Anda di halaman 1dari 29

KETERKAITAN KURIKULUM, BIOLOGI, DAN PEMBELAJARAN

BIOLOGI SERTA PENGUKURAN, ASESMEN, DAN EVALUASI

Disusun sebagai tugas dari mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan


Dosen: Prof. Dr. Bambang Subali, M.S.

Disusun oleh :

Nandhika Wahyu Sahputra 16725251007


Agus Akta Pratama Putra
16725251017
Ermila Mahariyanti
16725251019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PASCASARJANA


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017

1
BAB 1

PENDAHULUAN

Setiap individu memiliki peran yang sangat berarti dalam kehidupanya.

Pengalaman dan pengetahuan merupakan beberapa aspek yang dapat diperoleh

melalui proses kehidupan yang telah dijalani oleh individu tersebut. Pengetahuan

tersebut dapat diperoleh dari lingkungan yang ada disekitar ia berada yang dapat

dikaji dan dikembangkan menjadi informasi atau konsep baru yang dapat

dipelajari dan memberikan pengalaman bagi individu tersebut. Pengetahuan serta

pengalaman yang diperoleh oleh individu dapat diukur menggunakan penilaian

(assesment) dalam bentuk instrumen tertentu yang dirancang dan disesuaikan

guna mengetahui seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh seorang

individu selama kurun waktu tertentu.Setelah dilakukan penilaian dan diketahui

hasilnya maka dilakukanlah evaluasi yang bertujuan bahwa pengetahuan yang

dimiliki tersebut dapat ditingkatkan menjadi memahami bahkan dapat

menciptakan suatu hal yang baru lagi.

Pada suatu lembaga baik lembaga formal dan nonformal, melakukan

kegiatan tersebut merupakan serangkaian proses pembelajaran yang dilakukan

oleh peserta didik dan pendidik dalam berbagai meta pelajaran untuk mencapai

suatu tujuan pembelajaran yaitu memberikan pengetahuan, pemahaman kepada

peserta didik agar menjadi mahluk hidup yang berguna bagi dirinya dan maupun

lingkungan dimana ia berada. Suatu lembaga dalam melakukan proses

pembelajaran menggunakan suatu kurikulum yang telah ditetapkan oleh

2
pemerintah atau pihak lembaga. Kurikulum betujuan sebagai salah satu aktivitas

pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu.

Serangkaian proses yang terjadi tersebut memiliki hubungan uyang saling

berkaitan antara kurikulum dalam suatu pembelajaran yang dilakukan oleh peserta

didik, pengukuran dalam kegiatan pembelajaran, penilaian yang dilakukan

menggunakan instrumen tertentu serta evaluasi yang seperti apa untuk

menyatakan bahwa suatu pembelajaran tersebut telah berhasil dicapai, terutama

dalam mata pelajaran biologi yang pada hakikatnya merupakan salah satu kajian

ilmu sains yang selalu dikaji oleh para peneliti baik dibidang keilmuan biologi

maupun dibidang pendidikan. Pada makalah ini akan disajikan paparan mengenai

2 pokok bahasan biologi, kurikulum, pembelajaran, asesmen dan evaluasi dalam

pembelajaran biologi.

3
BAB 2

ISI

A. Kurikulum
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu kata curir dan

currere yang merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, dari sebuah

perlombaan yang telah dibentuk semacam rute pacuan yang harus dilalui oleh para

kompetito sebuah perlombaan. Dengan kata lain, rute tersebut harus dipatuhi dan

dilalui oleh para kompetitor sebuah perlombaan. Konsekuensinya adalah,

siapapun yang mengikuti kompetisi harus mematuhi rute currere tersebut.


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

(PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini

meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi

dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum

disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program

pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.


Dalam dunia pendidikan, istilah kurikulum ditafsirkan dalam pengertian

yang berbeda-beda oleh para ahli. Kurikulum dalam dunia pendidikan seperti kata

Ronald C. Doll dalam Mudlofir (2012), bahwa kurikulum sekolah adalah muatan

proses, baik formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pelajar untuk

memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan

mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah. Sedangkan Maurice

4
Dulton mengatakan Kurikulum dipahami sebagai pengalaman-pengalaman yang

didapatkan oleh pembelajar di bawah naungan sekolah.


Menurut Oemar Hamalik (2010), pengertian kurikulum dapat ditinjau dari

dua sisi yang berbeda, yakni menurut pandangan lama dan pandangan baru.

Pengertian kurikulum dari pandangan lama atau juga sering disebut pandangan

tradisional, merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang

harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Sedangkan dalam pandangan

baru, kurikulum bersifat luas karena kurikulum bukan hanya terdiri atas mata

pelajaran (courses), tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi

tanggung jawab sekolah


Dari beberapa definisi tersebut kurikulum dapat dimaknai dalam tiga

konteks, yaitu sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta

didik, sebagai pengalaman belajar, dan sebagai rencana program belajar.

Kurikulum merupakan serangkaian program yang berisi rencana-rencana

pelajaran yang telah disusun sedemikian rupa yang dapat dipakai secara lan untuk

sasaran dan tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik langsung oleh guru

dalam mengajar. Namun, kurikulum secara sederhana sering diartikan kedalam

pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh

peserta didik, konsep tersebut merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini

banyak mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan di Indonesia.


