruang kesadaran banyak orang.
Perubahan informasi kini tidak lagi ada dalam skala minggu atau hari atau bahkan jam,
melainkan sudah berada dalam skala menit dan detik.Menanyakan kabar orang tua dari mana
saja dapat dilakukan hanya dengan bantuan sebuah benda mati yang memberi seribu macam
kemewahan, tidak hanya menelpon bahkan berinternet ataupun sekedar bermain game,
mendengarkan lagu, hingga menonton televisi kini semua ada dalam genggaman kita.
Karena itu, wajar jika pemerintah negara-negara Asia, negara yang dianggap kurang maju, kini
mulai secara resmi mendukung perkembangan TI setelah sekian lama diam-kebingungan karena
tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan perkembangan teknologi yang demikian cepat ini.
Bagi Asia, yang saat ini sedang bekerja keras mengejar ketinggalan dari negara-negara maju dan
pada saat yang sama mengalami perubahan sosial politik, keberadaan internet khususnya
merupakan masalah yang pelik. Lebih buruk lagi, krisis ekonomi yang dialami Asia pada akhir
tahun 90an menunda perkembangan TI di saat AS dan negara-negara Eropa sedang berkembang
pesat dalam penggunaan teknologi itu.
DAMPAK-DAMPAK TEKNOLOGI HANDPHONE TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL DI
INDONESIA
Seperti yang kita ketahui bahwa dampak-dampak dapat kita maksudkan sebagai suatu hal yang
didasari dan berkonotasi positif (+) ketika suatu teknologi itu dibuat. Teknologi dapat kita
umpakan seperti api. Seringnya menjadi kawan, tetapi kadang kala bisa juga menjadi lawan.
Teknologi merupakan kawan karena memudahkan kita bekerja dan juga bersosialisasi. Akan
tetapi, ketika teknologi mulai mengusik privasi manusia dan melanggar norma-norma kepatutan
sosial, teknologi pun menjadi lawan.
Hal yang perlu disadari bahwa kehadiran handphone yang memiliki fasilitas menonton televisi
atau yang lebih dikenal dengan tvphone akan berpeluang besar memberikan terpaan bagi anak.
Kehadiran handphone selain bisa dijadikan sebagai alat bermain, juga sebagai salah satu teman
yang setia ketika anak merasa kesepian atau tidak punya kegiatan. Berkaitan dengan hal ini,
sebuah penelitian dari Greenberg mengukapkan adanya delapan motif mengapa anak menonton
televisi -yang tentu saja dapat diakses dengan mudah melalui handphone yang didukung oleh
fasilitas tvphone-, yaitu: untuk mengisi waktu, melupakan kesulitan, mempelajari sesuatu,
mempelajari diri, memberikan rangsangan, bersantai, mencari persahabatan dan sekedar
kebiasaan.
Masuknya handphone, utamanya yang berteknologi 3G atau tvphone ke Indonesia juga
membawa dampak positif ataupun negatif. Siap atau tidak, masyarakat
tentunya harus dapat menerima perubahan sosial yang mungkin saja terjadi pada
berbagai aspek kehidupan.
Gaya hidup / Lifestyle
Dampak dari penggunaan handphone ini
adalah pada gaya hidup masyarakat. Dengan menggunakan ponsel yang mampu
mengoperasikan handphone apalagi yang memiliki teknologi 3G atau tvphone, seseorang akan
beranggapan bahwa status sosialnya akan menjadi
lebih tinggi di bandingkan dengan masyarakat pada umumnya, apalagi jika di lingkungannya
tidak seorangpun yang memiliki atau mampu mengoperasikan handphone.
Hadirnya handphone yang semakin canggih juga bisa mengubah secara perlahan lahan
kebiasaan cara menggunakan ponsel, yang tadinya menempel di telinga menjadi berbicara
dengan menatap layar pada handphone jenis 3G.
Dampak negatif penggunaan handphone Dalam
gaya hidup adalah memudarkan tradisi atau kebiasaan, contohnya pada hari raya
keagamaan. Di satu sisi, berkomunikasi tatap muka lewat ponsel memudahkan
pengguna untuk saling memberi selamat satu sama lain tanpa harus melakukan
perjalanan jauh untuk bertemu. Namun di sisi lain, hal ini juga menunjukkan
lunturnya suatu tradisi kekeluargaan seperti sungkeman pada masyarakat jawa, tradisi saling
mengunjung (silaturrahmi).
Dampak negatif yang lain, terutama bagi mayarakat perkotaan,
lewat layanan chat misalnya, para pelaku bisnis esek esek perorangan akan
lebih bebas bertransaksi dan berpromosi. Mereka bisa saja rela mempertontonkan
tubuhnya lewat video call setelah meminta transfer dana kepada peminatnya
terlebih dahulu.

