Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
HIPOSPADIA
1.1 Embriologi
Pada embrio berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu
ektoderm dan endoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan ditengah-tengah
yaitu mesoderm yang kemudian bermigrasi ke perifer, memisahkan
ektoderm dan endoderm. Di bagian kaudal ektoderm dan endoderm tetap
bersatu membentuk membrana kloaka. Pada permulaan minggu ke 6,
terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail yang disebut genital
tubercle. Dibawahnya pada garis tengah terbentuk lekukan dimana dibagian
lateralnya ada 2 lipatan memanjang disebut genital fold. Selama minggu ke
7, genital tubercle akan memanjang dan membentuk glans. Ini adalah bentuk
primordial dari penis bila embrio laki-laki. Bila wanita akan menjadi clitoris.
Bila terjadi agenesis dari mesoderm, maka genital tubercle tak
terbentuk, sehingga penis juga tak terbentuk. Bagian anterior dari
membrana kloaka, yaitu membrana urogenitalia akan ruptur dan
membentuk sinus. Sementara itu sepasang lipatan yang disebut genital fold
akan membentuk sisi dari sinus urogenitalia. Bila genital fold gagal
bersatu diatas sinus urogenitalia maka akan timbul hipospadia. Selama
periode ini juga, terbentuk genital swelling di bagian lateral kiri dan kanan.
1
Hipospadia yang terberat yaitu jenis penoskrotal, skrotal dan perineal,
terjadi karena kegagalan fold dan genital swelling untuk bersatu di tengah-
tengah.
1.2 Anatomi
Anatomi normal penis terdiri dari sepasang korpora cavernosa yang
dibungkus oleh tunika albugenia yang tebal dan fibrous dengan septum di
bagian tengahnya. Uretra melintasi penis di dalam korpus spongiosum yang
terletak dalam posisi ventral pada alur diantara kedua korpora kavernosa.
Uretra muncul pada ujung distal dari glans penis yang terbentuk konus.
Fascia spermatika atau tunika dartos, adalah suatu lapisan longgar penis
yang terletak pada fascia tersebut. Di bawah tunika dartos terdapat fascia
Bucks yang mengelilingi korpora cavernosa dan kemudian memisah untuk
menutupi korpus spongiosum secara terpisah. Berkas neurovaskuler dorsal
terletak dalam fascia Bucks pada diantara kedua korpora kavernosa.
2
Gambar 1.2 Struktur anatomi genitalia pria
1.3 Etiopatogenesis
Hipospadia terjadi karena gangguan perkembangan urethra anterior
yang tidak sempurna sehingga urethra terletak dimana saja sepanjang batang
penis sampai perineum. Semakin proksimal muara meatus maka semakin
3
besar kemungkinan ventral penis memendek dan melengkung karena adanya
chordae. Sampai saat ini masih dianggap karena kekurangan androgen atau
kelebihan estrogen pada proses maskulinisasi masa embrional. Devine,
1970, mengatakan bahwa deformitas yang terjadi pada penderita hipospadia
disebabkan oleh Involusi sel-sel intertitial pada testis yang sedang tumbuh
yang disertai dengan berhentinya produksi androgen dan akibatnya terjadi
maskulanisasi yang tak sempurna organ genetalia eksterna. Ada banyak
faktor penyebab hipospadia dan banyak teori yang menyatakan tentang
penyebab hipospadia antara lain:
a. Faktor genetik.
12% berpengaruh terhadap kejadian hipospadia bila mempunyai
riwayat keluarga yang menderita hipospadia. 50% berpengaruh
terhadap kejadian hipospadia bila bapaknya menderita hipospadia.
b. Faktor etnik dan geografis.