Kurikulum yang ada di Indonesia sendiri sering sekali mengalami

perubahan dari masa ke masa. Kurikulum yang sekarang ada di Indonesia dan

telah diterapkan di berbagai jenjang sekolah adalah kurikulum 2013. Kurikulum

2013 ini diterapkan setelah dilakukan evaluasi terhadap kurikulum sebelumnya

yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan

5
Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang

disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP secara

yuridis diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (BSNP 2006).


Kurikulum 2013 untuk masing-masing jenjang sekolah memiliki bebrapa

kriteria yang berbeda, namun secara umum, kurikulum memiliki komponen-

komponen penyusun seperti struktur kurikulum, kompetensi inti, dan kompetensi

dasar. Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum

dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum,

distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk

mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur

kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam

sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.

Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan adalah sistem

semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran

berdasarkan jam pelajaran per semester.


Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum

mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan

atau jenjang pendidikan. Lebih lanjut, struktur kurikulum menggambarkan posisi

belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata

pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan

kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.


Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran sendiri harus sesuai dengan

jenjang yang diinginkan, artinya adalah ketika jenjang paling rendah (SD/MI)

6
maka kurikulum yang digunakan juga harus disesuaikan dengan kondisi atau

jenjang sekolah tersebut. Untuk jenjang menengah seperti SMP/MTs dan

SMA/MA juga demikian, sehingga kurikulum yang digunakan akan benar-benar

akan mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan jenjang yang dilalui.

Kondisi sebaliknya tidak dapat dipaksakan dan akan cenderung akan menghambat

tercapainya tujuan pembelajaran jika kurikulum yang tidak tepat digunakan pada

jenjang sekolah yang tidak tepat pula, misalnya saja ketika proses (waktu)

pembelajaran untuk jenjang SMA/MA juga diterapkan pada jenjang SD/MI justru

hal ini akan membebani siswa secara psikis dan fisik selama pembelajaran. Oleh

karena itu, kurikulum haruslah disusun dan diimplementasi sebaik mungkin untuk

ketercapaianya tujuan pendidikan dan pembelajaran itu sendiri.


B. Biologi
Biologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup dan

logos yang berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian, biologi diartikan sebagai

ilmu yang mempelajari tentang hidup dan kehidupan. Objek dari biologi adalah

semua makhluk hidup, mulai dari tingkat atom, molekul, sel, jaringan, organ,

individu, populasi, ekosistem, sampai bioma. Biologi merupakan cabang ilmu

sains yang mempelajari mengenai segala bentuk kehidupan mahluk hidup dan

hubunganya dengan lingkungan.


Pada tingkat molekul, biologi mempelajari berbagai macam struktur dan

ciri molekul yang berperan dalam reaksi penyusunan dan pembongkaran.

Molekul-molekul tersebut saling berhubungan dalam membentuk sel. Sel

bergabung menyusun jaringan dan beberapa jaringan menyusun organ. Sistem

organ bergabung menyusun tubuh makhluk hidup (individu). Setiap individu

saling berhubungan membentuk sekumpulan individu sejenis yang disebut

7
populasi. Sekumpulan populasi yang saling berhubungan satu dengan yang lain

akan membentuk komunitas. Komunitas dengan lingkungan abiotik menyusun

ekosistem. Gabungan berbagai ekosistem akan membentuk bioma. Hubungan

antarbioma di permukaan bumi akan membentuk biosfer.


Menurut Biological Science Curriculum Study (BSCS), biologi memiliki

objek berupa kingdom (kerajaan), yaitu Animalia (hewan), Plantae (tumbuhan),

dan Protista (makhluk hidup mirip hewan atau mirip tumbuhan). Seiring dengan

perkembangan ilmu dan teknologi, objek biologi yang semula hanya dibagi

menjadi 3 kingdom berkembang menjadi 5 kingdom, yaitu Animalia, Plantae,

Fungi, Protista, dan Monera. Bahkan saat ini, makhluk hidup dikelompokkan

menjadi 6 kingdom, yaitu Animalia, Plantae, Fungi, Protista, Archaebacteria, dan

Eubacteria.
Ruang lingkup biologi adalah segala hal yang berkaitan dengan kehidupan,

yang memberikan pengalaman, pengetahuan dari rangsangan yang diitimbulkan

oleh pancaindera. Pengalaman yang ditimbulkan sedikit demi sedikit akan

bertambah dan memberikan jawaban atas segala pertanyaan di benak manusia

yang berkaitan dengan alam dan kehidupan, tidak hanya biologi yang mempelajari

tentang alam tetapi juga fisika, kimia dan lainnya yang saling berkaitan secara

psikologi maupun ekonomis. (Sulistyorini, 2009: 14)


Menurut Efendi (2013: 85) Biologi merupakan bagian dari sains yang

memiliki dua dimensi yang bersifat mendasar, yakni dimensi produk dan dimensi

proses. Biologi sebagai dimensi produk merupakan sumber fakta, sumber teori,

sumber prinsip, dan sumber konsep. Biologi sebagai dimensi proses mengandung

keterampilan, nilai dan sikap yang harus dimiliki seseorang atau peserta didik

untuk mendapatkan dan mengembangkan pengetahuan biologi.