Pendidikan
Pada bidang pendidikan,
seperti diketahui bersama, biaya pendidikan di Indonesia terbilang cukup mahal.
handphone diharapkan dapat membantu penyaluran informasi yang berisikan muatan
pendidikan yang bermanfaat. Namun, hal ini memerlukan pengawasan yang cukup ketat dari
berbagai pihak. Tidak menutup kemungkinan bahwa informasi pendidikan
digunakan untuk hal hal negatif, misalnya untuk mencontek saat ujian, dll.
Hadirnya handphone(utamanya yang didukung dengan fasilitas tvphone dan 3G) juga bisa
menumbuhkan keinginan untuk memperoleh pengetahuan. Ini berarti bahwa beberapa
masyarakat termotivasi untuk mengikuti apa yang dilihatnya di layar handphone mereka ketika
mereka menonton atau berinternet melalui handphone, mungkin dengan berinternet melalui
handphone bisa meningkatkan pengetahuan mereka. Hal ini dikarenakan, bahwa apa yang
ditampilkan dilayar memang sangat terbatas, dan tentunya kita harus mempunyai daya ingat
yang cukup tajam. Timbulnya motivasi untuk mencari dan mengikuti apa yang ada dilayar
handphone merupakan suatu prestasi tersendiri, dimana hal ini mencerminkan suatu proses
keuletan. Dari sini kita mempunyai wawasan luas, sehingga bisa berpikir secara terbuka,
ekstrovert, mampu memahami kebenaran dari mana saja, dan bersungguh-sungguh dalam
mengejar ketertinggalan.
Hiburan
Pada bidang hiburan, merupakan tujuan seseorang
menggunakan fasilitas dari handphone ini memerlukan perhatian dan pengawasan lebih karena
dapat dikatakan penyelewengan. Sebagai contoh adalah tontonan atau hal hal tertentu yang
seharusnya untuk konsumsi dewasa juga dapat diakses oleh anak anak di bawah umur. Hal ini
dikarenakan begitu mudahnya pengaksesan serta
kurangnya pengawasan dari orang tua. Adapun hal positif yang bisa didapat
adalah kemudahan mengakses siaran televisi, radio, maupun surat kabar online.
Handphone juga berpengaruh pada bentuk permainan. Meskipun pemain game mengurangi
waktu untuk bermain, ide ataupun pelajaran (kreativitas, keterampilan) yang didapat dari
bermain game tersebut menyebabkan kita kaya akan jenis permainan. Tentu saja hal ini hanya
akan dapat dijumpai pada mereka yang kreatif, dengan bermain game akan semakin
memunculkan ide-ide baru berbagai jenis permainan.namun, ini hanya berlaku pada orang-orang
yang tertentu saja.
Bagi para remaja dan games mania, mereka akan lebih leluasa bermain game, tak hanya lewat
internet namun juga lewat ponsel, karena jaringan handphone memungkinkan untuk itu. Begitu
pun bagi para peminat komik, mereka bisa mendapatkan komik dengan gambar berkualitas lewat
layanan 3G handphone maupun GPRS.
Bisnis / Usaha
Pada bidang bisnis / usaha, munculnya 3G ini tentunya dapat memudahkan mereka dalam
melakukan pertemuan dengan klien dan rekan bisnis. Melalui video call mereka bisa saja
menyampaikan penawaran kerjasama, melaukan meeting jarak jauh dan sebagainya.Selain itu,
Handphone juga Mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi dalam sektor lain, yang mendukung
operasi handphone.