Di Amerika Serikat angka kejadian hipospadia pada kaukasoid lebih
tinggi dari pada orang Afrika, Amerika yaitu 1,3.
c. Faktor hormonal
Faktor hormon androgen/estrogen sangat berpengaruh terhadap
kejadian hipospadia karena berpengaruh terhadap proses maskulinisasi
masa embrional. Sharpe dan Kebaek (1993) mengemukakan hipotesis
tentang pengaruh estrogen terhadap kejadian hipospadia bahwa
estrogen sangat berperan dalam pembentukan genital eksterna laki-laki
saat embrional. Androgen dihasilkan oleh testis dan placenta karena
terjadi defisiensi androgen akan menyebabkan penurunan produksi
dehidrotestosterone (DHT) yang dipengaruhi oleh 5--reduktase, ini
berperan dalam pem-bentukan penis sehingga bila terjadi defisiensi
androgen akan menyebab-kan kegagalan pembentukan bumbung
urethra yang disebut hipospadia.
d. Faktor pencemaran limbah industri
Limbah industri berperan sebagai Endocrin discrupting chemicals
baik bersifat eksogenik maupun anti androgenik seperti
4
polychlorobiphenyls, dioxin, furan, peptisida organochlorin,
alkilphenol polyethoxsylates dan phtalites.
Beberapa kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan hipospadia, yaitu:
a. Kegagalan tunas sel-sel ektoderm yang berasal dari ujung glans untuk
tumbuh ke dalam massa glans bergabung dengan sel-sel entoderm
sepanjang uretra penis. Hal ini mengakibatkan terjadinya osteum uretra
eksternum terletak di glans atau korona glandis di permukaan ventral.
b. Kegagalan bersatunya lipatan genital untuk menutupi alur uretra-uretra
groove ke dalam uretra penis yang mengakibatkan osteum uretra
eksternum terletak di batang penis. Begitu pula kegagalan bumbung
genital bersatu dengan sempurna mengakibatkan osteum uretra
ekternum bermuara di penoskrotal atau perineal.
Paulozzi dkk, 1997 dalam Metropolitan Congenital Defects Program
(MCDP) membagi hipospadia atas 3 derajat, yaitu :
1. Derajat I: OUE letak pada permukaan ventral glans penis dan korona
glandis.
2. Derajat II: OUE terletak pada permukaan ventral korpus penis
3. Derajat III: OUE terletak pada permukaan ventral skrotum atau
perineum.
Biasanya derajat II dan derajat III diikuti oleh melengkungnya penis
ke ventral yang disebut Chordee. Chordee ini disebabkan terlalu pendeknya
kulit pada permukaan ventral penis. Hipospadia derajat ini akan
mengganggu aliran normal urin dan fungsi reproduksi, oleh karena itu perlu
dilakukan terapi dengan tindakan operasi.
1.4 Diagnosis
Diagnosis hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi.
Kadang-kadang hipospadia dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound
prenatal. Jika tidak teridentifikasi sebelum kelahiran, maka biasanya dapat
teridentifikasi pada pemeriksaan setelah bayi lahir. Pada orang dewasa yang
menderita hipospadia dapat mengeluhkan kesulitan untuk mengarahkan
5
pancaran urine. Chordee dapat menyebabkan batang penis melengkung ke
ventral yang dapat mengganggu hubungan seksual. Hipospadia tipe perineal
dan penoscrotal menyebabkan penderita harus miksi dalam posisi duduk,
dan hipospadia jenis ini dapat menyebabkan infertilitas. Beberapa
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu urethtroscopy dan
cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks internal terbentuk secara
normal. Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya
abnormalitas kongenital pada ginjal dan ureter.
Diagnosis bisa juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika
hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya. Bayi yang menderita
hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk
digunakan pada pembedahan. Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai
dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia
dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati,
mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan
pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan
hubungan seksual.
6
1.5 Klasifikasi
Barcat (1973) berdasarkan letak ostium uretra eksterna maka
hipospadia dibagi 8 type yaitu:
1.6 Penatalaksanaan
Untuk saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi.
Operasi ini bertujuan untuk merekonstruksi penis agar lurus dengan
orifisium uretra pada tempat yang normal atau diusahakan untuk senormal
mungkin. Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam
bulan sampai usia prasekolah. Anak yang menderita hipospadia hendaknya
jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan tindakan operasi rekonstruksi
yang akan mengambil kulit preputium penis untuk menutup lubang dari
sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia.