8
Biologi mempelajari mengenai fenomena-fenomena atau kejadian yang

ada di lingkungan sekitar mahluk hidup dan interaksi-interaksi yang ada di

dalamnya. Biologi merupakan mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun ilmu

pengetahuan alam (IPA atau sains). Ilmu sains berkaitan dengan cara mencari

tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran bukan hanya

sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pembelajaran biologi di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari.


C. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha

sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman

yang bermakna (BSNP, 2006: 30). Pembelajaran secara umum merupakan sebuah

kegiatan penyampaian informasi kepada peserta didik yang dilakukan oleh guru di

dalam kelas. Pembelajaran biologi berarti proses penyampaian informasi biologi

kepada peserta didik yang diharapkan mampu dijadikan sebagai landasan hidup

peserta didik di kehidupanya sehari-hari. Pembelajaran biologi di sekolah

menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih lanjut

dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi setiap guru

memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan

9
bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa

(Hamalik, 2010).
Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan

ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang

mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan

tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan faktafakta

maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi (Sudjoko,

2001:2).
Pembelajaran biologi pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk

menghantarkan siswa ke tujuan belajarnya, dan biologi itu sendiri berperan

sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Biologi sebagai ilmu dapat

diidentifikasikan melalui objek, benda alam, persoalan/gejala yang ditunjukkan

oleh alam, serta proses keilmuan dalam menemukan konsep-konsep biologi.


Menurut Wuryadi, dkk (2004) pembelajaran biologi merupakan organisasi

kegiatan yang mengarahkan subyek didik mengalami proses belajar, biologi

sebagai obyek yang dipelajari, dengan cara formal dan non-formal, menggunakan

kurikulum dan hasil belajar terukur. Melalui biologi sebagai alat pendidikan,

subyek didik dapat diantarakan untuk berkembang yang dekat dengan berbagai

kehidupan manusia, digunakan sebagai media yang efektif untuk mengembangkan

kesadaran manusia terhadap posisi dan perannya di alam (positif atau negatif).
Pembelajaran biologi berbeda dengan pembelajaran disiplin ilmu lain,

bahkan pembelajaran biologi akan berbeda dengan pembelajaran fisika, kimia,

dan matematika walaupun masih dalam satu domain yaitu sains (IPA). Menurut

Suciati, dkk. (2011), pembelajaran sains menekankan pada keterampilan proses

sains, pembelajaran yang melibatkan aspek kognitif (minds on), aspek

10
psikomotorik (hands on) serta sikap ilmiah (hearts on). Sains adalah ilmu yang

mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Sains memperoleh kebenaran

fakta dan fenomena alam melalui kegaiatan empirik. Sains berkaitan dengan fakta,

konsep, prinsip dan juga penemuan itu sendiri. Penemuan diperoleh melalui

eksperimen yang dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam bebas. Berpijak

dari hakikat sains, maka pembelajaran sains haruslah dirancang untuk memupuk

tumbuhnya sikap ilmiah, disamping itu juga untuk meningkatkan pola pikir logis

yang menjadi landasan dalam proses ilmiah untuk menghasilkan produk ilmiah.
Proses pembelajaran biologi merupakan penciptaan situasi dan kondisi

yang kondusif sehingga terjadi interaksi antara subjek didik dengan objek

belajarnya yang berupa makhluk hidup dan segala aspek kehidupannya. Melalui

interaksi antara subjek didik dengan objek belajar dapat menyebabkan

perkembangan proses mental dan sensori motorik yang optimal pada diri siswa.
D. Keterkaitan Antara Kurikulum, Biologi dan Pembelajaran Biologi
Dalam belajar biologi di sekolah menganut sistem spiral, dimana dalam

pembelajaran biologi/IPA makin tinggi jenjang sekolahnya, biologi yang dipelajari

makin luas dan mendalam. Persoalan yang dipelajari dari tingkat sekolah dasar

sampai ke jenjang yang lebih tinggi adalah sama, namun kedalaman dan

keluasannya semakin bertambah sejalan dengan semakin tingginya jenjang

pendidikan. (Suratsih, 2011: 64). Oleh karena itu, sistem pembelajaran biologi

yang tersusun dalam kurikulum harus diterapkan pada masing-masing jenjang

sekolah sesuai dengan tingkatanya. Hal inilah yang akan menjadi sebuah

tantangan bagi penyusun kurikulum dan pelaku dalam kurikulum untuk mampu

menyampaikan substansi pembelajaran biologi yang sesuai dengan jenjang

pendidikanya. Guru biologi akan ditantang untuk mampu menyusun sebuah

11
pembelajaran biologi yang sesuai untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA

dengan memperhatikan kesesuaian kebutuhan masing-masing siswa dalam jenjang

tersebut (Subali, 2016).