BAB III
PENUTUP

Bagaimanapun, perkembangan handphone memberikan dampak sosial tersendiri. Tidak bisa


dipungkiri adanya perubahan sosial dalam masyarakat dan perubahan tersebut cenderung
menjadi budaya. Tetapi timbul pertanyaan apakah pengguna handphone bisa menghindari diri
dari dampak negatif teknologi tersebut? Hal ini dikarenakan kemampuan masyarakat dalam
menyikapi teknologi tidak sama. Sikap masyarakat juga dipengaruhi oleh pendidikan dan
pengetahuan masyarakat terhadap teknologi itu sendiri.
Yang menjadi masalah sekarang adalah apakah masyarakat dapat mengimbangi perkembangan
teknologi dengan kemampuan menghindari diri dari dampak negatif?. Jalur pendidikan
merupakan jalur yang ampuh untuk merealisasikan informasi tentang dampak negatif dari
perkembangan teknologi. Selain itu, mari kita saling mengingatkan bagaimana dampak negativ
perkembangan teknologi komunikasi dapat merusak budaya kita sebagai manusia.
Perlu dipahami bahwa tempat pendidikan paling utama adalah keluarga, dimana orangtua adalah
yang paling bertanggung jawab di dalamnya. Sebab orangtua lah yang paling dekat dengan
anaknya. Dalam keluargalah anak tumbuh berkembang.
Menimbang fakta diatas, pemerintah hendaknya sadar untuk mengatur industri televisi agar dapat
memainkan peran positif dan konstruktif bagi anak-anak dalam meningktkan kepribadian
mereka, demi terciptanya generasi yang sehat dan bangsa yang maju.
A.Kesimpulan
1. delapan motif mengapa anak menonton televisi melalui handphone-, yaitu: untuk mengisi
waktu, melupakan kesulitan, mempelajari sesuatu, mempelajari diri, memberikan rangsangan,
bersantai, mencari persahabatan dan sekedar kebiasaan.
2. seseorang akan beranggapan bahwa status sosialnya akan menjadi
lebih tinggi di bandingkan dengan masyarakat pada umumnya apabila mereka mampu untuk
mengoperasikan handphone berteknologi tinggi
3. Dampak negatif penggunaan handphone Dalam
gaya hidup contohnya adalah memudarkan tradisi atau kebiasaan dalam suatu
masyarakat.seperti, sungkeman, atau silaturrahmi.Karena, mereka merasa cukup dengan
menelpon atau berkirim sms saja.
4. handphone diharapkan dapat membantu penyaluran informasi yang berisikan muatan
pendidikan yang bermanfaat. Namun, hal ini memerlukan pengawasan yang cukup ketat dari
berbagai pihak. Tidak menutup kemungkinan bahwa informasi pendidikan digunakan untuk hal
hal negatif, misalnya untuk mencontek saat ujian, dll.
5. Handphone juga Mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi dalam sektor lain, yang
mendukung operasi handphone.
6. dan masih banyak lagi dampak yang ditimbulkan oleh handphone

B.Saran-saran
1.Sebaiknya sebagai masyarakat perlu mempertimbangkan sesuatu hal yang baru yang dianggap
sebagai sesuatu hal yang bersifat positif tentang perubahan sosial
2.Perlunya pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang perubahan sosial yang terjadi dalam
kehidupan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

http://audentis.wordpress.com/2000/12/25/globalisasi-teknologi-informasi-dan-perubahan-sosial/

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/internet-dan-teknologi-informasi-untuk.html

id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya

trulyhitosoro.blogspot.com/2008/07/perspektif-organized-crime.html

http://teguhimanprasetya.wordpress.com/category/komunikasi-dan-perubahan-sosial/

http://36742458.blog.friendster.com/

dan berbagai sumber yang tak dapat ditulis semua

Anda mungkin juga menyukai