Tahapan operasi rekonstruksi antara lain:
1. Chordectomi
Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal
mungkin. Hal ini dikarenakan pada penderita hipospadia biasanya
terdapat suatu chorda yang merupakan jaringan fibrosa yang
7
mengakibatkan penis penderita bengkok. Langkah selanjutnya adalah
mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis untuk
menutup sulcus uretra.
2. Uretroplasty
Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis
pada glans penis. Uretroplasty yaitu membuat fassa naficularis baru
pada glans penis yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis
uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui tahap pertama.
8
Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia
adalah penanganan pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat
digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde
untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentuknya. Urin untuk sementara
dikeluaskan melalui sonde yang dimasukkan pada vesica urinaria (kandung
kemih) melalui lubang lain yang dibuat oleh dokter bedah sekitar daerah di
bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.
Teknik pembedahan yang digunakan untuk tiap tipe hipospadia
adalah berbeda, antara lain:
1. Kelainan tipe granular dengan teknik-Meatal Advencement glanplasty
(MAGPI)
2. Kelainan tipe distal penile dengan teknik Flip Flap.
3. Kelainan type penile, peno scrotal dan scrotal dengan teknik Preputial
Island Flap.
4. Kelainan tipe perineal dengan teknik Tubed Free Graft.
Apabila chordectomi dan urethroplasty dilakukan dalam satu waktu
operasi yang sama disebut satu tahap, bila dilakukan dalam waktu berbeda
disebut dua tahap. Ada 4 hal yang harus dipertimbangkan dalam
merencanakan repair hipospadia agar tujuan operasi bisa tercapai yaitu usia,
tipe hipospadia, besarnya penis, dan ada tidaknya chordee. Usia ideal untuk
repair hipospadia yaitu usia 6 bulan sampai usia belum sekolah karena
mempertimbangkan faktor psikologis anak terhadap tindakan operasi dan
kelainannya itu sendiri sehingga tahapan repair hipospadia sudah tercapai
sebelum anak sekolah.
9
Gambar 1.5 Hipospadia post urethroplasty
10
memper-gunakan satu flap untuk membentuk permukaan di bagian
belakang garis tengah.
Desain granular flap berbentuk Z dapat juga dilakukan untuk
memperoleh meatus yang baik secara kosmetik dan fungsional
pemotongan berbentuk 2 dilaksanakan pada ujung glans dalam posisi
tengah keatas. Rasio dimensi dari Z terhadap dimensi glans adalah 1:3,
Dua flap ini ditempatkan secara horisontal pada posisi yang berlawanan.
Setelah melepaskan chordee, sebuah flap dua sisi dipakai untuk
membentuk uretra baru dan untuk menutup permukaan ventral penis,
Permukaan bagian dalam dari preputium dipersiapkan untuk
perpanjangan uretra. Untuk mentransposisikan uretra baru, satu saluran
dibentuk diatas tinika albuginia sampai pada glans. Meatus uretra
eksternus dibawa menuju glans melalui saluran ini. Bagian distal dari
uretra dipotong pada bagian anterior dan posterior dengan arah vertikal
kedua flap triangular dimasukkan ke dalam fisura dan dijahit dengan
menggunakan benang 6-0 poliglatin. Setelah kedua flap dimasukkan dan
dijahit selanjutnya anastomosis uretra pada glans bisa diselesaikan.
11
BAB II. LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn. N
No RM : 334862
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Sumberjambe Jember
Agama : Islam
Suku bangsa : Madura
Tanggal MRS : 11 Juni 2011
Tanggal KRS :-
ANAMESIS
Tanggal 13 juni 2011
Subyetif
Keluhan utama : Kencing tidak lancar
Riwayat Penyakit Sekarang :
Kira-kira 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan susah buang air kecil, air
kencing keluar menetes, nyeri pada genital saat berusaha kencing, tidak ada darah
pada air kencing, nyeri hilang-timbul dan menjalar ke pinggang sebelah kanan.