Mempelajari biologi juga dapat menambah wawasan bahwa apa yang terjadi

dapat dikaji dengan menggunakan metode ilmiah dalam pelaksanaan

pembelajaran. Membantu seorang guru dalam merancang suatu pembelajaran

dengan menggunakan biologi sebagai salah satu kajian keilmuan untu membuat

siswa secara aktif melakukan proses sains (Paidi, 2012: 16)


Keterkaitan biologi dengan pembelajaran biologi tidak terlepas dari peran

seorang guru dalam menyampaikan materi dalam pembelajaran. Biologi pada

hakikatnya merupakan bagian dari sains mengkategorikan dua kategori agar suatu

pembelajaran biologi menjadi efektif, adapun pengkategorian pembelajaran yang

efektif sebagai berikut:


1. Pebelajar dan proses pembelajaran
hasil belajar yang merupakan keterlibatan aktif peserta didik
pembelajaran dimulai dengan mengetahui prestasi peserta didik
meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan memberikan motivasi
belajar melalui macam-macam arti kata dan simbol lainnya yang
didasarkan pengalaman
total organisme belajar dalam menanggapi situasi keseluruhan
pembelajaran bervariasi pada individu yang memiliki kemampuan dan

kebutuhan berbeda
2. Guru dan proses pembelajaran
belajar mengajar tidak dapat dipisahkan
pengajaran yang efektif mencerminkan tujuan guru
perencanaan yang cermat sangat penting untuk pengajaran yang

efektif
pengajaran yang efektif pada dasarnya memberikan bimbingan yang

baik
pengajaran yang efektifdilakukan secara sengaja, melalui penugasan

12
Menurut Rustaman (2013) biologi memiliki kekhasan dalam berpikirnya.

Dalam fisiologi atau fungsi, orang mempelajarinya diminta mengembangkan

berpikir sibernetik, sementara dalam sistematika biologi atau taksonomi

dikembangkan keterampilan berpikir logis melalui klasifikasi atau klasifikasi

logis. Berdasarkan pernyataaan tersebut diketahui bahwa dengan belajar biologi

sebagai ilmu dalam suatu pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam

mengembangkan kemampuan berpikir logis. Alasan lain karena biologi

merupakan suatu ilmu yang memberikan contoh keseharian sebagai suatu hal

yang dapat digunakan dalam pembelajaran biologi di sekolah, menuntut peserta

didik dalam pelaksanaan pembelajarannya menjadi lebih aktif dan menyadari

bahwa permasalahan biologi dapat membantu peserta didik dalam memecahkan

suatu permasalahan keseharian tersebut.

Adanya pembelajaran biologi juga membantu peserta didik dalam

mengembangkan sikap ilmiah peserta didik dari melakukan kegiatan biologi

seperti di sekolah melakukan percobaan atau eksperimen, misal peserta didik

melakukan percobaan uji makanan dimana sikap ilmiah menurut Gega (Pata

Bundu, 2006: 140) yang dimunculkan dari kegiatan tersebut adalah rasa ingin

tahu, sikap penemuan, sikap berpikir kritis dan bersikap teguh pendirian. Dari

suatu kegiatan dalam pembelajaran biologi dapat mengetahui dan

mengembangkan sikap ilmiah tersebut.

Demikian diketahui bahwa keterkaitan antara biologi dengan pembelajaran

biologi bagi peserta didik membantu memahami objek kajian biologi sehingga

dapat mengembangkan kemampuan berpikir, mengembangkan sikap ilmiah,

13
memberikan informasi baru, serta membantu peserta didik untuk menyadari

bahwa setiap permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

merupakan suatu permasalahan yang dapat dikaji dalam keilmuan biologi dan

dapat dipelajari dalam pembelajaran biologi.

E. Keterkaitan Pengukuran, Asesmen, Dan Evaluasi


1. Pengukuran
Pengukuran merupakan suatu proses untuk memperoleh deskripsi numerik

atau kuantitatif tentang tingkatan karakteristik yang dimiliki seseorang dengan

aturan tertentu. Untuk memperoleh data kuantitatif dapat dilakukan

pengukuran melalui tes dan nontes. Tes merupakan suatu metode pengukuran

yang menggunakan alat ukur berbentuk satu set pertanyaan untuk mengukur

sampel tingkah laku, dan jawabannya dikategorikan dengan benar dan salah,

sedangkan nontes merupakan suatu metode pengukuran yang menggunakan

alat ukur untuk mengukur sampel tingkah laku, tetapi jawabannya tidak dapat

dikategorikan benar dan salah, misalnya positif dan negatif, setuju dan tidak

setuju, suka dan tidak suka (Subali, 2016.1).


Menurut Suprananto (2012.4-5) pengukuran merupakan cabang ilmu

statistika terapan yamg bertujuan untuk membangun dasar-dasar

pengembangan tes yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan tes yang

berfungsi secara optimal, valid dan reliabel. Pengukuran memiliki beberapa

karakteristik, pertama, pengukuran merupakan perbandingan antara atribut

yang diukur dengan alat ukurnya. Artinya apa yang diukur adalah atribut atau

dimensi dari sesuatu, bukan sesuatu itu sendiri. Kedua, hasil pengukuran

bersifat kuantitatif atau berupa angka. Suatu proses pengukuran akan

dinyatakan selesai apabila hasilnya hasilnya tela diwujudkan dalam bentuk

14
angka, disertai oleh satuan ukuran yang sesuai. Ketiga, hasil pengukuran

bersifat deskriptif, yaitu hanya sebatas memberikan angka yang tidak

diinterpretasikan lebih jauh.


Tes dalam dunia pendidikan dipandang sebagai salah satu alat pengukuran.

