S2 2013 309233 Chapter1 PDF
S2 2013 309233 Chapter1 PDF
S2 2013 309233 Chapter1 PDF
PENDAHULUAN
Fisik rumah sakit merupakan satu hal yang sangat penting bagi sebuah
rumah sakit. Bidang fisik termasuk bangunan, performansi ruang, tata landscape,
dan infrastruktur pendukung mulai didekati dengan indikator kenyamanan,
keindahan, serta keberpihakan pada lingkungan yang kesemuanya membangun
citra layanan kesehatan di kelasnya. Bangunan yang indah, fungsional, efisien,
dan bersih memberikan kesan yang positif bagi seluruh pengguna rumah sakit
(MAP Organiser, 2009). Rancangan fisik sebuah rumah sakit tanpa pertimbangan
yang masak tentang pihak-pihak yang nantinya beraktivitas di dalamnya akan
menghasilkan tempat kerja yang tidak berfungsi maksimal / disfungsional (Lu dan
Hignett, 2011).
Sebuah pemikiran ulang tentang desain rumah sakit dan proses kerja
diperkirakan berpotensi mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pemberian
perawatan di masa mendatang. Perubahan yang berani di lingkungan kerja rumah
sakit penting untuk menjamin keberlanjutan dan keterjangkauan rumah sakit
sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan. Penelitian terkini menunjukkan
bahwa dua unsur yang saling terkait yakni proses kerja tenaga medis dan
lingkungan fisik rumah sakit ikut berperan dalam efisiensi dan keamanan
perawatan pasien (Hendrich, Chow, Skierczynski, Lu, 2008).
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) sebagai salah satu institusi
pelayanan kesehatan juga memiliki tanggung jawab pada pemberian pelayanan
kesehatan Ibu dan Anak dan harus dapat memberikan pelayanan pencegahan
terhadap terjadinya kegawatdaruratan persalinan dengan cara perencanaan dengan
seksama, pelaksanaan petunjuk klinis yang telah ditetapkan serta pemantauan
secara teratur terhadap ibu hamil (DepKes RI, 2010). RSKIA Adinda sebagai sub
sistem pelayanan kesehatan di bidang kesehatan ibu dan anak perlu
mengantisipasi perkembangan masa depan, sesuai tuntutan jaman yang pada
1
2
membuat keputusan yang baik dengan berobat di klinik Mayo. Bahkan saat ini,
gedung Plummer adalah contoh yang baik dengan desain Romanesque art deco
menyediakan perlindungan dari pengalaman yang menakutkan dan menyakitkan
dari diagnosa dan perawatan medis. Cesar Pelli, konsultan desain gedung Gonda
mendeskripsikan konsepnya dimana proses penyembuhan dimulai saat pasien
memasuki pintu depan rumah sakit. Seorang pasien klinik Mayo menyatakan
bahwa hal yang tak terduga saat berobat di klinik tersebut adalah bahwa
lingkungan yang cantik dan berseni mengobati jiwa selain fisiknya (Berry dan
Seltman, 2008).
Optimasi pergerakan perawat dan tenaga medis merupakan sarana penting
untuk meningkatkan produktivitas organisasi kesehatan. Studi tentang pergerakan
dan perilaku perawat maupun tenaga medis sangat dipengaruhi secara signifikan
oleh tata letak setiap unit keperawatan. Namun, upaya untuk mengkorelasikan
jenis layout rumah sakit dengan pergerakan perawat harus diteliti dan
direncanakan lebih lanjut (Heo, Choudary, Bafna, Hendrich, Chow, 2009).
Adanya keluhan tenaga medis mengenai penataan ruangan yang cukup
menyulitkan mereka dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
kepada pasien menjadi salah satu pertimbangan manajemen RSKIA Adinda dalam
melakukan evaluasi dan nantinya perbaikan layout rumah sakit.
RSKIA Adinda adalah rumah sakit ibu dan anak tipe C yang bermula dari
sebuah rumah bersalin di kawasan Yogyakarta, dengan jumlah tenaga medis;
dokter spesialis kandungan 3 orang; dokter spesialis anak 3 orang; dokter spesialis
anastesi 2 orang; bidan 9 orang; perawat 10 orang, dan total ruangan berjumlah 34
ruangan. Jenis pelayanan yang saat ini diberikan yaitu: pelayanan poli kebidanan,
poli anak, poli THT, rawat inap, laboratorium dan apotek. RSKIA Adinda
memiliki rawat jalan (yang terdiri dari poliklinik kebidanan, poliklinik anak,
poliklinik THT), rawat inap (yang terdiri dari rawat inap ibu bersalin dan anak),
kamar operasi (OK), kamar bersalin (VK), apotek, dengan penunjang medik
laboratorium. Hal ini mengharuskan RSKIA Adinda untuk melakukan efisiensi
ruang dan melakukan penunjukan ruang yang tepat peruntukannya.
6
kandungan sehingga pasien rawat jalan poliklinik kandungan dan pasien gawat
darurat menjadi campur aduk karena tidak adanya IGD.
Efisiensi fungsi, aksesibilitas, sirkulasi, dan penataan jalur utilitas menjadi
faktor utama dalam menentukan keberhasilan atau keberlangsungan sinergi
aktifitas di dalam sebuah rumah sakit. Tata letak ruang dari unit rumah sakit
mempengaruhi produktivitas perawat dengan cara mempengaruhi total persentase
durasi perjalanan terhadap waktu kerja mereka serta kemampuan mereka untuk
"tetap fokus" pada tugas-tugas mereka (Heo, Choudary, Bafna, Hendrich, Chow,
2009). Agar tercapai efisiensi movement tenaga medis dan pasien, yang didukung
dengan fasilitas yang memadai dengan mempertimbangkan standar Kementrian
Kesehatan dan Departemen Kesehatan RI, berupa layout RSKIA Adinda, maka
pada penelitian ini akan dikaji tentang Desain Layout RSKIA Adinda
Berdasarkan pada Layout Analisis dan Standar Kementrian Kesehatan.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
Chesario, Mengetahui Unit rawat Studi kasus Movement Layout rawat jalan
2011 apakah layout jalan RS manusia RS Harapan belum
rawat jalan RS Harapan antar ruang efisien karena
Harapan yang Magelang di unit perbandingan antara
ada saat ini sudah rawat jalan jarak antar ruang
efisien dengan jumlah
pergerakan fisik
orang di poliklinik
dan penunjang medis
tidak proporsional.
10