Sebelumnya pasien buang air kecil lancar, kira-kira 3-4 kali tiap hari. BAK lama
dan pancarannya deras, kencing keluar ke bawah bukan dari depan penis. Sejak
kecil pasien sudah memiliki alat kelamin dengan muara tidak berada di ujung
kelamin tapi di bawah glans kira-kira 1 cm dari ujung kelamin. Bentuk penis tidak
bengkok, sirkumsisi (+) di PKM, pasien bisa ereksi. Pasien mempunyai 1 orang
istri dan 2 orang anak.
12
Riwayat Pengobatan :
tidak ada
Riwayat sosial :
pasien bekerja sebagai buruh tani
Obyektif
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmetis
Vital sign
Tensi : 130/90 mmHg
Nadi : 86 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
Status generalis
Kepala
Mata : Tidak anemis, tidak ikterik.
Telinga : Tidak ada secret, tidak ada darah, tidak bau.
Hidung : Tidak ada secret, tidak bau.
Bibir : Mukosa tidak sianotik.
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Thorax
Cor : Inspeksi ictus cordis tidak tampak
Palpasi ictus cordis tidak teraba
Perkusi redup di ICS IV PSL sinistra dan ICS V
MCL dextra.
Auskultasi S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Inspeksi simetris
Palpasi fremitus raba +/+
Perkusi sonor +/+
Auskultasi vesicular +/+, Ronchi -/-, Whezing -/-
13
Abdomen
Inspeksi : Flat
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Extremitas
Akral hangat (+) di keempat extrimitas.
Oedem (-) dikeempat extrimitas.
Status Lokalis
- Region genital MUE terletak di ventral penis, 1/3 distal penis.
Bentuk penis tidak melengkung, korda (-)
Assasement
Hipospadia tipe subkoronal
Planning
Urethroplasty
14
Hasil Laboratorium (552011)
Hasil
Pemeriksaan Nilai normal
pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin 14,4 13,4-17,7 g/dl
Leukosit 18,7 4,3-10,3 x 109 /L
Hematokrit 41,1 38-42%
Trombosit 496 150-450 x 109 /L
Faal Ginjal
Kreatinin serum 1,7 0,6-1,3 mg/dL
BUN 19 6-20 mg/dL
Urea 41 10-50 mg/dL
Asam urat 8,6 3,4-7 mg/dL
Urinalisis
Warna Kuning jernih
pH 6.0 4.8-7.5
BJ 1.010 1.015-1.025
Protein Negatip Negatip
Glukosa Normal Normal
Urobilin Normal Normal
Bilirubin Negatip Negatip
Nitrit Negatip Negatip
Eritrosit 5-10 0-1 sel/Lpb
Leukosit 0-2 1-4 sel/Lpb
Epitel squamos 2-5 5-15 /Lpb
Epitel renal Negatip Negatip
Silinder Negatip Negatip
Kristal urat amorf Negatip Negatip
Bakteri/yeast/trochomonas Bakteri + Negatip
15
Hasil Laboratorium (21-5-2011)
Hematologi
PPT 11,7
Kontrol 11,4 Beda dengan kontrol <2
APTT 30,3
Kontrol 29,0 Beda dengan kontrol <7
Faal Hati
SGOT 22 10-35 U/L
SGPT 23 9-43 U/L
Kadar Gula Darah
Sewaktu 181 <200 mg/dL
Elektrolit
Natrium 136,3 135-155 mmol/L
Kalium 3,57 3,5-5,0 mmol/L
Chlorida 103,2 90-110 mmol/L
16
Pemeriksaan Radiologi
- Thoraks Foto
- Urethrografi
17
18
LAPORAN OPERASI
Tanggal Operasi : 13 Juni 2011
Nama Operasi : Uretroplasty
Macam Operasi : Khusus
Diagnosa Pre Op : Hipospadia tipe subcoronal
Diagnosa Post Op : Hipospadia tipe subcoronal