Oleh karena itu, dalam penyusunan tes melibatkan aturan-aturan (seperti

petunjuk pelaksanaan dan kriteria penskoran) untuk menetapkan bilangan-

bilangan yang menggambarkan tentang kemampuan seseorang. Dengan

demikian, bilangan tersebut dapat ditafsirkan sebagai pencerminan

karakteristik peserta tes. Tes juga merupakan alat ukur berbentuk satu set

pertanyaan untuk mengukur sampel tingkah laku dari peserta tes. Dalam hal ini

atribut psikologis dan sampel prilaku yang tampak yang dapat diukur secara

langsung melalui tes (Suprananto.2012.5-6).


Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran seorang guru harus melakukan

pengukuran-pengukuran. Pengukuran sebelum pembelajaran bertujuan untuk

memperoleh data yang dapat menggambarkan status peserta didik sebelum

memulai proses belajar, pengukuran selama prosess pembelajaran betujuan

untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan kemajuan peserta didik

selama terlibat dalam proses pembelajaran, dan pengukuran sesudah proses

pembelajaran bertujuan untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan

status peserta didik setelah selesai mengikuti pembelajaran (Subali,2016. 1-2).


Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007

Tentang Standar Penilaian Pendidikan dinyatakan bahwa ulangan adalah proses

yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara

berkelanjutan dalam proses pembelajaran, dan menetukan keberhasilan belajar

eserta didik. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik

15
untuk mengukur pencapaian kompetensi peseta didik setelah menyelesaikan

satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih. Cakupan ulangan meliputi seluruh

indikator yang mempresentasikan KD pada smester tersebut. Jadi, pengukuran

menurut peraturan tersebut merupakan kegiatan ulangan atau ujian.


Macam-Macam Skala Pengukuran
a. Skala Nominal
Skala nominal yaitu ukuran yang hanya mendasarkan pada prinsip

tak tumpang tindih dan tuntas serta tidak ada asumsi tentang jarak

maupun urutan atau jenjang antar kategori yang ada di dalamnya.

Angka-angka yang ada sekedar label untuk memisahkan kategori yang

ada. Misalnya skala 1: SD Negeri, skala 2: SD Swasta atau sebaliknya.


b. Skala ordinal
Skala ordinal yaitu ukuran yang sudah mengurutkan objek yang

diukur dari jenjang atau peringkat terendah sampai dengan yang

tertinggi pada suatu atribut tertentu, tetapi tanpa penunjukan yang jelas

tentang berapa jumlah/nilai absolut yang dimiliki oleh subjek pada tiap

atribut, dan jarak atau interval antara satu objek dengan objek yang

lainny juga tidak diketahui. Misalnya, untuk variabel tingkat pendidikan

digunakan skala 1:SD, 2: SLTP, 3: SLTA, 4: PT Diploma sampai S1,

dan sebagainya, tidak berarti bahwa responden yang memiliki ijazah SD

sekaligus MI sama dengan memiliki ijazah SLTP.


c. Skala Interval
Skala interval yaitu ukuran yang menunjukkan kedudukan tiap

subjek yang diukur, tetapi titik nolnya arbiter, misalnya skor hasil ujian

dalam penguasaan hasil belajar seperti penguasaan konsep untuk aspek

kognitif.
d. Skala Rasio

16
Skala rasio yaitu ukuran yang menunjukan kedudukan setiap

subjek yang diukur dan titik nolnya absolut, misalnya berat benda,

panjang benda, volume benda, panjang benda, volume benda dan

sebagainya.Menurut (Subali, 2016. 15) setelah diperoleh data, maka

dilakukan pengolahan data untuk mengambil keputusan akhir dalam

menilai peserta didik.


Meskipun data yang diperoleh benar, dapat terjadi kesalahan

pengambilan keputusan yang diakibatkan oleh beberapa faktor:


a. Kekeliruan dalam mengolah data, hal ini disebabkan karena kurang

teliti dalam mengubah skor menjadi nilai atau karena kesalahan

cara dalam mengolah data.


b. Pengaruh penilaian sebelumnya, misalnya ketika seorang anak

biasanya mendapat nilai jelek dan pada suatu saat mendapat nilai

yang baik, maka dapat mempengaruhi penilai untuk menurunkan

nilai anak tersebut.


c. Menilai mahal atau murah, kecenderungan seorang penilai untuk

memberi nilai lebih rendah atau lebih tinggi, sehingga ada istilah

guru yang murah dan ada guru yang mahal tanpa ada dasar yang

dapat dipercaya
d. Pengaruh kesan luar, penampilan pihak yang dinilai dapat

memberikan pengaruh terhadap si penilai. Misalnya seorang

peserta didik yang suka mendebat guru akan diberikan nilai yang

jelek walaupun skor yang diperoleh tinggi, karena guru tidak suka

didebat, sedangkan anak yang berpenampilan manis dan penurut

akan diberikan nilai yang tinggi walaupun skornya rendah.

17
e. Pengaruh hallo effect, misalnya seorang guru yang merangkap dua

mata pelajaran, dapat terpengaruh kesan pada nilai dari sala satu

mata pelajaran. Jika dalam mata pelajaran A anak tersebut baik,

maka dapat memberikan pengaruh sehingga guru akan memberikan

nilai yang baik juga pada mata pelajaran B, walaupun skor yang

diperoleh pada mata pelajaran B rendah.


2. Penilaian (Assesment)
Penilaian adalah suatu prosedur yang sistematis dan mencakup kegiatan

mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi yang dapat

digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik seseorang atau

objek. Menurut Grondlund & Linn (Suprananto.2012) mendefinisikan

penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan

mengumpulkan, menganalisis serta menginterpretasikan informasi untuk

menentukan seberapa jauh seorang siswa mencapai tujuan pembelajara yang

telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

Beberapa hal yang menjadi prinsisp dalam penilaian adalah (1) proses

penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses

pembelajara, (2) penialaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, (3)

penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yag sesuai

dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar, (4) penilaian harus bersifat

holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (afektif,

kognitif dan psikomotorik).


Tujuan penilaian hendaknya diarahkan pada empat hal (1) penelusuran,

yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran tetap sesuai dengan rencana,

(2) pengecekan, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang

18
dialami oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, (3) pencarian,

untuk mencari daan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya

kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran, (4) penyimpulan, yaitu

untuk minyimpulkan apakah siswa telah menguasai seluruh kompetensi yang

ditetapkan dalam kurikulum atau belum (Suprananto.2012.9)


Berdasarkan ragamnya, jenis asesmen adalah (1) asesmen penempatan

dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap masing-masing peserta didik

sebelum menempuh prrogram pembelajaran, (2) asesmen formatif dilakukan

berdasarkan hasil pengukuran terhadap peserta didik selama menempuh

kegiatan pembelajaran, (3) asesmen sumatif dilakukan terhadap masing-masing

peserta didik setelah selesai menempuh program pembelajaran, (4) asesmen

konfirmatori dilakukan terhadap orang yang ingi dinilai tanpa dikaitkan dengan

kegiatan pembelajaran yang ditempuh (Subali, 2016. 8-9).


3. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses sistematis yang dilaksanakan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi dari program yang bersangkutan.

Dalam hal ini termasuk di dalamnya untuk mengetahui keberhasilan seluruh

subjek belajar yang menempuh suatu program (Subali, 2016.16). Evaluasi

terhadap tingkat efisiensi ditujukan pada program yang dilaksanakan secara

berulang-ulang. Karena keberhasilan suatu program tidak terlepas dari segi

pelaksanaanya, evaluasi terhadap suatu program menyangkut kualita masukan,

kualitas proses, maupun kualitas dari pelaksanaannya. Evaluasi terhadap

implementasi program ditujukan ditujukan untuk mengetahui kelancaran dari

pelaksanaan program dan untuk mengetahui kesesuaian antara implementasi

dengan perencanaan program yang telah disusun. Sedangkan untuk evaluasi

19
terhadap hasil ditujukan untuk mengetahui efisiensi waktu penyelenggaraan

program, dan mengetahui seberapa jauh keefektifan dari program yang telah

dilaksanakan.
Semua bentuk evaluasi terdiri dari pengumpulan informasi yang sistematis

dan membuat penilaian atas dasar informasi yang diperoleh. Informasi tersebut

diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan terhadap sistem

pendidikan atau untuk memberikan revisi dan perubahan terhadap sistem

pendidikan tersebut (Scheerens, 2003. 2). Evaluasi pencapaian hasil belajar

merupakan langkah untuk mengetahui seberapa jauh sasaran-sasaran

pendidikan telah dapat dicapai dan disertai juga dengan pelacakan peran

berbagai faktor penentu aktualisasi proses pembelajaran. Aktualisasi proses

pembelajaran tidak lepas dari faktor lingkungan yang ada disekitarnya, baik

yang bersifat fisik maupun sosial.


Berdasarkan ragamya, jenis evaluasi adalah (1) evaluasi penempatan,

dilakukan berdasarkan hasil dari penilaian terhadap peserta didik sebelum

mereka menempuh program pembelajaran, (2) evaluasi formatif dilakukan

berdasarkan hasil penilaian formatif selama peserta didik menempuh dan

mengikuti program pembelajaran yang berkaitan dengan penyelenggaraan

program, (3) evaluasi sumatif dilakukan berdasarkan komulatif seluruh hasil

dari penilaian sumatif peserta didik dalam menempuh program pembelajaran

(Subali, 2016. 23-25).


F. Hubungan Antara Kurikulum Dengan Aktivitas Pembelajaran, Asesmen Dan

Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses penetapan untuk menyatakan baik atau

buruk, berhasil atau gagal, sukses atau tidaknya sesuatu. Dengan kata lain,

20
evaluasi adalah proses untuk menentukan kualitas atau mutu tertentu. Kurikulum

sebagai program pembelajaran memerlukan evaluasi, baik untuk mengetahui

kualitasnya sebagai suatu program, bagaimana kelancarannya ketika program

tersebut di implementasikan, bagaimana hasil yang di capai, dan bagaimana

dampak implementasinya.
Agar dapat dilakukan evaluasi, harus ada data yang dijadikan dasar untuk