Uretroplasty
1. Pasien tidur terlentang, kemudian disinfeksi
2. Didapatkan MUE pada subcoronal, cordae (-)
3. Pasang kateter
4. Insisi paramedian kiri dan kanan
5. Dilakukan penutupan kateter dengan kulit sebagai traktus uretra
6. Over hecting jaringan kulit penis
7. Operasi selesai
Post operasi :
- Inj. Cefotaxime 3x1 gr
- Inj. Antrain 3x1 ampul
- Obs. vital sign
19
Foto post operasi
20
FOLLOW UP
14 Juni 2011
S -
O ku: cukup kes : Composmentis
VS : TD= 130/80 RR= 20
N= 68 t = 36oC
k/l : a/i/c/d -/-/-/-
tho : C = S1 S2 tunggal
P = ves +/+ rh -/- wh -/-
abd : flat, BU+ normal, timpani, soepel
ext : AH + semua eksteremitas
Oe semua ekstremitas
St. lokalis : Reg. genitalia eksterna terbalut kassa
A Hipospadia subkoronal post uretroplasti H1
P inj. Cefotaxime 3x1 gr
inj. Antrain 3x1 amp
diit bebas
15 Juni 2011
S -
O ku: cukup kes : Composmentis
VS : TD= 110/70 RR= 20
N= 68 t = 36,2 oC
k/l : a/i/c/d -/-/-/-
tho : C = S1 S2 tunggal
P = ves +/+ rh -/- wh -/-
abd : flat, BU+ normal, timpani, soepel
ext : AH + semua eksteremitas
Oe semua ekstremitas
St. lokalis : Reg. genitalia eksterna terbalut kassa
A Hipospadia subkoronal post uretroplasti H2
P inj. Cefotaxime 3x1 gr
inj. Antrain 3x1 amp
diit bebas
21
16 Juni 2011
S -
O ku: cukup kes : Composmentis
VS : TD= 130/70 RR= 20
N= 80 t = 36,3 oC
k/l : a/i/c/d -/-/-/-
tho : C = S1 S2 tunggal
P = ves +/+ rh -/- wh -/-
abd : flat, BU+ normal, timpani, soepel
ext : AH + semua eksteremitas
Oe semua ekstremitas
St. lokalis : Reg. genitalia eksterna terbalut kassa
A Hipospadia subkoronal post uretroplasti H3
P inj. Cefotaxime 3x1 gr
inj. Antrain 3x1 amp
diit bebas
17 Juni 2011
S -
O ku: cukup kes : Composmentis
VS : TD= 120/70 RR= 20
N= 88 t = 36,3 oC
k/l : a/i/c/d -/-/-/-
tho : C = S1 S2 tunggal
P = ves +/+ rh -/- wh -/-
abd : flat, BU+ normal, timpani, soepel
ext : AH + semua eksteremitas
Oe semua ekstremitas
St. lokalis : Reg. genitalia eksterna terbalut kassa
A Hipospadia subkoronal post uretroplasti H4
P inj. Cefotaxime 3x1 gr
inj. Antrain 3x1 amp
diit bebas
22
17 Juni 2011
S -
O ku: cukup kes : Composmentis
VS : TD= 120/80 RR= 20
N= 80 t = 36,5 oC
k/l : a/i/c/d -/-/-/-
tho : C = S1 S2 tunggal
P = ves +/+ rh -/- wh -/-
abd : flat, BU+ normal, timpani, soepel
ext : AH + semua eksteremitas
Oe semua ekstremitas
St. lokalis : Reg. genitalia eksterna terbalut kassa
A Hipospadia subkoronal post uretroplasti H5
P inj. Cefotaxime 3x1 gr
inj. Antrain 3x1 amp
diit bebas
18 Juni 2011
S -
O ku: cukup kes : Composmentis
VS : TD= 120/80 RR= 20
N= 80 t = 36,3 oC
k/l : a/i/c/d -/-/-/-
tho : C = S1 S2 tunggal
P = ves +/+ rh -/- wh -/-
abd : flat, BU+ normal, timpani, soepel
ext : AH + semua eksteremitas
Oe semua ekstremitas
St. lokalis : Reg. genitalia eksterna terbalut kassa
A Hipospadia subkoronal post uretroplasti H6
P inj. Cefotaxime 3x1 gr
inj. Antrain 3x1 amp
diit bebas
23