penetapanya. Data harus benar-benar dapat di percaya/akurat agar ketetapan yang

di ambil tidak salah, jika salah datanya, salah pula penilaiannya dan akibatnya

salah pula akibatnya. Data yang diolah untuk penilaian dan selanjutnya dasar

evaluasi guna menetapkan apakah berhasil atau gagal apakah baik atau buruk itu

harus data kuantitatif yang diperoleh mulai dari proses pengukuran. Jadi,

pegukuran merupakan proses untuk memeperoleh kuantitas tentang sesuatu. Oleh

karena itu di perlukan adanya alat atau instrumen penilaian yang di pakai dalam

kegiatan atau dapat pula disebut sebagai alat ukur. Ada alat ukur yang berupa tes

dan ada pula alat ukur yang nontes. Agar dapat di peroleh alat penilaian atau alat

ukur yang baik perlu dikembangkan suatu prosedur yang benar, dan disebut

dengan prosedur pengembangan alat penilaian yang meliputi:


1. Perencanaan penilaian yang memuat maksud dan tujan penilaian,
2. Penyusunan kisi-kisi
3. Penyusunan instrumen/alat ukur
4. Penelaahaan (review) untuk menilai kualitas alat ukur/instrumen secara

kualitatif, yakni sebelum digunakan


5. Uji coba alat ukur, untuk menyelidiki kesahihan dan keandalan secara

empiris,
6. Pelaksanaan pengukuran
7. Penilaiannya merupakan interpretasi hasil pengukuran, dan
8. Pemanfaatan hasil penilaian

21
Kurikulum yang merupakan dokumen tertulis berisi rencana dan pengaturan

tentang tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang akan dibelajarkan pada peserta didik,

serta memuat cara yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Kurikulum

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan aktifitas pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam penyelenggaraan pembelajaran

diperlukan suatu penilaian (baik diawal, selama proses maupun akhir proses

pembelajaran) guna mengetahui capaian proses belajar peserta didik, yang

nantinya akan digambarkan melalui hasil belajar peserta didik. Hasil belajar

peserta didik ini merupakan dijadikan monitoring dan evaluasi keterlaksanaan

pembelajaran dan ketercapaian tujuan pembelajaran dari evaluasi hasil belajar

peserta didik ini digunakan sebagai pedoman perbaikan dan pemyempunaan

perencanaan dan pelaksanaan kurikulum. Sehigga kurikulum, aktifitas

pembelajaran, dan evaluasi memiliki hubungan sinergis. Kurikulum merupakan

suatu program dan pembelajaran merupakan suatu implemenatsi atau operasional

dari sebuah kurikulum, dan dari evaluasi terhadap penilaian pembelajaran dapat

dilakukan monitoring keterlaksanaan kurikulum serta sebagai bahan

penyempurnaan kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan disuatu negara.

Setiap mata pelajaran atau mata kuliah memiliki karakteristik yang spesifik sesuai

dengan sifat keilmuannya.

Dengan demikian akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang dapat

dipilih. Sifat keilmuan itu pula yang memberi warna pada apa yang patut

diperoleh oleh mereka yang mempelajarainya. Hal ini dapat digunakan sebagai

petunjuk penentuan tujuan yang pantas bagi kurikulum tertentu. (Suratsi, 2011:

22
35) Berdasarkan pandangan tersebut dapat diketahui bahwa dalam mata pelajaran

biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu penyesuaian dari

kurikulum yang ada di Indonesia baik itu kurikulum 2013 maupun KTSP.

Kurikulum merupakan bagian penting dalam penyelenggaraan pendidikan

di suatu negara. Kurikulum dijadikan pedoman dalam merencanakan,

melaksanakan, menilai, dan mengevaluasi proses pendidikan disuatu negara.

Untuk mengetahui hubungan antar kurikulum dengan aktifitas belajar, asssesmen,

dan evaluasi sekiranya kita memahami dahulu pengertian dari kurikulum.

Beauchamp (Nana, 2005: 6) A curriculum is a written document which may

contain many ingredients, but basically it is the plant for education of pupils

during their enrollment in given school. Menurut Beauchamp, bahwa kurikulum

adalah suatu dokumen yang berisi rencana pendidikan atau pengajaran di sekolah.

Sedangkan definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang No 29

tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19 sebagai berikut

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Berdasarkan pengertian tersebut kurikulum dapat dipandang sebagai

dokumen yang berisi tentang perencanaan dan pengaturan pembelajaran dalam

proses pendidikan atau kurikulum sebagai seperangkat perencanaan, pengaturan,

dan pedoman penyelenggaraan pendidikan. Diketahui bahwa kurikulum di

Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah menggunakan dua jenis yaitu

kurikulum 2013 merupakan kurikulum pembaharuan dari kurikulum sebelumnya

23
yaitu KTSP 2006, kurikulum 2013 dibentuk dengan tujuan untuk memperbaiki

sistem pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 jugabertujuan agar kurikulum

yang akan diterapkan tersebut mampu menjawab tantangan zaman yang terus

berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan peserta didik yang

mampu bersaing di masa depan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer

(saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang

dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian

diri, dan penilaian antarteman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan

tingkat perkembangan peserta didik.

Dalam laporan hasil belajar peserta didik, terdapat komponen pengetahuan

yang umumnya merupakan representasi aspek kognitif, komponen praktik yang

melibatkan aspek psikomotorik, dan komponen sikap yang berkaitan dengan

kondisi afektif peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu.

SISTEM PENILAIAN KURIKULUM 2013

NO. JENIS PENILAIAN PELAKU WAKTU


1 Penilaian otentik Guru Berkelanjutan
Tiap kali sebelum
2 Penilaian diri Siswa
ulangan harian.
tiap akhir bab atau tema
3 Penilaian projek Guru
pelajaran
Ulangan harian (dapat terintegrasi dengan
4 Guru
berbentuk penugasan) proses pembelajaran
5 Ulangan Tengah danGuru (di bawahSemesteran

24
koordinasi
Akhir Semester satuan
pendidikan)
Sekolah (kisi-Tiap tingkat kompetensi
Ujian Tingkat
6 kisi dariyang tidak bersamaan
Kompetensi
Pemerintah) dengan UN
Tiap akhir tingkat
Ujian Mutu Tingkat
7 Pemerintah kompetensi (yang bukan
Kompetensi
akhir jenjang sekolah)
Sekolah (sesuai
8 Ujian Sekolah dengan Akhir jenjang sekolah
peraturan)
Ujian Nasional sebagai
Ujian TingkatPemerintah
9 Kompetensi pada akhir(sesuai denganAkhir jenjang sekolah
jenjang satuanperaturan)
pendidikan.

Jadi, penilaian yang harus dilakukan adalah mencakup kompetensi inti

tersebut. Bermacam-macam metode dan instrumen baik dalam bentuk formal

maupun nonformal dipergunakan pada kegiatan penilaian dalam rangka

mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua

perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat

dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah

pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

Kaitan antara kurikulum dan pembelajaran juga tergantung pada

pelaksanaan di lapangan. Kurikulum dapat di katakan sebagai pedoman bagi

proses pembelajaran apabila dalam pelaksanaan pembelajaran para pengajar

benar-benar mengikuti haluan yang diinginkan oleh kurikulum. Untuk melihat

apakah kurikulum berhasil atau tidaknya dapat dilakukan melalui penilaian.

25
Dengan adanya hasil dari penilaian maka dapat dilakukan evaluasi dalam

kurikulumnya sehingga dalam pembelajaran dapat memberikan masukan pada

penyempurnaan kurikulum yang selanjutnya apabila proses evaluasi benar-benar

berjalan dengan baik

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori mengenai analisis dan keterkaitan antara biologi sebagai

ilmu, pembelajaran biologi, asesmen, evaluasi dan kurikulum diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

26
1. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang kehidupan

mahluk hidup mulai dari susunan yang kompleks hingga sederhana, dengan

objek kajian mulai dari mikroorganisme, hewan, tumbuhan dan manusia,

seorang peserta didik memiliki kewajiban untuk mempelajari berbagai bidang

ilmu salah satunya adalah biologi. Dengan mempelajari biologi maka

diharapkan peserta didik dapat mengetahui fenomena atau kejadian yang

terjadi pada kehidupan, memberikan pemahaman kepada peserta didik

mengenai objek kajian pada biologi, membantu peserta didik dalam

mengembangkan kemampuan berpikir, sikap ilmiah, mengajarkan rasa syukur

dan kecintaan terhadap apa yang ada disekitarnya sebagai salah satu ciptaan

Tuhan.
2. Hubungan antara pengukuran (measurement), penilaian (assessment), dan

evaluasi (evaluation) bersifat hierarkis. Pengukuran membandingkan hasil

yang diperoleh dari pengamatan dengan berbagai kriteria, penilaian

menjelaskan dan menafsirkan hasil dari proses pengukuran, sedangkan evaluasi

adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku, bisa perilaku individu atau

lembaga sehingga dapat diketahui kualitas, pelaksanaan dan keberhasilan

peserta didik selama menempuh program pembelajaram.


3. Untuk mendapatkan proses dan hasil pembelajaran yang baik maka

penyusunan kurikulum harus diperhatikan dengan baik pula, karena kurikulum

merupakan suatu pedoman di dalam proses pembelajaran di sekolah, kurikulum

yang mengatur guru, siswa dan juga kepala sekolah. Sehigga jalannya suatu

proses pembelajaran tersebut diatur supaya mengarah pada suatu pencapaian

yang maksimal.

27
DAFTAR PUSTAKA

BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 2011. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT
Remaja.
Mudlofir, Ali. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam. 2012. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.

28
Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam. 2010. Jakarta: Kencana
Paidi. 2012. Peningkatan Scientific Skill Siswa Melalui Implementasi Metode Guided
Inquiry pada Pembelajaran Biologi di SMAN 1 Sleman.
Rustaman, N.Y., (2013), Penilaian Otentik (Authenthic Assessment) dan
Penerapannya dalam Pendidikan Sains.
Scheerens, Jaap. Glas, Cees & Thomas, Sally. 2003. Educational Evaluation,
Assessment, And Monitoring. Tokyo. Swets & Zeitlinger Publishers
Subali, Bambang. 2016. Prinsip Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran.
Yogyakarta : UNY Press.
Sudjoko. 2001. Pengantar Seni Rupa. Bandung : Direktoral Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Naisonal.
Suprananto, Kusaeri. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta.
Graha Ilmu.

29

Anda mungkin juga menyukai